28 October 2017

Menjadi Fasil di SD Surajaya 1

Yuhuuu di tulisan ini saya akan lebih fokus menceritakan kegiatan yang ada di SD 1 Surajaya. Maklumlah, karena saya menjadi salah satu fasil di sekolah ini. Mungkin terbilang saya yang paling riweuh dan tidak begitu akrab dengan relawan-relawan pengajar dan dokumentatornya dibandingkan 2 fasil lainnya yang kece badai. :D Yaaa wajarlah, karena pun saya baru tiba di Pemalang dini hari dan langsung pulang ke rumah tanpa ba bi bu dengan teman-teman relawan yang lainnya yang sudah saling mengakrabkan diri. Hihihi maafiiin yaaa…

But, if you know. Saya malah justru sedih karena waktu saya sedikit buat teman-teman relawannya. Berasa sibuk sendiri bolak-balik tidak jelas heheehh… Harap maklum, karena juga mendouble di bagian acara jadi harus mengecek yang ada di belakangnya. Tapi… meskipun hanya beberapa jam baru bertemu dan mengenal teman-teman relawan ini, sungguh ini adalah sebuah babak baru buat saya dan mungkin untuk teman-teman relawan yang lainnya.


SD 1 Surajaya
So, profil SD 1 Surajaya sendiri terletak di desa Surajaya, Kec. Pemalang, Kab. Pemalang. Jika diperkirakan jaraknya dari kota mungkin sekitar kurang lebih 10 km. Terbilang cukup dekat kota iya, agak jauhan juga iya. Tapi sekolah ini ada di komplek yang sama dengan SD 3 Surajaya. Terdiri dari 13 guru dan 6 diantaranya sudah menjadi PNS, sisanya masih menjadi guru honorer. Kepala sekolahnya baik hati dan gaul suka selfie hehehhe.. relawannya pun kece-kece, gokil-gokil. Bahkan saya merasa sudah lama mengenal mereka ciyeeee…

Di pagi hari, yang janjiannya harusnya jam 6:30 harus segera tiba di sekolah, saya malah bangun kesiangan -_- parah ya haha.. Maklum baru merem jam 3 pagi jadi kebablasan pas diniatkan untuk bangun sekitar pukul 5 pagi. Pun demikian dengan Cims dan Isna, yang akhirnya juga ikutan bangun kesiangan. Hektik? Untung kami bertiga memang uda terbiasa dengan hal-hal yang hektik jadi tetep aja santai. Berangkat dari rumah juga baru jam 7 pagi daaaaan telat parah hahaha... Deuh maapin atas keterlambatan ini yaa.. Ini udah telat juga langsung nyelonong aja tanpa dosa -_- untung udah ada Kukuh yang sigap yang langsung menghandle acaranya. Kece badai emang dah anak satu ini.

Semua anak-anak sudah berjejer di lapangan dari kelas 1 hingga kelas 6. Wajahnya masih polos, mungkin bingung dengan kedatangan kami, yang entah akan melakukan apa. Bahkan beberapa dikira kami dari pegawai puskesmas akan menyuntik mereka hahaha kocak! Setelah Kukuh bercuap-cuap dan relawan memperkenalkan dirinya, kami pun bersenam ria bersama-sama dengan mengawali lagi Hocke Cokey. Mungkin anak-anak bingung, tapi mereka butuh pembiasaan untuk hal tersebut. Meskipun saya tiap hari ketemu krucils-krucils, tapi tetap rasanya berbeda ketika masuk di lingkungan baru seperti ini..


pembukaan kegiatan
Setelah senam bersama-sama, teman-teman langsung membagi tugas dan kelas untuk setiap relawan. Relawan pengajar akan bergiliran masuk ke tiap-tiap kelas dari kelas 1 sampai kelas 6. Bahkan, 1 kelas terutama kelas 6 tidak mendapatkan ruangan belajar karena tidak ada kelas lagi. Namun, mereka tetap menikmati dan berbahagia meskipun mereka belajar di luar. Justru biasanya, anak-anak lebih fresh untuk menempa dirinya di luar kelas, karena mereka lebih ekspresif.

Nah, saya juga menjadi seksi yang wira-wiri ke sekolah sebelah. Dikarenakan fasil di sekolah sebelah butuh bantuan. Maka, saya berusaha untuk membackup fasil yang sedang keluar sebentar tersebut. Jadilah, saya sering meninggalkan relawan yang di SD 1 Surajaya. But no worries karena mereka pun sudah difasilkan oleh fasil yang rame dan luar biasa. Pun di saat sesi terakhir, saya juga harus meluncur terlebih dahulu karena harus menghandle yang ada di pendopo. Kembali lagi meninggalkan lapangan. Itulah mengapa, saya merasa kurang optimal menjadi fasil di SD 1 Surajaya :))

At least, saya merasakan aura-aura positif yang diberikan oleh relawan ketika berada di lapangan. Kalian keren sekali guuuysss.. I was proud to be your partner and so happy, that we could work together. :) 

Pengen kenal kan sama relawan-relawan kecenya tersebut? Ini saya jabarin satu-satu sejauh saya mengenal mereka selama sehari...

Ada kak Iik yang berprofesi sebagai guru TK, jelas dari perawakan dan sikapnya yang sangat menyayangi anak-anak. Mencoba menempa diri dan mengajarkan berbagai macam permainan menarik dengan anak-anak. Senyumnya mengembang daaaaannn mirip dengan teman saya sungguhlah. Cuman bedanya si Ara pake kacamata, kak Iik tidak hehehhe :p

Ada kak Mita, yang berprofesi sebagai Analyst IT. Tugasnya, ah saya pun juga tidak paham ketika beliau di kantor mengerjakan apa. Tapi yang jelas, pengalamannya menjadi seorang relawan patut diacungin jempol. Jauh-jauh loh datang dari Jakarta hanya untuk membagi senyum ke anak-anak di SD 1 Surajaya. Ibu koordinator satu ini memang cas cis cus dan geraknya cepeeet. Makanya, Alhamdulillah ketika berada di lapangan lancer aman dan sentausa…

Ada kak Nofi, si bu Bidan satu ini juga kece badai. Bisa jadi loh, beliau sibuk dengan kerjaannya. Tapi masih saja sempat keliling ke sana kemari untuk mengikuti kelas inspirasi. Biasanya, bidan lebih sibuk dan suka bergemul di puskesmas atau tempat prakteknya saja. Namun, kak Nofi malah justru menyempatkan waktunya untuk dapat berbagi dengan anak-anak di SD 01 Surajaya ini.

Kak Mauli, mbak canti ini sangat lihai nih dalam memoles. Kakaknya yag memoles aja cantik jadi bisa bikin cantik orang di sekitarnya. Wanita yang berprofesi sebagai MUA ini bener-bener lihai dan mengajarkan anak-anak bagaimana caranya merias dan menjadi perias juga salah satu sebagai profesi.

Si Kukuh Harisman. I’m really not sure, that he was my oldfriend. Tapi kok ternyata malah suami dari dek Tia hahaha… pantesan namanya nggak asing di telinga karena rupanya dia adalah suami dari teman kecil saya zaman bahila. Kukuh, bekerja di OJK (orientasi jasa keuangan) kayaknya sih singkatannya itu. Apa kerjaannya, ah mungkin dia lebih banyak bergelut dengan administrasi perkantorannya dan pajak-pajak mungkin. But… karena si Kukuh memang udah gokil jadi saya juga nggak kaget lagi meskipun baru pertama kali bertemu dengan anak satu ini. Dia (mungkin) salah satu junior saya saat duduk di bangku SMP. :p

Kak Sutrisno. Hmmm.. Laki-laki satu ini berprofesi sebagai pegawai PT KAI di Semarang (kayaknya siiih). Kami bertemu di stasiun pertama kalinya, karena dia menunggu jemputan dan saya pun demikian. Sering juga kok ikutan menjadi relawan kelas inspirasi. Sejujurnyaaaa saya memang tidak banyak mengetahui sisi lain darinya ciyeee.. sok misterius amat sih hahaha.. Tapi, pembawaannya memang bapakable banget dah! :p

Gusti. Berprofesi sebagai PNS, PNS apa? Yaaa saya juga kurang tahu, karena waktu kami mengobrol pun sangat sedikit hahaha… and theeeenn.. dulu teman seangkatan saya waktu di SMP. Pemalang itu mah deket, jadi siapapun bisa saling mengenal satu sama lain. Sama kaya Tiyas, yang rupanya juga adik tingkat saya saat di SMP :D

fasil dan relawan SD 01 Surajaya
Di atas yang disebut adalah relawan pengajar di SD 1 Surajaya. Relawan Dokumentatornya?

Ada Wiwi yang rupanya paling muda di antara kami. Masih mahasiswi dan masih jomblo (kayaknya sih) hahahah

Ada kak Ganduswa dan kak Candra yang misterius. Yaaa karena saya juga belum mengenalnya lebih deket lagi. Ngobrol aja kagak hahahha

Fasilnya? Kece juga kok..


Ada si dek Kukuh yang kece badai menghandle kegiatan dan jubir Fasil. Masih mahasiswa di Jogja, dan inshaAllah (katanya) jomblo fiisabilillah. Sok dah kalau mau kenal mah cek dan ricek aja instagramnya di @kukuh_budiono hihihi =))

Ada Intan yang cas cis cus kalau bercerita. Paling yohooo dah fasil satu ini. Saya inget waktu pas ada coaching fasil dia yang paling susah untuk menyampaikan cerita. But, time flies dia menjadi terbiasa untuk bercerita banyak dengan teman-teman yang baru ditemuinya. Jadi nagih kan Ntan? Hihihi



Fakta membuktikan bahwa sehari bertemu selamanya ngangenin kali yaaa ciyeee. Nyatanya grup selalu rame setiap saat dan tidak pernah sepi hihihi.. So, wherever you are, keep shining and inspiring to the people around of you yaaa.. kalian orang-orang baik yang selalu diberkahi sama Allah SWT. Aamiin….  

Tebarlah benih kebaikan dimanapun kalian berada.. 



(Maapin cuman ada poto ini)

-vidahasan-
Pemalang, 16 September 2017 -- Hari Kelas Inspirasi Pemalang
Share:

Kelas Inspirasi Pemalang #2

Lambat laun, seiring berjalannya waktu. Saya tahu akan ada hambatan di setiap sebuah perjalanan. Tidak ada  hal yang sudah diatur sedemikian rupa mulus seperti rencana awalnya. Saya tahu, di perjalanan memperjuangkan kegiatan ini di bulan September banyak hal yang harus dilalui. Kala itu, kesulitan kami adalah di jarak. Apakah dengan jarak yang beratus kilometer ini dapat dijangkau dan tetap saling berkomunikasi? Ah, rupanya jarak adalah penghambat bagi sebagian besar orang di kepanitiaan (seriously, ini bukan sebuah curhatan. Tapi kenyataan yang berada di lapangan). J

Apalagi dengan jumlah panitia yang sangat besar, dan kami belum mengenal satu sama lain. Iya, karena gerakan perdana ini adalah sebuah pemantik untuk mereka yang benar-benar niat peduli terhadap pendidikan di daerahnya sendiri. Saya yakin pun meskipun mereka tidak dapat berkontribusi, mereka ingin sekali berkontribusi. Sudahlah, saya tidak akan menceritakan panjang lebar tentang bagaimana perjuangan teman-teman panitia di KI Pemalang perdana ini.

Setidaknya di saat kebanyakan orang gundah gulana mementingkan urusan pribadinya, ada satu sisi dimana orang-orang ini lebih mementingkan kegiatan yang bahkan tidak dibayar sepersen pun. Dari mereka survey sekolah, menghubungi banyak stakeholder, bolak balik menuju dinas dan pemda, bahkan sampai ada yang suka ngomel-ngomel di grup atau bahkan ada yang akhirnya saling sebel karena terlalu ngototnya, tapi demi kepentingan umum. Saya tahu itu J jadi, wajar saja jika ada yang bersikap demikian.

Maka, hari H pun terlaksana pada tanggal 16 September 2017. Dengan total relawan pengajar sekitar kurang lebih 70 dan relawan dokumentator 25. Saat itu, antusiasme mereka sungguh luar biasa. Dari berbagai macam profesi dan jauh-jauh datang dari daerahnya, hanya untuk menginspirasi dan memotivasi adik-adik SD di kabupaten Pemalang. Sebelum hari inspirasi ada briefing yang dilaksanakan sehari sebelum hari inspirasi pada tanggal 15 September 2017. Sedih, saya sendiri tidak dapat turut serta di acara briefing. Namun, saya tertolong oleh hadirnya dua sahabat saya yang satu penempatan saat menjadi pengajar muda di kab. Nunukan.

Yap! Isna dan Cimpluk menjadi back up saya kala itu. Thanks a lot for you two! I couldn’t give anything except this word! Alhamdulillah, saya mendengar komentar positif dengan hadirnya mereka berdua di hari briefing. J

Malamnya, saya langsung cabut dari sekolah menuju ke stasiun untuk pulang ke Pemalang. Lumayan, perjalanan saya tempuh sekitar 4,5 jam lamanya and I was so excited with this event. Akhirnya saya dialihkan menjadi fasil di salah satu sekolah dasar di kecamatan Pemalang. Yuhuuu SDN 01 Surajaya. J Yap! Keep in touch with this story yaaaa… :D

Yaaa.. and then the Day comes. Baru nyampe di rumah sekitar jam setengah 2 dini hari, lalu bercengkerama sebentar dengan Cims dan Isna yang akhirnya kami pun melanjutkan kembali tidur jam 3 dini hari. Sudah janjian berangkat jam 6 pagi, walhasil kami bertiga kesiangan hahaha… daaaan saya malu sungguh malu tiba di sekolah karena sudah dimulai sekitar 5 menitan yang lalu :D

Siangnya, kami kembali ke pendopo dan mempersiapkan kegiatan refleksi. Di kala banyak hal yang ingin disampaikan, waktu sudah terlalu sore dan sangat meveeet! Ah, terima kasih untuk kalian yang sukses menyelenggarakan kegiatan ini. Yuk bangun mimpi anak Pemalang, dan ikhlas menginspirasi dimanapun kalian berada. Tetap semangat yaaaa wahai para relawan yang luar biasa. J


--Vidahasan—
Share:

Kelas Inspirasi Pemalang #1

Wuaahh.. jebrol juga tulisan ini. Sudah lama ingin ditulis, namun kudu butuh mood yang cukup memungkinkan untuk menuliskannya :p

Akhirnya ya, pergelatan akbar dilaksanakan juga. Kelas Inspirasi Pemalang yang benar-benar perdana, dilaksanakan pada tanggal 16 September 2017. Ini perdana loh, perdana banget dilaksanakan dan Alhamdulillah sudah cukup baik dan berjalan dengan lancer. KIP (singkatannya) 2017 ini terdiri dari 8 sekolah dasar negeri yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Pemalang. Di kecamatan Pemalang ada SD Surajaya 1, SD Surajaya 3, SD Wanamulya 1 dan SDN Banjarmulya 2; di bagian kecamatan Taman ada SDN 2 Taman dan SDN 1 Jrakah; di bagian kecamatan Petarukan ada MI Darunnajah dan SDN 6 Loning. Dari 3 kecamatan, kecamatan Petarukanlah yang terjauh dari kota kabupaten Pemalang.

Berapa relawannya? Saya tidak bisa memastikan karena sejujurnya saya tidak punya data aslinya. Perkiraan saya ada sekitar kurang lebih 90 relawan pengajar dan 30 relawan dokumentator yang mendaftar. Dari sekian banyak relawan pun, biasanya juga ada yang sering mengundurkan diri karena kendala kegiatan di waktu yang bersamaan. Yaaa.. sama sih seperti saya, yang saat itu diamanahkan menjadi koordinator acara malah keluyuran dan nomaden banget huhu L

Well, saya akan menceritakan the first meet up panitia KIP ini. Awal mulanya? Bukan saya yang menginisiasikannya. Hanya saja, saat itu setelah pulang dari penugasan ada terbesit ingin sekali melaksanakan kegiatan kelas inspirasi di Pemalang. Namun, kendala saya saat itu adalah “siapakah yang akan saya ajak untuk ikut serta dan berjuang bersama?” Bahkan saat itu ketika masa peralihan pencarian “tumbal” saya sempat ditantang oleh mas-mas yang sangat meragukan saya.

Baiklah, apalah saya seperti orang baru yang tiba-tiba muncul dan sok-sokan ingin mengembangkan Pemalang. Maka, beliau menyampaikan pesan ke saya “Jaman sekarang, tidak akan ada orang yang mau bekerja tanpa bayaran sepersen pun. Mereka ujungnya pasti akan meminta bayaran sebagai uang letih mereka. Maka, coba silahkan cari orang-orang di sekitar kamu yang mau melakukannya. Saya yakin, semisal ada 50 orang di ruangan ini, yang akan turut serta hanya kurang dari 10 orang”. Kalimat tersebut membuat hati saya teriris, ‘benarkah sudah tidak ada orang baik di daerah ini? Benarkah mereka sebegitu materinya dengan sebuah gerakan sosial pendidikan yang disebut dengan kerelawanan? Benarkah?’ ah pertanyaan-pertanyaan tersebut menampik diri saya sendiri.

Lalu… Allahu Akbar! Niat baik pasti selalu ada jalan keluarnya. Teman saya memberi informasi tentang adanya akun Kelas Inspirasi Pemalang saat itu. Allah memang Maha Baik, ketika hambaNya dapat ujian, maka Dia slalu saja memberikan sebuah jawaban yang pasti ada. Maka, saya menghubungi CP yang tertera dalam akun tersebut. Sebut saja Tiyas Widyastuti atau TeWe. Saya mengajaknya meet up dan bertegur sapa, kesan pertama ‘semoga saya tidak kaku dan anaknya juga tidak kaku’ hahaha… Maka, kami pun bertemu di salah satu café yang cukup hits di Pemalang. Kami membicarakan rencana-rencana ke depan yang akan kami lewati bersama. Saat itu masih dalam tahap recruitment panitia kelas inspirasi Pemalang. Saya ingat di bulan Januari 2017 (tanggal agak lupa), pertemuan pertama kami dan rencana kami terbentuk. Iya, sebuah gerakan yang kami harapkan dan semogakan bahwa pendidikan di Pemalang itu layak untuk siapapun dan cita-cita anak negeri tidak hanya sebatas pandangan mereka saja. Karena, cita-cita itu dapat dijangkau ketika pendidikan turut menyertai anak-anak.

Terpilihlah sekitar kurang lebih 90 panitia. Banyak ya? Iya, banyak. Tapi, kita lihat apakah dengan jumlah panitia yang besar ini akan menjangkau keseluruhannya atau bahkan ada yang mundur cantik secara perlahan-lahan? Namanya juga panitia kegiatan, mundur teratur pasti akan selalu ada kok. Jadi, tidak perlu kaget dan khawatir. Di balik 90 panitia ada panitia yang sangat konsisten dari awal hingga akhir atau hari H. Siapa? Tidak perlu disebutkan satu persatu, cukup bagi yang merasa melakukannya saja itulah orang-orangnya hihihi

Jadi, setelah terpilih jumlah panitia yang tersebut di atas maka saya, Tiyas dan beberapa relawan panitia yang lain mengadakan meet up untuk pertama kalinya. Saat itu pada tanggal 12 Februari 2017 maka kami pun dipertemukan. Memang tidak semua turut hadir dalam meet up perdana kami ini. Namun, setidaknya kami bisa saling mengenal satu sama lain bergotong royong bersama-sama untuk membangun Kab. Pemalang. Ada rasa haru dan bahagia, karena di sela-sela kesibukan mereka, mereka masih saja menyempatkan untuk menjadi relawan pendidikan. Bahkan, saya salut salut salut dengan teman-teman dari KI Tegal yang turut serta berkolaborasi dengan kami.


Waaaah… ini mah luar biasa semangatnya J saya yakin, orang-orang ini punya rasa empati yang sangat besar terhadap pendidikan di Indonesia khususnya wilayah pantura. Faktanya, mereka bela-belain datang dari Tegal buat ikut terlibat bersama-sama dengan kami yang ada di Pemalang. Kurang salut apalagi coba? You’re rock guys!!!


--vidahasan—
Share:

"Bu, Schwimm doch"

In dieser Zeit versuche ich mein Blog auf Deutsch zu schreiben, damit ich mein Deutsch nicht vergessen kann. Ja, aber ich denke, dass ich mein Deutsch vergessen hab' :((
Also, so wie ich mit einer Freundin versprochen hab', dass ich auf Deutsch oder Englisch schreiben soll, dann schreibe ich jetzt auf Deutsch ueber meine Aktivitaet. 

Letzte Woche hab ich zu den Eltern von meinen Schuelern besuchen. Die wohnen in eine hohe Berge in unserem Dorf. Das hat mir aufgeregt, weil sie ca mehr eine Halbe Stunde gelaufen sind. weiss du, sie hat echt so viele Muehe und Motivation, damit sie zur Schule gehen koennen, egal was ihr Problem ist. 

Eines Tages, wir hatten Indonesisch in der Klasse. Ich hab zu meinen Schuelern ueber ihre Erfahrung geschrieben. Ein Kind hat erzaehlt, dass er schoene Erfahrung mit Schwimmen gegangen ist. Dann bin aufgeregt, weil ich auch das machen moechte. Dann hab ich ihn gesagt "Daniel, wenn du naechstes Mal Schwimmen gehen, bitte sag mir dann gehen wir zusammen dahin". Daniel und seine Freunden sind im Fluss geschwommen, deswegen wollte ich auch dahin gehen. 

Dann hat Daniel zu mir gesagt, "Bu, wir wollen Schwimmen gehen, willst du auch mitgehen?" Ich bin sehr aufgeregt "Ja, klar. das koennen wir machen. Wann den?" -- "Heute, Bu. Nachdem Schule" -- "Wohow.. Ok, dann gehe ich mit".

Weiss du, diese Reise hat mir echt gespannt, weil wir bis hoch laufen mussten. Mehr eine Halbe Stunde sind wir gelaufen. Vor der Anfang fuehlte ich mich soooo schwach, und dachte, dass ich nicht mehr laufen konnte. diese Berge ist wirklich sehr hoch, vielleicht muessen wir mehr 300 meter gelaufen.

Yeay! dann haben wir jetzt geschafft, wir sind jetzt da oben vor der Bergen. Die Sehenwurdigkeiten ist wirklich schoen, echt toll! Dann fuehle ich mich soo froeh. Die Kinder haben gesagt "Bu, komm! Wir machen doch Selfie!" Ich hab meine Kamera raus gebracht, dann haben wir paar Fotos gemacht. Danach sind wir ungefähr 300 meter bis unten gelaufen.

"Bu, wir gehen doch Schwimmen. Wir warten Dich an dem Fluss" sagt Daniel -- "Ja, ja! Mach dir keine Sorge. Ich gehe doch auch mit und runter". Ja, ich hab nur kurz in einem Haus besuch. Die sind die Eltern von meiner Schülerin. Nicht nur diese Eltern, aber es gibt noch paar Eltern, wo dort auch wohnen.

Ich bin runter gegangen, durch dem Wald aber der Aussicht ist wunderschön. So was gibt's nicht in größe Stadt, so wie meine Stadt oder Deutschland 😬😬 na dann sind wir da an dem Fluss. Die Kinder ist geschwommen, dann habe ich nur vor der Anfang angeschaut. Die haben gesagt, "Bu, schwimm doch!" Dann bin ich endlich rein gegangen und mit den Kindern geschwommen. Ah, das war wirklich cool und geile Abendteuer, die ich gehabt hab! Danke Liebe Kindern! 😊😊

--vidahasan--
SDN 005 Sebatik Tengah, Kampung Lourdes, Kabupaten Nunukan


Share:

Di Patok 15 "Saya berdiri untuk Indonesia"

2 Mei selalu diperingati sebagai hardiknas atau yang lebih lengkapnya lagi, kita kenal sebagai peringatan hari pendidikan nasional. Sebuah hari dimana pada tanggal ini, bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara lahir. Iya, pelopor pendidikan di negeri inilah beliau. Makanya, hari lahir beliau ditetapkan oleh pemerintah di Indonesia sebagai hari pendidikan nasional.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Kalau sebelum-sebelumnya saya selalu mengikuti upacara di sekolah, di kampus bahkan sudah 2 tahun tidak ikut merasakan euforianya hardiknas. Maka, tahun ini berbeda sekali dari tahun-tahun sebelum-sebelumnya. Iya, mengabdi di ujung negeri yang berbatasan langsung dengan negeri jiran, Malaysia memang selalu menambah pengalaman yang luar biasa. Pasalnya, saya ikut merasakan euphoria hardiknas dengan mengikuti upacara di patok 15 pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan. Penasaran.

Awalnya, saya hanya ingin berada di sekolah (jaga kandang) saja. Karena, memang sepertinya sudah lama sekali saya meninggalkan sekolah untuk urusan yang tidak terduga-duga. Maklum saja, minggu sebelumnya saya harus ke Nunukan demi kelancaran kegiatan festival anak sebatik bersama dengan saudara relawan saya dari makmal pendidikan dompet dhuafa, Aldo dan Shalipp. Mencari sebongkah puing-puing harapan di sana ceritanya. Akhirnya saya rela meninggalkan kelas untuk itu. Selanjutnya, setelah dari Nunukan, saya pun harus bekerja dengan partner Sebatik saya, Mubin untuk berkeliling Sebatik sembari mencari-cari informasi terkait dengan kegiatan festival anak Sebatik. Iya, pejuang itu memang tidak akan hentinya. Dan saya kembalikan ke “misi” awal.

Well, dengan bacaan bismillah dan ijin dari pak Hilla dan pak Andreas, akhirnya pun saya berangkat menuju ke tempat upacara hardiknas. Letaknya cukup jauh, karena dekat dengan pelabuhan Bambangan, Sebatik. Melewati bukit-bukit dengan jalanan tanjakan yang luar biasa. Saya membawa salah satu murid saya, Guido untuk ikut serta mengikuti upacara bendera ini.

“Ido, ikut saya!”
“kemana, Bu?”
“Upacara hardiknas di Bambangan, patok 15”
“kapan, Bu?”
“Sekarang lah! Cepet gih ambil topinya”

Ido pun bergegas mengambil topi ke dalam kelas. Iya, kenapa saya bawa Ido, setidaknya dia perwakilan siswa-siswi SDN 005 Sebatik Tengah untuk ikut serta mengikuti upacara hardiknas ini. Saat itu, yang ada dipikiran saya, karena ini hadiah buatnya telah mendapat nilai bahasa Indonesia tertinggi di kelasnya.

Setelah kami tiba di Bambangan, kami memarkirkan sepeda motor. Lalu, berjalan mendaki menuju arah patok 15. Luar biasa pendakiannya. Saya kira sekedar biasa saja pendakiannya, rupa-rupanya pendakiannya memang luar biasa. Butuh tenaga super untuk bisa mencapai di patok 15 di atas sana. Iya, saya dengar jarak dari tempat parkir menuju patok 15 itu sekitar 1,5 km. Saya kira, betul saja saya menggunakan sepatu yang bukan ber hak tinggi. Jadi, saya santai saja naik sampai atas sana, bahkan di saat guru-guru yang lain mengeluh karena bedaknya sudah luntur, saya pun tetap berjalan terus tanpa pikir panjang. Yang ada di benak saya saat itu, saya dapat berjalan hingga ujung, hingga mendapatkan kesan yang luar biasa selama di penempatan ini.

Dan… tadaaaaaa!!! Memang sungguh menakjubkan. Dari bawah pendakian terdengar sudah check sound dan membentang panjang merah putih beserta tiangnya. Kereeeenn… hingga Nunukan dan Tawau pun terlihat dengan jelas dari atas patok 15 tersebut. Saya, sudah tidak sabar menuju sampai atas sana. Saya berjalan semakin laju dan tak peduli dengan penat yang dirasakan, bahkan saya tidak merasakan penat sama sekali. Yang saya rasakan hanyalah rasa syukur yang terus menerus karena dapat kesempatan melihat upacara hardiknas secara langsung seperti ini.



Persiapan di atas sudah hampir selesai. Sebelum upacara dimulai dengan hikmat, para petugas melakukan gladi resik untuk pemantapan. Sempat ketika bendera (latihan) akan diturunkan, bendera tersebut tersangkut di atas tiang bendera. Bendera tidak bisa diturunkan kembali, namun dengan kerja sama yang baik para combat (sebutan TNI di perbatasan) pun menurunkan kembali tiang bendera lalu melepaskan bendera tersebut, setelah itu tiang kembali didirikan.

Upacara berjalan dengan hikmat dengan inspektur upacara dipimpin oleh camat Sebatik Barat, H. Haini. Beliau menyampaikan pesan-pesan dari bapak menteri kemendikbud, Anies Baswedan mengenai tema pendidikan yang diusung tahun ini yaitu “nyalakan pelita, terangkan cita-cita”. Saya sendiri yakin, bahwa bangsa ini ada karena berasal dari orang-orang yang terdidik. Sekalipun di perbatasan, maka mereka adalah tunas-tunas bangsa yang mulia yang masih perlu untuk tetap bisa maju, terutama di bidang pendidikan.

Saya selalu mengatakan dengan murid-murid saya, bahwasanya “kalian semua berhak untuk menjadi seorang pemimpin dan berhak untuk mendapatkan penghargaan. Jangan pernah merasa kurang percaya diri dengan yang berada di kota. Meskipun kalian tinggal di daerah perbatasan, kalian berhak untuk maju seperti teman-teman kalian yang tinggal di kota”.

Dijelaskan pula, bahwa upacara hardiknas ini dihadiri sekitar 1000 peserta dari kalangan guru, pelajar, satgas pamtas, TNI, Koramil, muspida dan muspika, mariner, polri dan beberapa tokoh masyarakat lainnya. Bendera merah putih yang terbentang sepanjang 127 meter membuat saya pribadi tertegun dengan upacara di sini. Entahlah, semacam ada gundah kelana yang tidak dapat disampaikan dengan kata-kata. Banyak muncul kata “andai saja, jika saja, semoga saja”. Iya, inilah Indonesiaku, begitu luar biasanya orang-orangnya hanya tinggal sedikit polesan saja untuk merubah dan memperbaikinya.

Tiang bendera pun, saya dengar baru terpasang beberapa hari sebelu upacara hardiknas dilaksanakan. Tiang bendera tersebut mempunyai tinggi 12 meter yang merupakan sumbangan dari TNI perbatasan di patok 15. Keren yah! Semoga anak-anak negeri ini selalu semangat untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Mereka adalah tunas yang baru merekah, sehingga mereka perlu dinobatkan menjadi anak-anak penerus generasi bangsa.



…Anak-anak adalah pesan hidup yang kita kirimkan kepada masa yang akan datang… -Neil Postman-

--Sebatik, 11 Mei 2016-- 
Share:

Let me go home (Persami) (end)

-- 27 Februari 2016--

Saat adzan shubuh dikumandangkan, anak-anak terbangun dengan riuhnya. Pagi harinya yang bertepatan pada hari Minggu, rata-rata anak-anak di sekolah saya pergi ke gereja. Ya, maklum saja karena mayoritas dari mereka beragama Katholik, hanya muslim saja yang sisanya. Mereka pun dibagi menjadi 2 tim, yang Katholik pergi ke gereja, lalu yang muslim menyiapkan makanan untuk teman-temannya selesai pulang dari gereja. Mereka yang akan ke gereja, dianjurkan untuk pulang terlebih dahulu di rumah masing-masing setelah itu mereka berangkat beribadah.

Yang muslim, memasak dan menyiapkan sarapan untuk teman-teman satu rekanya setelah pulang dari gereja. Hari ini kegiatan kami hanya sedikit bersantai, tidak terlalu padat.Mungkin karena hari minggu, hanya saja kami akan melakukan kegiatan pencarian jejak. Jadi, karena ada 10 reka, 10 reka tersebut akan dibagi menjadi 2 tim, yaitu tim pertama dan tim kedua. 

Tim pertama, akan membuat jejak untuk digunakan pencarian jejak teman-teman dari tim kedua. Sehingga, selain mencari jejak mereka sendiri yang akan membuat jejak itu. Saya pun ikut mendampingi salah satu kelompok untuk membuat jejak. Rasanya pun mengenang kembali ketika masa-masa aktif di pramuka.

Perjalanan kami awali dari arah menuju ke sekolah lalu menuju ke daerah semak-semak yang agak cukup sulit dijangkau dan harus hati-hati jalannya. Setelah itu, kami mulai menuruni bukit belakang sekolah dan kembali menuruni bukit belakang rumah warga. Nah, di kebun warga inilah yang memang jalanannya agak curam karna saya kira jalanan ini buntu. Tapi rupanya, jalanan ini tembus menuju kebun belakang rumah Iron atau tepatnya tempat untuk kami berkemah.

Mungkin sekitar 30 menitan kami membuat jejak dan melangkahkan kaki kami. Ada sekitar 19 tanda yang kami buat untuk pencarian jejak ini. Here we gooooo let's to the jungle!!!

Persami ini ditutup sekitar pukul 14:00. Anak-anak disuruh untuk berkemas dan merapikan barang-barang bawaannya. Tak lepas itu, mereka pun harus membersihkan tempat perkemahan ini supaya kembali bersih seperti sebelumnya.

That's the really cool scout, who I ever had. No! I ever had this scout, but this camping is really wonderful. Then we made a closing ceremony for this camping. See you when I see you again in this summer camping. You' re rock kiddos!!!

--vidahasan--
Share:

Bintang Kelas III

Tulisan ini saya persembahkan memang untuk terkhusus anak-anakku kelas III di SDN 005 Sebatik Tengah. Mungkin jika tidak bisa kalian baca, orang lain yang akan dapat membacakannya. Mungkin kelak, mungkin nanti, atau entah kapan tiba-tiba kalian menemukan tulisan Ibu Guru kalian ini.

Sebatik, 18 Juni 2016

Dear anak-anakku,

Sudah 6bulan kita lalui bersama. Apa yang Ibu rasakan mengajar kalian adalah sesuatu hal yang tak pernah ibu sangka-sangka. Ada rasa kebahagiaan tersendiri, meskipun memang sesekali kalian sering ribut dan bahkan sangat sulit untuk diatur. Wajar saja, kalau ibu kira, itulah kalian, jadi ada pemakluman yang wajar yang dirasakan oleh Ibu.

Cepatnya waktu bergulir, sudah 1 semester rupanya kita lalui bersama-sama. Kadang canda tawa itulah yang slalu membereskan butir-butir kepenatan, ruas-ruas kemarahan, kalian yang selalu meredamnya. 

Ada gelak tawa yang tak pernah surut, ada khas candaan yang tak pernah redam. Senyuman kalian mengembang seperti roti yang sudah dibubuhi bubuk backing powder. Ah, banyak sekali hal-hal manis yang telah kita lalui. Jika dikata, ini bukan surat perpisahan kita, ini hanya surat pesan yang ingin disampaikan seorang guru namun susah untuk diungkapkannya secara langsung.

Anak-anakku kelas 3,

surat pesan ini tertulis karena ibu mungkin hanya akan mengajar kalian tidak secara intensif seperti hari-hari lalu yang pernah kita lalui bersama. Hanya, kadar pertemuan kita akan jarang, namun jikalau kalian mempunyai penat kesulitan, datanglah dan sampaikan minta tolong kepada Ibu. Ibu akan slalu membuka tangan ini untuk kalian.

Ibu masih ingat, ketika awal pertama kali masuk ke dalam kelas. Kalian duduk terdiam sembari malu-malu, iya wajar saja mungkin masih pertama kali berjumpa untuk meredam rasa malu itu pun seperti agak sulit untuk dilakukan. Tidak apa, ibu paham. Mulai dari perkenalan kita, mulai dari tegur sapa kita, ah sepertinya ketika mengingat itu kembali ada rasa ingin mengulang. 

Menceritakan tentang pengalaman menyenangkan kalian masing-masing, bahkan belum ada 1 minggu mengajar ibu sudah diajak berkeliling hingga balik bukit untuk berenang bersama dengan kalian. Rasanya jauh sekali dari kepenatan bahkan ada hal-hal yang di kota belum ibu dapatkan. Ada momen yang ketika bermain bersama kalian lalu mengingat kembali seperti semasa waktu dulu masih seumuran kalian. Bermain bersama kalian seperti bermain dengan kawan-kawan semasa dulu. Bahkan, ada rasa haru dan iri "kenapa ibu tidak ditakdirkan untuk selalu menjadi kecil dan bermain bersama kalian?" Iya, hanya saja ini semua sudah kuasa dariNya, tidak perlu disesali bahkan lebih disyukuri kembali.

Sekalipun tidak seumuran dengan kalian, jiwa-jiwa ibu masih ada kebocahan yang rasanya ingin t rus bermain-main dan belajar hal-hal baru. Iya, sama seperti kalian. Semoga kalian selalu sehat ya anak-anakku dan tetap menjadi anak hebat yang berprestasi. 


Salam hangat selalu dari ibu guru kalian.
--Ibu Pida--
Share:

Romansa Ramadhan di Sebatik [2]

...Ramadhan hari ke-4...

Ada buih-buih kerinduan di Ramadhan sebelumnya, namun ada rasa syukur yang tak pernah henti merasakan Ramadhan sekarang ini. Masih dengan romansa Ramadhan yang sungguh sangat berbeda.
Hari ini adalah hari pertama diadakannya pesantren Ramadhan di sekolah penempatan saya, yaitu SDN 005 Sebatik Tengah.

Kebetulan, penanggung jawab untuk hari pertama ini adalah saya sendiri. Iya, mengajari anak-anak melantunkan ayat-ayat nan indah. Jika saya hitung, banyak yang masih belum lancar membaca Al quran bahkan yang menurut saya seharusnya sudah dapat baca Al Quran pun justru masih berada di bacaan-bacaan Iqra.

Tak lepas itu, pun saya yakin ada hal-hal yang sepatutnya memang masing-masing dari mereka mempunyai potensi. Membaca adalah hal yang dilakukan sebagai bahan perenungan diri, mengambil hikmah dari setiap kalimat yang tertulis dan lalu memaparkannya di dalam kehidupan. Pun demikian, lantunan ayat-ayat yang dibacakan oleh anak-anal ini membawa pesan tersendiri untuk setiap dari mereka. 

Meskipun terbata-bata namun ada kegigihan yang tak pernah surut dari usahanya.

Ah selayaknya benih yang ditabur, kalian adalah harapan dari benih-benih itu. Bertumbuh dan berkembanglah bak buah yang menonjolkan aroma harum dan membuat paras yang menggoda di setiap langkah perjalananmu, Nak! 

Sebatik, 4 Ramadhan 1437H
--vidahasan--
Share:

13 October 2017

Martabak dan Rumah Biru

Hari ini saya teringat akan setahun yang lalu. Bukan, bukan sebuah refleksi namun sebuah kenangan. Baper? bukan, bukan pula baper, hanya saja saya ingin berusaha mengingat hal kecil yang menyenangkan bersama Nunukaners. Tiba-tiba ada suatu massa yang mengingatkan saya akan martabak, pentol dan rujab/ rumah biru. Gegara melihat martabak berseliweran di depan mata, saya pun teringat keharmonisan gara-gara martabak saat di penempatan dulu. Martabak? Iya, beli satu aja kurang loh, dan terkadang suka ada yang bela-belain keluar untuk membeli martabak lagi :D

Pic by google

Hari ini entah kenapa tetiba saya bernostalgia saat makan matabak telur yang mereknya cukup kekinian dibanding martabak yang biasa saya beli di abang-abang dengan gerobak yang apa adanya. Kenapa bernostalgia? Itu mengingatkan saya akan sesuatu ketika berada di rumah biru bersama dengan 9 Nunukers lainnya.

Di desa penempatan untuk membeli martabak saja harus rela untuk turun gunung dan berkendara hingga pusat kota kecamatan. Alhasil, saya yang kala itu adalah seorang penggemar martabak telur harus menahan godaan selama beberapa bulan untuk membeli martabak heheheh Lah kenapa nggak turun ke kota kecamatan dan beli aja gitu? Deuh, mas-mbak, dikira kotanya deket? Jauh euy kotanya, lumayan sih untuk membuang waktu perjalanan dan bensinnya. Apalagi jalannya naik turun tidak beraturan, melewati perkebunan sawit dan coklat, dan bahkan tak ada lampu penerang di jalan. Lebih takut dengan manusianya yang tiba-tiba muncul dalam gelap gulita heheh...

Martabak dan rumah biru adalah satu kesingkronisasi dari PM Nunukan. Dimana kami di Nunukan, martabak adalah jajanan malam favorit kami ketika kami bercumbu dengan laporan dan laptop. Gimana kagak subur coba? Kalau ngemilnya begituan saat malam tiba? Ouch, tidak hanya martabak, pentol juga salah satu jajanan yang paling mengenang dari kami. Tapi, pentol yang enak cukup sulit dijangkau jika kami berada di rumah biru. Tak ada kendaraan bermotor, yang ada hanyalah angkot biru yang bayarnya bisa dibilang lebih mahal daripada beli pentolnya hihihi

Saya ingat, setiap kami jalan dan melewati penjual martabak atau pentol seringnya kami akan selalu lirak lirik satu sama lain. Rasanya, jajanan ini begitu istimewa karena di desa kami jarang memakannya. Duh, martabak dan pentol sahabat setia kami selama di Nunukan. Mengeratkan satu sama lain. Jika tersisa satu, ada rasa malu-malu memakannya meskipun ujungnya tetap ada yang makan dengan izin hahaha

"tinggal satu, buat aku yaa... Daripada nggak ada yang makan!" Gengsinya masih aja terlalu.

Berbagi dengan mas-mas TNI yang bertetangga dengan kami. Kehangatan dan kebersamaan yang begitu terasa. Terima kasih martabak dan rumah biru.


Nah di belakang kami itu adalah rumah biru kami yang memiliki banyak kenangan setahun lalu. Meskipun kami baru menempatinya hanya beberapa bulan, namun kenangannya ada banyak hal yang kami lakukan di sana. :)

(maafkan jika tulisan tidak niat) :(

--vidahasan--
Jakarta, 13 Oktober 2017
Share:

7 October 2017

Menjadi Penulis

Deuh... sudah lama saya tidak mengisi kekosongan hati #eh maksudnya kekosongan blog saya yang mana terakhir saya menulis di blog ini ya pas bulan Juni tahun setelah lebaran. Jadi, ketika saya sedang berusaha untuk menelaah "apa sih yang harus saya tulis?" "mentok bange nih buat nulis", "duh rasanya idenya beneran entah kemana nggak ketemu-ketemu" maka akhirnya terputuskanlah sudah memberi judul tulisan dengan Menjadi Penulis.

Menjadi penulis memang mimpi besar saya. Dari jaman duduk di sekolah dasar, saat itu buku diary adalah sahabat saya yang paling terbaik dan selalu tetap menjaga amanatnya. Mau tulisannya seperti ceker ayam, mau isinya curhatan, yang jelas buku diary saat itu adalah salah satu media saya untuk berani berbicara (tapiii buku diary saya sudah tidak tahu sekarang dimana hahaha) Takutnya sih kebaca sama Bapak-Ibu saya karena saya pun pernah ngomel di buku diary tentang mereka. Astaghfirulloh.. Yah namanya juga kan masih anak labil (sekarang masih juga sih hahhaha) yang bawaannya saat itu selalu baper luar biasa.

Nah, kenapa tetiba kepikiran menulis diary? Hobi saya saat itu adalah membaca majalah bobo/ fantasi kebanggaan anak-anak pada masanya tidak seperti anak jaman now yang mainnya glladget. Sedih melihatnya... ☹️ dari majalah tersebut maka sering terjadilah induksi di kepala saya untuk menuliskan catatan harian. Memiliki masa kecil yang saat itu ada trauma sendiri membuat saya jusru lebih bergelut dengan buku, meskipun masih juga sering bermain di luar rumah bersama teman-teman namun tetap saja ada rasa kurang aman bermain dengan mereka. Pun akhirnya menjadi seorang penulis adalah sebuah mimpi besar buat saya dari apapun sampai saat ini.

Sungguh, bukan maksud apa-apa dengan saya menjelaskan diri saya di blog ini. Toh tidak ada salahnya juga kan menyampaikan apa yang ingin dicapai dan memiliki target? Cuman kelemahan saya adalah Saya Malas. Terkadang dalam situasi tertentu saja dan butuh ruang yang ebar-benar sendiri atau saat semua orang tertidur saya dapat menyampaikan dan menorehkannya. Saat ini pun berasa saya tidak punya waktu padahal waktu pun banyak terbuang sia-sia. Sombong sekali mengatakan bahwa tidak memiliki waktu untuk menulis. Lalu, mimpi kamu menjadi penulis seperti apa ketika kamu saja membuang waktumu seperti ini? Ah teguran hati menyampaikan seperti itu, tak dapat dipungkiri karena kemalasan saya yang merajalela dan sungguh tidak bisa mengatur waktu dengan sebaik-baiknya.

Kenapa pengen banget jadi penulis? Iya entah kenapa, seenggaknya dengan menulis bisa jadi saya dapat menorehkan dan memberikan informasi tentang pengalaman yang sudah pernah saya lakukan sebelumnya. Maka dari itu, dengan move dari satu tempat ke tempat lain mmeberikan energi untuk saya. Paling tidak saya dapat membuat sebuah lembaran baru di setiap perjalanan waktu saya selama saya hidup. Menulis juga salah satu jalan dakwah untuk memberikan hal positif untuk pembaca. Masa menebar hal positif saja tidak mau? Padahal mendapatkan banyak manfaat dan pahala 😇

Coretan ini adalah sebuah cambukan buat saya, supaya saya kembali bersemangat untuk menulis apapaun medianya. Meskipun kebanyakan berada dalam blog, setidaknya saya harus menulis kembali. Doakan kembali ya teman-teman supaya saya selalu konsisten dalam menulis dan segera merampungkan satu judul tentang kisah perjalanan hidup saya. Hatur Nuhun... :)



Jakarta, 7 Oktober 2017
--vidahasan--
Share:

28 June 2017

Site Visit Nunukaners (2)

Nah, melanjutkan cerita sebelumnya namun tetap di hari yang sama :)

13 Juni 2016


Dengan keberhasilan Isna meng GC pak Basir, kami rombongan ber10 pun menyeberangi lautan menuju ke kota kabupaten. Nah, karena pembahasan materi akan sangat membutuhkan waktu yang cukup panjaaaaang... Maka, kami pun menginap di hotel yang saat pertama kali kami tiba di kabupaten (Bisa jadi hotelnya langganan kami nih) hehe :D

So, setelah menempati kamar masing-masing maka kami harus mempersiapkan diri untuk 'amunisi' di hari pertama kami. Yihaaaa pembahasan lagi tentang visi dan misi, ngerumusin masalah-masalah yang ada, apa yang sudah baik, dan apa yang perlu ditingkatkan :)) Puasa-puasa jadi nggak ada coffee break and lunch. Menu yang didapat seharian yaaa tentang materi 'amunisi' dari kak Trustee kita ini hihihi

Ngejelasin yang perlu dijelasin

Merhatiin yang perlu diperhatiin

Mendengarkan yang perlu didengarkan

Begitulah kira-kira amunisinya. Menjadi pembicara yang (semoga) bisa dipahami oleh yang lain, dan menjadi pendengar yang (semoga) memberi kenyamanan untuk si pembicara, berbagi masalah dan bersama-sama menemui solusi. Ah indahnyaaa :')
Jadi, saat itu hotel berasa milik kami ber 11 orang, karena selasarnya cuman kami yang menggunakan dan tanpa ada satu pun tamu yang hadir di antara kita #tsaaah :))

Di hari 'amunisi' pertama ini kami selesai kurang lebih sekitar pukul 12 malam. Jadwal keesokan harinya selain dapet 'amunisi' lagi, kami sowan ke dinas pendidikan dan kantor bupati. Menunggangi mobil angkot yang cukup umpel-umpelan untuk ber 11 orang :))


14 Juni 2016

Yeeey Sahuuuur... Ibu di hotel nyediain menu bubur ubi :D yang lain pada nggak bisa makan kalau nggak ada nasi jadi selain bubur ubi, beberapa beli makanan di luar buat cari makan. Alhamdulillah...

Di jadwal harus sudah standby jam 8 pagi, supaya bisa lebih pagi ke kantor dinas dan pulang lebih awal. Kalau tidak salah ingat, saat itu pak Kepala Dinas sedang umroh, jadi yang bisa kami temui satu-satunya ya Bapak angkat kami di dinas, pak Ahmad hihi :') Bapak yang humble dan selalu mengerti akan anak-anaknya ini, yang suka banget ngebantuin di saat kami susah (masalah transportasi di kabupaten terutama), Bapak yang supadupacool pokoknya buat kami.

Kunjungan ini berkisar kurang lebih 30 menitan setelah ngalor ngidul ngobrol dan curhat-curhatan, akhirnya kami pun kembali undur diri menuju kembali ke persinggahan untuk dapat 'amunisi' lagi :D Rencana mau ke kantor Bupati, tapi saat itu Ibu Bupati sepertinya sedang sibuk jadi kembali terundur untuk menemui beliau ;)


Ngobras (Ngobrol Asik)

Diskusi

Roll Camera Action


Eh yang motoin siapa ya? Oh iyaa yang motoin mbacims hehe :') Siips suwuuun mbacims sudah difotoin. Meskipun tidak ada dirimu di dalam foto, tapi mah kamu tetep ada di dalam hati kita. Eeaaaa... :D

Daaaan menuju kembali ke hotel buat kembali dapet 'amunisi' sebelum besoknya harus bertolak keliling desa penempatan teman-teman yang lain. Kata kak Jaim mah, ini materi harus beneran habis malam ini supaya besok nggak kepikiran lagi pas kunjungan ke desa-desa yang lain. Dan beginilah gaya kami dapet amunisi di hari berikutnyaaa..


market place

dodolan

tempelan sticky notes

kebanyakan mikir jadi begitulah pak Koord

Rame yaa banyak tempelannya.. sampai muka pak Koord aja ditempelinnya sendiri karena mungkin terlalu menyenangkan buat dia :)) 'amunisi' kedua ini sih juga selesai jam 12an, setelah akhirnya kami memutuskan untuk memotong diskusi dengan makan sate di warung favorit kami, dekat rumahnya mas Rizal dan mbak Wi hehehhe :D Sebenernya sih bukan hanya sate aja menunya, tapi karena favoritnya pada sate, yauda deh para penyuka sate suka kebablasan :D

Warung favorit

makan sate dan aneka macam masakan

Hmm... personil kurang dua orang rupanya. Isna dan Bulan menghilang karena mareka mencari asupan air untuk minum, jadi pinjem motor mas Rizal lalu cabut deh beli barang di minimarket favoritnya :D Itu asupan 'amunisi' kami sebelum akhirnya berlanjut di episode 'amunisi' terakhir yang mengharuskan kami untuk menahan kantuk :D Jadi, untung aja ada rule buat 'amunisi' bagi yang datang terlambat harus bisa bikin ice breaking supaya nggak ngantuk. Hmm... Saat itu kalau tidak salah yang datang terlambat mbacims dan Isna hueehhe jadi wajib ngasih asupan biar nggak ngantuk :)))

15 Juni 2016

Taraaaa... Hari ini kami akan berlayar menuju ke hulu :D main-main ke desa penempatan teman-teman Nunukers yang lainnya. Seperti biasa menyewa speedboot milik pak Buyung (langganannya tim yang di wilayah 2 dan 3) yang muat hingga 11 orang. Kami pun melaju cukup kencang hingga di jalan kami menemui 'Nenek' yang sedang berjemur di tepian sungai. 

Tiba-tiba satu orang nggak bisa nahan pipis yang akhirnya mengharuskan kami berhenti di salah satu tempat untuk pekerjaan proyek dan meminta izin masuk karena seriusan kebelet nggak nahan. Bisa ditebak itu siapa? Iya, siapa lagi kalau orang yang suka ngerepotin ini (yang nulis ceritanyalah). Duh maaf yaa teman-teman, ya gimana lagi :( so, ketika kamu harus menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam lamanya menunggangi speed boot yang mana nggak ada kamar mandinya, dan tiba-tiba di tengah lautan terus sampai melewati sungai kebelet pipis yang mana samping kanan kirinya adalah hutan sawit dan ada 'Nenek' di sana, lalu harus berbuat apa? :(( Maka, dengan terpaksa harus beneran berhenti dan meminta izin untuk numpang pipis daripada pipis di celana :o. Padahal ini buat proyek loh dan nggak sembarangan boleh masuk ke dalam :(( Untungnya Mas dan Mbak securitynya baik hati mengizinkan kami masuk. Alhamdulillah.... :D

Akhirnya kami pun kembali melanjutkan perjalanan kembali sampai ke pelabuhan pembeliangan di kecamatan Sebuku. Dari pelabuhan inilah, Bagja rupanya punya kenalan yang bisa ditumpangi, GCnya juga keren kalau Bagja. Mobilnya milik pak Camat pula heheh :D Tapi di satu sisi, kami harus menuju ke kantor desa Pembeliangan karena mobilnya tidak muat untuk kami ber 11. Nah, akhirnyaaaa kami pun dipinjami bus sekolah dari pak desa kenalannya kak Yori, Bele, Isna dan mbacims. Cihuuuy:')


Setelah tiba di pelabuhan pembeliangan Sebuku

Di Kapolsek Sebuku

((Arap maklum gaya saya yang agak alay di foto)) Dari pembeliangan, kami bergerak menuju kecamatan Tulin Onsoi desa Sekikilan, tempatnya Isna. Di sana mereka sedang mempersiapkan perpisahan keesokan paginya sekaligus mengantarkan Isna kembali ke haribaan karena dia tidak bisa turut serta keliling ke desa yang lain. :( Puas bermain dengan anak-anak Sekikilan dan berkenalan dengan keluarga angkat Isna, akhirnya kami berlabuh untuk mengantarkan Cimpluk ke rumahnya. Cimpluk juga tidak bisa turut serta membersamai kami, karena sama-sama mempunyai acara keesokan harinya :( yah jadi berkurang 2 orang personil. Kami pun berkenalan dengan keluarga Cimpluk yang ibunya memang cukup gaul sekali :')

SDN 003 Tulin Onsoi

Hosfams mbacims

Taraaaa begitulah suasananya kekeluargaan ini. Berkunjung dari satu tempat ke tempat lain yang sudah seperti keluarga sendiri. :') Dan setelah ini kami harus berpisah (untuk bertemu lagi) dengan 2 personil dari kami, Isna dan mbacims. So, kami melanjutkan kembali menuju ke rumah kak Yori di desa Apas, Sebuku. Oh iya, jika sebelumnya di Sebatik akan menemui banyak sekali orang Bugis dan sebagian kecil Timor, berbeda dengan di wilayah 2 dan 3 ini. Wilayah Sebuku, Tulin Onsoi, Sembakung Atulai, Lumbis dan Lumbis Ogong (saya sebutnya daerah kecamatan PM) dihuni oleh suku dayak Agabag. Jadi, interaksi kami berbeda-beda :')

Kami beristirahat sejenak di rumah kak Yori sekitar pukul 1 siang. Sebelum akhirnya kami melanjutkan petualangan menuju desa Tanjung Matol penempatan Bagja. Bercengkerama dengan keluarga asuh kak Yori sambil menikmati semilirnya angin. Setelah sholat dhuhur kami langsung bersiap untuk ke Tanjung Matol dengan menggunakan pick up milik Bapak angkat kak Yori. Perjalanan ditempuh sekitar 3 jam lamanya, dan benar saja tiba di Matol pun sekitar pukul 4 sore. Tapi yang lebih seru adalah, kami disambut hangat oleh anak-anak Tanjung Matol yang super duper keren dan ramah sekali :)

Bermain di Sekolah

Icha bersama dengan 2 bapak guru

Hmm... Mereka mah menyenangkan. Etapi semua anak pasti menyenangkan kok, jadi tergantung diri kita menyikapinya seperti apa. Setelah bercengkerama sebentar dengan orang tua Bagja dan anak-anak Matol, kami langsung tancap kembali menuju Mansalong, kota kecamatan Lumbis. Selama perjalanan sungguh menyenangkan dibersamai dengan pelangi Matol yang kian mengindahkan :) Oh iya, saat pulang kami harus mendorong mobil pick up kami, karena kami harus melewati jalanan tanah yang becek dan mobil tidak bisa menarik beban yang ada di belakang. 4 Superman yang keren beserta dengan wonder woman pun berbondong-bondong mendorong mobil hingga mobil mau mengangkat kembali keluar dari lingkaran tanah yang becek :))

Ditemani pelangi saat perjalanan menuju Mansalong

(Fotonya pokoknya hilang yang ngedorong mobil. Udah gitu aja). Pokoknya, setelah ngedorong-dorong pick up yang sempat kebelosok ke dalam lubang berlumpur rasanya ada haru bahagia di perjalanan ini (buat saya sih nggak tau yang lainnya) :D Yang jelas, bagi yang puasa berbuka di atas pick up... Yeyyy alhamdulillah :')

Sekitar pukul 18:30 kami pun tiba di Mansalong. Tempat menginap kami adalah di rumah baca milik bu DJ (salah satu guru SD yang berada di kecamatan Lumbis), guru yang super duper kece! :') Sholat tarawih bagi yang sholat, karena setelahnya kak Jaim pun akan diajak berkeliling desa Mansalong dan bertemu dengan pak Camat Lumbis Ogong :D (ini sih lagi ngetrick supaya bisa pake perahu besarnya beliau kan yak? Biar bisa keliling wilayah Patal sampai Binter) heheheh...

Yuks istirahat! Karna besok perjalanan kami akan mengitari sungai Lumbisnya. Menelusuri desa Patal sampai Binter dengan menggunakan perahu, orang sana menyebutnya dengan tempel (sejenis ketinting namun muat untuk sekitar 15 orang).

For your information dari 10 desa penempatan Nunukers, satu-satunya desa yang belum pernah dikunjungi ya punya Bele dan mbacims (cuman sebentar doang sih). Soalnya, karna waktu sudah sangat mepet, jadi kami memang tidak sempat berkunjung ke rumah Bele :( Yaaahh.. Makanya mah jadi nggak sempat kenalan sama Amangnya dan Inangnya Bele deh. :(

16 Juni 2016

Yeyy hari ini akhirnya akan berlayar menuju desa yang kudu banget desanya dilampaui dengan ketinting atau tempel. Desa penempatan Bang Ulil (Desa Patal), Bulan (Desa Sukamaju), dan Salman (Desa Binter). Berlabuh terlebih dahulu ke desanya bang Ulil di Patal, lalu bertemu dengan anak-anak Patal. Dari kota kecamatan sampai desa ditempuh sekitar 45 - 60 menit lamanya.

Lebih dekat dg keluarga asuh bang Ulil

Menjadi pendengar

mengisahkan bang Ulil di Patal
Sempat berkunjung juga ke rumah dinas yang bang Ulil tinggali karena dia belum dapat Hosfam saat itu. Kurang lebih 8 bulan dia tinggal sendirian di rumah dinas, yang akhirnya di 4 bulan terakhir sebelum penarikan ada yang mau ngangkat dia jadi anaknya :D Alhamdulillah... Baik, setelah puas bermain-main di Patal maka kami kembali bertolak menuju desanya Salman, Binter. Harusnya sih bisa mampir Sukamaju karena ngelewatin desanya Bulan juga. Tapi, kata Bulan kalau sempat mampir kalau tidak ya cuman ngelambaiin tangan aja ke desanya :D

Sekilas tentang Desa Binter, juga salah satu desa paling ujung di kecamatan Lumbis Ogong (eh tapi kayaknya ada yang paling ujung lagi dink hehe tapi nggak tau nama desanya apa). Jarak tempuhnya sampai ke negeri sebelah aja bisa dicapai sekitar kurang lebih 3 jam lamanya, sama seperti ditempuh dari desanya Isna di Sekikilan. Cuman bedanya, jika desa Isna bisa ditempuh dengan jalur darat, kalau di Salman harus menggunakan perahu lagi untuk sampai ke negeri sebelah. Kalau Sebatik mah nggak usah ditanya, darat atau lewat air juga bisa heheh cuman butuh waktu 15 menit pakai speed boot, atau jalan kaki sekitar 1-2 jam lamanya.

Buat saya pribadi, saya terkesan dengan desa-desa penempatan Bang Ulil, Bagja, Bulan dan Salman. Why? Pemandangannyaaaaa Masya Allah... Ajib gileee lah pokoknya. Cantik beneeer dah! Selama perjalanan di atas perahu disuguhi sama hijau-hijauan ciptaan Gusti Allah. Jadi nggak bosen seriusan! Bahkan mungkin bisa bertemu dengan binatang yang sedang asik bercengkerama di atas pohon atau rumah-rumahnya (mata lope-lope) :')


menanti Tempel yang akan mengantar kami

Tuh kan... Cantik
Desa Binter
Nah, keren kaaann.. insightnya, yang penting tetap disyukuri dimanapun ditempatkan hehe.. Yang penting sudah melihat sebagian keindahan Indonesia ini di tanah Borneo. Kami berkeliling desa Binter, bertegur sapa dengan warga dan mengunjungi kepala sekolah Salman. Menarik buat saya adalah, di sana kerajinannnya keren, pada kreatif semuanya. Mungkin, karena memang mayoritas suku dayak dan mereka masih menyimpan unsur-unsur budayanya, jadi masih kental banget dan sungguh berasa banget Kalimantannya hihihi :D

"Pak Salman, nanti kita buatkan rompi seperti yang digantung di atas itu!" kata pak Romi (Bapak Kepseknya Salman).

Semua beralih memandang pakaian adat dayak yang terbuat dari lapisan kayu gaharu karena seriusan terpukau dengan karyanya (ujungnya beneran dibuatin loh, waktu kami penarikan dan mau balik ke Jawa -_- dan yang dikasih cuman Salman doang) hahaha *Yaiyalaaaahh :D

Backgroun sekolah Salman

Bele ngintip dengan asiknya
Iyaa lagi-lagi ini sisa-sisa foto yang saya punya (jadi curhat, keinget, mbuh bubar bubar) :((
Keseruan kami berkeliling di kecamatan Lumbis Ogong pun dilanjutkan dengan berkunjung ke desanya Bulan. Yeeeyy! Akhirnya sempat juga ke desanya Bulan di Sukamaju heheh :D Nah, di sini saya belajar banyak sekali fakta karena saya buat kesalahan. Tapi bukan bermaksud demikian kok seriusan :') Apa kesalahannya kenapa masih diinget banget sampe sekarang.

So, jadi ketika kami mengobrol dengan warga di desa Sukamaju saya sempat (masih) kaget dengan bahasa yang digunakan. Alhasil saya keceplosan tertawa lirih, dan saya ditegur oleh kanan kiri saya "Eh nggak boleh gitu. Mereka memang bahasanya seperti itu" Iyaaa... Saya keceplosan, duh maafkanlah saya ini karena bukan bermaksud demikian :(( Satu hal yang saya pelajari adalah meskipun bahasa Indonesia mereka masih kurang lancar, tapi mereka masih tetap mau berusaha supaya mereka bisa berkomunikasi dengan kita dan jangan pernah menyepelekan orang-orang seperti mereka, karena dari mereka pun kita bisa belajar hal yang belum pernah kita pelajari. Saya akui mah kalau saya salah, maafkan saya yaaa buat saya mah ini kesalahan yang seriusan bakalan diinget mah. Makanya baru 2 bulan di penempatan saja, Bulan bahasa dayaknya sudah cas cis cus udah mirip kaya orang Dayak sungguhan :D kereeeen mah Bulaaan :)

SDN 002 Lumbis Ogong

Bersama warga di Sukamaju

Diskusi asik
Oh iya, Bang Ulil, Bulan dan Salman PM Nunukan yang memang hidupnya di rumah dinas. Jika Salman bertahan sampai akhir di rumah dinas sendirian, berbeda dengan bang Ulil dan Bulan yang beberapa bulan terakhir sebelum penarikan mereka malah bisa tinggal sama warga. Alasanya? Ah bisa dikepoin langsung aja yaa sama orang yang bersangkutan heheh...

So, perjalanan kami berakhir. Hingga akhirnya kami harus kembali ke Mansalong sore harinya sekitar pukul 4 sore. Ditutup dengan sunset yang Masya Allah cantiknya, karya dari Sang Maha Karya :')

Sunset di Lumbis Ogong
Malam ini kami berkumpul untuk terakhir kali sebelum lebaran dan kembali ke kabupaten hehehh... Paginya kami harus kembali ke desa kami masing-masing termasuk saya dan Mubin yang harus kembali ke Sebatik, kak Jaim yang harus kembali ke Jakarta, Bele dan kak Yori ke Sebuku, pun demikian dengan Bagja, bang Ulil, Salman, dan Bulan. :')

17 Juni 2016

Jadi, petualangan site visit sudah selesai gaaaeesss... Itu cerita yang berusaha saya ingat-ingat dari setahun yang lalu :)) Saya dan Mubin kembali pagi hari pukul 6 dari Mansalong-Sebuku (3 jam perjalanan), Sebuku-Nunukan (3 jam), dan Nunukan-Sebatik 15-30 menit belum lagi tiba di rumah kami masing-masing yang harus naik taksi dari pelabuhan menuju rumah.

Sedangkan kak Jaim kembali terbang dari Malinau setelah sholat jumat dengan si pengantar Bulan, Salman dan bang Ulil. :D

Terima kasih banyak kak Ijmaaaa telah memberi 'amunisi' buat kami hehehhe

***

Kalau ada tanggal salah mohon dimaafin yaaa.. namanya juga mengingat-ingat kembali apa yang terjadi di masa lampau. Ya tujuannya supaya memang jadi pengingat, dan cerita buat ke depannya hehehhe

Saya yakin mah jika kita berniat baik sama orang InshaAllah akan selalu dipertemukan selalu dengan orang-orang baik yang luar biasa. Seperti mbak Wi dan mas Rizal, Orang tua angkat kita yang selalu direpotin kita tapi mereka malah justru nggak merasa repot, bu Jum, bu DJ, pak Ramlan, dan masih banyak orang-orang baik yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang berada di penempatan. Tentunya, masing-masing dari kita menemukan orang-orang baik tersebut. Iya kan?

Semoga orang-orang baik yang selalu direpotin kita ini selalu sehat walafiat dan selalu diberkahi sama Gusti Yang Maha Agung :')

Daaaannn rupanya kita ini nggak ada foto bareng-bareng sama mas Rizal dan mba Wiwi yaaa. Kok jadi sedih :(( Semoga dipertemukan di lain kesempatan dengan keadaan sehat pokoknya :')

PM XI Kabupaten Nunukan (di depan rumah mas Rizal dan mbak Wi)


-vidahasan-
Share: