11 October 2014

Tentang Dia

Aku bingung kenapa tetiba memasang judul seperti itu. Sudah lama padahal, tak ada cerita seseorang di dalam blog saya ini. Tapi entahlah, mungkin karna aku hanya ingin menceritakan tentangnya, karna beberapa hari ini bertingkah aneh.

Iya, dia dulu teman satu kelas di sekolah menengah atas. Kami pun berpisah, dia melanjutkan pendidikan di perantauan lain, dan aku pun begitu. Lambat laun, yang awalnya aku pun cepet sekali menyukai seseorang, akhirnya ya udah, hilang. Eh tapi entah kenapa, perasaan itu selalu muncul, perasaan itu selalu menjadi pertanyaan dan pertentangan batik sendiri. Aku, ketika menyukai seseorang, akan benar-benar menyukainya, dan akan lama ketika aku harus melupakannya lagi.

Iya, kami pun berada di tempat antah berantah yang berbeda. Dia di sana, dan aku di sini. Seiring berjalannya waktu, aku mulai terbiasa dengan kehidupan perkuliahan, dia pun begitu ku rasa. Memiliki banyak teman, sibuk dengan kegiatan, organisasi, belajar dan lain-lain. Komunikasi? Iya tetap saja, kami menjalani komunikasi selayaknya teman biasa, tak ada yang spesial. Aku hanya bertanya kabar, melalu pesan singkat, telfon pun sudah sangat jarang sekali. 

Na ja, rupa-rupanya dia sudah mempunyai pacar. Iya, beberapa kali, saat masih duduk di bangku menengah atas, dia sempat memiliki hubungan dengan beberapa teman satu kelas. Padaku? Ah aku hanya pelengkap saja, sebagai teman cerita, pendengar, dan lain-lain. Entah kenapa beberapa teman satu kelas, yang laki-laki slalu saja datang padaku, dan ujungnya ingin menceritakan kisah cinta mereka. Buatku tak masalah, hanya saja, dengannya agak sedikit sakit rasanya.

Mendengar gerutunya, ocehannya, keluhannya, itu sedikit membuatku berbisik pada hati nurani kecil "let's make our relationship, then I promise, I'll make you happy everytime" ah kaya sinetron aja gitu ya hehe... Tapi seriusan, entah kenapa hubungan yang hanya sebatas persahabatan ini malah justru berbeda. Bercandaannya kami, percakapannya kami, pertemuan kami, itu semua berbeda. Bagiku, bukan baginya.

Keluhannya itu, yang slalu membuatku berbisik kembali "ah apaan sih, kenapa kau harus menceritakan kisahmu padaku? Tahukah? Aku sakit. Aku bingung harus menasihati apa." Ketika datang wanita baru, dan kau bilang "itu targetku, itu gebetanku! Gimana pendapatmu?" Begitulah pertanyaan yang slalu mau ajukan padaku. Ingin membuatku cemburu? Atau kenapa? Kenapa harus slalu bertanya denganku, tentang wanita pilihanmu? Yang menjalani hubungan itu kamu, bukan aku. Lalu, kenapa aku dibolehkan untuk ikut campur dalam hubunganmu?

Aku tahu, saat ini kamu masih single, jomblo, setelah putus dari pacar lamamu. Terus kamu, cerita kalau kamu belum bisa lupa sama mantan pacarmu. Fine, I'll make you something different! Tapi rupanya, justru berbeda. Kamu justru mengiri beberapa foto gebetanmu yang baru, lalu meminta saran padaku, meminta pendapatku bagaimana mereka. Itu apa? Apa itu? Aku hanya bisa menjawab, "then, take it easy. You can get it, what will you do! That's up to you, that's your choice, not me. Why should I?" Hanya pertanyaan itu yang muncul. Tahu rasanya? Entah kenapa, aku berusaha menghilangkan perasaan ini, tapi seperti, dia berharga buatku. Kenapa beda? Kenapa sedih? "I'm here for you, waiting for you..." Tapi sekali pun dia, tak pernah memandangku. "That's right!" 

Aku berfikir, ah hanya pendekatan saja, belum resmi, karna aku pun masih ada kesempatan itu. Tapi, dengan keadaanku sekarang berada sangat jauh darinya, lalu bagaimana proses itu akan berlangsung? Setelah lulus kuliah, setelah wisuda, kami pun selalu masih sama saja. Hubungan persahabatan, dan pada akhirnya aku memutusan untuk hidup lepas dari keluargaku, untuk hidup berpetualang di negeri yang aku impikan. Iya, aku sekarang berada di belahan bumi yang lain, terpisah oleh beberapa waktu dan benua. Oh God, I don't know, I miss him! Lama sekali aku tak berjumpa dengannya. Keberangkatanku ke Jerman seperti mendadak, tanpa berpamitan dengannya, tanpa bertemu dengannya. Iya karna, dia sudah sibuk dengan dunianya sendiri. Mana mungkin, aku berani mengganggu hidupnya? Sedangkan aku hanya sebatas sahabat dengannya.

Iya, pergi begitu saja tanpa pemberitahuan yang benar-benar jelas. Tahu-tahu, aku pun tiba di Jerman, update foto di facebook, dan tahulah semua mereka, yang tidak tahu keberadaanku. Termasuk dirinya mungkin. Seakan shock, karna tak mengucapkan sepatah dua patah kata, "good bye, take care, etc!"
Aku nggak mau berucap seperti itu, karna aku tahu, aku akan sedih. Oh bukan sedih, tapi karna aku tahu kamu juga akan sendirian, dan tak ada lagi kawan yang dapat diajak mencurahkan isi hatimu, karna itu yang kamu butuhkan sampai saat ini.

Setelah jauh, tak ada kabar, tak ada komunikasi. Lalu tiba-tiba beberapa bulan ini, kamu mengganggu hidupku kembali. Via what's up, via bbm, lebih sering via bbm. Entah kenapa, komunikasi itu berjalan dan mengalir apa adanya. Rasanya nyaman, meskipun kita nggak pernah menggunakan kata-kata mesra, terutama kamu. Sudah seperti, ah sudah biasa. Tak ada kata romantis, karna yang terpenting adalah hati. Mungkin hatiku, bukan hatimu. Hehe

Apa? Kamu ingin ke Jerman? Travelling? Apa itu hanya sebuah modus? Atau memang impianmu? Ada rasa "GR" di diriku ini. Kenapa tetiba kamu pengen ke sini? Beberapa kali, kamu memasang status bbm dengan menggunakan bahasa jerman. Kenapa? Supaya aku respon? Apa bener kamu emang benar-benar tertarik? Bukan karna aku di sini? Itu pertanyaan yang slalu muncul, dan entah kenapa aku mulai merasa "GR" kembali. Ah mungkin memang maunya dia seperti itu, mana tahu aku hatinya, mana tahu aku pikirannya. 

Entahlah, perasaan ini, perasaan yang slalu ingin aku buang, tetiba muncul kembali. Tapi, kalau benar memang karna aku ada di sini, aku senang, meskipun sepertinya itu nggak mungkin terjadi.

Aku? Nyatain perasaan? Ah tidak, karna aku perlu meyakinkan diriku, untuk benar-benar tahu apakah aku benar menyukainya atau nggak. Untuk mengutarakannya pun, perlu keberanian, dan itu jujur membuatku trauma akan kejadian masa lampau. We'll see it later. I don't know, what's will happenning in the future. But. I hope, that you'll be mine, and you know, how much, I like you more than ;)


Mannheim, 11.10.2014
Share:

8 October 2014

Welcome the real life...

Sudah satu setengah bulan, hidup menggelandang sendiri. Tanpa hidup menumpang-numpang dengan keluarga asing di negeri orang. Setahun yang lalu, saya masih hidup menumpang di rumah orang, yang ya baru saya kenal dari tahun lalu. Tiba-tiba masuk dengan berlatar belakang yang sangat berbeda jauh dari kehidupan saya, ketika saya di Indonesia. Banyak hal, yang awalnya saya tidak tahu dan akhirnya pun menjadi tahu di sini. 

Rasanya hidup jadi aupair (begitulah sebutan buat mereka para muda-mudi yang di sini seperti baby sister buat keluarga asing)? Kehidupan aupair? 

Kalau saya boleh menjawab, haruskah saya menjawab jujur atau tidak jujur? Ya karena memang begitu adanya. Ada kurang dan juga ada lebihnya. Apa kurang lebihnya? Bagi saya adalah MENTAL.

Hidup bersama dengan mereka, satu atap, makan bersama adalah hal yang baru sekali bagi saya. Dengan kondisi apalagi baru saja dikenalnya. Masih belum tahu bagaimana karkater mereka, budaya mereka, dan lain sebagainya. Maka dari itulah saya harus belajar memahami mereka. Namun, pada akhirnya di kehidupan nyata, sayalah yang harus belajar memahami mereka, bukan mereka belajar memahami saya. Sedih. Tentu saja, seperti diskriminasi, bahwa budaya saya itu sangatlah tidak wajar. Memang benar, dimana bumi dipijak, disitulah langit bakal dijunjung tinggi. Bagaimanapun, saya masih punya adat sopan santun yang harus tetap saya pegang, bukan justru saya harus ikut dengan budaya mereka yang bagi saya tidak wajar.

Ah, kembali lagi mengenai aupair. Aupair itu...
Mengasyikan,
Seru,
Luar biasa,
Capek,
Menantang,
Suka,
Duka,
Cita,
Stress,
Bahkan mungkin semua rasa itu akan ada di dalam dunia aupair. Iya itu bagi saya, secara pribadi memang seperti itu. Semua rasa itu ada.

Tetapi, yang paling membahagiakan diri saya saat ini adalah, karna saya sudah lulus dengan ilmu yang bernama aupair :) kenapa bahagia?

Iya, karna saya hidup sendiri, tanpa ada keluarga yang (juga) ikut campur urusan saya. Saya belajar untuk hidup, berjuang untuk hidup, dan berani untuk hidup. Itu adalah pilihan. Saya pun belajar bertanggung jawab untuk hidup saya sekarang ini.

Hidup sendiri, saat ini, begitu menyenangkan, bukan berarti tidak peduli dengan orang lain. Namun, di situlah belajar bagaimana untuk bisa peduli dengan diri sendiri dan bahkan orang lain. 

Hidup menumpang itu nggak enak, nggak nyaman, meskipun hidup menumpang tetap menjadi sebuah zona yang nyaman, karna apa-apa sudah ada, contohnya seperti bahan makanan, peralatan memasak, peralatan mandi, dan lain-lain. Semua sudah tersedia, dan tinggal mempergunakannya. Namun, kembali lagi, jujur saya katakan, hidup menumpang itu tidak nyaman :) percaya deh :)

Terus saya sekarang ngapain setelah aupair?

Saya kerja sosial sebagai perawat di rumah orang-orang berkebutuhan khusus di Jerman. Saya harus bangga, saya pun senang, karna dengan begitu hidup saya juga akan menjadi senang. Ini kerja mulia, karena bisa membantu orang-orang seperti mereka. Saya pun jadi paham dengan kehidupan mereka, meskipun belum 100 persen paham. Maka dari itulah saya belajar, dan dari merekalah saya jadi belajar dan memahami arti hidup.

Mereka, meskipun demikian, selalu berusaha untuk melakukan sesuatu sendiri. Bahkan mereka pun tidak pernah mengeluh dengan kekurangan mereka seperti itu. Saya malu pada diri saya. Tuhan menciptakan saya tubuh sempurna, kaki, tangan, mulut, telinga, mata, tak ada yang kurang satu pun, dan saya masih slalu mengeluh? Iya saya malu, sedangkan mereka yang 'bukan' seperti saya bisa hidup dengan nyaman dan senang. Itulah luar biasanya mereka.

Manusia itu, mengeluh ya wajar dong? Pasti akan ada pertanyaan macam itu.
Iya, wajar, wajar sekali. Tapi cobalah untuk tidak mengeluh dengan hidup, saya pun juga masih suka mengeluh, jadi masih harus juga memperbaiki diri.

Bekerja dengan mereka saat ini adalah hal yang menyenangkan bagi diri saya. Entah kenapa, ada rasa banyak sekali bersyukur. Alhamdulillah, mereka pun benar-benar memahami dengan kondisi saya yang menggunakan jilbab, jadi tidak ada halangan di pekerjaan saya. Saya senang.

Jika ditanya, setelah ini mau apa?
Itulah yang sedang saya cari saat ini. Masih belum bisa menentukan. Ingin kembali ke negeri lahir, tetapi masih belum jelas pun ingin melakukan apa di sana. Semoga ada hal yang baik yang bisa saya kembangkan di sana.

Banyak hal, selama satu tahun lebih di Jerman yang benar-benar dapat saya petik. MasyaAllah, inilah kuasaNya, Alhamdulillah, Tuhan memberi kesempatan kepada saya, untuk benar-benar membuka mata tentang dunia. Dia mengajariku secara tidak langsung bagaimana dunia, bagaimana agar bisa lebih dekat lagi denganNya. 

Negeri minoritas muslim, negeri yang banyak berfikir tentang rasional, yang selalu perlu bukti nyata. Paham kenapa saya sebut negeri yang selalu perlu bukti nyata? Karna mereka nggak akan percaya begitu saja dengan teori yang mereka baca di dalan buku, tapi mereka ingin bukti dari teori itu, sebagai bukti bahwa teori itu ada.


Mannheim, 7.10
Share: