10 May 2017

Renungan Senja

Saya resah dengan Indonesia saat ini. Saya muslim, dan saya  percaya dengan kitab saya. Dalam hal ini, sebagai muslim yang hidup di tanah Indonesia yang (katanya) berbhineka tunggal ika, saya sangat menghargai apapun pilihan mereka. Karena bagimu piihanmu dan bagiku pilihanku (intinya saya tidak ingin mencampuri apapun pilihanmu). Bahkan saya justru takut hanya karena masalah pilkada, ucapan, atau tingkah seseorang Indonesia bisa berpecah belah. Saya pernah juga hidup di wilayah minoritas bahkan beberapa dari mereka selalu bilang

"Vida, kenapa agamamu sangat keras sekali aturannya? Sebagai perempuan kamu harus berjilbab, ketika Ramadhan kamu harus puasa, terus kamu harus beribadah satu hari 5 kali. Apa itu nggak ribet"-- pertanyaan itu menampik diri saya yang saat itu berada di kaum minoritas.

Lalu saya jawab "Agama saya tidak keras aturannya. Saya menjalankan sesuai dengan perintah dari Nya, dimana itu tertulis di kitab saya dan memang saya meyakininya. Logikanya sama seperti kalian harus bayar pajak atau asuransi di negara kalian yg itu adalah kewajiban kalian sbg warga negara ini. Hanya bedanya jika kalian tidak melakukannya kalian akan mendapat hukuman/ sanksi dr aparat pemerintah kalian, sedangkan saya harus mempertanggung jawabkan ini ke Tuhan saya" :)

Percakapan seperti ini seringkali terjadi, namun pada intinya dimana saya bisa bergaul dan bertingkah seperti biasanya dengan rekan-rekan kerja saya supaya mereka tidak berpendapat bahwa islam itu radikal, islam itu agama yang toleransi, mereka menerima dan open minded dengan apa yang saya sampaikan tentang pendapat saya. Bahkan saya sangat terharu ketika saya sedang berpuasa di tempat kerja, rekan kerja saya selalu menyediakan makanan buka untuk saya. Betapa indahnya keberagaman yang saya rasakan saat itu :) 

Saya juga pernah dengan bangga bercerita bahwa Indonesia itu banyak suku, budaya, agama dan bahasa, tapi hidup kami rukun-rukun saja tidak ada pecah belah, yang namanya pendapat pasti akan terjadi tapi semoga itu yang akan saling mengeratkan diri kami. Namun, sekarang justru saya malu untuk kembali mengingatnya karena kenyataannya saat ini Indonesia sedang dilanda perpecahan. 

Mohon maaf jika apa yang saya sampaikan ada yang kurang berkenan, sejatinya saya hanyalah makhluk yang masih juga berlumur dosa bukan sok-sokan (bijak, alim dan bersikap netral). Tapi saya yakin bahwa setiap manusia di muka bumi ini punya pilihan masing-masing. Yuk kembali menjadi Indonesia yang berbhineka tunggal ika jika masih mencintai negeri ini maka luruskanlah dengan niat lapang, bentuklah perubahan yang lebih baik lagi meskipun dengan hal-hal kecil yang kita lakukan. Jangan ada perpecahan lagi hanya karena suatu oknum yang bertingkah dan berucap atau berbeda pandangan dengan kita, lalu kita berpecah bukan kembali menjadi NKRI. 

Satu hal lagi yang harus kita ambil pelajarannya adalah belajarlah dari anak-anak, meskipun anak-anak tapi mereka lebih mencintai kedamaian. Bukankah kita sebagai seorang dewasa selalu mengajarkan ke anak-anak untuk mencintai perdamaian? Tapi apa yang telah kita lakukan apakah sudah mencerminkan dan mencontohkan perilaku yang harusnya ditiru oleh anak-anak? :) 

Beberapa foto ketika saya di Jerman dan di penempatan. Ada keharmonisan yang dirasakan, berbeda tapi tetap satu jua :)


Ini adalah gambar di atas dan di bawah adalah gambar ketika seminar di Jerman :) beberapa dari Georgia, Nepal, Jerman, Ukraina, Turki tapi tetap saja kami akur :)




Gambar di atas adalah siswa-siswi SDN 005 Sebatik Tengah berasal dari beberapa macam suku bugis, Timor, Jawa, Tidung

See?  Kurang indah apalagi coba negeri kita jika diri kita tidak bisa menjaga keutuhan dan kerukunannya? :)



-- Rabbana dhalamna Anfusana wa Illamtaghfirlana Watarhamna Lanakulanna Minalkhosirin -- 🙏

--vidahasan--

Share: