23 February 2015

Kurz Trip nach Amsterdam

Perjalanan ini di awali dari hanya kepengen kepengen dan kepengen. Awalnya aku mau melakukan perjalanan ini sendiri tanpa siapapun, iya karna aku kira aku sendirian yang dapet jatah libur. Iya maklum, karna dari tanggal 21 Februari - 2 Maret dapet jatah cuti libur dan nggak kerja sama sekali. Kecuali tanggal 24, emang ada jatah seminar dan itu masuk jatah kerja (gue salah ambil tanggal seminar). Tapi mau gimana lagi, seminar yang pengen banget diikutin adanya pas tanggal itu, jadi aku ambil aja --oke fix, skip tentang seminar--

Nah, tanya mumpung tanya rupa-rupanya Hanirla sama Wida juga libur di tanggal yang sama, sama aku. Maka jadilah, kami berencana bertravelling bertiga. Awalnya antara Amsterdam atau Berlin, cek punya cek, tiket ke Berlin lebih nggak bersahabat harganya daripada ke Amsterdam, akhirnya ke negero Belandalah kami bertiga, malah awalnya mau ke Luxemburg, tapi malah justru bingung kalau ke sana mau kemana hehe yaudah, yaudah, fix tanggal 21 (dini hari) ke Belanda. Perjalanan ini kami lalui melalui jalur darat, cukup bus aja gitu tak terlalu mahal. 

Oke, langsung pas hari H aja, aku berceritanya.


Nah, sebelum berangkat menuju ke terminal bus yang terletak di dekat stasiun Mannheim, kami bertiga menyempatkan diri untuk berwefie ria (lokasi di boarding house platanen, lantai 5).


Bus kami berangkat pada tanggal 21 Februari pukul 02:25. Jadi, sebelum jam itu kami harus tiba di terminal bus, dekat stasiun Mannheim. Sebelum berangkat, aku emang sengaja nyuruh Hanir sama Wida buat mampir ke tempatku dulu, mumpung masak banyak terus takut nggak habis, bosen, dengan jatah makanannya, akhirnya aku suruh merekalah ke rumah. Iya maklum aja, rumahku kan emang di Mannheim, jadi kami berangkat tinggal beberapa jam saja nunggu di stasiunnya.

So, jam pukul menunjukkan 00:00, kami pun siap-siap menggunakan kereta menuju stasiun terus jalan kaki ke terminal bus. Kereta yang dari tempatku berangkat pukul 00:21 dan tiba di stasiun pukul 00:50. Gilak, ini mah emang masih nunggu sekitar 2 jam sampe bus ke Amsterdamnya berangkat. Pertanyaannya adalah, busnya udah ada belom? Tentu aja, bus kami belum ada. Kami pun harus rela menunggu sampai pukul 02:00 di stasiun. Parah dinginnya, nggak kuat. Bercengkerama sampai malam, mendengarkan musik, ngemil gorengan, dan lain-lain. Pokoknya kami melakukan sesuatu biar nggak ngerasa lama nunggu jam. Dan akhirnya, tepat pukul 02:00 kami pun berjalan ke terminal bus yang berjarak nggak terlalu jauh dari stasiun kereta (tempat mangkal kami sebelum berangkat). Pas uda nyampe, tau-tau bus kami uda mangkal aja di sana. Tau gitu mah, uda agak dari tadi nunggu di sananya, daripada kedinginan nungguin di stasiun.

Oke, kami pun langsung diperiksa tiket dan data diri kami, terus setelah dicek, kami pun langsung mencari tempat duduk di dalam bus, sembari menghangatkan diri. Wida satu tempat duduk dengan Hanirla, dan aku sendirian. Ya maklum, kan ganjil bertiga, jadi salah satu kudu bobo sendirian 😝 oke dan skip lagi. Bus kami berjalan tepat pukul 02:30, beberapa menit kemudian aku uda tewas aja nggak sadarkan diri. Cukup. Haha

Aku masih belum bisa mengira-ngira berapa lama perjalanan ini. Sesekali terbangun, dan bus berhenti di Frankfurt airport menjemput penumpang yang lain. Setelah itu aku kembali tertidur pulas. Beberapa jam kemudian bus berhenti barang 15 menit untuk istirahat, merokok, toilet, dan lain-lain. Tapi dengan tenang, aku tetap kekeuh bobok dengan nyenyaknya, tanpa menghiraukan siapapun. Uda duduk sendirian, tidur terus, kaki diselonjorin, ah nyaman! Hehe

Oke, perjalanan kembali hingga pukul 06:30 bus kembali berhenti untuk (katanya tour guide kami) sarapan, dan semua penumpang diharuskan untuk turun demi keselamatan barang yang ada di dalam bus. Baiklah, mumpung istirahat selalu sempatkan diri ke kamar kecil, karna itu sangatlah penting. Mau buang air apapun itu terserah, tapi seriusan beneran wajib ke kamar kecil. Setelah itu kami duduk-duduk sebentar, sembari menunggu handphone hanir kembali menyala karna sedang di charging.

Kami pun kembali melakukan perjalanan tepat pukul 07:00, menurut keterangan tour guide, kami akan tiba di Amsterdam sekita pukul 09:00. Ah... Lanjut tidur, pikirku kalau begitu. --emang dasar tukang tidur mah tidur aja gitu--

Pukul 09:00
Dan kami pun tiba di Amsterdam. Buru-buru aku, wida dan hanir turun dari bus. Mencari mesin automat buat beli tiket metro (katakanlah metro biar agak mudah gitu). Setelah nemu mesin automat, pikir dipikir uda diutak utik beberapa kali rupanya emang beda, nggak paham meskipun uda pake bahasa inggris segala macamnya. Akhirnya si wida tanya bagian informasi setempat terus kami cukup harus bertanya lagi ke pusat informasi yang ada di depan stasiun Amsterdam. Dapatlah kami tiket untuk seharian keliling Amsterdam. Lumayan banget emang harga tiketnya, 7.50€ beroh. Lo kalo di Mannheim, 6 sekian euro uda dapet tiket begituan haha. Nggak papa sekali-kali, lagian cukup sekali kan ke Amsterdam 😄 kenapa tiket transport mahal? Iyalah, dimana-mana orang di sana kebanyakan ngendarain sepeda. Pas pertama kali banget aku turun dan nginjak tanahnya aja, uda banyak banget sepeda diparkir, jalan sepeda pun khusus. Kalo kita berjalan di tempat khusus buat sepeda, bisa-bisa kena marah pengendaranya. Itu khusus banget, jerman aja kalah kalo untuk masalah sepeda menyepeda kni kok. Jerman kebanyakan pengendara roda empatnya, lebih luxus. Hello Amsterdam!!!




Setelah dapet tiket, dua orang kawan aku membaca peta. Peta di Eropa itu adalah wajib, nggak ada peta bisa bingung, minimal juga tanya orang kalo ujungnya bingung nggak bisa baca peta. Nah kalo tanya orang terus juga kan nggak enak, maka hak wajiblah kemana pun pergi membawa peta. Nah, selagi menunggu dua kawanku membaca peta, aku? Oh aku mah tinggal ngikutin mereka aja. Mereka kurang mempercayai kehandalanku untuk membaca peta, meskipun kadang sesekali bener, tetep dua orang kawanku ini masih kurang percaya aja dengan kehandalanku membaca peta, alhasil yaudala bengong 😁😁😁

Setelah nemu, tempat pertama kali yang dituju adalah I AM STERDAM letter, tulisan doang sih sebenernya, tapi mungkin kalo nggak ke sana belum ke Amsterdam kali ya hehe. Naiklah kami metro. Nah kan mau naik metro aja bingung mau pake apa, bolak balik baca peta, tau-tau aku cuma baca papan aja gitu cari nomer metro. Udah beres, nggak perlu baca peta lagi, baru deh mereka percaya kalo ada papan gede terpampang di jalan metro berapa aja yang jalan di halte A. Jalanlah sebentar kami ke halte B, dan di sanalah metro tujuan kami beroperasi. Naiknya pun bingung, darimana, giliran aku ngomong lagi malah dibilang "iya po?" Ah yauda, agaknya masih belum dipercaya lagi dengan hanya membaca feeling. Hmm 😝 taunya bener juga 😁😁


Amsterdam Letter


Sampai di sana malah tewas hujan! Yelah! 
Tapi karna masih lumayan pagi, tempat ini masih lumayan sepi. Biasanya kan ramai baby banyak orang, sampai temenku yang minggu lalu ke Amsterdam aja curhat, nggak bisa foto di tulisannya karna saking ramainya. Tempat ini deket sama museum Ritz Amsterdam, pas mau masuk museum, ini mah museum mewah kali, gede banget, batin cuma bilang, pasti mahal masuknya. Dan bener aja masuknya mahal, 17,50€. Pengen masuk museumnya, tapi gegara mahal itulah jadi nggak jadi masuk museum yang super mewah ini. Akhirnya penggantinya museum Ritz masuk ke Amsterdam museum. Jadilah balik lagi naik metro. Balik lagi arah stasiun, trus ke Amsterdam museum deh.


Ritz Museum

Masuk ke Amsterdam museum bayar aslinya 13€, tapi karna kami punya kartu social young akhirnya dapet potongan jadi 9€ deh. Hehe sempet ditanya juga, "jadi kalian mahasiswi?" Diiyain aja, biar dapet potongan haha lumayan kan. Masuk museum aja, tas harus ditaruh di locker, nggak boleh membawa apa-apa, kecuali kamera mah boleh aja. Jaket dan tas kami masukkan ke loker yang udah disediain pihak museum. Yaudah, yang namanya museum kan isinya barang-barang antik gitu. Nah, kalo di Amsterdam museum ini lebih menonjol atau identik ke jaman kehidupan kerajaan Belanda tempo dulu, bahkan di sana juga dijelaskan perjalanan VOC yang sempat juga menjajah Indonesia selama kurang lebih 350 tahun lamanya. Waw banget kan. Iya banget. Banyakan foto-foto dari raja-raja tempo dulu, yang paling diinget buatku di museum ini adalah foto dari pasangan lesbi yang pertama kali menikah di Belanda (aku lupa siapa nama pasangan ini) yang jelas, ini deklarasi yang diijinkan dari pemerintah Belanda untuk menikah sesama jenis.


Frank Witterbrood and Peter Lemke

Oke, sekitar pukul 13:00 kami keluar dari museum Amsterdam. Gerimis masih menyelimuti perjalanan kami bertiga. No problem, tetep jalan aja meskipun hujan pun. Ini semua karna waktu. Udah gitu aja. Berikutnya, kami harus buka kembali peta mengarah ke Anne Frank Huis. Tau itu siapa? Iya sabar, nyar dikasih tau kalo uda ketemu tempatnya 😛 Carilah kembali kami metro, balik lagi ke kota, pusat perbelanjaannya. Terus nyasarlah kami di Madam Taussads. Waaa ini sebenernya pengen masuk banget, uda di depannya pas, tau-tau mahal bo masuknya. 33€ per orang 😂😭😭 nggak papa sebenernya, toh lagian sekali seumur hidup aja habis itu udah nggak lagi. Tapi mengingat karna di Berlin ada juga Madam Taussads, terus belum ke sana, yauda deh di Berlin aja masuknya. Ini sekarang di Amsterdam nyari yang nggak ada di Belanda. Oke, check in ke Anne Frank Huis. Cari lagi halte metro, buka lagi peta, udah mentok tanya orang metro yang mengarah ke Museum Anne Frank. Taunya deket gereja tua yang si Wida Hanir mau masuk, tapi nggak jadi gara-gara disuruh bayar 10€.

Yey! Dan sampailah kami di Anne Frank Huis... Tapi, bentar-bentar (pikir gue pas lagi di dalem metro) "waw gilak! Antriannya dari ujung sampe ujung bo'. Mantep banget ini antrian masuknya. Oh God!" Oke, awalnya antara niat dan nggak niat, sambil berdiskusi jadi masuk apa nggak, akhirnya sembari ngantri paling belakang, baiklah masuk, niat, pasti bisa sampai ujung depan sana! Asli ini sih paling lama banget seumur-umur yang baru pernah aku lakuin. Demi dan demi banget masuk ke museum Anne Frank Huis, bisa-bisanya ngantri sepanjang ini dan bakalan lama banget sampe ujung ticketing sana 😭😭 beberapa kali sampai hujan, gerimis, reda, hujan lagi, gerimis lagi, reda lagi, begitulah. Semacam menembus lorong yang nggak tau arahnya *halah plak* hahaha sampai cemilan kami pun, yang kami bawa dari rumah, akhirnya satu per satu pun tak bersisa, cuma tinggal bungkus-bungkusnya yang ada.
Antrian masuk Anne Frank Huis

2 jam kemudian...
Akhirnya... Bisa sampai ujung yang jualan tiket juga. Selama 2 jam menunggu di luar, ini sih hal gila gegara beneran pengen banget banget masuk ke museumnya Anne Frank hahaha pas masuk uda hampir jadi es batu, saking nunggu lama banget 2 jam di luar. Kalo pas cuacanya bagus sih nggak masalah, lhah ini? Udah berangin, dingin, duhlah asli gila banget sih kalo menurutku.

Oke, dan aku uda janji mau ceritain si Anne Frank ini. Jadi nih, Anne Frank itu salah satu anak gadis dari Otto Frank. Mereka keluarga yahudi yang berhasil bersembunyi selama bertahun-tahun dari kejaran para diktator Nazi pas jaman perang dunia ke dua. Nah, si Anne Frank ini sosok gadis cerda, dia bahkan bercita-cita ingin menjadi jurnalis. Pas umurnya 13 tahun dia memulai menulis diary, menulis tentang kesehariannya di balik persembunyiannya ini. Iya maklum, dengan umur segitu yang seharusnya bisa bermain-main di luar sana bersama dengan teman-temannya harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya di luar sana tak aman karna menjadi target dari para diktator. 

Di Anne Frank Huis (Anne Frank House) inilah semua kisahnya bermula. Bukan hanya Frank family yang bersembunyi, namun ada beberapa orang yang juga ikut bersembunyi di rumah ini. Kalau diceritakn siapa-siapanya aja sih lumayan banyak, ada sekitar 12 orang yang bersembunyi (baca google aja mah kalau pengen lengkapnya ) 😝

Pas masuk di pintu pertama si rumahnya Anne ini rasanya uda kaya berada di jaman dulu aja, pas jaman perang dunia kedua. Nah di tembok depannya udah disuguhi aja kalimat pemanis (buat gue sih) dari Anne Frank sendiri, yang diambil langsung dari buku diarinya. Begini kalimatnya "I know what I want, I have goal, I have opinions, a religion, and love", yap! Dan dari situlah aku mulai seperti masuk ke dalam dunianya Anne Frank pas jaman dahulu banget. Merinding bo'. Tiap langkah yang aku lalui, tip ruang punya kesan masing-masing, karna di tiap ruangan ditulis dengan keterangan dan kisah dari keluarga ini. Kebanyakan pun diambil langsung dari buku diari Anne Frank. Asli keren sekali!!! (Gue masuk ke jaman tempo dulu banget ini).

Iya toll banget rasanya, di luar nunggu 2 jam, masuk pun juga 2 jam gara-gara harus ngantri juga langkah demi langkah, karna banyak orang juga di dalam ruangannya. Makanya, kami nggak diijinkan buat mengambil gambar di rumahnya 😔 karna bisa jadi mengganggu yang lagi menikmati membaca diari si Anne ini. Cukup tau aja lah ya, setiap langkah, ruang, dan tulisan-tulisannya membuatku masuk ke tempo dulu. Serius nggak boong (saran gue, kalo lo di Amsterdam, ini tempat kudu wajib lo kunjungin banget. Recomended banget lah pokoknya sekalipun ngantri lama dijamin puas. Buat yang suka sejarah sih terutama).

Postcard Anne Frank

Baiklah, perjalanan di Anne Frank ditutup dengan perjalanan selanjutnya MAKAN!!! Ini wajib banget. Mengingat dari pagi sampai sore/ malam belum makan karbohidrat haha cuma makan cemilan-cemilan doang, meskipun masih kerasa kenyang, tapi belum plong rasanya kalo belom makan, makanan yang bener. Yauda, carilah kami resto yang harganya cukup terjangkau sisa-sisa duit kami haha.. Kembali naik metro.

Si Hanir pengen banget makan makanan khas nusantara tapi ala Eropa. Nah loh! Haha (gue sih nggak tau apa itu) katanya dia ada liat gitu sate tapi nggak pake lontong atau nasi, terus penggantinya pake pommes. Nah! Ini yang agak susah nyarinya, nggak tau nama makanannya apa, nggak tau di restoran apa namanya, yang penting menunya begituan. Hahaha udahlah, muter-muter nyari restoran, terus menu yang dimaksud. Nggak nemu, tau-tau jatuhnya ke restorant BOJO, ini resto makanan Indonesia hang ada di Amsterdam haha.. Milih di sini, karna ada sate ayamnya, dan harganya masih terjangkau lah daripada yang lain. Terus Indonesia bo' haha (iya ujungnya makanannya Indo lagi) 😅😅😅 yang penting kenyang! Udah aja gitu.

Also, aku milih menu tahu campur pake lontong, hanir sate ayam pake lontong terus wida gado-gado pake lontong. Minumannya, aku es cendol. Wida jus mangga (tapi bukan mangga asli, cuma dari kemasan gitu haha), terus Hanir beer. Oke! Nggak papa lah ya, yang penting (sekali lagi) makanan Indo! Beberapa menit kemudian... Widih, ini resto rame banget rupanya! Seriusan rame! Haha tapi restoran Indo di Belanda juga nggak cuma di tempat yang kami makan aja sih, kayaknya ada lumayan banyak juga resto Indo di Belanda, terutama di Amsterdam. Mungkin ini satu dari sekian banyak resto Indo di Belanda. Pas mau cari makan dan setelah makan pun masih banyak yang nawarin kami buat ke restonya. Malah dikiran orang malaysia kami ini hihihi iya kan muka-muka Asia emang tipenya sama begitu. Nggak ada bedanya 😁😁😁

Restoran Indonesia di Amsterdam
Oke, setelah makan langsung ke tujuan selanjutnya, ke toko souvenir. Ah, kalo ke toko souvenir mah tau lah ya. Nggak perlu diceritain. Nggak banyak beli juga, kan kudu ngirit buat beli tiket pesawat, biar nggak terdampar di sini gara-gara nggak bisa pulang ke Indo cuma karna nggak punya duit. 😪😪😪

Nah, sesi tujuan terakhir ini nih yang bikin mata bego aku langsung muncul haha mata aku cuma bisa bengong ngeliatnya. Awalnya sih nggak tau sama yang namanya Red District Light ini isinya apa aja juga nggak tau. Kalo dari awal sih cuma mikir, oh mungkin ada lampu-lampu cantik gitu warna merah di jalan-jalan. Makanya deh namanya kaya gitu. Pas si Wida bilang ke Hanir, kita suruh tanya orang, trus Hanir bilang, "masa sih kita nanya begituan sama orang?" Udah nggak usah. Nah, dari situlah aku tersadar dan baru nanya, "emang itu tempat apa?" Baru deh ngeh kalo rupanya tempat macam "begituan". 

Pikirnya sih awalnya biasa aja, tau-tau pas sampe tempatnya mata aku beneran melotot, muka bego sebego-begonya, cuma bisa bengong doang. Dalam hati cuma berkali-kali tanya "itu apa? Itu apa? Itu apa?" Oh my God! Hahahaha ini mah sex shop. Oke, fix, aku nutup kepalaku pake tudung jaket. Iya kali pake jilbab ke tempat begituan, jadi mata orang uda tertuju aja gitu ke arah aku. Iya, jadi pusat perhatian orang 😁😁😁😂😂😂

Nah, sampailah di tempat dimana ada banyak lampu-lampu merah di sekitar jalan deket canal. Tapi lampunya itu di dalem ruangan gitu. Nah pas kebetulan lewat yang lampu merah, ada noni Londo yang cuma pake bikini doang. Cukup terkejut, langsung aja aku tanya "eh itu mbaknya ngapain?" Terus si Wida bilang, "Iya itu mbaknya kaya gitu emang. Itu coba liat ada yang baru mandi" si Wida malah suruh ngeliatin noni londo yang habis mandi, ah. Hahahaha gue? Lagi-lagi muka bego! Hahahaha

Oke, sekarang jadi lebih paham. Oh ternyata maksud dari Red district light itu kaya begini? Owalah... Oke, fix paham.

Hanir und Wida in Red District Light Amsterdam
Keliling sekitar satu jam kurang lebihnya, tepat pukul 20:00 kami harus kembali ke stasiun. Iya karna pukul 21:00 kami harus kembali melakukan perjalanan pulang ke Jerman.

Sampai Jerman pukul 03:00 dini hari. Berasa mimpi aja kemarin malam dimana, terus tadi dimana, sekarang udah ada dimana. Kaya nggak ngerasa habis dari Belanda, kaya nggak ngerasa baru dari Amsterdam. Asli 12 jam di Amsterdam itu antara iya atau nggak, percaya nggak percaya kalo kami beneran di sana kemarin hari sabtu.

Perjalanan yang sangat singkat, tapi cukuplah mengenang! Terima kasih wida hanirla sudah jadi kawan berpetualang di Amsterdam. Semoga next holiday bisa bareng lagi sama kalian. Hehe 



Mannheim, 22 Februari 2015
-Vida Hasan-
Share:

20 February 2015

Diet Mayo (ceritanya)

So, ini sih bingung mau cerita kaya mana. Tapi yang pasti ini emang aku suka banget sok-sokan gitu ikut-ikutan diet mayo, atau yang lagi beken saat ini diet yang makannya tiap hari tanpa garam selama 13 hari. Jadwal menunya pun udah direncanain, yang penting tinggal pinter-pinternya diri kita ini aja ngolahnya kaya gimana hehe

Jadi berawal dari suka baca-baca blog, terus tau tentang diet mayo ini dari kak Rahne Putri, yang suka upload photo menu diet mayo di instagram. Setelah itu aku baca-baca deh tentang diet mayo, terus perdalam sampe bener-bener menghayatinya 😄😄😄 

Salut banget emang sama yang uda sukses sama diet mayo, aku? Ouch hari ke 7 aja uda lemes dedes, kaya mau terbang, kepala uda keliyengan nggak karuan haha emang dasar tukang makan nasi, mau ikutan gaya-gayaan aja diet 😌 habisnya sejak badanku turun hampir 17 kilo setahun yang lalu, dikit-dikit malah nambah lagi. Alhasil, karna kemungkinan depresi gegara badan dikit-dikit jadi naik, ada niatan lagi mau nurunin. 

Well, jadi dulu berat badanku pas pertama kali datang ke Jerman adalah 77 kilogram. Itu uda gede banget, nggak bisa jalan pula, berat rasanya. Nah, nggak ada angin, nggak ada acara diet, nggak ada acara olahraga alhasil, berat badanku jadi turun drastis 65 kilogram. Itu uda prestasi luar biasa banget buat aku hehehe... Padahal pas waktu di Indo, yang namanya mau diet, ada aja deh pokoknya halangan. Mama masak macem-macem yaudah kepentok, akhirnya makan. Pas di Jerman? Boro-boro makan, masakin orang iya hehe (ah yaudah, itu cerita buruk. Tak perlu dibahas) 😄

Nah, sejak tinggal sendirian sekarang, jadi suka banget masak-masak sampe nyobain resep-resep masakan nusantara. Bahkan sering makan-makan bareng sama temen-temen pas ada waktu, nongkrong, ngemil, dan lain-lain. Ini membahayakan jiwa dan raga sebenernya. Alhasil, pipi jadi tembem lagi, berat badan pun nambah dikit-dikit jadi 2 kilogram. Padahal sebelumnya sempet turun lagi jadi 63 kilo, trus jadi 65 kilo, eh trus jadi 67 kilo dong 😳😳😳 emang yah, dasarnya tukang makan, nggak bisa ngontrol diri ckckck 😌😌😌

Nah, akhirnya kepikiran lah mau nyobain yang namanya diet mayo ini. Diet yang masakannya tanpa menggunakan garam sama sekali. Dulu pernah nyoba sekali, terus pas hari ke 3 atau ke 4 ancur hahaha gara-gara diundang sama temen makan. Lumayan sih, waktu itu turun 2 kilo dalam waktu singkat banget gitu hehe

Nah. Ini percobaan kedua diet mayo. Jadi beginilah alur ceritanya, sampe hari ke 7 aku terpaksa 'medot' karna nggak kuat 😁

Hari 1
Hari pertama masih lancar aja, meskipun lemes namanya juga udah niat. Mau nggak mau kudu dijalanin banget banget ini. Buat sarapan menunya sesuai yang dipetunjuk teh/ kopi pake 1sdt gula. Terus makan siang telur, bayam, tomat, tomatnya juga pake tomat cherri karna itu yang murah haha... Nah makan malamnya aku makan bistik goreng sama brokoli. Harusnya emang pake selada, karna selada cukup mahal di sini, yaudah pilihlah brokoli, Seriusan eneg, makan sayur tanpa garam apalagi aku notabene nggak doyan sayuran gituan 😭😭 tapi hari pertama lancar jaya. Haha

Hari 2
Well, so weit so gut. Hari kedua, makin semangat. Meskipun agak masih belum biasa, mau nggak mau pun jadi terbiasa. Sarapan masih sama pake teh +1sdt gula, makan siang lagi-lagi ketemu bistik sama brokoli, trus makan malam lumayan ada ayam rebus sama 1 buah pisang. Oh iya, hari kedua ini kan hari minggu. Nah kebetulan, di tempat aku tinggal ada karnaval. Dan aku sengaja nonton karnaval ini. Alhasil aku bawa cemilan sore buah ngeganjal perut pake buah pisang. Nggak tau dibolehin apa nggak, yang jelas masih mikir, kan 3 jam sekali makannya kalo diitung-iitung. Masa aku harus nunggu sampe sebelum jam 6 sore buat makan malam lagi. Tewas lah aku 😭

Hari 3
Oke hari ketiga, aku rasa aku bakal bisa sampe minggu depan. Haha ini hari juga uda tugas lagi, masuk jatah pagi jam 6 pula. Iya, berarti sarapan kudu banget di tempat kerja. Uda bawa bekal buat makan siang juga sebenernya, tapi bekalnya nggak aku makan karna nggak sempat 😭😭😭 aku rasa aku melanggar aturan main. Trus akhirnya pun, aku pulang dengan perut kosong dan cuma makan buah apel jam 3 sorenya. Nah malemnya, aku makan normal sesuai menu yang uda dikasih tau. Trus kepikiran malam ini buat beli beberapa bahan yang agaknya ada yg belum lengkap. Belilah kismis, aku pikir mungkin buat snack sore gitu makan kismis, kan masih kejatah sehat hehe menu sarapan masih normal sama teh+1 sdt gula, makan siang telur, bayam, tomat, buah (nggak sempet makan 😭), makan malamnya ayam rebus plus bayam pake jeruk lemon.

Hari 4
Hari ke 4, hari yang agaknya cukup berat. Hari ke 4 ini aku ikutan karnaval kostum sama penghuni di tempat kerjaku. Harus bawa kursi roda mereka, ngedorong kursi roda dan jalan kaki sejauh 6 kilometer. Oke, nggak masalah itung-itung buat olahraga. Tapi, menu sarapanku pagi ini agaknya beda, salad buah (apel+pisang), makan siang omelet wortel, terus makan malam yoghurt, apel dan lemon. Lemonnya nggak aku taburi buat apa-apa. Aku sih enak-enak aja makan lemon begituan hehe

Hari 5
So so, sampai hari ke 5 acara berjalan dengan lancar jaya. Semakin yakin kalo bisa sampe 13 hari makan tanpa garam. Hari ini sih dines kejatahan masuk siang, jadi paginya sampe makan siang masih bisa ngublek di rumah sendiri hehe dan harus bikin bekal buat makan malamnya. Sarapan pagi aku cuma makan buah apel hehe, di menu aslinya mah harusnya wortel parut pake lemon. Tapi nggak gitu doyan 😛 jadi cuma makan buah apel doang deh sebiji haha makan siangnya ayam rebus aja udah cukup, makan malamnya aku pake tumis daging bayam brokoli (tetep hambar rasanya 😭😭😂). Oh ya, ini sih agak sedikit lucu. Jadi, kalo di menu sebenernya ayam kukus pake mentega. Mentega untuk diet mayo kan mentega khusus yang bener2 nggak ada kadar garamnya. Nah sebelum melakukan diet ini, aku beli mentega yang aku pake pas buat percobaan pertama kali diet mayo. Di komposisi nggak ada tulisan kadar garam sama sekali, dan beberapa kali menggunakan mentega ini buat ngegoreng bistik dan telur kupikir rasa asinnya asalnya dari daging. Eh tau-tau 😭😂😭 menteganya mengandung kadar garam meskipun nggak banyak zzz (kena lagi deh, aturan yang nggak berlaku. Parah). Tapi tetep aja lanjut sesuai menu. Makanya akhirnya aku makan cuma pake ayam rebus 1 aja, terus tumis aku langsung rebus pakai air tanpa minyak atau apapun. Glek!

Hari 6
Yey, sudah hari ke 6 rupanya. Nggak terasa. Hehe
Jadi jadi aku masih aja tetep lanjut. Sarapannya lumayan ada rotinya, jadi nggak bosen. Jadi, aku ada roti tawa gandum, trus aku panggang di atas wajan (cuma selembar) trus pake selai aprikosa (nggak tau bahasa Indonya) haha trus tetep pake teh pake 1 sdt gula, makan siang aku masak daging tumis bayam, buat bekal makan malam aku bikin telur dadar lagi pake wortel. Lumayan lah ya. Meskipun ujungnya aku uda agak lemes nggak karuan. Padahal cemilan sore masih dapet meskipun kismis gitu 😁😁

Hari 7
Nah ini nih haha hari dimana akhirnya aku mutusin buat udahan aja gitu. Nggak tau kenapa udah nggak ada semangatnya lagi. Ini gara-gara hari ini mau ke Amsterdam, makanya deh aku cukupin dietnya. Sarapan aja uda nggak karuan, makan yoghurt (lumayanlah) tapi habis itu ngemil kue kelapa gitu 2 potong pula, uda giti ditambah lagi coklat haha ah payah mah ini. Seriusan, ngeliyeng gegaranya. Pas lagi beresin salah satu penghuni, tiba-tiba badan greges aja gitu, nggak ada nafsu apa-apa sama sekali. Mau makan jadi agak gimana gitu tadi sebenernya. Tapi pas makan kue kelapa, berasa lamaaaaa banget nggak makan cemilan. Nah kagetnya lagi pas nyicip quark (semacam saus yoghurt), terus kerasa banget ada garamnya, lidah lumayan kaget. Beda aja rasanya. Hehe

Jadi, selama 6 hari makan tanpa garam aja bisa turun sampe 4 kilogram akunya hehe... Lumayanlah yaa.. Sekarang berat badanku jadi 60 kilogram dr 64 kilo awalnya hehe.. Lumayanlah daripada nggak turun sama sekali. Mungkin besok-besok dietnya puasa sebulan udah luar biasa banget. Hampir 20 jam lebih... Hehehe yang penting sih sehat terus nggak ada penyakit apapun gitu uda bahagia hahaha


Mannheim, 20.02.2015
-Vida Hasan-
Share:

12 February 2015

The Journey #6

Judul the journey 6 ini meneruskan kisah perjalanan saya pertama kalinya di Jerman. Mohon maaf, meskipun ini sudah sangat lama sekali tapi saya akan berusaha merangkumnya. Karna perjalanan menakjubkan ini tidak ingin saya abaikan begitu saja, karna saya juga ingin berbagi. Sudah lama sekali rasanya saya tidak menuliskan perjalanan ini di blog. Iya maklum, karna keterbatasan waktu, hingga pada akhirnya saya pun hampir lupa bagaimana menulis.

21. August 2013, Nienburg

Akhirnya setelah perjalanan kurang lebih 20 jam lamanya, tibalah kaki ini menginjakkan negeri bernama Jerman. Betapa gugupnya karna pertama kalinya dengan modal yang begitu nekat, dan tekad yang kuat, akhirnya saya pun sampai pada negeri impian ini. Iya, saya turun di bandara Hannover, karna kota Hannover, kota terdekat dimana saya akan tinggal, Nienburg.

Saya turun dari pesawat mengikuti penumpang yang lainnya, "oh yeah akhirnya" wajah saya masih menunjukkan sikap terkagum-kagum sambil tak percaya, bahwa saya berada di negeri Eropa ini. Masih merasa harus membuka mata, mengucek-ngucek kembali mata, karna masih saja saya belum sadar, benarkah saya di Jerman? Benarkah ini Jerman? Saya tersadar, ketika pengecekan paspor dan visa saya oleh petugas, dan mereka berbicara berbahasa Jerman "o yeah... This is Germany. I'm not wrong!" Entah kenapa tampang saya saat itu menjadi pusat perhatian, polos, lugu, dan hanya melongo saja. Mungkin petugas cuman bisa melihat keanehan diri saya ini. "Iya maklum saja Pak, saya juga kan pertama kalinya ke luar negeri, pertama kalinya nge Jerman ria".

Setelah data saya dicek, saya pun boleh memasuki pintu keluar bandara, dan mengambil koper bawaan saya. Saya cukup mencari-cari Gastmutter saya saat itu, karna saat itu beliaulah yang menjemput saya. Wanita separuh baya ini memandangi saya, dan memanggil nama saya "Vida?", saya pun langsung tersenyum sambil memeluknya. "Ja, ich bin Vida (iya, saya Vida)". Percakapan ringan antara saya dan beliau pun dimulai "Geht's dir gur? Und wie warst dein Flug? Hat alles geklappt?" (Gimana kabarnya? Penerbangannya aman-aman saja kan?), tanyanya. "Ja, ja. Alles geklappt. Aber ich hatte bisschen Angst, weil das mein erster Flug war. Ich bin noch nie mit dem Flugzeug geflogen, wenn ich Urlaub hatte". (iya baik. Tapi saya sedikit takut, karena ini penerbangan saya yang pertama kalinya. Saya belum pernah sama sekali bepergian dengan menggunakan pesawat terbang). Beliau pun tersenyum.

Di perjalanan menuju rumahnya, saya pun merasa krik krik. Entah apalagi yang ingin saya tanyakan padanya. Maklum saja, hal demikian kemungkinan memang sering terjadi. Pertama kali berjumpa, saat itu hanya saling balas membalas email, lalu beberapa kali skype, dan itu pun tak pernah melihat secara langsung wajah mereka. Hanya melalui foto dan suara masing-masing. Tapi tetep, kalau nggak basa basi bukan vida sih namanya, haha.. Harus ada basa basi, biar nggak krik krik. Akhirnya saya beranikan diri membuka percakapan, bertanya-tanya seputar Jerman, keluarga, bahkan peraturan yang ada di Jerman.

Keluarga asuh saya ini termasuk orang Turki, bukan Jerman asli. Gastmutter saya lahir dan besar di Jerman, makanya bahasa Jermannya bagus. Katanya kalo saya butuh bantuan, beliau pun siap membantu saya kalau ada kesusahan terutama dalam berbahasa Jerman.

Tak beberapa lama kemudian, tibalah saya di kota Nienburg. Tapi sebelumnya, Gastmutter saya ingin membeli sesuatu, alhasil mampirlah kami di toko semacam pernak-pernik gitu. Awalnya beliau menawarkan ke saya, saya mau ikut atau nggak ke toko? Lalu, saya jawab iya saya ikut, nggak papa sekalian langsung. Supaya si Gastmutter saya tak perlu bolak balik. Toh katanya juga, di rumah nggak ada siapa-siapa. Suaminya masih kerja, belum pulang, sedangkan anak-anaknya masih di sekolah, dan masih dijemput Novita, meskipun sebentar lagi mereka pulang. 

Saya hanya cukup takjub, melongo, masih memasang tampang ndeso. "Oh, tokonya kaya gini. Bagus, lucu, pun pernak pernik yang dijualnya juga lucu-lucu". Saya masih dibuat terkagum-kagum meskipun hanya toko kecil pernak pernik, mungkin kalau di Indonesia semacam toko merah (kalau di Jogja), toko tip top (kalau di Pemalang), atau semacam toko yang menjual kertas lucu-lucu, dan bahan untuk menggambar, mewarnai, bikin prakarya, semacam itu. Ini tokonya rapi, nggak njelimet jadi pas masuk disuguhnya itu langsung seperti menjadi pusat perhatian, dan banyak barang yang lucu.

Hanya dengan waktu sekejap, si Ibu pun selesai membeli barang yang ingin dibelinya. Kami pun langsung kembali tancap gas pulang ke rumah. Beliau sempet bilang, kalau beliausaya bingung ingin ngasih makan apa ke saya, mau masak apa. Takut-takut kalau dianya masak masakan Turki saya nggak doyan, secara baru pertama kalinya datang, terus disuguhinlah makanan asing yang belum pernah saya makan sama sekali. Tapi saya bilang "ist egal, kein Problem. Ich kann ja auch das Essen essen". (Terserah, nggak masalah. Saya juga bisa makan makanannya kok). 

Sampailah saya di rumah (baru) yang akan saya tinggali ini selama setahun. Rumahnya kecil, tak begitu rapi, agak berantakan, tapi lumayan buat ditinggali. Sejujurnya saya cukup kaget dengan kondisi rumahnya. Karna saya pikir, meskipun orang Turki, tapi mereka tetep mempertahankan kerapian, kebersihan dan lain-lain. Rupanya, ini beda. Justru saya merasa, lebih rapih dan bersih rumah bapak ibu di rumah, di Indonesia. Dan saat itu yang saya pikirkan adalah "ah tidak apa. Setahun ini". 

Saya pun diantar menuju kamar saya, dan keliling rumah. Dimana dapur, mesin cuci, kamar anak-anak, ruang utama. Kalau rumah orang di Eropa, standarnya yang penting ada Keller (gudang bawah tanah) yang berguna untuk tempat mencuci pakaian, atau penyimpanan makanan, atau barang-barang untuk kebun, terus di belakang wajib ada kebun meskipun itu kecil.

Yang saya bayangkan adalah, harusnya sih teratur. Oke, balik lagi setelah berkeliling rumah, saatnya beramah tamah, anak-anak sudah pulang ke rumah, namun mereka masih sedikit terkejut melihat kehadiran saya, well masih saya maklumin karna saya masih sangat baru, bahkan baru datang. Namanya juga anak-anak, jadi masih agak suka cari perhatian ke sana kemari, nggak jelas, masih aneh dengan kehadiran saya. Setelah anak-anak datang, datanglah si Gastvater saya. Dia ramah, meskipun dari mimik muka agak menyeramkan buat saya hihihi 😁😁😁 mungkin karna banyak jenggotnya, dan persis seperti orang Arab asli yang item dan banyak jenggotnya 😁😁😁 tapi rupanya baik dan perhatian.

So, saya pun disajikan makanan Turki. Si Ibu memasak, kentang rebus, saus tomat dan daging kambing (iga). Enak. Kenyang. 😛😛😛

Setelah itu saya bebersih diri, dan beristirahat sebentar, ketika malamnya pun kami makan malam bersama, mengobrol agar mempeerat diri, biar seperti keluarga. 

Rasanya menyenangkan, karena bisa beramah tamah dan berkenalan dengan keluarga asing yang baru saja beberapa bulan saya kenal. Sudah merasa seperti keluarga.

But, the journey is not ending. My journey it's beginning. Hello world! 😊😊😊


Mannheim, 12. Februar 2015
-Vida Hasan-
Share:

11 February 2015

Untukmu yang masih di hati, tapi tak bisa kuraih

Hai kamu, kamu apa kabar? Masih ingat kah kamu dengan hal-hal yang pernah kita lakukan bersama dulu? Aku tahu, mungkin saja kamu sudah lupa atau justru kamu ingin melupakan hal-hal dimana diri kita dulu selalu bersama-sama. Mewujudkan cita dan cinta bersama, namun pada akhirnya harus kandas di tengah jalan.

Hal luar biasa yang membuatku sangatlah sedih, sangatlah menyesal akan kehilangan sosokmu yang begitu aku harapkan untuk menjadi pendampingku kelak sehidup semati, membesarkan anak-anak kita bersama-sama. Namun apalah daya, Tuhan menakdirkan berbeda, mungkin kamu bukan takdirku, dan aku bukan takdirmu.

Keputusan berpisah ini, amatlah sangat berat, terlebih lagi kamu adalah sosok yang slalu membuatku terus tersenyum, terlebih memberiku amunisi agar aku bertahan hidup demi mewujudkan mimpiku. Terima kasih karna kamu pernah ada untuk setiap detik, menit untukku. Terima kasih karna kamu pernah menjadi bagian dari hidupku, meskipun hanya sekejap, seperti halnya jepretan kamera.

Hey kamu yang sekarang telah menjadi bagian dari diri orang lain, sesungguhnya aku masih slalu mengharap akan kehadiranmu. Sesungguhnya aku masih slalu berharap bahwa kamu selamanya menjadi bagian dari diriku. Mungkin cinta ini takkan pernah layu, sebelum aku menemukan sosok pengganti dirimu. Entah ramuan apa yang kamu beri untukku, hingga sampai saat ini aku masih mencintaimu, menyayangimu, meskipun kamu sudah berada di pelukan orang lain.

Aku hanya berharap, Tuhan merubah takdir agar kamu menjadi milikku selamanya. Tapi, mungkin ini hanyalah ego yang aku pegang, mungkin karna aku masih hanya belum menemukan sosok pengganti dirimu. Hingga akhirnya aku masih slalu mengingatmu. Jika saja, kejadian pahit itu tak terjadi, mungkin saat ini kita sudah bersama-sama demi meraih masa depan kita.

Ah sudahlah, aku hanya mendoakanmu dalam bisu. Mendoakanmu dalam kejauhan, karna aku takkan pernah lagi meraih tanganmu yang lembut. Mendoakanmu adalah hal yang mungkin paling bisa saat ini aku lakukan. Semoga kamu bahagia menjadi bagian dari dirinya. 😊


Mannheim, 11. Februari 2015
-Vida Hasan-
Share: