23 July 2016

Agen yang bikin BaPer [Bawa Perubahan]




[22/07] mengantar keberangkatan beberapa remaja menuju mimpinya adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Diberangkatkan dari daerah terluar Indonesia dan salah satu kabupaten yang masuk jangkauan wilayah negeri Jiran, remaja-remaja ini setidaknya patut diacungin jempol. Mereka lulusan SMP di kabupaten Nunukan dan pulau Sebatik, Patrics Kluyvert Wawo, Eviliana Dona dan Rizal yang akhirnya berani mengambil keputusan besar untuk melanjutkan sekolah di SMK Bhakti Karya Parigi, Pangandaran, Jawa Barat.



SMK Bhakti Karya Parigi, tahun 2016 membuka kelas yang bernama kelas multikultural. Kelas multikultural ini terdiri dari beberapa siswa-siswi yang berasa dari hampir seluruh penjuru di Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke. Kebetulan dari kabupaten Nunukan dikirim 3 orang, 2 orang diantaranya berasal dari SMP N 1 Sebatik Tengah, Patrics Kluyvert Wawo dan Eliana Dona, sedangkan yang satunya Rizal Riantoby dari SMP N 1 Nunukan.

Seorang Vida dan 3 remaja keren

Remaja-remaja ini dikirim supaya mereka dapat merasakan sebuah pembelajaran baru dan inovasi-inovasi yang nantinya dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki. Saya berharap bahwa setelah 3 tahun nanti mereka lulus dari SMK tersebuh, mereka dapat mengembangkan sesuatu yang baru di daerah mereka masing-masing. Ada banyak potensi di daerah mereka, namun mereka butuh sedikit ‘sentilan’ untuk dapat mengembangkan potensi tersebut.

Sekilas profil tentang Patrics, kalau kata mamaknya Patrics adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Dulu ketika mamaknya di Tawau [Malaysia], mamaknya sempat ditangkap oleh polisi Malaysia dan Patrics sempat dipisahkan dari orang tuanya. Patrics adalah salah satu anak TKI dari Malaysia, dan saya salut dengan orang tuanya karena meskipun demikian mereka masih peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Sempat mundur dan putus asa kalau Patrics tidak bisa diberangkatkan ke Jawa. Alasan mamaknya karena biaya uang saku yang masih belum ada. Mamaknya sempat akan menjual kebun, namun sudah beberapa kali keliling dari kampung satu ke kampung lain tak ada satupun yang akan membeli kebunnya. Alhasil dengan usaha rayu-rayuan dan penjelasan dari salah seorang pihak relawan SMK Bhakti Karya Parigi, akhirnya Mamaknya pun optimis bahwa anaknya akan tetap terbang menuju tanah Jawa.

patrics bersama dengan ibu dan adiknya (Berto)
Kemauan Patrics menunjukkan, bahwa dia ingin sekali belajar untuk bisa berdikari dan berkembang demi masa depannya.

Sekilas tentang Evi yang [kata orang-orang] sering mengikuti kejuaraan atlet lari di O2SN. Katanya kalau jadi nekaters itu jangan tanggung-tanggung. Toh nekat itu belum tentu buruk, kalau nekatnya berdampak positif tinggal langsung tancap gas saja. Begitulah inti penjelasan dari kata “Nekat”. Seperti saya, yang bisa dibilang tukang nekat tapi ujungnya kalau sebelum nekat terlaksana dan ketahuan sama Ayah Ibu tidak jadi nekat -__-

Evi dengan ayahnya

Kalau Rizal, belum banyak saya tahu tentang Rizal. Baru saja mengenalnya ketika keberangkatan kemarin menuju ke Tarakan. Pada dasarnya kalau abang dan kakaknya Rizal adalah orang-orang terdidik dan punya visi ingin memajukan pendidikan di daerahnya, berarti Rizal salah seorang remaja dan adik yang benar-benar beruntung mempunya abang/ kakak seperti mereka. Faktanya, mereka pun melepas Rizal untuk bersekolah di tanah Jawa. Sebut saja abangnya Rizal, yang alumni UPN Veteran Surabaya jurusan Ilmu Politik pun punya pemikiran yang patut diacungin jempol. Jadi, tidak salah lagi kan dengan calon penggerak-penggerak muda yang berbakat ini.

sumber foto: Fb Saddam Revolusi [anak-anak kelas multikultural]

Langkah remaja ini memang jauh dari rumah. Namun, ada harapan yang tersembunyi yang memang belum diketahui oleh khalayak. Semoga harapan yang mereka miliki selalu menampilkan harapan yang positif yang dapat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Semangat untuk berbakti pada negeri ya teman-teman, setiap langkah kalian adalah doa yang menjalar hingga harapan itu ada suatu hari nanti. J



Salam selalu dari kabupaten Nunukan
--Arvida Rizzqie Hanita, SDN 005 Sebatik Tengah—

Pengajar Muda XI Indonesia Mengajar
Share:

20 July 2016

Ramadhan Boot Camp 3 #1

Jumat [24 Juni 2016] merupakan agenda tahunan yang diadakan oleh remaja masjid Al-Aqsa  Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan. Kegiatan ini yang dikenal dengan Ramadhan Boot Camp sudah memasuki tahun ke-3. Remaja masjid yang terdiri dari siswa-siswi SMA N 1 Sebatik Tengah sangat antusias untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut.


 Hampir sebulan lamanya, saya dan beberapa sahabat relawan lainnya dari Sekolah Guru Indonesia dan Nusantara Sehat mendampingi adik-adik remaja ini. Pada akhirnya kegiatan ini pun jatuh tempo pada hari H. Ramadhan Boot Camp diselenggarakan selama 3 hari dimulai dari tanggal 24-26 Juni 2016, namun hari terakhir yaitu pada tanggal 26 Juni, peserta dari Ramadhan Boot Camp dianjurkan untuk menginap di masjid selama semalam. Mungkin ceritanya I’tikaf di 10 malam terakhir bulan Ramadhan ini.



Agendanya pun bermacam-macam, dimulai dari materi-materi yang cukup seru, games yang membuat peserta tidak mengantuk, outbond yang diselenggarakan untuk mengisi sore hari dan bahkan ada doorprize supaya peserta semakin semangat untuk mengikuti kegiatan ini.

Diserangkaian kegiatan hari pertama, yaitu pembukaan Ramadhan Boot Camp ke-3 sekaligus dilanjutkan materi-materi yang dapat menambah ilmu peserta ramadhan boot camp ini. Di hari pertama pemateri didatangkan dari sahabat relawan bang Achmad Salido yang membawakan tentang aqidah akhlak melalui buku Who Am I buku psikologi yang diadopsi dari kultweet @PsikologiID. Bang Aldo menjelaskan tentang bagaimana menjadi pribadi yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Bang Aldo pun menyampaikan bahwa sebaik-baiknya diri kita adalah yang memberikan manfaat untuk orang lain.


Setelah bang Aldo menyampaikan materi, giliran sahabat relawan dari Indonesia Mengajar, Muhammad Mubin yang memberikan materi tentang dream mapping. Mas Mubin, memberikan motivasi untuk teman-teman di Ramadhan Bootcamp agar jangan pernah berhenti bermimpi. Karna dari mimpi itulah kita dapat mengembangkan diri kita. Bukan obsesi namun hanya saja sebagai acuan untuk dapat mengembangkan diri kita.



Berangkat dari desa di Tuban, Jawa Timur ke kota, mas Mubin sendiri sempat tidak percaya bahwa mimpinya untuk melihat langsung monas dan seluk beluk Jakarta tercapai. Ingin bersekolah gratis pun demikian, salah satu mahasiswa berprestasi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mempunyai motto "Man Jadda Wa Jadda". Mas Mubin pun sungguh berharap, bahwa anak-anak di Sebatik itu punya potensi, jadi jangan hanya ditanam bibitnya namun cobalah untuk menyuburkan tanamannya hingga berbuah dengan baik. 



Sebagai penutup Ramadhan Boot Camp di hari pertama, pak Ust. Amin pun mengisi materi dengan tema Tauhid. Beliau memaparkan tentang bagaimana tata cara sholat yang baik, setidaknya supaya diri ini bisa khusyuk beribadah dengan Allah SWT. 



Arvida Rizzqie Hanita --vidahasan--
SDN 005 Sebatik Tengah


Share:

Di Hari Pertama Sekolah

Sebatik, 18 Juli 2016

Ada yang berbeda di hari ini. Elin, adik angkat saya, keluar rumah dan berangkat lebih awal tidak seperti biasanya. Iya, back to school, akhirnya setelah sekitar 3 minggu liburan berlalu kami pun kembali lagi bersekolah.

Lama tidak berjumpa dengan kawan-kawan, bahkan guru-guru (sesekali hanya bertegur sapa ketika keliling kampung). Maklum, liburan lalu diisi dengan berbagai banyak kegiatan, pas kebetulan saya site visit di minggu terakhir sekolah, lalu diselingi dengan kegiatan Ramadhan dan malam takbiran. Ah, rupanya sudah sebulan saya tidak berjumpa dengan anak-anak. Bahkan anak-anak mengira, kalau saya sudah pulang kembali ke Jawa dan tidak muncul lagi di sekolah. Bukan, tidak seperti itu, sekalipun pulang, saya akan pamit dengan kalian anak-anakku sayang :)

Hari Pertama Sekolah...


Semuanya baru, mungkin hanya beberapa anak. Dari seragam, peralatan sekolah, sepatu, bahkan tas pun baru. Yang paling mengesankan adalah, ketika melihat adik-adik mungil baru yang duduk di kelas 1 SD. Ah, lucunya raut wajah mereka. Seperti ada hal-hal baru yang belum mereka ketahui sebelumnya. Iya, peralihan dari masa TK ke SD adalah proses. Namun, sorot mata mereka polos dan bersinar. Siap menyapa masa depan yang baru.

apel pagi

Di hari pertama sekolah pun harus ada semangat baru, jiwa optimisme yang baru untuk menggapai asa. Bagi saya, ilmu itu kita pelajari untuk menggapai asa diri bukan untuk menunjukkan bahwa kitalah yang terbaik dan terhebat. Belajar adalah hal untuk meningkatkan kualitas diri, namun tujuannya bukan untuk bersaing dengan orang lain namun lebih untuk pengembangan diri. Setiap orang layak mendapatkan pendidikan tertentu, baik formal maupun informal. Anak-anak adalah agen masa depan, bukan aset yang kita gunakan untuk memunculkan ambisi-ambisi orang dewasa. Sebagai seorang dewasa, tugas kita adalah mendidik dan mendampingi para agen masa depan ini.

perkenalan di dalam kelas 1
Beberapa orang tua pun terlihat tak sabar dan tersenyum ketika anak-anak mereka memasuki hari pertama sekolah. Meskipun perilaku mereka masih sama ketika duduk di bangku TK, tapi tetap saja ada harapan yang terkumpul dari orang tua mereka. Kelak, semoga menjadi anak yang dapat membanggakan mereka.

Pak An, salah satu guru yang ikut merintis pendirian SDN 005 Sebatik Tengah pun tak mau kalah dengan anak-anak ini. Ada semangat membara di hari pertama masuk sekolah, ada yang berbeda dengannya. Tiba di sekolah lebih awal dan memberi sambutan untuk anak-anak. Gelak candanya masih belum berubah, masih sama seperti sebelumnya.

"Hayo... ini anak kelas 1. Siapa yang berani maju ke depan untuk memperkenalkan diri?" Tanya pak An. "Tidak ada yang mau maju? nanti pak guru masukkan kalian ke dalam karung satu per satu" imbuhnya. Semua anak-anak tertawa dengan candaan pak An. 

Tetiba gadis mungil mengacungkan jarinya dan berkata tegas "Aku pak! Aku mau maju" Ujarnya.

Sorot mata tertuju padanya, ada rasa berbinar di mata gadis kecil ini.

"Kamu. Coba perkenalkan diri lalu tinggal dimana" Kata pak An.
"Nama saya Antrisia Virginia Tiwe. Panggilan Antris. Saya tinggal di Bergosong" sontak semua bertepuk tangan dengan keberanian si Antris.
"Oke, terima kasih. Coba siapa lagi yang berani?" tanya pak An.
"Boli pak!" sontak Antris berteriak nama Boli

Antris


Boli
Boli yang awalnya tidak mau maju pun akhirnya dipaksa maju oleh Antris. :))
Ah... Anak-anak selalu punya cerita sendiri dengan kepolosan mereka. :))

Kalo ini action saya bersama dengan anak-anak kelas 5 dan kelas 6. 3 hari ini adalah masa transisi, jadi belum mulai pelajaran efektif. Sehingga, mereka masih bekerja bakti di lingkungan sekolah mereka :)

Mendapat surat balasan dari sahabat pena di Aceh Utara


Arvida Rizzqie Hanita
SDN 005 Sebatik Tengah PM XI Kab. Nunukan
Share: