Meskipun tulisan ini baru saya tulis dan kegiatan kelas
cita-cita sudah lama terlaksana, namun mengingat kegiatan kelas cita-cita itu
tidak ada salahnya. Iya, menggapai mimpi merajut asa tema yang diusung untuk
melakukan kegiatan ini. 23 maret 2016, tepatnya pada hari Rabu sekitar pukul
07:30 WITA kami melaksanakan kegiatan kelas cita-cita di SDN 005 Sebatik
Tengah. Kelas cita-cita ini dihadiri oleh beberapa tokoh dan stakeholder yang berada di wilayah pulau
Sebatik.
Anak-anak di SDN 005 Sebatik Tengah, sudah disampaikan
sehari sebelum kegiatan ini dilaksanakan. Gelak tawa dan senyuman lebar
menghiasi wajah-wajah polos mereka. Sungguh memang tidak dapat dibayangkan,
bahwasanya semoga kegiatan ini memberikan hal-hal positif bagi anak-anak di
sekolah penempatan saya ini. Sebelumnya, saya sudah mengkoordinasikan kepada
pihak-pihak terkait yang akan mengisi kegiatan di kelas cita-cita ini. Di hari
yang sama juga, partner Sebatik saya
mengadakan kegiatan yang sama di SDN 002 Sebatik Tengah.
Adapun para tokoh dan profesi yang saya undang untuk mengisi
kelas cita-cita tersebut. Contohnya dari pihak puskesmas yang mana saat itu
dokter Eka yang mengisi di SDN 005. Ada juga dari tim pemadam kebakaran, pihak
kepolisian (pak Mujianto), pihak pamtas RI-Malaysia (Pak Surisfiyanto), dan
kedua sahabat saya sebagai guru inspiratif (Bang Aldo dan Shalipp). Mereka lah
yang membantu proses dan melancarkan kelas cita-cita ini.
Pada awalnya, pemateri ini saya bagi menjadi 5 kelas dan
nantinya akan bergilir untuk masuk ke dalam kelas masing-masing. Memang,
sepertinya proses ini agak ribet
karena memang membutuhkan waktu yang cukup lama dan melelahkan. Saat itu, pak
Suris (pihak TNI) masuk ke dalam kelas 1 dan 2, dokter Eka masuk ke dalam kelas
3, tim pemadam kebakaran masuk ke dalam kelas 4 dan 5, pak Mujianto (sebagai
kapospol Aji Kunig) masuk ke dalam kelas 6. Mereka mencoba berbagi kisah
inspiratif dan motivasi kepada anak-anak yang berada di sekolah penempatan saya
mengajar.
Setelah itu, mereka pun akan bergantian bergilir ke kelas yang lain. Sohib saya Bang Aldo datang terlebih dahulu, meskipun terlambat datang tapi saya salut dengan beliau karena menyempatkan hadir di sela-sela kesibukkan yang ada di Madrasah. Akhirnya, saya anjurkan beliau untuk masuk ke dalam ruang kelas 5 dan memberikan energi-energi positif untuk mereka sebagai guru inspirati (lebih ke relawan inspiratif sih :p) Bang Edo (sebutan kami), memberikan arahan yang sifatnya membangun anak-anak untuk tetap terus belajar dan belajar.
|
|
Dokter Eka pun demikian masuk ke dalam ruang kelas 4 dan berbagi kisah tentang perjalanannya hingga sekarang ini beliau menjadi dokter di puskesmas Aji Kuning. Beliau pun mengajak siswa untuk belajar mendengarkan detak jantung teman masing-masing. Gimana rasanya jadi dokter? kata dokter Eka, yang menantang untuk dirinya ketika masuk kedokteran adalah saat beliau disuruh praktek masuk ke dalam kamar mayat sendirian. Namun, mau tidak mau beliau harus tetap melaksanakan tugas tersebut demi mimpinya menjadi dokter.
Pak Surisfiyanto, mengajak anak-anak untuk mengenal beragam tentang yang ada di tentara. Ada TNI AD, TNI AU, TNI AL bahkan beliau pun menggambar berbagai macam jenis senjata yang dimiliki oleh tentara-tentara tersebut. Selain itu, beliau menjelaskan bahwa menjadi tentara harus berani bertempur, berjuang mati-matian untuk membela negeri sendiri, dan berani untuk menjadi pribadi yang rela berkorban.
Di bagian pemadam kebakaran, siswa pun diberi kesempatan untuk mengenakan kostum pemadam kebakaran ketika para pemadam tersebut bertugas memadamkan api. Anak-anak terlihat sangat antusias dan sangat senang dengan adanya hal tersebut. Sehingga, mereka juga dapat merasakan bagaimana menjadi seorang petugas pemadam kebakaran dengan kostum yang memang agak ribet tersebut.
Pak Mujianto pun hadir dengan pengalaman yang kembali berbeda. Datang dari Jawa dan mendapat tempat penugasan di Kapolsek Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Iya, dan beliau pun menjelaskan bahwa seorang polisi pun juga harus bisa tahan banting. Tidak boleh yang namanya menjadi pengecut, tugasnya juga melindungi masyarakat dan keamanan yang ada di wilayahnya.
Maka, untuk yang terakhir sohibul saya kembali hadir untuk ikut meramaikan kelas cita-cita ini. Sama seperti bang Edo, Shalipp juga salah satu relawan Sekolah Guru Indonesia dari Dompet Dhuafa. Memang saya sengaja mengundang mereka, untuk setidaknya mereka dapat berbagi motivasi untuk anak-anak. Shalipp pun masuk ke dalam ruang kelas 3 dan mengajarkan beberapa hal untuk menjadi seorang guru yang inspiratif. Sempat juga, beberapa murid pun ikut mempraktekkan menjadi seorang guru, dengan maju berada di depan dan mengajar teman-temannya. Luar biasa karena mereka berani untuk tampil.
Tertegun dengan kegiatan ini, karena kegiatan ini cukup
lancar meskipun terkendala dalam sistem pelaksanaannya. Iya, mungkin karena
seharusnya semua siswa digabung sehingga tidak membutuhkan waktu yang panjang
dan masing-masing pemateri pun tidak terlalu lelah untuk melakukan giliran dan
masuk ke dalam masing-masing kelas. Akhirnya, saya pun menghentikan di giliran ke-3 lalu para tamu undangan dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang telah dipersiapkan.
Banyak hal yang saya pun pelajari dari mereka yang sudah terlebih dahulu berpengalaman daripada saya. Tidak hanya murid-murid, saya pun pribadi terinspirasi sendiri dengan kehadiran mereka. Terima kasih banyak kepada pihak yang ikut bekerja sama dalam melancarkan dan mensukseskan kegiatan kelas cita-cita ini. Semoga ke depannya akan ada hal yang lebih banyak lagi dibagikan untuk anak-anak kita ini.
You're rock!!!
--vidahasan--
Sebatik, 17 Mei 2016