21 May 2016

Persami "Ngadadak" (1)

27 Februari lalu. Iya, 2 bulan yang lalu (lama yaaa) :D kami melaksanakan kegiatan perkemahan yang disebut juga dengan perkemahan sabtu-minggu. Acara ini diikuti oleh siswa-siswi SDN 005 Sebatik Tengah dari (sebagian) kelas 3 hingga kelas 6. Kenapa kelas 3, saya tulis sebagian karena memang kelas 3 tidak semuanya mengikuti kegiatan tersebut.

Judulnya aja "Ngadadak". Sebenernya bukan ngadadak juga sih, tapi memang karena tetiba pembina pramukanya mau ngadain kemah, maka terjadilah kemah tersebut yang jatuh pada tanggal 27-28 Februari 2016 atau pada hari Sabtu-Minggu. Namanya juga persami kan? Perkemahan Sabtu-Minggu.
reka pa persiapan makan siang setelah pendirian tenda

Beberapa hari sebelumnya, anak-anak memang sudah sangat excited dengan kegiatan kepramukaan ini. Mereka sudah mempersiapkan beberapa barang yang memang digunakan untuk perkemahan tersebut. Sebelumnya, juga mereka sudah dibentuk kelompok atau di tempat kami disebut dengan reka. Masing-masing reka terdiri dari 8-10 orang, baik putra maupun putri. Pada awalnya, anak-anak terbagi dengan yang sesama agamanya saja. Misalnya yang katholik dengan yang katholik dan yang muslim dengan yang muslim. Melihat perbedaan tersebut, akhirnya kami para guru pun membentuk beberapa kelompok lagi supaya mereka dapat bercampur dan meningkatkan nilai toleransi beragama diantara mereka.

Anak-anak sebenernya 'agak' kurang setuju, namun kami menjelaskan bahwa dengan keberagaman ini mereka pun dapat belajar dengan baik. Iya, kami mengajarkan mereka untuk menanamkan rasa toleransi keberagaman yang ada di sekolah kami.

Sabtu pun telah tiba. Mereka sudah sibuk membawa barang-barang yang telah dipersiapkannya. Sementara itu, saya yang juga salah satu pembina dari mereka harus melaksanakan tugas sekolah mengikuti kegiatan KKG di SDN 001 Sebatik Tengah. Alhasil, saya pun hanya berjumpa sekejap dengan anak-anak setelah itu, saya langsung berangkat menuju tempat KKG. Guru-guru yang lain pun menghandle anak-anak. Ah... Saya yakin ada atau tidakpun saya mereka toh masih bisa berdikari :D

persiapan makan siang


Saya tiba kembali di sekolah sekitar pukul 12 siang dan saat itu tenda-tenda sudah didirikan di tanah lapang dekat sekolah. Ketika saya tiba, anak-anak memasak makanan untuk makan siang mereka. Mereka tidak menggunakan kompor seperti ketika saya dulu pergi berkemah. Mereka menggunakan batu lalu dibakar menggunakan dedaunan dan kayu bakar. Saya merasa kembali ke masa lalu karena anak -anak ini. Yap! Anak-anak ini slalu menginspirasi diri saya, entah bagaimana perlakuan mereka ke saya :D

Kami pun saling berfoto bahagia. Kebetulan saya saat itu juga menjadi seksi (sok) sibuk sebenarnya. Lari ke sana kemari tanpa tau arah dan tujuannya. Meskipun dengan kondisi yang apa adanya, anak-anak tetap selalu merasa bahagia. Setelah mereka berkemas-kemas membereskan piring-piring bekas makanannya, kami istirahata sejenak. Tak ada salahnya untuk menyegarkan kembali raga dan pikiran setelah seharian beraktifitas. Mereka sedang akan mempersiapkan gladi untuk upacara pembukaan persami pada malam harinya.

Yes! we are team


Pak Ewink, selalu pembina pramuka pun mengkondisikan reka masing-masing (pa) dan (pi). Dengan tertib mereka melakukan gladi resik untuk upacara pembukaan persami ini. Saya pun diamanahkan untuk menjadi kakak pratama (pemimpin upacara). Kegiatan masih berlanjut dengan pemahaman materi yang telah disampaikan ketika pelatihan pramuka beberapa minggu lalu.

semapore


Latihan pramuka yang sudah mereka pelajari ada beberapa materi yaitu PBB, Semapore, Tali Simpul, dan tanda jejak. Kami pembina berkeliling menuju ke tenda-tenda dan memberikan sedikit materi ke masing-masing reka. Anak-anak pun menikmatinya.

Kami pun berjalan berbaris menuju ke sungai untuk mandi sore dan persiapan makan malam. Beberapa anak berbondong-bondong membawa pakaian ganti dan peralatan mandi. Saat itu, desa kami sedang kekeringan dan musim kemarau. Sehingga air pun sangat susah didapat, alhasil dengan jarak sekita 1,5 km kami berjalan menuju sungai untuk mandi di sana.

Mandi di sungai


Repot memang. Namun, apalah daya kondisi yang mengharuskan kami seperti ini. Meskipun demikian, kami tetap bahagia karna kami bersama. Itulah semboyan yang dipegang anak-anak ini. Saya pun menyaksikan kekompakan, toleransi dan rasa kerja sama ketika mereka mandi di sungai. Ada rasa berbagi satu sama lain, ketika yang satu sedang mandi, yang lain mengisi airnya, begitupun sebaliknya. Ah, inilah yang saya rindukan akan adanya rasa kebersamaan ini. Satu kata "SERU"!

Kegiatan kami belum selesai hanya sampai sini, anak-anak memasak untuk makan malam mereka. Meskipun hanya dengan maggi (mie instant) tapi bagi mereka nikmat tak terkira adalah makan bersama-sama sambil duduk melingkar. Ah indahnyaaa jika dilihat. Upacara pun dilaksanakan dengan hikmat dilanjut dengan api unggun.


Makan malam bersama

Meneriakkan yell yell reka

Upacara pembukaan Persami


"Api unggun sudah menyala, api unggun sudah menyala, api unggun sudah menyala, yang suka kita semua" semua bernyanyi riang ketika api unggun dinyalakan.

Pentas seni (Ruben)

Api unggun Persami


Kebersamaan ini dilanjut dengan rangkaian pentas seni dari masing-masing reka dan renungan malam sebelum kembali beristirahat. :)

--vidahasan--
Sebatik, 21 Mei 2016

Share:

0 comments: