24 February 2016

2 Purnama

Salam Pengajar Muda XI,

Sudah 2 purnama rupanya kita lalui hari-hari di daerah penempatan kita masing-masing. Waktu memang sangatlah cepat berlalu ketika kita melewatinya dengan hal-hal yang menyenangkan. Masih ada 10 purnama lagi yang akan kita lalui, saya yakin waktu akan terus bergulir hingga nanti di 12 purnama terakhir. Aamiin..

Pun, demikian dengan saya. Berada di daerah baru yang merupakan tahun pertama adalah sebuah tantangan yang cukup menantang buat diri saya. 2 purnama berada si kampung yang bernama Lourdes, yang merupakan kampung 2 suku dan budaya dari Timor dan Bugis adalah hal yang bagi saya pembelajaran sangat luar biasa.

Banyak hal-hal baru yang belum pernah saya lakukan, saya lakukan di kampung ini. Rasa toleransi umat beragama yang kental membuat saya bangga bahwa inilah Indonesia, inilah Bhineka Tunggal Ika. Melihat kembali dilayar televisi yang memberitakan hal-hal yang kadangkala negatif membuat saya tidak percaya lagi dengan adanya siaran televisi. Hidup dalam keterbatasan listrik dan air, membuat diri ini merasa patut bersyukur bahwa rupanya hidup saya dahulu begitu menyenangkan.

Setiap pagi,  mandi di sumber mata air yang jaraknya 50 meter dari rumah dan harus naik turun bukit. Listrik yang dulunya melimpah, di kampung ini saya belajar bahwa hidup bukan melulu soal gadget dan sosial media, yang rupanya dapat mengalihkan pandangan kita dari sekeliling kita. Saya harus mengisi baterai di tempat orang yang mempunyai aliran listrik atau jenset untuk menghidupkan listrik.

Hal yang tidak akan pernah terlupakan adalah, ketika pertama kalinya mandi di sumber mata air yang berada di tengah kebun pak cik Ramli, saya sudah disambut dengan ular air yang mana ular ini bergerak sangat cepat. Alhasil kami bertiga yang semuanya wanita hanya bisa teriak dan bingung harus berbuat seperti apa. Kami pasrah sejadinya dengan sambutan ular tersebut.

Masalah Sinyal? "Bersyukurlah, Bu" kata dorang, "Dulu, kami harus mencari sinyal di atas bukit sana. Bahkan sering sekali terjadi roaming karena sinyal tidak kuat. Sekarang sudah ada tower di atas sana, jadi tidak perlu sudah naik-naik lagi", lanjutnya. Sejak adanya tower dari salah satu provider, masyarakat di kampung ini pun sudah tidak perlu lagi mencari-cari sinyal di bukit, dan mudah untuk berkomunikasi dengan keluarganya di kampung halaman mereka masing-masing. Hanya listrik saja memang yang masih belum masuk ke kampung. 

Bukankah kita diajarkan untuk tetap bahagia meskipun dalam keterbatasan? Bahagia itu sederhana, sesederhana kita melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk orang lain meskipun itu hal yang sangat kecil.

-vidahasan-
Kampung Lourdes, Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan.

Share: