28 June 2022

Rumah Biyung

Sudah lama sekali bahkan sangat jarang di zaman sekarang memanggil Ibu dengan sebutan "Biyung" dan kata itu melekat dalam diri sejak aku pulang berlibur sejenak di Purbalingga beberapa pekan yang lalu...

Kali ini aku belajar dari keluarga Biyung yang sangat menghormati tamu. Malu sendiri rasanya, aku masih belum bisa full service seperti yang keluarga Biyung lakukan padaku dan temanku.

Kala berlibur di rumah seorang kawan dari Purbalingga, aku merasa begitu diperhatikan. Sebagai seorang tamu yang katanya adalah "raja" justru merasa malu. Bukan, bukan karena aku ingin dilayani, hanya saja aku sungguh tidak ingin merepotkan siapapun kala di sana. Tapi masyaAllah, perlakuan Biyung dan keluarganya bikin aku iri.

Usia Biyung sudah tak muda lagi, mungkin sudah sekitar 80an tahun. Tapi, meskipun aku tiba di sana pukul 01.30 dini hari, Biyung terbangun di tengah tidurnya yang asik gara-gara kedatanganku dan bahkan saat itu juga menggorengkan tempe mendoan khas Purbalingga. Meskipun bukan Biyung sendiri yang menggoreng, tapi rautnya sudah mengarahkan ke salah seorang putranya utk segera menggorengkan mendoan itu.

Malam itu, kami berbincang sembari menyeruput teh panas dan menikmati mendoan hangat. Pukul 02.30 kami masuk ke kamar masing-masing dan sudah disiapkan pula kamar, untuk kami bermalam di sana selama 2 malam.


Aku bangun pukul 05.15 lalu sholat shubuh. Sedangkan Biyung, Biyung malah sudah bersiap ke masjid pukul 4 pagi dan ketika aku bangun Biyung sudah sibuk asik sendiri di dapur. Betapa nih malunya kan, Biyung yang sudah tak muda lagi, tetep semangat jalan menuju masjid. Lah aku? Jam segitu mah masih molor :") Usai sholat, aku menemui Biyung dan sekedar ngobrol-ngobrol sambil minum dengan Biyung. Terngiang sampai sekarang klo aku lagi duduk di meja makan usai waktu sholat Biyung slalu menanyakan "Udah sholat?" Sepele. Tapi pertanyaan ini mengena. Makasi yaa Biyung, jadi reminder diri.

Sekitar pukul 6 pagi, Biyung beranjak dari kursi dan mengambil kantong belanja. "Biyung mau kemana?" -- "mau ke pasar" dan aku menawarkan diri untuk ikut mengantar Biyung berbelanja di pasar. Aku teringat mbah waktu jalan berdua sama Biyung. Bodohnya aku, aku malah lupa bawa pegangan padahal supaya jaga-jaga aja barangkali mau jajan juga di pasar. Alhasil tiap kali berhenti di pedagang Biyung nanya "Udah, mau jajan apa? Pilih" Laahh kookk duuh kurasa yap! Naluriah seorang Ibu saat bawa anaknya belanja, ujungnya pasti akan ditanya demikian. Aku hanya melihat daun pakis lalu berucap "waah pakis" aja, Biyung langsung ambil dan beliin pakis. Biyung makasi banyak-banyak...

Setelah cerita Biyung, aku terharu bahagia karna anak-anak Biyung meniru perlakuan Biyung. Selama di Purbalingga, kebutuhan nutrisi tercukupi, kebutuhan mental pun juga sama. Meskipun selama 2 hari di sana, perjalanan kami selalu ada drama hihihi tapi drama yang tak menyedihkan, hanya drama yang bikin keseruan hidup makin jadi bahkan uji nyali karena di setiap perjalanan kami jika mengikuti arah map ujungnya nyasar entah di mana. Tapi seriusan seseru itu perjalanannya...

Di hari pertama hal seru aja udah berasa. Pada intinya, kami berdua mencari ****mart sekitar desa situ. Rupanya tokonya jauh sekitar 5 kiloan lebih. Aku dan temanku tidak paham tentang daerah di desa itu, tapi tetap nekad berjalan. Selama perjalanan hingga pengkolan jalan paling ujung, rupanya masih juga belum menemukan. Padahal, di google map tokonya berasa deket. Ternyata masih jauh juga hwehehe Akhirnya, angkot to the rescue. Seseru itu menuju toko dambaan setiap orang aja butuh effort yang uhuy ulala... 



Kami berkunjung ke rumah Jenderal Sudirman. Rumah kuno Sudirman kala itu lahir dan segala aktivitasnya dilalui di rumah ini. Meskipun sudah banyak yang direnovasi dan keasliannya sudah tak terlihat lagi, namun kenangan akan selalu menjadi saksi. Nyari sroto, srotonya nggak jualan. Memang belum rejeki kami makan sroto favorit yang biasa disebut sroto pengadilan. Tapi tetep diusahakan makan sroto biar nggak penasaran meskipun di tempat lain yg bukan langganan anak-anak Biyung.


Lalu, menuju ke daerah Serang yang deket dengan kebun strawberry. Tempat ini adalah kebutuhan mental, karena hawa dinginnya bikin nagih. Berasa judulnya "lost in the mount" wkwk tapi serius tempatnya sangat menyenangkan. Desa, kebun, gunung dan kita. Eeaa 

If you know, setiap kali berkunjung di beberapa titik ruman anak-anak Biyung, pastiiii ada aja yang disajiin, pisang goreng lah, mendoan (lagi) lah, jus jeruklah, bahkan pulang-pulang dibawakan sayur mayur dan kentang hasil kebun sendiri atau semacam menyeduh kopi sendiri dan memilih minuman sendiri di warungnya (wkwk tamu macam apa ini..)

Setelah itu, bermain bulutangkis bareng anak-anak di sekitar rumah Biyung, main ke sungai sambil bertafakur duduk di bebatuan sungainya. MasyaAllah... Kadang suka mikir aja, kalau hidup setenang itu, ya ngebosenin juga sih. Tapi perlu sesaat untuk melakukannya...

Alhamdulillah.. sangat menyenangkan karena beneran short escape bangeeet bangeeet..

Biyung, Pak Rosyid, mas Kirman, Mas Mukhlis dan keluarga, keluarga mas Uhed, mas Felan terima kasih banyak sudah menjadi tuan rumah yang super duper kereeen.. semoga slalu diberkahi rejeki dan sehat slalu.

-vidahasan-

Terima kasih Bijaksana
Telah menyembuhkan jiwa




Share:

10 May 2022

Serba Serbi Yang Lagi Viral

Eh halooo...

Lagi rame nih masalah LGBT yang sudah beredar di televisi. Trus dengan begitu sedang heboh dan rame-ramenya, aku malah ngeposted foto beliau yang sedang ramai dibicarakan :) but well yeaaahh... I just wanna share to you, that yap! he's still my friend even different, he helped me everytime, humble when i need his help. So, what's wrong on that?

Jadi, kalau boleh sharing tentang Ragil (ya sebut nama saja karena sudah terlanjur viral). Pertemuanku dengan Ragil itu tanpa sengaja dan karena kita memang ditempatkan di satu tempat kerja yang dulu aku bekerja sosial di panti berkebutuhan khusus. Boleh yaa dibaca ceritanya tentang Freiwilliges Soziales Jahr di Jerman kalau ada yang penasaran.

Di WHH (tempatku bekerja) aku satu atap dengan Ragil, awal pertemuan kami pun aku sudah merasakan bahwa he's different. Terus aku harus gimana? Menolaknya? Yaa karena kita satu atap iya kali aku menolaknya. But if you know, I have still many friend who's different like Ragil kok. Temannya Ragil juga temanku juga, dan bahkan dia yang bantuin aku mencari hostfamily saat aku pengen banget pergi ke Jerman. Di awal bertemu, mereka memang sudah sangat jujur padaku bahwa mereka penyuka sesama jenis. Aku menolak dan nggak bisa menerimu itu, itu dosa besar dalam agama Islam (aku masih belum mencari tahu di agama lain seperti apa), but at least di luar penolakan besarku tentang mereka yang penyuka sesama jenis, mereka really helpful. 

Mungkin balik lagi ke circle di mana kita bekerja kali yaa... Tapi sejujurnya pertama menginjakkan kaki di Jerman, obrolan-obrolan tentang LGBT memang sudah sering masuk di otakku. Terus-terusan nggak pernah henti bertanya "terus gimana kalo aku punya teman yang demikian? Aku harus apa? Aku harus menjauhinya kah? Atau justru aku rangkul dan aku ingatkan?" And then.. Yap! Lagi-lagi Allah nguji keimananku bertemu dengan mereka yang berbeda tersebut. Bahkan suatu ketika seorang junior mengirim pesan dan berkata jujur bahwa dia adalah penyuka sesama jenis, dia bahkan mengaku ingin sekali berubah dan sedang diusahakan untuk berubah. Meskipun pada akhirnya, sekarang ia pun juga di Jerman and I don't know what happen to him now! It could be... he's still the same as it was :)

Well, guys, saat aku di Jerman, aku sejujurnya nggak bisa lepas dari lingkaran ini. Ada beberapa alasan yang membuatku tetap berada di lingkaran tersebut. Pertama, aku masih satu tempat kerja dengan Ragil, kalau ada apa-apa aku hanya punya 2 orang Indonesia yang memang kita bekerja di satu tempat yang sama. Kollega yang lain, mereka baik tapi tetap saja berbeda bukan? Makanya, aku nggak bisa lepas dari lingkaran ini. Even kita di luar pun akan tetap dengan circle yang sama; Kedua, teman mereka adalah temanku juga, dan saat aku butuh bantuan pasti ada aja yang slalu helpful... Nggak punya kenalan lainnya. Contoh: saat aku sedang bepergian ke kota lain, dengan circle mereka aku dapat tempat untuk menginap tanpa harus memesan kamar hotel atau aku bisa dapat makan gratis dan bahkan bonus tourguide setempat karena kita nggak tau tentang kota itu. Jadi, circle mereka ya circle ku juga...; Ketiga, yaa sebagai teman doa adalah sebaik-baiknya tindakan kok. Rasululloh juga bilang kan, kalau kita mau ngasih tau seseorang hal baik lakukan dengan 3 cara dengan menyampaikan secara lisan, dengan perbuatan, dan terakhir ketika keduanya tidak bisa maka sebaik-baiknya perbuatan adalah dengan mendoakan. Mendoakan supaya mereka mendapatkan hidayah.

So, aku kenal Ragil dan Fred sebelum mereka viral seperti sekarang ini. Aku pun pernah tanya ke Ragil, apa yang menyebabkan ia demikian. Jawabnya bikin sediiiih... :( terutama di lingkungan dan penolakan-penolakan yang terjadi pada dirinya. Pernah sempat ingin berubah, tapi ketika dia bergerombol di kumpulan para pria ia justru tidak diterima dan sering dikata-katain. Akhirnya dari penolakan demikian ia menerima dirinya yang seperti itu. I know his feeling... Tapi sejujurnya emang suka nggak nyangka aja kalau dia bakalan sevulgar itu untuk "mendakwahkan" prinsipnya. and of course I'm against it... Aku nggak sepakat dengan dia memamerkan kemesraannya, kecuali dia mau menyampaikan hal-hal baik yang dia lakukan di Jerman, tentang kerja sosialnya, tentang Ausbildungnya, tentang sekolahnya, atau bahkan tentang pekerjaan dia. Do and don't when we're travelling in Germany, just it... no more! Tanpa memamerkan dan menjelaskan bahwa dirinya adalah LGBT... Make sense juga dengan demikian ia punya alasan bahwa bisa saja ada statement "gue bisa lebih sukses dari orang-orang yang suka ngehina gue" dari penolakan-penolakan masa lalu yang pernah dia dapatkan di lingkungannya :)

Aku sama sekali nggak benci Ragil, tapi aku kecewa akan sikapnya. Eventhough, he's still my friend... and finally semacam okay, Vid! It's his choice and you don't have to be angry... Doakan saja semoga ia dapat hidayah :)

Segitu dulu yaa.. pandanganku tentangnya yang sekarang lagi viral. Semoga semoga semoga ada keajaiban datang menyambutnya...

-vidahasan-

mungkin hanya ingin bilang bahwa
bullying itu bisa mengakibatkan mental health
mengakibatkan orang berambisi
lalu menjadi benci dengan apa yang disampaikan oleh orang lain
jadi kudu gimana? Harusnya merangkulnya dengan baik
Tanpa ada celaan atau hinaan padanya :)



Share:

9 May 2022

Hidup Seseru Itu...

Ternyata...

Hidup seseru itu... Segala tanya aku sampaikan sama Allah tentang hidupku. Dan Allah perlahan slalu kasih jawaban yang bikin terkejut, sedih, bahagia tapi begitulah caranya Ia untuk memberitahu hamba-Nya melalui apapun supaya hamba-Nya tak berlarut dalam pertanyaan-pertanyaan yang itu masih belum pasti pula jawabannya.

Kadang seringkali aku berasumsi, kapan ya Allah akan mengabulkan permintaan-permintaanku yang sudah lamaaa aku mau? Tapi, ternyata dengan mengandaikan demikian, berarti aku tak percaya dengan kuasa-Nya. Akhirnya buat kita jadi lebih banyaaaaak berpikir negatif? Tapi aku tetap bersyukur, di waktu yang tepat memang Allah slalu kasih jawaban yang menepiskan segala kegundah gulanaku slama ini. 

Pertanyaan itu pun juga seringkali sama seperti yang dipertanyakan orang lain di sekitarku. Sebuah kata kunci dengan pertanyaan "kapan" seringkali membuatku takut, takut tak percaya kuasa-Nya. Tapi lagi-lagi, aku kembali diingatkan "Liat... Allah aja ngabulin permintaanku kok sekalipun permintaanku cuman pengen makan kacang almond. Sesederhana itu aja permintaanku dikabulin sama Allah, apalagi permintaan yang menyangkut dengan menyempurnakan ibadah-Nya. Aku jamin Allah pasti kabulin di waktu yang tepat". 

Lagi dan lagi, perasaan itu nggak akan pernah bisa bohong kok. Meski sakit, tapi tenaaang Allah dulu, Allah lagi, Allah terus... "Nggak papa Vid, hidup itu emang seseru itu... Tiba-tiba jatuh cinta, tiba-tiba kecewa, tiba-tiba sedih, marah, lalu bahagia. Rasa itu ada sebuah proses hidup, kalau nggak punya rasa bagaimana bisa melewati proses hidup?" :)

Allah juga kok yang ngasih perasaan-perasaan demikian, tinggaaal bagaimana diri kitanya ini bisa mengontrol. Itulah namanya mindfulness... Jangan terlalu dalam perasaannya, bahaya.. bisa lupa akan segalanya. Makanya, saat kamu mempunyai perasaan penuh dengan  negatif jangan lupa terus dzikir, berdoa sama Allah supaya bisa lebih legowo... Nggak papa kamu marah, nggak papa kamu kecewa, nggak papa kamu sedih, tapi please cukup saat itu aja, karena esoknya kamu akan dapet perasaan yang lebih menenangkan dan membahagiakan.

Nah, pas kamu punya perasaan yang positif juga jangan lupa bersyukur, karena jika kamu bersyukur itu justru pertana kamu bahagia. Karna tak ada syukur yang membahagiakan :)

Jadi, tenang guys... Aku menulis demikian bukan berarti aku sudah selihai dan seahli itu untuk mengontrol emosi dari perasaan-perasaan yang ada. Balik lagi kan, hidup itu seseru itu... Aku yang munafik ini pun masih sangat seriiing nggak bisa kontrol perasaan. Makanya, terus belajar dan inget sama Maha Pencipta kita guys...

Kita saling mendoakan
Kita saling mengingatkan
Karena sebagai insannya di dunia
Slalu ada salah dari diri kita yang penuh dosa 

-vidahasan-

Jadi, sudah sejauh mana kamu mengenal-Nya?
Mengenal akan karuania-Nya
Keberkahan itu milik kita semua
Asal kamu bisa menjaga taqwa



Share:

7 March 2022

Empati dan Doa

Kamu tahu? Yang paling berat dari manusia-manusia single yang belum memiliki pasangan adalah komentar orang-orang. "Eh, si ini udah umur sekian tapi belom nikah-nikah. Kasian ya..", lalu di sisi lain, setelah si single itu menikah namun belum dikaruniai anak "Udah isi? Buruan jangan ditunda-tunda, mumpung masih muda. Nanti kalo sudah berumur susah.." Ucapannya mungkin menaruh rasa empati yang mendalam karena di umurnya yang sudah seharusnya berkeluarga dan mempunyai pasangan, ia tetap saja sendiri. Di sisi lain mungkin, ucapan yang ia sampaikan itu ada sebuah doa, namun ternyata itu bukan doa, hanya menjadi sebuah nyinyiran yang bikin si pendengar males dan berkomunikasi lagi dengannya.

Salah satu penyebab putusnya silaturahmi itu juga demikian, boleh menaruh rasa empati terhadap orang namun, jangan sampai terucap kata-kata yang menyakitkan. Ucapan terindah yang bisa kita lakukan adalah mendoakan secara diam. Ketika berjumpa, bertanyalah kabar dan kesibukan yang sedang dilakukannya, atau mungkin bercerita tentang kehidupan mendatang. Biarlah yang menjadi milik pribadi bukan selayaknya diumumkan. :)

Menikah...

Yap! Menikah itu juga bukan lomba yang harus dicepet-cepetin, yang diburu-buru siapa yang akan menikah duluan akan mendapatkan hadiah. No no no... konsepnya nggak demikian ferguso. Sejatinya menikah itu berproses, prosesnya di mulai dari menyelesaikan diri sendiri lalu ia mengajak partner untuk sehidup seiyanya sampai akhir hayat. Kalo menikah itu adalah lomba atau kompetisi, maka akan ada proses yang salah dalam menjalaninya. 

Menikah itu...

Butuh visi yang sama supaya bisa sama-sama belajar sampai jannah-Nya. Bukan sekedar ucap ijab qabul belaka lalu selesai, karena panjaaang sekali perjalanan pernikahan ini. Bagaimana menjadi support system satu sama lain, bayangin, ketika kita tinggal di rumah kontrakan atau kos saja yang berbeda-beda kepalanya belum tentu cocok semua kan? Bahkan, kita hanya tinggal beberapa tahun saja sama mereka atau sama keluarga yang since we were baby yang bareng-bareng terus sama mereka. Menikah itu long liiiifeeee yang kita hidup sama orang asing selain keluarga kita, terus tiba-tiba setiap waktu bareng sama kita. Perlu belajar banyak hal, terutama kontrol diri, karena kita itu akan meng-create new ecosystem not egosystem. 

Menikah itu...

"Buruan nikah... udah ada calonnya belom? Kasian ya, nggak laku-laku. Nanti jadi perawan tua loh..." Allah... Ada sih yang mungkin masih bilang demikian. Jodoh itu bukan perasa tua atau muda, bukan perkara ada atau tidak ada. Jodoh itu belum pasti di dunia, tapi sudah pasti di akhirat, makanya kejarnya yang udah pasti aja...

Kasus lain...

"Dia udah nikah sampai 10 tahun tapi belum dikaruniai anak. Mandul kali ya..." :)

Yaah senyumin aja deh ya. Kita coba ngelus dada sambil mendoakan ia baik-baik saja. Di zaman sekarang, coba berpikir positif, negatifnya diilangin dulu aja.. Daripada kenapa-kenapa mikirin hal-hal negatif terus-terusan kan? Nggak akan selesai-selesai. Jadinya energi kita ikutan negatif, bawaannya emosi terus, iri sama orang lain, dan lain-lain... 

Well, kita coba praktikin apa yang bisa kita lakuin dan bermanfaat buat yang lain dulu yuuk... Nanti, kalo udah saatnya ada meski kita belum baik sesuai dengan mau-Nya, kita tetap terus lakuin hal yang membuat pribadi kita jadi terus baik :)

-vidahasan-

Yang kita bentuk itu ecosystem keluarga supaya 'Bani'nya tetap terus hidup
Bukan Egosystemn yang nantinya akan pecah belah
Maka, menikahlah di waktu yang tepat bukan tepat waktu :)





Share:

1 March 2022

MARWAH

Ngebahas tentang perempuan pasti nggak akan ada habisnya. Karena ada beberapa pandangan-pandangan yang memunculkan banyak pihak dari sana dan sini. Tapi sejatinya perempuan itu adalah marwah, marwah bagi kemajuan bangsa. 

Keinget waktu baca bukunya Ibunda Khadijah, istri Rasululloh SAW. Ibunda khadijah adalah seorang perempuan saudagar yang kaya raya, cerdas dan berpendidikan. Tapi ia tetap saja menjadi seorang perempuan yang tetap taat pada suaminya, mengasuh serta merawat anak-anaknya dan mengajarkan segala hal yang baik untuk masa depan putri-putrinya. Sekalipun ia pada akhirnya hanya berada di rumah, namun sejatinya seorang perempuan memang harus punya pendidikan yang tinggi. 

Dasarnya apa? Dasarnya adalah, ketika seorang perempuan berpendidikan tinggi, ia pun akan turut serta membangun keluarganya di rumah supaya kelak ketika putra/putrinya keluar rumah, bisa menjadi "orang". Perempuan yang berpendidikan tinggi bukan dalam artian ia harus lulus sekolah sarjana, tapi bagaimana ia terus belajar (di manapun) untuk mempunyai kemampuan mengurus keluarganya saat di rumah terutama anak-anaknya. Karena apa? Al ummu madrasah al ulaa -Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya- 

Namanya anak, akan slalu mencontoh tingkah, dan sikap orang tuanya di rumah. Jadi, meskipun seorang Ibu merupakan madrasah utama bagi anak-anaknya, tapi tak ada salahnya juga seorang Ayah mengajarkan bagaimana menjadi kuat, menjadi berani saat menghadapi segala apapun di luar sana.

Karena kita kelak sama-sama menjaga marwah, di mana marwah tersebut sebagai perbaikan bagi peradaban ini. 

Di satu sisi, dengan embel-embel bahwa perempuan harus berpendidikan (re: sekolah) kembali lagi ke tujuan awal. Kenapa perempuan harus sekolah? karena sebagai perempuan harus terus belajar, belajar untuk bisa lebih menghargai diri sendiri, setelah ia menghargai diri sendiri maka ia akan lebih bisa menghargai orang lain. But in fact, nggak semua perempuan demikian loh... Jap! I know! Makanya balik lagi ke enviroment kita seperti apa. Ada bibit bebet bobotnya, ketika setiap orang berperilaku berbeda-beda. Even from their family, their friends or their historical story that the girls could be brave ,strong, clever, well educate, etc.

Berat yaa Viidd.. but anyway, aku, kamu, bahkan kita pun sama-sama masih belajar bagaimana kelak menjadi orang tua yang baik bagi si penerus peradaban ini. Makanya, kalo suka dibilang "Vida ngoyo banget belajarnya" selagi masih belum punya justru manfaatin waktu sebaik mungkin untuk terus belajar :)

-vidahasan-


Girls, you're good enough You are beautiful just the way you are. 



Share: