16 October 2016

Road to be Pengajar Muda XI (2)

DIRECT ASSESMENT INDONESIA MENGAJAR
[VIA ONLINE]

So, ada cerita unik sendiri di balik seleksi tahap II menjadi Pengajar Muda angkatan XI ini. Setelah dinobatkan dan dinyatakan lulus oleh tim galuhers melalui via email (bahkan sampai sekarang masih nggak nyangka lolos) menjadi pengajar muda, saya pun merasa “kok saya bisa lolos ya?”—“Oh, jadi baiklah. Ini masih tahap kedua, jadi bergembiralah setelah semua usai”. Menjalaninya pun tidak perlu mengoyo, yang penting ikuti saja alur yang ada.

Tepat pada tanggal 9 Juni 2015 (email pengumuman masih tersimpan) saya dinyatakan lolos di tahap ke-2 Indonesia Mengajar, yaitu Direct Assessment. Hampir sama dengan wawancara, perkenalan diri atau menceritakan tentang diri sendiri. Saat itu, saya diberi jadwal oleh pihak officer untuk memilih tempat ber DA. Jika seharusnya saya bisa berjumpa bahkan bertatap langsung dengan pihak officer, berbeda kala itu. Pilihan saya jatuh pada via online direct assessment.

Berbeda di negeri yang berbeda membuat saya harus teliti dalam mempersiapkan segala sesuatunya. Mungkin dari pihak yayasan pun demikian, terutama dalam masalah waktu. Direct Assessment sendiri terdiri dari psikotest, self presentation, FGD, wawancara dan simulasi mengajar. Sebelumnya saya hanya harus mempersiapkan teman-teman sendiri untuk bagian FGD (Forum Group Discussion) dan simulasi mengajar minimal 5 orang teman.

Selain itu, akun skype, gmail untuk gdrive dan berkas-berkas yang harus discan dan dikirimkan via email di awal sebelum direct assessment dimulai. Saya mengambil hari senin, tepat pada tanggal 10 agustus 2015. Hitungan hari saja sebelum kepulangan saya ke tanah air. Padahal saat itu, saya harus kerja untuk jaga malam dan meminta izin ke chef saya kalau saya akan mengikuti wawancara. Bahkan saya sampai mengambil papan flipchart kantor untuk dibawa pulang ke rumah untuk simulasi mengajar. Intinya dalam perjalanan pulang ke rumah berisiknya gludak gluduk gara-gara jalan sambil bawa papan flipchart :D

Dari 5 hal untuk direct assessment ini, saya dianjurkan untuk membuat jadwal sendiri sesuai dengan waktu yang dimiliki oleh saya dan teman-teman saya. Direct assessment ini intinya akan dimulai dari pukul 10.00-13.00. Jadi, setidaknya saya sudah harus siap di depan layar skype jam 5 pagi waktu negara bagian saya tinggal :D Iya, jam 5 pagi sudah harus siap tapi untuk persiapannya saya harus sudah siap jam 4 pagi. Masa-masa jam segini di Jerman mah beberapa orang masih terjaga dan beberapa orang yang lain sudah harus bergegas menuju kantor masing-masing.

Dari pulang malam jam 10 malam, hingga akhirnya saya tidak bisa tertidur dengan nyenyak sampai pukul 4 pagi waktu setempat saya pun masih sibuk dengan persiapan saya :D let me see introduce sahabat-sahabat saya yang saat itu bela-belain datang ke rumah dan menginap untuk membantu di bagian FGD dan simulasi mengajar. Ada Hanirla (yang tinggal di wilayah daerah hampir Karlsruhe sekitar 45 menita), Pipit (yang bela-belain dari negara bagian lain dan pulang kerja juga yang perjalanannya hampir 2 jam), kak Novi, Ragil, dan satu lagi teman dari kak Novi yang juga sama-sama tinggal di Mannheim (kota tinggal kami). Orang-orang inilah yang membantu saya di bagian simulasi mengajar dan Forum Group Discussion. *terharu*

So, di bagian selanjutnya nanti, saya tuliskan bagaiman direct assessment online saya ini berlangsung. Ada keseruan, cerita dan pengalaman yang unik sendiri yang saya alami :D Dari persiapan yang sudah matang tapi ternyata gagal di pelaksanaannya. Ouch :D


Wait yaaa… :)

Arvida Rizzqie Hanita
Pengajar Muda XI Kab. Nunukan 
Share:

Road to be Pengajar Muda XI (1)


...kala itu...
Dari sekian banyak cerita yang ditulis di blog saya. Mungkin cerita perjalanan tentang seleksi di Indonesia Mengajar belum saya utarakan. Ceilee kek gimana juga diutarakan. Iya, siapa tahu saya bisa jadi artis ngedadak lagi gegara ngeposting tentang seleksi IM ini haha :p ah bukan bermaksud demikian. Jikalau pun blog saya ini mengandung unsur kebermanfaatan intinya mah saya sangat senang sekali :)

Sebenernya ini kali kedua saya mendaftar program IM. Pada tahun 2013 setelah dinyatakan WIS UDAH, saya mencoba mencari peruntungan dengan mendaftar program IM yang nantinya setelah lolos akan dinobatkan menjadi Pengajar Muda (PM). Mungkin, karena belum sangat niat dan lebih konsen ke hal yang lain, belum rezeki saya untuk lolos diseleksi awal PM. Saat itu kalau tidak salah mungkin PM VIII kali ya :D ngisi essai saja ngawurnya masyaAllah. Masih ada dan aplikan formulirnya dan saya baca ulang kembali, kok yo ngawur ngene iki -____-

Saat itu yang saya fikirkan adalah, ketika melihat profil Pengajar Muda sebelumnya sangat keren-keren dan kece-kece, sedangkan saya hanya fresh graduate yang masih minim pengalaman, jadi saya merasa aja gitu pesimis. Saya mah apa atuh dibanding kakak-kakak PM sebelumnya yang MasyaAllah kerennya seperti tiada kiranya. Maka akhirnya, saya memilih untuk fokus mencari pengalaman terlebih dahulu baru setelah itu ikut IM. Jadi kan bisa berbagi dan banyak cerita dengan anak-anak :D

Well, setelah 2 tahun diantara 2013-2015 menggelandang mencari ilmu dan bertapa di sebuah tempat yang memang cukup histeris, maka akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan mimpi saya yang sempat tertunda tersebut. Iya, mimpi menjadi pengajar muda di program Indonesia Mengajar. Dengan membaca bismillahirrohmanirrohim, maka ternobatkanlah formulir saya secara online di website Indonesia Mengajar.

Jika seleksi awal tahun 2013 itu saya mengisinya sangat ngawur dan tidak jelas mbuh sing penting keisi wae, maka di tahun 2015 ini saya lebih serius lagi untuk mengisinya. Jadi, untuk biodata yang cukup panjang itu diisi dengan lancar, aman dan sentausa. Giliran masuk di bagian mengisi pertanyaan-pertanyaan essai itulah yang buat diri ini geli-geli tidak jelas :D Yang penting saya isi sesuai dengan pengalaman atau kejadian yang saya alami selama ini. Makanya, saya isi saja secara apa adanya. Tapi, jadi lebih membutuhkan waktu selama sekitar 2-3 hari -__- Entahlah, butuh me time banget buat ngisi essai. Dan ini beneran sangat serius ngisinya.

Nah, buat kalian yang emang pengen banget jadi PM nih, usahakan untuk pengisian essai itu beneran apa adanya dan tidak dibuat-buat. Jadi diri kalian sendiri aja tanpa ada paksaan apapun. Kalau memang punya pengalaman yang sesuai dengan pertanyaan essainya mah yauda diisi aja. Jangan lupa, yang jelas minta doa restu sama orang tua. Karna merekalah mimpi-mimpi dapat tercapai :D

Seleksi di tahap awal ini tidak terlalu meribetkan. Saya merasa dipermudah sekali dengan seleksi dengan menggunakan formulir online ini. Jadi, kita buat akun di website Indonesia Mengajar, nah akun tersebut digunakan untuk kita mendaftar menjadi Pengajar Muda atau sekedar emang pengen punya akunnya saja :D Akun ini akan selalu aktif sampai batas yang entah tidak ditentukan sampai kapan. Soalnya, dalam kurun waktu 2 tahun meninggalkan dunia keIMan akun saya masih saja terpampang dengan unyu di websitenya. Bahkan formulir pendaftaran jadi PM saya yang pertama pun masih bisa saya baca sampai saat ini :D

Dulu mah saya juga tidak ingin sebenernya menjadi pengajar apalagi guru, namun panggilan tetaplah panggilan. Dari sekian banyak ribuan orang, yang bukan dari jurusan non pendidikan saja mau jadi guru dan mengajar, masa saya hanya diam sembari melipat lutut dan menutup mata dalam pendidikan. Well, panggilan jiwa itu ada ketika kita merasa bermanfaat untuk orang lain. Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain?

Intinya, just be yourself and believe what will you do!!!

--Sebatik, 14 Oktober 2016—
Arvida Rizzqie Hanita
PM XI Kabupaten Nunukan
Share:

13 October 2016

... Sebuah Ruang ...

… Sebuah Ruang…

--Episode Penjajakan—
Tatkala, selama ini saya memang selalu menceritakan tentang hal-hal yang saya alami. Dari saya berkelana dari ujung hingga sekarang menuju paling ujung Indonesia. Meskipun bukan memang daerah timur Indonesia, tapi tempat penugasan ini memang paling ujung yang berbatasan dengan Negara Malaysia.

Berada di sebuah lembaga yang sudah saya damba-dambakan adalah memberikan sebuah ruang baru bagi diri ini. Pengalaman, teman, keluarga bahkan sudah seperti saudara sendiri, padahal kami sama-sama belum mengenal satu sama lain sebelumnya. Dari beragam daerah satu ke daerah yang lain, membuat saya semakin merasa bahwa memang Indonesia itu adalah satu.

…Nunukan…
Cerita tentang Nunukan mengisahkan banyak hal yang tidak pernah saya duga-duga sebelumnya. Mendapatkan penempatan tugas sebagai Pengajar Muda XI di daerah yang berbatasan dengan Malaysia adalah hal yang sampai sekarang masih belum percaya. 14 November 2015, iya sudah hampir 10 purnama yang lalu masih ingat sekali dalam ingatan.

“Persiapkan diri kalian masing-masing. Dimanapun kalian ditempatkan di sanalah kalian akan mengabdikan diri kalian. Jangan merasa bahwa wah kok aku ditempatkan di sini ya, wah kenapa ya?. Intinya jangan terlalu berkepsektasi yang tinggi dengan siapa dan dimana. Siapapun dan dimanapun itu, kalian akan ada di sana.”

Perasaan saya dag dig dug tidak karuan, bahkan bukan saya sendiri yang mempunyai perasaan seperti ini. Semua pengajar muda XI pun merasakan hal yang sama seperti yang saya rasakan. Kami semua saling berpegangan tangan, merangkul satu sama lain yakin dengan apapun yang terjadi. Saya merasakan ada binar kehangatan, ada binar tidak bersabar, ada binar-binar yang banyak memunculkan pertanyaan-pertanyaa yang jawabannya akan sebentar lagi kami ketahui.

Kak Rizky, selaku yang diamanahkan sebagai pemandu untuk memberikan pengumuman penempatan kami pun memutar sebuah video yang isinya pesan-pesan yang disampaikan oleh para Pengajar Muda XI. Muncul pertama kali yang ditayangkan adalah Afriza Firlana Gany, saya kira saat itu akan menjadi sebuah urutan abjad nama. Sesuai dengan yang sering dipasang di video atau di website.

Pertanyaan kembali mengelilingi rautan kening dan entah seperti ada yang menjawab bahwa saya akan ditempatkan di kabupaten baru. Entah itu baik di Natuna, Nunukan atau Pegunungan Binta, namun yang aku rasakan ada di tempat baru.

“Aku dimana ya? Tapi sepertinya di Nunukan. ah apapun itu yang jelas harus bisa dijalani.” Pikir saya. Feeling kuat entahlah selalu jatuh di kabupaten Nunukan, meskipun memang sebenarnya saya lebih mengarah ke Pegunungan Bintang, Papua.

Layar selebar papan tulis yang berada di barak tempat kami gunakan untuk pelatihan mulai riuh. Iya, karna akhirnya kami tahu kabupaten penempatan kami untuk pengabdian selama setahun mendatang. Dengan dihiasi background masing-masing daerah penempatannya, muncullah satu per satu PM XI yang akan ditempatkan di daerah tersebut.

Ketika aku yang ditayangkan, saya kira saya akan berada di Kabupaten kepulauan Natuna. Rupanya, gambar perahu itu hanyalah sebuah gambar (tapi memang yang punya hanya Nunukan dan Natuna), namun akhirnya Kabupaten Nunukanlah yang akan menjadi tempat persinggahan selama setahun ke depan.

Kami semua berpelukan dengan erat, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri, dan Tanah Air Pusaka. Semuanya bergandengan tangan sembari menangis, iya, yang saya rasakan adalah bersyukur karena berada di tempat ini. Karena saya berada di lingkungan yang penuh dengan energi-energi positif yang juga akan selalu merambatnya ke dalam tubuh ini.

Kami keluar dalam ruang yang menjadi saksi pengumuman penempatan kami. Bersalaman berkeliling sembari berpelukan satu sama lain. Ada rasa terharu karena pada akhirnya takdir dimana akan ditempatkan telah dikukuhkan. Kami 50 Pengajar Muda XI, selalu bersyukur, terus bekerja dan tetap berdaya demi kemajuan pendidikan di Indonesia. Kami ber 50 saling bergandengan tangan dan berpelukan seraya menyampaikan janji, bahwasanya dimanapun berada mekarlah demi kebermanfaatan pendidikan di negeri ini.

Sebuah ruang, yang banyak berucap harapan-harapan, banyak sorotan mata yang optimis akan keberadaan masyarakat di luar sana yang masih peduli dengan pendidikan. Maka, berlayarlah 10 pemuda-pemudi yang siap mengemudikan perahunya untuk menuju daerah masing-masing untuk memberikan harapan itu.


Sudah hampir 10 purnama dilalui. Apa kabar daerah kalian? Semoga ada langkah-langkah kecil yang terus berkembang dan mengayunkan tangannya untuk membantu pendidikan di ujung negeri ini. Jika bukan kita, lalu siapa lagi?

--Arvida Rizzqie Hanita--
Pengajar Muda XI SDN 005 Sebatik Tengah
Kabupaten Nunukan 
Share: