Showing posts with label Deutschland. Show all posts
Showing posts with label Deutschland. Show all posts

12 August 2018

Kerja Sosial di Jerman (2)

Moin Moin...

Jebrol juga ini tulisan setelah sekian lama nggak memunculkan tulisan kembali dan menjenguk blog pribadi ini hehehh... Maafiin yaaa karena eh karena kemalasan yang seringkali melanda dalam diri dan butuh motivasi untuk bisa merangkai kembali kata-kata. :')

Baiklah.. kali ini saya masih dengan cerita pengalaman saya selama bekerja sosial di Jerman. Sistem bekerjanya seperti apa dan ada beberapa yang sering sekali bilang "Vida mah di Jerman jalan-jalan mulu yaaa..." Hmmm... Itu hanya sekilas aja yang teman-teman liat di layar sosial, tapi seringkali butuh perjuangan di balik layar untuk bisa kemana-mana mumpung masih di Eropa huehehe :D so, let me to write about it....

Vid, kerja di Jerman sendiri bagaimana dengan kamu yang menggunakan kerudung?

Teman, alhamdulillaaahh sekali tempat kerja di tiga bulan pertama tidak mempermasalahkan saya menggunakan kerudung. Tapi setelah itu sejujurnya saya diharuskan untuk menggunakan penutup kepala. Akhirnya karena kondisi demikian, saya mengusulkan untuk menggunakan penutup kepala seperti daleman ninja dan tertutupi dengan topi rajut khas Winter. Keadaan demikian yang membuat saya lebih berfikir untuk kembai ke Indonesia. Bisa jadi karena saya memang belum menemukan komunitas yang tepat buat diri saya, jadi masih merasa belum ngeklik untuk stay for a long time in Germany. But so far I lived there, the people were so nice and always took responsibility on me. :)

Seringkali beberapa teman bertanya "Vida, ist das nicht warm mit den Mutze, die du traegst?" -- "Nein, ist immer bequem fuer mich wenn meine Haare zudecken. Kein Problem!" -- "Na gut, wenn du so denkst". That means, (Vida, kamu nggak kepanasan pake begituan?-- Nggak, nyaman-nyaman aja kalau rambutku tertutup. Nggak masalah".

Paling membuat saya terharu adalah, di saat chef menyatakan bahwa tidak ada kerudung di tempat kerja, lalu perjuangan kollega untuk tetap memperjuangkan saya mengenakan kerudung yang membuat saya how they are  so respect to the others, even we have in a different religion. Terharu bahagia karena salah satu dari mereka sampai bilang "How dare they are to you. It's impossible! Vor der Anfang, du darfst es tragen, aber jetzt muss du abtragen!" Betapapun mereka mengusahakannya, tetap saja mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Saya? Yah, karena masih terikat kontrak selama bekerja saya mengenakan seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya. :)

"Allah lagi menguji keimanan, jika kau mendapatkan ujian tersebut apakah kau akan semakin jauh atau justru semakin mendekati-Nya. Allah sedang membuat dirimu untuk lebih dekat dengan-Nya, kalau Dia nggak ngasih ujian demikian, mana mungkin kau akan diberi ujian demikian? Kau sudah diberi banyak kenikmatan oleh-Nya. Maka terus memperbaiki diri" :)

That was, that I thought. He never let you go for Him. That's why, He gives you this oppurtunity. :')

Ada kesulitan tersendiri nggak selama di sana dalam beribadah?

Hmmm... Untuk beribadah kesulitannya adalah di waktu. Setiap hari bisa saja berubah-ubah, dan bedanya bisa 2-3 menit. Seperti halnya, jika masuk musim panas shubuh akan dimulai pada pukul 3 dini hari, dan maghrib pukul 21.30,  sehingga puasa pun harus mengikuti waktu di sana. Pun demikian ketika musim dingin tiba, shubuh akan lebih siang lagi waktunya pukul 6 hingga 6.30 pagi, Maka jadilah saya ketika harus bekerja dan berangkat pukul 6, saya harus mengambil waktu kerja untuk beribadah. Atau seringkali saya jamak, karena saya masih menjadi bagian dari musafir dalam waktu lama. Menurut pengertian saya, selama saya tidak menetap di sebuah negara untuk selamanya, saya akan menyebut diri saya sebagai musafir. Jadi, ketika waktu sholat tertinggal atau ada waktu untuk sholat saya akan menjamaknya kecuali sholat shubuh.
Tapi, sebisa mungkin saya mengusahakan tepat waktu dan membawa mukenah kemanapun saya pergi.

Everythings gonna be alright, if you are only trust Him. He would help you everytime you need Him :)

Waktu kerjanya apakah hectic? karena sering dengar mereka sangat workaholic kan?

Waktu kerja di Jerman memang hectic, namun dalam waktu-waktu tertentu. Saat itu ada dua Shifts di tempat saya kerja, yaitu pagi dan siang. Pagi hari kerja akan dimulai dari pukul 6 hingga 2 siang, siang harinya dimulai dari pukul 13.30 hingga 21.30. Mana yang paling disuka? Saya lebih enjoy jika dapat shift pagi. hehe kenapa? Karena sore hari setelah kerja saya bisa jalan sekedar ke kota atau ke kota sebelah yang jaraknya hanya sekitar 20 menit saja dari tempat saya tinggal. Kalau siang, waktunya seakan cepat berlalu, jadi setelah selesai dinas saya nggak bisa pergi kemana-mana karena sudah terlalu malam.

Well, untuk lemburan di tempat saya kerja jika ada lembur atau jam lebih akan digantikan libur di bulan berikutnya. Mungkin ada yang berbentuk uang lemburan, tapi sepemahaman saya reward lemburan atau pulang telat akan digantikan dengan hari libur atau kita bisa mengambil waktu pulang cepat sesuai dengan keinginan kita karena kelebihan jam. Contoh, kalau saya shift pagi hari yang seharusnya pulang jam 2 siang, tapi karena kondisi tertentu saya harus pulang jam 4, berarti jam kerja saya jadi 10 jam. Itu artinya, saya ada waktu 2 jam untuk bisa berangkat lebih siang lagi atau pulang lebih awal karena kelebihan jam. Atau kalau kita mau, kita bisa mengganti dengan mengambil hari libur karena kelebihan jam tersebut. Makanya, jangan heran kalau orang barat sering travelling jauh karena jatah libur mereka dalam setahun bisa mendapatkan 27-30 hari.

Mungkin nih kalau dibilang workaholic bisa jadi. But, if you know what I mean. They did it, because they want have loooooong holidaaayy... heheheh :D Kalau saya selalu ambil jatah satu minggu atau 5 hari untuk minta liburan panjang. Setiap pekerja pun harus bisa respect to others yaaa.. Misal nih, kebanyakan orang akan mengambil jatah libur di tahun baru daripada natal (mereka lebih excited dengan New Years Eve sih ketimbang natal), nanti akan ada yang dapat jatah dinas natal untuk menggantikan yang libur selama 10 hari pun demikian sebaliknya. Saat itu saya kedapatan jatah libur natal selama 10 hari, jadi saya manfaatkan waktu untuk liburan ke Muenchen heheh...

Oh iya, kalau waktu kerja tertulis minus itu tandanya kita harus kerja lebih lama untuk menutupi waktu minus kerja kita. Ada hitungan tersendiri pokoknya kalau dapat waktu kerja minus. Terakhir saya kerja sampai kontrak habis saya -0,30 (itu artinya waktu kerja saya harus lebih lama 30 menit dari waktu yang sebenarnya). Intinya sih di sana, lebih menekankan waktu ya karena memang pekerja di sana harus on time or in time.

Apa yang membuat kamu bisa bertahan untuk membantu orang-orang berkebutuhan khusus?

Hmmm... Bertahan karena mungkin butuh ongkos buat pulang ke Indonesia huehehhe... Lebih tepatnya karena di sana saya lebih banyak belajar sabar, bersyukur dan rasa peduli terhadap sesama. Emang susah di awal-awal, apalagi kalau dinas pagi harus mengejar target waktu semua penghuni jam 7 sudah standby di meja makan untuk sarapan. Jam 8.30-9.30 mereka akan dijemput oleh supir untuk menuju tempat kerja khusus mereka. Nah, di lantai tempat saya dinas hampir seluruh penghuni pergi ke tempat kerja. Jadi, setelah mereka pergi kerja yang dikerjakan oleh kami biasanya merapikan kamar mereka, mengisi pampers, mengganti handuk atau mengisi peralatan mandi mereka yang sudah habis. Bisa saja, pas jadwal belanja kami akan pergi berbelanja untuk kebutuhan satu Minggu.

Di sana saya lebih banyak belajar menghargai wakt, jadi lebih disiplin waktu juga. Hmm tapi setelah balik Indonesia sepertinya kedisiplinan waktu saya jadi berkurang. Olala... malu sama diri sendiri, apalagi kalau pas jadwal menuntut ilmu. Pas lagi futur-futurnya lebih parah lagi :((

Well, beberapa Minggu lalu saya dikabarkan bahwa salah satu penghuni meninggal. If you know, salah satu penghuni ini adalah salah satu penghuni favorit saya. Orang tuanya sangaaaaaat baiiik... Udah kaya Ayah Ibu kalau pas mereka berkunjung ke tempat kami. Seringkali membawakan kami oleh-oleh, dan saat saya akan pulang ke Indonesia mereka bahkan sampai rela malam-malam berkunjung ke tempat kerja (But, I was not there the time). And I thought, that I'd never meet him again. They put gift and a letter on the table. (yang ini ceritanya ntar deh ya)

Nah, intinya mah ya. Saya bersyukur dipertemukan dengan orang-orang baik di saat menjadi pekerja sosial di sana. :)

Kalau ada tawaran berangkat ke Jerman lagi gimana?

Kalau ada tawaran lagi? Waaah semoga ada rezeki bisa kembali terbang ke sana. But now, it's not urgent. Mungkin kehidupan sudah berbeda hehehhe... Bahasa Jerman juga sudah jarang digunakan, bahkan berbicara saja masih berfikir. Kangen bangeeet belajar bahasa Jerman lagi sebenarnya. Sekarang malah lebih concern ke bahasa Inggris. Coba dooong demi apa? :((

Bahasa itu sebenarnya mudah, asalah we have to oft to practice in speaking yaaa... kalau jarang digunakan dan ngendap bakalan ilang kaya saya jadi terluntang lantung. Target sih ini, bahasa Inggris harus dikuasai dan kembali lagi belajar bahasa Jerman. Semogaaa semogaaa nanti kalau ke sana dalam rangka belajar, belajar bersama pasangan dan harapan Eaaaa :D :D :D

Lost in Salzburg

--Vidahasan--
Share:

22 June 2018

Kerja Sosial di Jerman (1)

Hali Halo Liebe Leute...


Tulisan ini sebenarnya adalah tulisan lanjutan di label tentang Kerja Sosial di Jerman. Nah, kalau ada yang belum baca, sok manggaaa dipersilahkan untuk membacanya. Tulisan ini lebih ke menjawab pertanyaan beberapa teman yang penasaran dengan saya, "Vida, dulu emang kamu ngapain sih di Jerman?" Biar nggak penasara, saya tulis dulu yaa tentang kerja sosial di rumah untuk tuna grahita dan bagaimana menjalani kehidupan bersama mereka. :) 

Enjoy the story...

Jadi, setelah ikutan jejak para senior jurusan dengan program Aupair (kapan-kapan akan saya jelaskan tentang Aupair yaa) di Jerman, saya melanjutkan kembali dengan program yang lebih seru dan menantang. Nama programnya adalah Freiwilliges Soziales Jahr, dalam bahasa Indonesianya disebut Kerja Sosial Tahunan. Kenapa tahunan? Karena kami diberi kesempatan maksimal 1,5 tahun untuk merasakan sebagai volunteer di Jerman. Kalau sebelumnya sudah dijelaskan yaa tempat-tempat yang bisa untuk dijadikan sebagai FSJ (singkatnya). FSJ bisa dilakukan dalam berbagai bidang, bisa sosial (panti jompo, panti rehabilitasi, sekolah khusus, atau tempat lain), bidang kesehatan (rumah sakit, praktek dokter), atau bisa di bidang hiburan seperti museum, pelayanan dan masih banyak lagi. Tapi eh tapi, saya akan lebih menceritakan tentang pengalaman saya sebagai FSJ di rumah untuk disability human in Mannheim.

Saya mulai kerja pada tanggal 1 September 2014. Sehari sebelumnya, saya akhirnya move dari kota Frankfurt menuju kota Mannheim. Alhamdulillah, tempat saya mengabdi selama setahun ke depan ini menfasilitasi saya sebuah ruang di rumah susun (saya menyebutnya Wohnung). Ruangannya cukup besar, memiliki kamar mandi+toilet dan dapur. Tidak perlu khawatir untuk peralatan memasak sudah mereka siapkan untuk kehidupan kita mendatang. Di 3 bulan pertama saya tinggal berdua bersama dengan seorang teman, setelah itu saya pindah kamar di lantai 5 yang pemandangannya MashaAllah, bisa dinikmati jika saya lelah setelah pulang kerja.



Hari Pertama.

Kami berkenalan dengan beberapa orang yang juga mengikuti program yang sama. Jadi, kita tidak akan menjadi anak bawang sendirian, karena ada beberapa teman-teman yang lain yang juga baru sama seperti kita. Tempat kerja sosial saya, bernama Werner Huelstrunk Haus (http://www.reha-suedwest.de/whh-ma/) boleh dikepoin situsnya, tapi menggunakan bahasa Jerman yaa heheh.. Di WHH (singkatnya) ada 3 lantai yang setiap lantai memiliki penghuni yang unik-unik dan menarik untuk didampingi. Kami, diperkenalkan dengan seluruh pegawai di WHH beserta penghuninya. Oh iya, saya tidak akan menceritakan panjang lebar di hari pertama sampai hari terakhir saya bekerja yaa :D takut nanti bisa jadi web drama stroy huehehehe

Setiap lantai dari lantai 1 sampai 3 ada 10 penghuni. Jadi total dalam satu rumah ada 30 penghuni. Untuk pekerjanya, setiap lantai memiliki 4 orang profesional, 1 Azubi (pelajar), dan 1-2 FSJ. Jadi, total setiap lantai memiliki 7 pegawai. Untuk FSJ dan Azubi punya mentor masing-masing. Jadi, kalau ada apa-apa mentor tersebut yang akan bertanggung jawab untuk FSJ atau Azubinya. Tugas mentor biasanya mengarahkan kita sebagai pegawai baru untuk melakukan hal-hal yang baik sebelum menangani si penghuni. Tapi buat saya, seluruh 4 pegawai profi merupakan mentor saya, karena saya mengambil hal-hal baik yang mereka lakukan. :)

Tugasnya ngapain aja sih kalau di sana? 

Di 3-7 hari pertama saya hanya bisa menyaksikan para senior saya melakukan banyak hal untuk para penghuni (kami sebut penghuni panti aja yaa) :) Nah, untuk tugas karena masih jadi FSJ dan bukan profesional semacam senior lainnya, saya hanya melakukan hal-hal yang bisa dilakukan dan mudah. Contohnya seperti memandikan mereka, membersihkan kotoran mereka, membangungkan mereka, menyiapkan makan, mendampingi mereka bermain, jalan-jalan keliling tempat kerja atau ke kota, menyiapkan segala sesuatu kalau mereka akan liburan, yang penting spending time sama mereka. 

Tugas yang buat saya berat adalah memandikan mereka, karena untuk memandikan orang-orang ini butuh kekuatan dan kefokusan. Kekuatan biasanya digunakan untuk menggendong, jadi memindahkan dari kursi ke kasur, lalu kasur ke kursi mandi, dan begitu seterusnya atau biasanya kami menggunakan alat bantu yang disebut lifter untuk mengangkat penghuni yang badannya cukup besar dari saya. Tapi, dari 10 penghuni di lantai tempat saya kerja, saya tidak boleh menangani 3 orang penghuni khusus. Mereka memiliki kelainan pada syaraf mereka yang biasa disebut dengan epilepsi. Kata para mentor, "Vida, du darfst nicht mit denen, weil die Epilepsi haben. Ich hab Angst wenn, sie Unfall bekommen" (Vida, kamu tidak boleh menangani mereka ya, karena mereka punya epilepsi, takut terjadi apa-apa). 

Di awal saya tidak boleh menangani 3 pasien khusus, tapi di 4 bulan terakhir saya menangani salah satu penghuni yang memiliki epilepsi. Hanya saja, saya harus hati-hati karena saya harus benar-benar memperhatikannya jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Hanya sekali-dua kali saja menanganinya, tidak terlalu sering menangani salah satu ini. (Maaf yaa... nama akan saya samarkan, karena memang orang Jerman sangat menjaga privasi sekali termasuk nama mereka).

Untuk obat, FSJ tidak diizinkan untuk memberi obat langsung ke penghuni. Jadi, yang memberi obat secara khusus adalah para mentor atau Azubi. Katanya, "das ist nicht dein Job. Wenn du Azubi bist, dann kannst du machen" (ini bukan tugasmu, nanti kalau kamu kamu seorang pelajar baru deh kamu coba kasih mereka obat). 

Masing-masing penghuni memiliki kebutuhan masing-masing yaa.. Kalau di lantai 3 ada 6 penghuni yang menggunakan total kursi roda. But they can doing for theirself. Kita nggak perlu mendorong terus-terusan, karena ada beberapa penghuni yang bisa mengendarai kursi rodanya sendiri. Sisanya 4 orang, mereka bisa berjalan dengan kaki mereka hanya kita perlu memapahnya saja pelan-pelan kalau mereka terlalu cepat berjalan :)

This job can make me feel understand about humanity, the person that we think 'they can't doing anything', is special human with their personality. Mereka bisa kok melakukan hal-hal yang biasa kita lakukan, asalkan kita bisa menempatkan diri kita di sisi mereka dan menjadi percontohan yang baik buat mereka. Bukan mereka yang belajar dari saya, justru saya belajar banyak hal dari mereka, seperti rasa syukur. Betapapun kekurangannya mereka, mereka tetap menikmati kehidupan mereka sendiri. Jika ada yang bilang "yaiyalah, kan mau nggak mau" hmmm... Just think on yourself, dear. Allah benar-benar Maha Adil, di saat hamba-Nya dirasa tak memiliki apapun tapi Dia tahu kok kita memiliki kemampuan. Bahkan, kita mampu loh atas izin dan kekuatan dari-Nya :)

Emang dulu udah pernah punya pengalaman menangani orang-orang tersebut? Nggak takut gitu?

Terkadang, kita melakukan sesuai dengan kemampuan kita saja. Kalau bisa yauda ngelakuinnya itu aja terus sampai kita bosan melakukannya. Nah, kalau FSJ di Jerman ini buat saya adalah sebuah ajang untuk mencari jati diri. Kita mau kemana sih sebenernya? Makanya FSJ ada di Jerman, sebagai batu loncatan supaya anak-anak muda bisa lebih peka dengan kondisi sosialnya, ikut merasakan bekerja setelah lulus SMA, makanya di sana kalau sudah berumur 18 tahun diharuskan untuk bisa mandiri bahkan kudu nyobain aboard ke tempat lain. Bahasa kerennya, lu kalau nggak keluar rumah, kuper banget! hehe

Saya tidak memiliki basic sama sekali untuk menangani orang-orang demikian, istilah learning by doing itu berlaku banget di Jerman. Kita belajar sambil melakukannya, bukan hanya belajar terus-terusan secara teori, tapi ketika masuk ke prakteknya hasilnya nol besar. Makanya nih, di awal saya pun sempat ragu, "kira-kira bisa nggak yaaa" dan alhamdulillaaaaah... dapet mentor-mentor yang super kece di tempat kerja. Ada apa-apa langsung tanggap bahkan bisa dibilang saya merasakan kekompakan di lantai tempat saya kerja. Mereka memaklumi, apalagi saya baru dan bukan warga Jerman asli. Mereka respect sekalipun saya mengenakan kerudung. Penghuni ini berusia sekitar 23-60 tahun (saat itu), mungkin sekarang sudah lebih dari itu.

Kalau takut, pastilah takut.. namanya juga for the first time banget menangani orang-orang demikian. Setelah nyoba dan bisa dalam waktu kurang lebih seminggu akhirnya nagiiih dan berasa berharga bangeeet bantuin mereka hehe.. Takutnya karena nggak bisa menanganinya, grogi dan salah memahami, menanggapi mereka setiap penghuni. Apalagi, ada penghuni yang kalau kita berbicara harus dengan suara agak keras supaya dengar, ada yang harus menggunakan bahasa isyarat, ada yang harus pelan-pelan supaya mereka paham bahasa bibir kita, ada yang ngoceh terus mau didengerin, ada yang moody abiiiss.. Ada banyak setiap karakter di dalam diri mereka. MashaAllah.... Saya belajar banyak hal tentang karakter orang-orang demikian :)

Oh iya, sebagai anak FSJ nih kita juga dapet fasilitas seminar selama 25 hari selama setahun. Di cerita selanjutnya yaa saya ceritakan tentang seminar dan ngapain aja selama di seminar :) Jadi, kita juga nggak akan butaaa banget deh masalah psikologis atau teknis karena berkat seminar tersebut :)

Vid, itu kan menangani dewasa ya? Kalau laki-laki dewasa kamu masih menanganinya?

Hehe... Namanya tugas dan sudah signing kontrak berarti kudu siap melakukan apapun. Ya Allah, sebenarnya nggak boleh, tapi sungguhlah saya berniaaaat banget untuk membantu orang-orang ini. Berniat dalam kebaikan, semoga Allah mengampuni saya karena saya balik lagi berfikir, kalau tidak ada orang-orang ini apa yang akan mereka lakukan? Kalau tidak ada profesi demikian, bagaimana kehidupan mereka di masa mendatang? Bagaimana mereka mandi, buang air, makan, dan segala macamnya? Tapi kan bisa ambil yang perempuan ajaaa... Justru di lantai saya kebanyakan laki-lakinya. Dan diharapkan nggak pilih-pilih penghuni yang mau ditangani. Kalau siap bekerja di sana, berarti harus siap dengan segala kondisi apapun. Itu pendapat saya saat itu. Karena untuk mencari yang spesialis anak-anak agak susah dan memang jarang di daerah wilayah Baden Wuerttemberg, mungkin harus ke wilayah Jerman bagian utara dulu yang banyak menerima khususnya untuk yang berkerudung. Kalau saya meyakini, lakukanlah hal baik meski sulit. Semoga Allah meridhoi apa yang saya lakukan.. wallahua'lam bis showab :)

Di Jerman sendiri, adanya organisasi demikian untuk membantu jaminan mereka ke depannya. Mereka sudah mendapat uang saku dan fasilitas dari pemerintah, tujuannya adalah jika orang tua mereka sudah tidak mampu merawat mereka dengan kondisi demikian, lalu siapa lagi yang akan merawat kalau bukan orang-orang yang sudah ahli tersebut? Kereeen yaaa... Karena orang-orang ini pun harus menempuh sekolah dulu untuk bisa merawat para penghuni tersebut. Coba kita? Kelabakan karena tidak terbiasa menangani mereka, takut mereka brutalah, takut mereka memukul kitalah, no, dont judge a book by a cover! Cuman praduga kita aja, karena sebenarnya mereka tidak demikian.

Mereka hanya butuh perhatian kita aja, tapi jangan terlalu terlena diperhatikan supaya mereka dapat belajar mandiri melakukan beberapa kegiatan yang memang harusnya bisa mereka lakukan sendiri. Contohnya, di lantai tempat saya penghuninya masih bisa diajak kerja sama. Misal, si A bertugas meletakkan peralatan makan setelahnya di tempat cuci, si B membantu menyiapkan lap atau meletakkan makanan yang sudah disiapkan ke meja makan, si C memasukkan peralatan makan ke Spullmachine (alat cuci piring), atau bisa jadi si D membantu menyapu lantai, dan lain sebagainya. Jadi, ditekankan supaya saling bekerja sama satu sama lain. Keceee kan meskipun dengan kekurangan mereka masing-masing...

satu sudut asik di tempat kerja (maafin yaa kalau nggak sopan) heheh :)


---

Di cerita selanjutnya akan saya jelaskan tentang jadwal kerja, libur, dan cuti yaa dear. Supaya nggak penasaran bagaimana dunia kerja di Jerman sendiri masalah waktu kerja, dan liburnya. but by the way anyway busway, ini disebabkan pada suka bilang "Vida kayaknya jalan-jalan teruuuus deeh tiap Minggu" ah, belum tau aja di balik layarnya kaya gimana :D

-vidahasan-


Share:

9 May 2018

Muslim Society in Germany

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,


Ini cerita lanjutan tentang Muslim di Jerman. Jika sebelumnya saya menceritakan tentang makanan halal di Jerman, kali ini saya akan menceritakan tentang bagaimana kehidupan jika muslim hidup di Jerman. Biasanya ada yang sering menanyakan ke saya tentang sikap orang Jerman sendiri terhadap warga muslim yang tinggal di Jerman itu seperti apa. "Vida, kamu kan muslim ya di sana? Terus orang-orang Jerman sendiri ketika melihatmu mengenakan kerudung dan tau bahwa kamu muslim, bagaimana sikap mereka?"

Well, sebenarnya mah sikap mereka biasa-biasa aja terlepas dari saya yang beragama Islam. Mereka menghormati warga yang menganut Islam di daerahnya. Dulu, ketika saya pertama kali menginjakkan kaki di Jerman saya kira saya yang akan sendirian yang muslim dan mengenakan kerudung. Rupanya, anggapan saya salah besar, bahwa di mana-mana masih ada muslim di sekitar kita meskipun memang tidak se mayoritas di Indonesia. Mereka justru saling respect to others kalau saya lihat ya.. Banyak beberapa muslim yang berasal dari Maroko, Turki, Algeria, Irak, Iran dan lain-lain. Mereka juga masih tetap mengenakan kerudung meskipun bukan tinggal di negara mereka sendiri, bahkan mereka juga masih tetap berpuasa meskipun waktu puasa di Jerman hampir 20 jam lamanya.

Suatu hari, ibu asuh saya di sana menyampaikan kalau dia bertemu dengan seorang muslimah berasal dari Uzbekistan. Namanya Saodat, dia meminta nomor muslimah ini supaya saya bisa ada teman mengobrol dan teman saling berbagi. Saking excitednya saya, saya pun menghubungi dia. Memperkenalkan diri. Pertemuan pertama kali diawali dengan berbagai macam cerita yang tidak terduga. Dia menceritakan bagaimana dia bisa berhijrah di negara yang minoritas muslim ini.

Menurutnya, "Vida, kamu harus banyak bersyukur karena lingkunganmu mendukungmu untuk melakukan banyak hal sesuai dengan ajaran agama kita. Jujur aku iri dengan orang-orang yang dapat mempraktekan kewajiban sebagai seorang muslim. Aku baru mengenakan kerudung setelah aku di Jerman. Tapi Allah memang Maha Luar Biasa Baik yaaa.. Dia memberi hidayah kepadaku di saat aku berada dalam situasi yang menurutku terburuk. Ada kala di satu titik aku merasa mulai jenuh, hingga datanglah Allah yang menolongku melalui beberapa orang".

Waaaa that story were touch meeee! I don't know what I could say, just Alhamdulillah... Kerennya si Saodat ini adalah dia sudah berjilbab dan berkerudung syar'i, berbedalah dengan saya yang masih mengenakan jeans ala-ala dengan gaya yang ala-ala modern. Salut banget, karena baru berhijrah dia bisa berusaha untuk melakukan sebisa mungkin yang menurutnya baik. Saking terlalu asiknya bercerita, pertemuan pertama kami akhirnya harus berakhir karena sudah larut malam. Ada rasa bahagia tersendiri buatk bisa berjumpa dengan Saodat yang mashaAllah memberi pandangan rasa syukur kita sebagai umat muslim yang tinggal di mayoritas. "Ich muss aber jetzt los, Saodat. Wir treffen uns wieder irgendwann, wenn du Zeit hast" -- "Ja, klar. Kannst einfach mir schreiben".

Setelah pertemuan pertama dengan Saodat, saya kembali berjumpa dengannya. Luar biasanya adalah saya diajak berkeliling ke muslim society di wilayah Frankfurt. Pertama kali yang saya dan Saodat kunjungi adalah Islamic Center yang namanya Zentrum der islamischen Kultur Frankfurt, tempatnya boleh dibilang masih di wilayah dalam kota bahkan tidak terlalu jauh dari pusat perkotaan Frankfurt sendiri. Kalau Saodat bercerita sih, Islamic center yang ini didirikan oleh komunitas muslim Arab yang tinggal di Jerman. Tempatnya bukan berbentuk masjid, namun ada tempat sholatnya yang cukup luas karena saya sempat menumpang sholat Ashar di sana (maaf yaaa.. saya nggak sempat memfoto tempatnya) huhu :((

Setelah itu, saya menuju masjid yang dekat dengan daerah Hauptwache. Hauptwache adalah salah satu stasiun pemberhentian trem di Frankfurt yang letaknya di Zeil atau pusat kotanya Frankfurt. Tidak perlu berjalan jauh dari stasiun, kami menemukan tempat untuk sholat dan sangat kecil. Bentuknya seperti kamar kos saya, tapi mungkin agak sedikit besar berukuran sekitar 4x4. Daaaann if you know what? Di sana aku bertemu dengan seorang muallaf Jerman dan beliau sangaaat anggun dan cantik dengan kerudungnya yang menjulur. "Ich hab Islam einfach gefunden, und denke, dass Islam wirklich schoene Religion. Ich hab niemals so was fuehlen, deswegen lerne ich ueber Islam". MashaAllah... Allahu Akbar!!! Merinding mendengarnya... Alhamdulillah... Saya benar-benar bersyukur dipertemukan dengan orang-orang luar biasa ini. (daaaan sekali lagiii maaf... karena kami sungguh tidak berfoto. Dikarenakan adab dan sopan santun, padahal untuk kenang-kenangan sangatlah mengenang).

And afteer loooong journey, I didn't meet with Saodat again. I don't know why, may be, she is on focus by her study, that's why she was very busy. But in another chance and time, Qadarulloh we met again... and she invited me to her boarding house. Di sana saya bertemu dengan teman-teman Saodat yang berasal dari Rusia, Nigeria, dan Jerman sendiri, mashaAllah ini mah ketemunya bidadari-bidadari surga semua (aamiin...). Saya merasa tidak sendiri karena masih ada teman yang seaqidah dengan saya, yaaa meskipun saya masih sangat-sangat belajar dari mereka yang benar-benar menutup dirinya dan menjaga dirinya...

Naaah... di muslim society in Germany ini mungkin saya lebih fokus bertemu dengan orang-orang yang membuat saya justru lebih banyak belajar dari mereka yaa.. InshaAllah, di tulisan selanjutnya akan saya sampaikan tentang masjid yang ada di wilayah Jerman dan sekitarnya :')

Wassalamu'alaykum Warohamtullohi Wabarokatuh


Jika kau ingin benar-benar menemukan-Nya, maka salah satu cara adalah mendekap-Nya erat, bertemu dengan orang-orang shalih/ shalihah dan jangan malu untuk menceritakan apapun pada-Nya. Karena sejatinya manusia adalah akan kembali kepada-Nya. Diri kita hanya tinggal menunggu waktu. 
Semoga tetap menjadi muslim/ muslimah yang Sami'na Wa ato'na yaa deaar... :')


-vidahasan-
Share:

13 March 2018

Life Muslim in Germany

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

((Cieee Vida lagi rajin nulis nih. Baru kemarin mengeluarkan tulisan lagi di blog sekarang mau launching lagi tulisan di blog. Sregep sregep dah! Hehehe))

Jika boleh jujur, ini adalah sebuah pembalasan di saat dulu-dulu saya jaraaaaaang sekali untuk menuliskan sesuatu dengan rutin di blog. Ingin kembali ke masa, di mana ada tulisan di blog satu tulisan dalam sehari. Kau tahu, ada begitu banyak moment yang harusnya dituliskan yang terbuang tanpa ada bekasnya. Mungkin ada, namun itu pun sangat sedikit. Sedih kan...

Well, semoga saya masih menjaga keistiqomahan dalam menuliskan prakata di blog supaya apa yang saya temui, apa yang saya lakukan dan apa yang lihat tidak menjadi sampah yang terbuang dengan sia-sia belaka. "Ya Allah, bimbing saya untuk menulis kembali. Jaga saya supaya tetap istiqomah dalam menulis, everything what I want to write".

So, saya hanya ingin flashback dengan masa sekitar 3 tahun yang lalu. Lama yaa... Jelas lama, karena di 3 tahun lalu banyak moment yang terbuang yang saya pun hampir lupa untuk menuliskannya di blog saya. Yap! If you wanna know, there is a time who can changes our life, that's why we have to remember our life long ago. Ah bahasa Inggrisnye njelimet, but I've just wanna try to write in english even not all the stories hehehe... Udah ah, nggak selesai-selesai mah ini kalau ceritanya ngalur ngidul.

Oh iya, terkait tulisan saya yang ini selalu banyak yang mempertanyakan ke saya "Vida, how's life muslims in Germany? you are a muslim, right? How can you find halal food there? or how can you to pray 5 times in a day? etc..." pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya cukup begitu mudah dijawab. Well yeaaah... keep calm down! all the questions have an answer.

Jerman merupakan salah satu negara yang berada di benua Eropa, tepatnya di Eropa Tengah. Seperti diketahui oleh beberapa khalayak lain, negeri yang disebut dengan negeri Panzer ini juga banyak transmigran yang berasal dari negara lain terutama negara muslim seperti Turki, Irak, Iran, Maroko, if you know, there is many muslim shops. Hehe...

Kalau di Jerman sendiri beberapa rekomendasi makanan kebanyakan adalah jajanan Turki atau jajanan Maroko. Kalau dulu saya tinggal di kota bernama Frankfurt dan Mannheim. Frankfurt yang termasuk salah satu kota metro di Jerman mah tidak perlu diragukan lagi. Apalagi kota Mannheim yang memang hampir mayoritas orang Turki penduduknya :D Meskipun tidak ada toko Indonesia, namun ada toko Asia yang menjual berbagai jenis rempah-rempah atau produk-produk dari Indonesia sehingga inshaAllah terjamin halalnya. Nah, di Frankfurt dan Mannheimjuga ada resto Turki seperti kebab, lahmacun (sejenis pizza Turki), dan lain sebagainya. So, don't worry be happy to live there ya dear... InshaAllah masalah makanan, Allah mempermudahkan sekali hamba-hamba-Nya kok yang sedang menempuh ilmu di negeri yang minoritas muslim. Rasululloh saja tidak pernah ambil pusing mengenai makanan, jika ada dimakan jika tidak ada beliau berpuasa. (Vid, jangan bandingin sama beliau dong... Saya nggak ngebandingin tapi mengikuti suri tauladannya beliau yang slalu ikhlas dalam menerima kondisi apapun. Why? because he believed that Allah will always help him) :)


Doner Kebab

Kebab Teller
Baklava

Lahmacun

Gambar di atas adalah contoh dari makanan Turki yang 100% halalan food. Ada Doner Kebab yang pakai roti dengan toping salad dan daging lahm (kambing) atau bisa beef (sapi); selain disajikan menggunakan roti, kebab juga dapat disajikan dengan menggunakan piring yang porsinya MashaAllah bisa buat orang teler beneran heheheh... Kalau dessert ada yang namanya baklava yang terbua dari pastry dengan isian potongan kacang yang halus yang rasanya manis-manis legiiiit banget, kalau saya kurang doyan dengan baklava ini karena terlalu manis. Nah, kalau lahmacun sendiri itu biasa disebut dengan pizza Turki, ini really tasty without meat only with tomato pasta. Gambarnya saya ambil di google yaa hehe karena memang saya jarang sekali meng capture makanannya. But wait, masih ada banyak lagi kok selain yang saya sebutkan di atas. Itu hanya umumnya yang sering terjual di streetfood di Jerman. Tapi tidak menutup kemungkinan hanya Turki, dari Maroko, Iran, Indonesia juga ada. Cukup yang perlu diwaspadai adalah restoran Asia yaa.. because we don't know what they cook halal food or not because of gelatine, pork oil or others... Just be careful yaaa if you wanna eat asian foods there :) Kalau saya masih enak masak sendiri karena di sana lebih murah masak sendiri daripada harus beli di tempat makan. Coba dong, sekali beli kau akan bisa menghabiskan kantong sebesar 2-10 euro, padahal jika dibelanjakan bahan 10 euro saja bisa dapat berbagai macam jenis bahan yang bisa disimpan sebagai stock beberapa minggu. Tapi yaa sesekali tidak masalah jika ingin jajan di luar, but you have to be careful yaaa for food choice :D

How about with tolerant, mosque, or if we want to pray during work? Let me write in the next chapter :)

Wassalamu'alaikum Wr. Wb


"Sungguh Allah akan memberi kemudahan bagi setiap insan yang selalu bertaqwa dan selalu tetap berada di jalan-Nya. Jangan pernah goyah apapun yang terjadi pada diri kita. Don't be panic! Because Allah is always by your side"

Hamburg, Agustus 2014

-- vidahasan --



Share:

17 June 2016

Solo Backpacker (again) in Warnemuende

Yey! Saya ingin menceritakan kembali kisah setahunan yang lalu. Sudah setahun? MasyaAllah rasanya cepat sekali sudah setahun lalu perjalanan ini dilalui :D

5 June 2015

Iya. Setelah selesai saya menjelajah di Berlin selama beberapa hari. Lalu, perjalanan liburan kali ini
saya lanjutkan untuk berjumpa dengan salah seorang kawan lama saya ketika saya dulu duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Pertemuan kami ini memang sudah kami sepakati jauh sebelum hari H. Sebelumnya memang kawan saya ini memberitahu bahwa dirinya setiap hari Jumat dalam sebulan akan berlabuh di Jerman, daerah pantai utara (Nordsee), Rostock.



Kemauan saya yang memang sangat besar untuk berjumpa dengannya akhirnya memunculkan keberanian yang tidak pernah terduga-duga, karena lagi-lagi saya melakukan solo backpacker. Menjadi solo backpacker adalah salah satu hal yang pertama kali saya alami ketika perjalanan menuju ke Praha, Republik Ceko. Buat saya pribadi, saya sangat menikmatinya. Entahlah apa yang dipikirkan yang lain, ketika saya bercerita dengan orang-orang dengan kenekatan saya ini.

Saya melakukan perjalanan dari Berlin pada pukul 8 pagi. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 3 jam, bahkan tepat 3 jam perjalanan menuju ke Warnemuende. Warnemuende adalah salah satu daerah di bagian pantai utara Jerman bersebelahan dengan kota Rostock, kawasan Mecklenburg Vorpommern. Saya fikir, sekalian karena Berlin letaknya sudah berada di atas, dan mumpung perjalanan tidak terlalu jauh, akhirnya saya pun bablas.

Saya meninggalkan rumah tempat menginap sekitar pukul 7 pagi. Semua orang masih tidur, dan saya justru sibuk sendiri. Maafkan saya mbak :( Namun, apalah daya, daripada saya tertinggal bus dan akan sulit lagi bus menuju ke daerah sana, maka akhirnya saya harus lebih pagi cabut dari rumah -____- Mengendap-endap semacam pencuri, di rumah orang ya Allah :( dari halte Alexander Platz saya menggunakan Bahn menuju ke terminal bus di Berlin. Ini terminal ada tempat pertama kalinya saya tiba di Berlin bersama dengan Debora ketika itu.

Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 07.40 sedangkan saya masih berada di trem (sebutan mudahnya). Ya, perjalanan membutuhkan waktu sekitar 20 menitan hingga trem tiba di terminal bus pusat ini. Jaraknya memang yang agak jauh dari perkotaan membuat saya harus lebih awal berangkatnya. Akhirnya, selang beberapa menit kemudian saya pun tiba di halte bus pusat atau biasa disebut Belin ZOB. Saya menunggu beberapa menit, Alhamdulillah saya tidak telat datang, karena waktu saat itu kurang 10 menit lagi. Maklum, di negeri ini orang harus selalu on time bahkan in time dalam segala hal.



Dan tadaaaaa panggilan bus saya pun akhirnya terdengar. Pas masuk ke dalam bus, kebanyakan mereka adalah akan berlibur di pantai Warnemuende ini. Membawa barang yang cukup banyak semaca carrier, koper bahkan berbagai macam perlengkapan untuk mereka berliburan. Libue musim panas tiba. Yang aneh lagi adalah, penumpang melihat saya dengan aneh -_- entahlah apalah salah saya. Yang jelas, saya cukup senyum-senyum saja untuk menarik perhatian mereka :D

Perjalanan saya tempuh 3 jam lamanya. Really on time. Jam 8 pagi bus berangkat, pukul 11 siang saya tiba di Rostock meskipun belum di Warnemuende. Awalnya saya bingung, ketika bus berhenti di stasiun Rostock. "Haruskah saya turun? atau berlanjut?" Lalu berlanjutlah saya, dan tibalah saya di stasiun Warnemuende.

Paling hectic karna saya bingung bagaimana saya mengabari teman saya. Padahal dianya pun sedang tidak online, kami akhirnya pun saling menunggu dan mencari-cari keberadaan kami masing-masing. Rupa-rupanya, saya memang salah turun, harusnya turun dimana, sayanya turun dimana.

"Entschuldigung, wo ist die Altstadt von Warnemuende?" (maaf dimana ya kota tuanya Warnemuende?)
"Ach so. Da ist ja. Sie muessen dahin laufen. In der naehe wo die Schiffe hinstellen" (ah, di sana. Tapi Anda harus berjalan menuju arah sana dimana kapal-kapal berlabuh)
"Aha! Ok, alles klar. Danke schoen" (ok. Terima kasih)
"Woher kommen Sie?" (Darimana asal Anda?)
"Ich komm aus Indonesien" (dari Indonesia)
"Waaa. Sie sprechen wirklich gut Deutsch. Wie lange sind Sie in DL?" (bahasa Jerman Anda sangat bagus. Sudah berapa lama di Jerman)
"Danke. Schon 2 Jahren. Ich bin aber jetzt FSJlerin fuer behinderte Menschen in Mannheim"

Yap! sekilas percakapan kami sebelum akhirnya saya berjalan kaki menuju ke arah bang Adit berada. Kalau difikir orang di sini mah ramah-ramah, padahal sebelumnya pun saya sudah diwanti-wanti oleh teman saya.



"Vida, du muss aufpassen ja, wenn du allein irgendwo bist. In Rostock gibt's viele....."  Saya tau, rasa rasis itu yang dikhawatirkan oleh teman saya. Namun, saya yakin jika saya bisa mengantisipasi hal tersebut, inshAllah akan aman-aman saja.

Daaaann Yeeeeeyyy akhirnya berjumpalah kami berdua. MasyaAllah, lama tak bersua sekalinya bersua kami dipertemukan kembali di ujung negeri panser ini. Alhamdulillah... Kami berkeliling bersama menikmati kota tua Warnemuende ini. Bukan apa-apa, namun kami hanya ingin bernostalgia dan bercerita-cerita tentang kehidupan kami saat ini. Rupanya semua hal memang butuh proses yang setidaknya bahkan membuat diri kita sendiri ini takjub menjalaninya dan tak disangka-sangka.

Bang Adit pun mengalami proses yang hampir sama dengan saya. Banyak hal yang sudah dilalui olehnya, dan sekarang sudah ada hasilnya. Intinya memang apapun prosesnya harus slalu dinikmati dan disyukuri yang telah ada.



Meskipun beberap jam saja kami bertegur sapa, namun menceritakan hal-hal yang sudah dilalui masing-masing membuat saya merasa bahwa di dunia ini tidak ada hal yang tidak mungkin. Kuncinya memang MAN JADDA WA JADDA!!!



"menuju kembali ke peradaban yang sesungguhnya bukan berarti masuk ke dalam lubang yang salah. Tidak ada lubang yang salah, yang ada hanyalah lubang dimana kita akan menjadi orang yang slalu pandai bersyukur dan berusaha dengan apa yang telah terjadi di lubang itu"


--Vida Hasan--

Share:

17 May 2016

Berlin (end)

-- 4 Juni 2015--

Perjalanan kami di Berlin belumlah selesai. Masih ada hal baru yang harus saya intip di Berlin ini. Pagi ini, saya dan Debora harus meninggalkan Hostel karena memang jadwal kami hanyalah 1 malam saja. Debora akan melanjutkan perjalanan ke belahan dunia Weimar sedangkan saya akan menuju ke belahan bumi Warnemunde (Rostock) untuk bertemu dengan kawan lama saya.



Debora akan berangkat siang hari ini, sedangkan saya akan berangkat keesokan harinya. Tapi, alhamdulillah saya pun akhirnya juga sudah mendapatkan tempat untuk menginap semalam. Di salah satu rumah yang Ayu juga menginap. Letaknya tidak jauh dari daerah Alexander Platz. Sembari menunggu siang hari tiba, lagi-lagi kami harus membeli tiket sehari supaya kami dapat berkeliling Berlin sepuas kami. Oh iya, tiket di Berlin juga ada tiket Ring 1-3, jadi sistemnya ada tiket dalam kota dan luar kota. Harganya pun berbeda-beda. Lebih murah yang dalam kota pastinya. Cuman kalau boleh menyarankan sih lebih baik menggunakan tiket yang sekalian sampai ring 3 (luar kota) karena kalau ke Potsdam lebih gampang.

Nah, hari terakhir kami bersama ini kami menyisihkan sedikit untuk berkunjung ke istana Charlotten. Kami sengaja jalan kaki, karena memang sayang ongkos, tapi ujungnya memang akhirnya kami pun beli tiket lagi karena ternyata perjalanannya sangatlah lumayan sekali. Istana ini, besar namun sangat sepi, entahlah mungkin karena masih pagi hari sehingga belum ada wisatawan yang menuju ke tempat ini. Tapi, memang akhirnya seru ketika tempat wisata itu sepi, karena berasa tempat wisata sendiri dan bebas akan bergaya foto seperti apa.

Jeprat jepret sepuas hati sampai memory full pun tidak ada masalah sama sekali. :p

Setelah dari istana Charlotten, kami pun melanjutkan ke tempat wisata selanjutnya. Menuju ke gereja paling tua di Jerman dimana gereja tersebut merupakan bukti atau saksi sejarah dari terjadinya perang dunia kedua. Gereja tersebut bernama Kaiser Wilhelms Gedaechtnis Kirche. Gereja ini dibangun pada tahun 1890 dan dibom atom perang dunia kedua pada tahun 1943. Gereja ini mengingatkan saya ketika dulu saya kuliah lalu presentasi tentang sejarah terjadinya perang dunia kedua di Jerman. Judul yang sama dan bahasan yang sama tentang gereja ini.



Waktu sudah menunjukka sekitar 12 siang. Sedangkan Debora sudah harus melanjutkan perjalanan kembali menuju terminal dan lanjut ke kota Weimar (kota dimana sastrawan Schiller dan Goethe manjadi saksi persahabatan mereka). Saya pun bergerak menuju arah Alexander Platz. Tempat dimana saya akan bermalam malam ini. Setelah itu, saya pun melanjutkan kembali bergerak menuju ke arah stadion bola di Berlin. Iya, karena saat itu akan dilangsungkan pertandingan final liga champion saya pun ingin ikut merasakan euforia pertandingan ini. Akhirnya kami berdua (saya dan Ayu) bergerak menuju ke Olymphia Stadion, salah satu stadion yang digunakan ketika pesta piala dunia tahun 2006.


Euforianya sangat terasa sekali, banyak wartawan dan wisatawan yang hadir ikut meramaikan pertandingan ini. Angan-angan juga ingin menonton namun apalah daya, saya sudah melaksanakan janji untuk berjumpa dengan teman saya di daerah Warnemunde, Rostock. Setelah dari stadion kami menuju ke Holacoust dan daerah pusat tembok Berlin, atau biasa disebut dengan Gallery Art. Dimana tempat ini merupakan sisa-sisa dari tembok Berlin yang telah dihancurkan oleh seluruh rakyat Berlin.

Holacoust adalah tempat pemakaman orang-orang Yahudi. Nah, foto di bawah ini merupakan holacoust loh. Saya jujur heran, ada gitu ya pemakaman model seperti ini :D tidak menakutkan sama sekali masalahnya -__- nah, di bebatuan yang saya duduki itu (sebenernya tidak boleh diduduki sih) ada tulisan-tulisan nama dari para korban. Cuman memang jadinya agak semacam bangunan bebatuan saja. Saya hanya mengira, mungkin untuk mengenang dibuat seperti ini :)



Tembok Berlin dibangun pada tahun 1961. Pada tahun 1989 tembok tersebut dihancurkan tepatnya pada tanggal 9 November. Hal ini disebabkan karena saat itu Jerman Barat dan Jerman Timur bersatu menjadi negara republik Jerman. Tembok tersebut pun dibuat beberapa graviti untuk mempercantiknya. Graviti atau gambar-gambar karikatur tersebut menggambarkan tentang kejadian masa lampau di Berlin, tentang tentara NAZI, tentang pemerintahan di Jerman, bahkan ada juga tentang alam yang menginginkan Berlin tetap aman-aman saja. Begitulah kemungkinan sekilas ceritanya...




Kami bergegas menuju ke arah tujuan kami selanjutnya, menuju kembali ke restoran Nusantara di Berlin. Kali ini sepertinya saya akan menikmati nasi goreng buatan tangan orang Indonesia asli. Hmmm... Nikmatnyaaaa :))) Kami pun pulang dengan kondisi kenyang XD

Waaaah terima kasih kakak yang telah menampung saya semalam di Berlin. Rasanya memang agak terburu-buru karena tiket bus saya sangat awal berangkatnya pukul 8 pagi. Jadi, saya akan keluar rumah sekitar pukul 7 pagi. Terima kasih Ayu sudah menampung saya, terima kasih semuanyaaa...

And now, I walk alone going to Warnemuende, Rostock. Hey, wait me the beach!!!

--vidahasan--
Share:

Hello Berlin (3)

Wahaaaa maaf maaf! Saya sedang terisolasi dari peradaban. Mungkin tulisan terakhir dari Berlin ini, akan saya launching ketika saya mempunyai internet yang memadai. Maafkan saya, karena hutang saya sangatlah banyak huhu L

Nah, kita lanjutkan kembali ceritanya yang di Berlin. Saat itu, saya, Debora dan mbak Siska menuju ke Hostel. Hostel ini jaraknya cukup jauh dari perkotaan, sehingga mbak Siska pun dengan senang hati mengantarkan kami berdua menuju tempat penginapan. Penginapan ini bernama Hostel Orange. Gedung dari hotel ini masih terbilang standar lah, hanya nama dan catnya saja yang memang berwarna Orange, makanya kemungkinan besar dinamakan Hostel Orange.

Setibanya kami berdua di Hostel, kami pun berpisah dengan mbak Siska matur nuwun nggih mbak, sudah mengantarkan kami sampai tujuan. Kami langsung mengambil kamar sesuai dengan pesanan kami. Hal yang baru pertama kali saya alami adalah dengan harus tidur sekamar dengan laki-laki. Saat itu, hostel yang isinya dikhususkan untuk perempuan benar-benar kosong dan sudah tidak ada lagi, makanya teman saya akhirnya langsung memesan yang kamar dengan laki-laki. Hanya bisa pasrah dan harus jaga diri dengan baik-baik karena (terutama saya) kami hanya memesan satu malam saja untungnya. Kami langsung berkemas untuk kembali melanjutkan perjalanan.

Perjalanan selanjutnya kami lakukan karena akan berjumpa dengan salah seorang teman kami (lagi) yang kebetulan sedang berada di Berlin. Saya pun sekaligus melobby tempat tinggal lagi, karena saya akan menginap satu malam lagi di Berlin pagi harinya. Maklum saja, saya dan Debora berbeda haluan, saya harus menuju ke daerah utara Jerman, sedangkan Debora menuju ke daerah timur Jerman. Setelah kami berjumpa dengan Ayu, kami bertiga kembali berkeliling kota Berlin. Saya ingin sekali sebenernya berkunjung ke Sansoucci, tapi apalah daya karena saat itu sedang musim berlangsungnya final liga champion yang mana tim Juventus melawan Barcelona.

Brandenburger Tor

Tapi, rupanya hostel yang akan saya kembali tempati tersebut penuh. Alhasil saya pun harus mencari tempat menginap yang lainnya. Sembari mencari-cari tempat untuk bermalam lagi keesokan harinya, kami pun berkeliling menuju tempat yang belum sempat kami singgahi. Dengan menggunakan tiket sehari Berlin yang harganya berkisar hampir 10 euro kami pun tidak menyia-nyiakannya. Kembali lagi menuju ke Brandenburger Tor  berkeliling mencari secerah harapan. Kebetulan di dekat gerbang ini ada museum atau gallery untuk melihat-lihat benda khas Berlin.

Nah... akhirnya berjumpalah kami dengan si Ayu. Salah seorang yang juga alumni Bahasa Jerman UNY yang juga sedang mengabdikan dirinya di bumi Eropa ini. Kami pun bertiga berkeliling bersama dengan menggunakan bahn (sebutan kereta di Jerman). Menuju ke Berlin east side Gallery atau Gallery Berlin Timur. Ini adalah bekas dari tembok Berlin yang terkenal itu. Di tempat ini terdapat gambar orang-orang Yahudi yang dibunuh oleh tentara NAZI. Bagian yang terdapat Gallery menurut pandangan saya adalah wilayah bagian Jerman Timur. 


Foto korban perang dunia kedua



yes! me


Kami pun masih melanjutkan kembali perjalanan kami menuju ke tempat selanjutnya yaitu Topology des Terrors. Tempat ini adalah pusat berita informasi yang dilakukan oleh tentara Jeman ke tentara NAZI. Jadi, ada semacam pusat berita di dalamnya yang akan diketahui oleh pihak terkait dan yang akan dilakukan oleh tentara NAZI selanjutnya. Banyak berita yang dipajang di papan bentuk seperti mading. Banyak yang berkunjung ke sana.


Topology des Terrors

Hari sudah mulai petang, saat itu waktu menunjukkan pukul 20:30. Maklum saja, karna saat itu adalah musim panas, hari mulai gelap sekitar hampir pukul 9 malam. Kami pun berencana ingin menikmati santapan Indonesia di Berlin. Berjalan menuju ke ara rumah makan Nusantara di Berlin. Meskipun ketika naik Bahn agak kebablasan berhentinya, tapi akhirnya restoran ini pun ditemukan. Interiornya memang ala ala Indonesia semacam di Bali. Iya, jadi merasakan saya berada di Indonesia karena makan di restoran ini. Alhamdulillah ya Allah saya makan bakso malang, makan mendoan, bakwan, minum es teh, rasanya buat saya anugrah dapat makan di sini.


Menu restoran Nusantara

Jadi, Warung Nusantara ini berdiri sekitar 5 tahunan yang lalu (terhitung dari tulisan ini ditulis). Dan yang punya adalah orang Tegal. Waaaaa tetanggaan sama saya, saya Pemalang ibunya Tegal. MasyaAllah berkah berkah berkah :)) Kami pun pulang dengan keadaan kenyang dan menuju kembali ke Hostel tempat kami tinggal :)

--Vidahasan--
Share:

3 October 2015

Hello Berlin (2)

Hali Halo,

melanjutkan cerita perjalanan ke Berlin. Bertepatan banget nih hari ini adalah Tag der deutschen Einheit. Saya sengaja menuliskan hari ini biar berkesan mengingat tanggal 3. Oktober haha Apaan sih? Ada apa ditanggal ini? Nah itu sudah saya jelaskan tentang hari ini "Tag der deutschen Einheit" haha. Nah oke oke saya artikan maksudnya, so, hari ini bertepatan dengan hari penyatuan Jerman kembali. Jerman sudah bersatu sejak 25 tahun yang lalu. Umurnya samaan kaya saya, beda 2 bulan aja heheh :D Jerman bersatu pada tanggal 3.Oktober 1990, ketika itu 6 wilayah Jerman yang dulu awalnya Jerman timur, bergabung menjadi satu. Bukan lagi jerman barat atau timur, tapi menjadi republik persatuan Jerman :) Nah 6 wilayah yang dulu terpisah ini Brandenburg, Mecklenburg-Vorpommern, Sachsen, Sachsen-Anhalt, Thueringen dan sebagian wilayah di Berlin.

Nah tempat-tempat yang saya akan sampaikan dan yang saya selami di bagian ini termasuk tempat-tempat yang merupakan saksi nyata dari Jerman barat dan Jerman Timur. Well, melanjutkan perjalanan terakhir di bagian pertama yang ketika itu saya dan Debora sedang asyik berduduk dan bersarapan ria di belakang Alexanderplatz.

Alexanderplatz Park


Kawasan taman ini ramai dikunjungi orang termasuk wisatawan baik lokal, interlokal, maupun asing. Seperti saya dan Debora yang masuk daftar pencarian orang asing (eh nggak ding, maksudnya wisatawan asing) kekek :D

Nah dari Park ini kami berjalan kaki sekitar 500 meter menuju ke Berliner Dom. Berliner Dom termasuk salah satu gereja besar di Jerman, tapi gereja ini bukan masuk gereja Katholik lebih ke Evangelische (Protestan), gereja ini dibangun pada zaman Barock. Di depan gereja ini terbentang halaman luas, dimana orang-orang bisa bersantai, berjemur, bahkan piknik di sana ketika musim panas tiba. Di seberang gereja terdapat Museum Insel (Museum Island) yang di museum ini terdapat peninggalan dari zaman Mittelalter (abad pertengahan). Tapi sayang, saya nggak masuk bahkan ketika itu depan Museum sedang direnovasi, maka jadilah kami berdua cuman gigit bibir aja karena nggak masuk. :((( Di gereja pun juga nggak sempat masuk, karena harus bayar uang tiket masuknya. Padahal, di dalam gereja kalo menurut cerita terdapat kuburan raja-raja dan pastur-pasturnya hehe.. Pokoknya kami kalo bersinggungan dengan masalah uang sudah agak terlalu sensi heheh :D Karena yang terpenting bagi kami, dapat melihat secara langsung bangunannya.

Berliner Dom von Vorne

Berliner Dom gegen der Strasse

Nah, setelah dari Berliner Dom, kami menyusuri jalanan panjang. Mungkin sekitar 2 sampai 3 kilometer kami berjalan kaki. Dari Alexanderplatz, Berliner Dom sepanjang perjalanan akan ditemui bangunan-bangunan yang kami cari dan kami tuju. Mentok jalan dari Alexanderplatz adalah Brandenburger Tor (Gerbang utama dari tembok Berlin). Well, sebelum sampai sana, mungkin saya akan menjelaskan ada apa saja setelah dari Berliner Dom ini. Oh ya, tenang saja sekalipun perjalanan kami panjangm, tapi kami asyik menikmatinya, karena banyak juga para wisatawan yang lebih berjalan kaki daripada harus menggunakan kendaraan umum.

Humboldt University Berlin
Mungkin bisa dibilang bangunan ini semacam rektorat dari Universitas Humboldt Berlin. Universitas ini didirikan pada tahun 1809, salah satu Universitas tua di Jerman meskipun bukan paling tua (karena yang paling tua ada di Heidelberg). So next, jadi Humboldt ini diambil dari nama politikus Jerman yang memahami prinsip pendidikan liberal, Wilhelm von Humboldt yang ketika itu Raja Wilhelm III masih memimpin. Panjang ceritanya, bakalan overcrowded blog saya kalo saya tulis sejarah ceritanya heheee :p

Kebetulan saat itu di depan kampus beken ini ada bazar buku, penjualnya menjual buku-buku tua, bahkan tua sekali, bahkan mereka menjual piringan hitam yang menurut saya itu sudah jarang sekali ada dan sangat klasik. Berasa ada alam-alam vintage pas melihat-lihat para pedagang buku tua ini kekek.. Luar biasa syekaliii.. bahkan tulisannya juga ada yang masih menggunakan tulisan bahasa Jerman zaman pertengahan. Ini termasuk tulisan kuno, dan saya juga nggak bisa membacanya. Mungkin kalo di Indonesia ada bahasa sanksekerta, semacam seperti itu.

Mittelaltere Schriftliche

Alte Buecher
Kami masih melanjutkan perjalanan, dengan pemandangan banguna yang, ng ng ng ng banyak konstruksinya T.T dan itu sangat sayang sekali. Kenapa harus banyak konstruksi di saat saya berkunjung di Berlin ini :((( namun, yang jelas setiap langkah merupakan perjalanan yang tak akan pernah bisa dilupakan. Kami melewati berbagai macam toko, bangunan, dan hotel. Nah, karena saat itu bertepatan dengan final liga champion yang mana Juventus akan melawan tim sepakbola Barcelona FC, maka ada banyak berbagai macam orang yang sengaja datang memang untuk melihat pertandingan tersebut.

Biar keliatan kalo saat itu sedang ikut euforia
And then beberapa meter sebelum sampai di gerbang utama, kami melewati museum Madam Taussads Berlin. Kepingin sekali bisa masuk, namun lagi-lagi hanya gigit bibir karena masalah hmmm apalagi kalo bukan tiket masuknya T.T jadi cuman bisa memotret si Marlynd Monroe aja deh nih yang terpampang di depan Museum :p

Marlynd Monroe
Dan laluuu sampailah kami di gerbang utama tembok Berlin Brandenburger Tor heheeh... Nah jadi nih gerbang ini salah satu gerbang pemisah antara Jerman barat dan Jerman timur. Karena sekarang Jerman sudah bersatu padu menjadi Republik Jerman, maka bangunan ini sekarang dijadikan sebagai simbol nasionalisme dan salah satu bukti nyata dari bersatunya Jerman bahkan ketika Jerman belum bersatu. Kalo baca tentang sejarahnya menurut saya bener-bener das war echt tragisch und furchtbar. Benar-benar menyeramkan dan mencengangkan seluruh dunia.

Brandenburger Tor
Kalau sudah melihat gerbangnya, kami penasaran bagaimana bentuk tembok Berlinnya atau biasa dalam bahasa Jerman disebut Berliner Mauer. Panjang dari tembok Berlin sebelum dihancurkan mencapai kurang lebih 160 kilometer dan dibangun pada tahun 1961. Sebenernya karena sudah terpisah dan dihancurkan, masih ada sisa-sisa dari tembok Berlin sendiri, kebetulan letak tembok Berlin pun cukup jauh dan harus dijangkau menggunakan Trem. Ceritanya nanti, setelah saya bercengkerama tentang Reichstag (gedung Parlemen Berlin) hehehe.. karena setelah puas melihat gerbang ini, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju ke gedung Parlemen. Seperti biasa, masih mudah untuk dilalui menggunakan jalan kaki

Reichstag
Gedung pemerintahan atau biasa disebut gedung parlemen ini merupakan salah satu gedung pusat yang diminati banyak wisatawan. Pasalnya nih, bangunannya memang unik dan besar dibangun sekitar pada tahun 1884-1894. Paham kan, Angela Merkel dan kawan-kawannya sering mengadakan pertemuan di sini. Termasuk ketika mereka memutuskan Kanselir Jerman. Oh ya, di Jerman Kanselir lebih banyak aktivitasnya daripada Presiden. Jadi tugas kanselir mengatur segala sistem kenegaraan sedangkan presiden sifatnya hanya memimpin dan memberi pemecahan masalah (menurut saya sih gitu. Ini murni sepemahaman saya ya, kalo salah ya mangap) :p Nah beda kan kalo di Indonesia, justru Presiden memimpin iya, mengatur iya, turun tangan juga harus iya. Gimana presiden kitanya nggak semakin kurus atau kantung matanya semakin berat coba? Beliau aja benar-benar memikirkan rakyat. Kalau di Jerman, yang lebih memikirkan rakyat ada si ibu kanselir kami (ceileee "kami") ibu Angela Merkel yang ulang tahunnya sama seperti saya. Eh bukan ding, yang ulang tahunnya sama seperti saya itu Ratu Elisabeth (malah curcol.. then stop it to curcol.. zzz).

Setelah puas berfoto-foto ria nih, rencana masuk pun juga gagal haha dan rupanyaaaaa masuk ke gedung parlemen itu gratis tis tis, tapi harus booking via online. Nah, kalo uda terdaftar via online baru deh bisa masuk dengan nyaman ke dalam gedung parlemennya. Keren kaaann.. Informasi ini saya dapat setelah sampai rumah. WTF lah hahahaha

Setelah ini, kami melanjutkan kembali perjalanan menuju tempat pertemuan Debora bersama dengan kenalannya. Kami berjumpa di daerah Gedaechtniskirche aduh saya nggak tau lah bahasa Indonesianya hahaha.. Yang jelas ini gereja paling tua di Berlin, No! Bahkan se Jerman salah satu gereja tua juga heheh.. Karena sebenernya tujuan utama kami ada berjumpa dengan kenalannya si Siska, kami tidak mengambil gambar sama sekali. Jadi kami hanya fokus berjumpa dengan si mbak saja.

Pertemuan kami (pertemuan pertama saya lebih tepatnya), disaji dengan makan siang di resto cepat saji. Iya mana lagi kalo bukan KfC, kan uda ngehits banget tuh hahaha... Kami mengobrol dan duduk. Namun, tiba-tiba sebuah kejadian hampir terjadi (ini narasinya semacam menyeramkan setajam silet gitu lah ceritanya hahahha). Nah, jadi si Debora hampir kecopetan T.T masih ada aja yaaa di negara berkembang gini orang-orang licik macam gitu. Padahal tasnya sudah dijaga, tau-tau si (calon) maling nutupin tasnya Debora pake jaketnya dia. Alhasil, dengan trik seperti itu tangan si (calon) maling ini masuk ke persembunyian jaketnya. Aseliiii gilaaaa -____- untung si Debora cepat tanggap dan akhirnya ketahuan, dengan tiba-tiba si bapak tersebut berdiri, mengambil jaketnya kembali dan langsung pergi keluar :|

Saya dan mbak Siska (nama mbaknya) nggak ngerti apa-apa karena si Debora nggak bilang sama sekali. Setelah dia ngeliatin sampai bapaknya hilang dari pandangan matanya, dia pun membuka mulut "Aku hampir kecopetan sama si bapak yang tadi..." Kami berdua terbelalak, "kenapa nggak bilang?"-- "Aku speechless mbak"-- pantesan pas mbak Siska tanta, "was ist den los?" si bapak tersebut nggak menjawab malah buru-buru cepat pergi. Coba deh kalo si Debora langsung bilang, pas ada security biar sekalian kena. Alhamdulillah... semua barang aman terselamatkan, namun tetap waspada.

Setelah makan siang, kami diantar mbak Siska menuju hostel tempat bermalam kami malam ini. Hostel kami bernama Hostel Orange, iya pas sampai warnanya orange semua haha seger gitu.. Untungnya hostel ini letaknya masih dekat dengan stasiun kereta, jadi masih mudah dijangkau untuk kemana-mana. Akhirnyaaa kami pun berpisah dengan mbak Siska, dan yah beristirahat sejenak di Hostel :D

by the way, dilanjut lagi nih ke season 3. Gilaaa rupanya mah banyak banget cerita di Berlinnya. Pantesan aja saya kadang bermalas-malas bikin ceritanya karena terlaluan nih panjangnya hahaha...

Pemalang, 3.Oktober 2015
--vidahasan--
Share:

30 September 2015

Hello Berlin (1)

Waaa lama sekali saya menjamah rumah ini kekeke.. sudah saatnya pembersihan dari sarang laba-laba. Maafkan saya karena kesibukan yang saya lakukan (ceileh sibuuuukk) haha iya, sejujurnya karena kemalasan yang tiada terkira, alhasil blog saya yang sedikit kece ini terserang hama yang tak tau bentuk rupanya seperti apa *_* Yasudah yasudah.. Perjalanan kali ini saya ingin menceritakan tentang Berlin, perjalanannya uda lama banget, dari sekitar seminggu atau tepatnya kurang lebih 10 hari sebelum menjelang bulan Ramadhan. Iya itung-itung bonus liburan sebelum tunjangan hari raya hehe.. yuk mari mari check in dulu... :D



Berlin, 2 Juni 2015

Yap! Ini bertepatan dengan hari raya waisak kalo di Indonesia. Saya mengambil cuti selama 7 hari untuk melakukan sebuah perjalanan kembali. Kalau sebelumnya ke Praha melakukan solo travelling, kali ini saya melakukan duet travelling bersama dengan adik angkatan saya yang juga sedang berada di negeri antah berantah juga, Debora namanya (maaf yak Cis, namamu aku pasang Hahaha.. Buat kenang-kenangan je :p). Kami pun berjanjian untuk merancang perjalanan kami dimulai dari tempat menginap, dan tempat tujuan wisata yang akan kami sambangi di Berlin ini. Sejujurnya, kami hanya berkebetulan saja pergi ke Berlin di hari yang sama. Daripada kami berjalan sendiri-sendiri akhirnya kami pun bersama-sama.

Perjalanan ini kami awali dari pertemuan kami di Halte Bus Berlin, karena kami berangkat dari kota yang berbeda. Debora berangkat dari Freiburg, sedangkan saya berangkat dari Mannheim, dan kami berjumpa langsung di Halte Bus Berlin. Namun, yang membuat saya merasa tidak enak adalah keberangkatan saya yang rupanya terlalu sore, sedangkan ke Berlin jarak tempuh hingga 8 jam perjalanan dari Mannheim. Debora justru berangkat lebih awal dari saya, karena perjalanannya lebih lama dibandingkan saya. Waaahh.. jatuhnya dia pun menunggu saya hingga sekitar 2 jam lamanya (selayaknya orang ilang). Ngapunten Cis.. :D

But really thank you for waiting...

Setelah kami berjumpa di Halte, kami pun menuju ke lokasi rumah yang mau menampung kami berdua. Kami menggunakan sistem couch surfing, ini pengalaman saya menggunakan perantara seperti ini. Debora pun yang mencari-cari orang yang mau menampung kami berdua. Saya pun juga mencari, tapi karena mendadak akhirnya lamaran saya sering ditolak oleh mereka. Padahal saya sudah sangat excited dengan komunitas ini. Memang nggak tiap tuan rumah baik, tapi kebanyakan juga baik karena beberapa juga mendapatkan referensi dari orang-orang yang sudah pernah menumpang di sana. Akhirnya Debora yang menemukan satu rumah, pasangan laki-laki dan wanita. Kesalahan kami adalah, kami datang sangat telat sedangkan rumahnya sekitar 15 menit jalan kaki dari stasiun kereta terdekat, hingga akhirnya kami pun tak sempat beramah tamah dengan sang pemilik rumah. Memang agak zonk jadinya, berasa tamu kurang ajar ini, dateng telat, bangunin mereka yang sudah beristirahat :((( Huwaaaa tut mir leid, tut mir leid, tur mir echt so leid :((( das werde ich niemals wieder machen...

Kami menginap di rumah ini semalam, awalnya ingin sampai 2 malam. Namun, karena ternyata bentuk deal Debora ke mereka hanya semalam akhirnya kami nggak bisa menambah hari lagi, malam berikutnya kami pun menyewa tempat tidur di Hostel. Also, setelah kami beberes kami pun sudah dipersiapkan sofa tidur dan dipersilahkan untuk beristirahat. Kami pun tertidur dengan pulas meskipun ada rasa (seriusan) nggak enak dengan si pemilik rumah. Aseliiii kurang ajaaar hahaha duhlah ya Allah :(((

Keesokan paginya, kami bergegas untuk bersiap diri melanjutkan petualangan hari pertama kami di Berlin. Kami bangun sekitar pukul 6 pagi, dan si pemilik rumah belum bangun sama sekali. Iya tentu saja, jam 6 di Jerman itu masihlah sangat pagi untuk melakukan sebuah aktivitas kecuali memang yang dapet gawe kudu berangkat jam 6 pagi (kaya saya hehe..). Kami berencana keluar sekitar jam 7 pagi, tapi sampai jam 7 kami siap si pemilik rumah belum juga bangun. Mereka bangun dan keluar kamar sekitar pukul 7:15. Well, nungguin mereka siap-siap dulu. Eh, nggak usah ditanya dari jam 6 itu kami mandi pagi apa nggak, kami nggak mandi pagi sama sekali, yang terpenting ganti baju aja udah sama sikat gigi :D mana ada orang tau, kami mandi apa nggak. Perkara mandi atau nggak kan juga nggak terlihat sama sekali sama mereka. Orangnya juga bakalan sama sekalipun mandi, nggak bakalan berubah hahahha (ini apasih cerita beginian -__-) oke dilanjutkan!

Well, jam 8 pagi kami pun akhirnya keluar dan berpamitan dengan si pemilik rumah. Maklum, karena mengejar waktu kami harus buru-buru. heheh tempat pertama yang mau kami raih itu adalah Alexander Platz! Alexander Platz itu semacam tempat tongkrongan buat anak-anak gaul di Berlin, banyak cafe, toko-toko macam H&M, C&A, Primark, dan lain-lain bertebaran di sana. Dari tempat kami bermalam sebenernya tidak terlalu jauh, jalan kaki (30 menit), menggunakan Trem (5 menit), bedanya jauh banget yaa hahaha.. Also, kami pun berfikiran bahwa mending menggunakan Trem menuju ke sana. Pas sampai Haltestelle, nggak ada Ticket Automat di sana. Duhlah scheisse! Kami bertanya dengan orang sekitar, dimana kami bisa membeli tiket Trem. Lalu orang tersebut menjawab, tiket dapat dibeli di Trem saja, karena di Trem juga ada mesin otomatisnya. Kami pun merasa lega, dan Trem pun tiba..

Kami langsung menuju ke mesin tiket otomatis yang berada di dalam Trem. And theeenn... Rupa-rupanya ini mesin nggak bisa dimasukin uang kertas dan harus dalam bentuk receh! Oh Neiiinnn... Uang kami tak ada yang berlogam, semuanya kertas dan dengan jumlah yang lumayan besar. Karena kami tak berhasil membeli tiket, kami pun akhirnya keluar dari Trem di Haltestelle berikutnya. Banyak yang memperhatikan kami *_* malu-maluin mah ini namanya zzz...

Perhatian!
Jadi nih, nggak semua mesin otomatis bisa dimasukkan menggunakan uang kertas. Biasanya mesin yang nggak bisa dimasukin uang kertas termasuk mesin tua (lama) yang belum diganti. Namun, tak perlu khawatir, saya yakin pemerintah Jerman akan mengkondisikan ini dan akan mengganti dengan mesin otomatis baru yang dapat dengan mudah dimasukin uang kertas tak hanya uang logam saja ;)

Nah ini salah satu mesin otomatis yang bisa dimasukkin uang kertas kekek


 Well, next story!

Akhirnya dari Halte tersebut kami pun sepakat untuk berjalan kaki. Anggap saja itu tak jauh dari tempat kami turun :D sekalian kan, kalo yang namanya travelling kalo nggak jalan kaki mah bukan travelling beneran. :D Tapi sukak! Tapi mendung :( yah.. sedikit gerimis, tak apalah, apapun kondisinya tetap semangat berjalan kaki :D

And then.. Tadaaaaaa


 Ini yang biasa disebut sama tempat nongkrong anak muda di Berlin. Di Alexanderplatz ini ada menara TV yang menjulang tinggi itu, dan memang jadi salah satu icon juga di Berlin. Di tempat ini juga ada jam dunia, jadi waktu dari berbagai negara bisa kita tahu dengan melihat jam dunia ini. Oh iya, Alexanderplatz ini juga pusat dari segala pusat kereta, semua Trem, kereta api baik dalam bentuk ICE, IC ataupun kereta regional selalu melewati tempat ini. Istilahnya memang tempat ini mudah dijangkau dengan menggunakan transportasi umum. Nah, karena saking gedenya nih tempat, kami sering muter-muter nggak jelas karena nggak tau arah. Kalo dari segi sejarah mah ceritanya panjang haha saya pun juga nggak ngerti gimana tempat ini dinamai dengan Alexanderplatz hehe :D

Nah, kalo masalah die Weltuhr yang ada di Alexanderplatz ini adalah semacam sebagai simbol jam dunia. Jam dunia ini diresmikan pada tanggal 30. September 1969 (waaaww berarti hari ini tepat 46 tahun dooong hehhe.. penting nggak penting) :D

Die Weltuhr Berlin
Well, selanjutnya saya masuk ke bagian menara televisinya. Menara ini adalah salah satu bangunan yang tertinggi di Jerman, dan bangunan ke 4 yang tertinggi di Eropa. Kebayang tingginya? Iya kebayang banget, saya aja kebayang-bayang sampai sekarang ini, dan pengen ke sana lagi haha tinggi menara ini 368 meter. Di dalamnya ada restoran dan bahkan sebenernya nih, kita bisa kok naik sampai atas menaranya. Tapi ya sayangnya saya nggak naik ke atas, entahlah kudu bayar berapa dan nggak tau bakalan berapa lama ngantrinya -__- Intinya menara TV ini adalah salah satu simbol untuk Jerman (nationales Symbol fuer Deutschland).

Fernsehturm
Nah, dari Alexanderplatz kami beristirahat sekejap di taman belakang dari menara TV ini. Selanjutnya kami menuju ke Berliner Dom. Sebuah gereja Kathedral yang terkenal di Berlin, dan salah satu gereja tertua juga. Tempatnya nggak begitu jauh dari Alexanderplatz. Cukup berjalan kaki sekitar 15 menit, kami pun tiba di Berliner Dom. Penasaran bangunannya? Tunggu yaa cerita selanjutnya.. kayaknya kalo saya cerita semua di satu page bakalan jadi sebuah novel tak terbatas jadinya hahaha ceritanya biar penasaran gitu yang baca! :P


Pemalang, 30.09.2015
--vidahasan--
Share: