8 December 2020

Pendidikan Di Era Pandemi

Halo Teman-teman,

Tulisan ini seharusnya aku buat tepat di hari pendidikan nasional pada tanggal 2 Mei, sesuai dengan tema yang tentang hari Pendidikan Nasional. Hmm... Tapi, karena tulisa ini memang sudah sangat lamaaa sekali mengendap di draft blogku, jadi harus segera dieksekusi supaya nggak numpuk hutang menulisnya. Tulisan ini aku buat karena aku memiliki keresahan. Tentu saja keresahan yang aku rasakan rasanya menjadi pengajar online, meskipun sekarang aku sudah tidak lagi mengajar di lembaga formal. Aku salut pada mereka yang masih bertahan dengan kondisi yang saat ini bisa dibilang bukan kondisi yang seperti biasanya. Teman-teman guru merasakan sekali efek yang terjadi selama mengajar daring ini. Aku bisa merasakan hal tersebut, meski aku sudah tidak mengajar lagi sekarang ini.

Well, backgroundku memang pendidikan. Tapi, bukan berarti aku lepas dari pendidikan kok. Aku masih cukup fokus pada dunia pendidikan meskipun sekarang ini bukan masuk ke lembaga formal seperti sekolah. Saat ini, aku hanya menjadi seorang pelajar yang masih harus melihat sekeliling dan masih haus akan ilmu. Di bidang yang sekarang aku geluti ini, masih ada banyak hal terutama dalam bidang pendidikan yang harus aku pelajari. So guys, pendidikan itu tidak cukup hanya di sekolah, tapi bagaimana pendidikan itu harus juga bisa dilakukan di luar lingkungan sekolah, bagaimana semua orang ikut turut serta untuk memajukannya tanpa ada paksaan apapun atau tekanan dari berbagai pihak.

Ada kalanya, pendidikan itu adalah hal yang sepatutnya dibuat nyaman senyaman mungkin. Tidak perlu dibuat seperti ketekanan batin. Kalau ngikutin kata hati mah maunya begitu yaa.. hihi tapi kalau ngikutin mata banyak orang atau bahkan pandangan banyak orang pasti akan berbeda bentuknya. Nah, kalau ngobrolin tentang pandemie dan pendidikan nggak akan ada selesai-selesainya. Kenapa? karena oh karena adanya pandemie ini jadi mengurangi aktivitas bermain pelajar di luar atau bahkan dapat mengurangi eksplorasi anak-anak. Nah terus gimana dong?

Yuk mari kita refleksikan ke diri sendiri terlebih dahulu. 

Menurut teman-teman ketika teman-teman WFH apa yang teman-teman sendiri rasakan? Mungkin kalau di awal akan merasa cukup susah terutama untuk berinteraksi dengan orang lain. Nah, terus gimana? Yaa berarti tandanya pintar-pintarnya kita untuk bisa terus mengeksplorasi diri supaya ada skill yang berkembang dalam diri kita. Di masa pandemi seperti sekarang ini, sudah banyak kelas dibuka untuk pengembangan diri terutama secara online. Bahkan nggak cuma-cuma pelatihan ini diberikan secara gratis untuk pesertanya masing-masing. Seru bukaan? Atau bisa saja bayar tapi dengan harga sesuai dengan kantong kita, dan kita pun bahkan tidak perlu mengeluarkan ongkos transportasi menuju lokasi pelatihan tersebut. Hanya bermodal internet/ kuota lalu laptop dan aplikasi via zoom atau google meeting, atau bisa juga menggunakan adobe video. Semudah itu...

Well, semudah itu memang kalau dilakukan di regional yang memang besar yaa.. Lalu apa kabar dengan yang ada di daerah? Bisa nggak kira-kira belajar untuk mengembangkan diri tersebut? Apalagi dengan bermodal kuota/ internet yang memang nggak kecil tapi besar. Kalau dari pemerintah sudah mendapatkan kuota secara gratis, sekarang pertanyaannya adalah apa kabar sinyal internetnya? Apakah sudah memadai daerah tersebut? Kalau belum, lalu apa yang harus dilakukan?

Yuk mareee kita fikirkan bersama-sama terkait hal ini. 

Untuk hal ini, aku yakin guru-guru di daerah punya caranya masing-masing. Kalau dengar cerita mereka di daerah pun sangat aku salutin sekali dan mengapresiasi apa yang mereka lakukan. Seringkali mereka bercerita bahwa mereka kesulitan untuk mencari sinyal internet, namun kreativitas mereka tidak terbatas. Bahkan, ada beberapa guru yang dengan senang hati mendatangi rumah anak didiknya untuk mengajarinya di rumah masing-masing. Mereka membentuk kelompok kecil, lalu membahas materi yang memang perlu disampaikan. Kereen yaa...

Terlepas dari segala fasilitas yang hanya ada seberapa di daerah mereka, aku yakin seyakin-yakinnya bahwa mereka tetap masih terus bertahan untuk mendidik anak-anak mereka. Kebayang sih bagaimana rasanya mengajar dengan berpindah-pindah rumah apalagi dengan medan jalan yang cukup lumayan uwow sekali.. Bisa saja kan, Bapak/ Ibu guru berjalan melewati bukit yang beberapa rumah siswa saja ada di balik bukit, atau mereka harus melewati kebun sawit dan hutan-hutan kayu yang rumah beberapa siswa ada di sana. 

Belum lagi sekarang ini musim hujan yang harus siap-siap untuk melewati tanah becek yang nggak ada ojek atau bahkan mobil pick up yang melewati jalanan tersebut. Cukup bisa dibayangkan bukan? Bahkan pernah suatu kali, ketika aku menjadi relawan di salah satu daerah di Kalimantan Utara aku menyaksikan langsung semangat juang Bapak/Ibu guru di sana. Terutama saat musim hujan yang benar-benar menjadi tantangan buat mereka. Bahkan, anak-anak harus menuju ke sekolah dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 4 kilometer dari rumah menuju sekolahnya. Mereka pun sudah terbiasa berjalan tanpa menggunakan alas kaki atau bahkan hanya menggunakan topi plastik saja untuk dijadikan penutup kepalanya.

Jika kita di kota masih enak bisa menggunakan mobil di kala hujan turun atau bahkan bisa menggunakan jas hujan, kalau di sana cukup susah dan menjadi tantangan tersendiri untuk Bapak/Ibu guru yang berada di sana. Apalagi sekarang ini jatuh masa pandemi yang bahkan kita nggak pernah tau kapan akan segera berakhir. Udah hampir setahun ternyata yaaa pandemi ini berlangsung....

Semoga diberikan slalu kesehatan Bapak/Ibu guru yang ada di daerah dan segera berakhir pandemi ini.. Supaya anak-anak bisa bermain dengan leluasa bertemu dengan teman-temannya, pun demikian dengan Bapak/Ibu guru bisa mengeksplor kemampuan mengajarnya kembali..

Finally... I finished my writing about education and pandemic. This article came out of my mind.. So, if you have another opinion just let me know and  I would really open minded about what you think...

-vidahasan-


Kalau dipikir kita itu penuh dengan kesyukuran
Namun, seringkali kita lupa untuk bersyukur


Danil, Ita dan Nur
berjalan menuju rumahnya
yang berada di balik bukit sejauh 4 kilometer



 
Share:

28 September 2020

Journey of RUBI Bangli (2)

So, here it is...

Aku lanjutkan kembali yaa petualanganku selama beberapa hari di Bali. Sejujurnya ini adalah pertama kalinya ke Bali tanpa ada embel-embel study tour atau dengan banyak rombongan. Dua kali ke Bali selalu karena ada kegiatan study tour bareng sekolah atau kampus dan itu sudah sangat lama sekali sejaaak hmmm hmmm sekitar tahun 2011 atau 2012 kalau tidak salah.

And then I decided to going there doing volunteering. For me it was so fun, although we have to pay the accomodation by ourself guys. There is a satisfying and feeling feeling sooo good :)

Nah, akhirnya kami berkumpul sekitar hampir 40 relawan meskipun masih ada juga yang belum tiba di malam hari itu. Kami mengadakan briefing dan berkenalan satu sama lain, karena baru pertama kalinya bertemu setelah selama kurang lebih 2 bulan kami bertegur sapa via whatsapp group. Mereka orang-orang keren yang kukenal, karena mereka bisa selegowo itu mengikuti kegiatan ini tanpa ada keluh kesah uangnya akan habis dan segala macam. Pokoknya, selama akomodasi masih ditanggung ber 40an ini, inshaAllah masih aman guys. Ibarat kata nih, berbuat baik jangan tanggung-tanggung, lakuin aja dengan totalitas penuh tanpa keraguan. Percaya aja bahwasanya rezeki akan kembali lagi ke kita kok :)

Kabut pagi masih terpampang nyata di daerah Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Cukup dingin saat itu, karena setelah hujan yang melanda wilayah tempat kami tinggal. Kami bersiap menuju "ruang pertunjukkan" bertemu dengan Bapak/ Ibu guru daerah, dan belajar bersama-sama dengan mereka. We were so excited, meski deg degan tapi itu wajar saja sebagai manusia yang memang memiliki rasa demikian.

Aku berjalan menuju tempat pelatihan bersama beberapa kakak volunteer. Setelah semalaman cukup begadang mempersiapkan yang perlu dipersiapka di keesokan paginya, akhirnya hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. By the way, kami terbagi dari beberapa kelompok. Ada tim pemateri yang mengisi motivasi guru, media belajar kreatif dan kurikulum 13. Masing-masing dari kami memilih materi sesuai dengan pengalaman dan passion masing-masing. Selain narasumber pemateri-pemateri tersebut ada tim bagian dokumentasi.

Aku masuk dalam tim media belajar kreatif. Dari tiga materi yang akan disampaikan tim MBK dan K13 akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu tim MBK kelas besar dan kecil dan K13 kelas besar dan kecil. Aku masuk dalam tim MBK kelas kecil bareng kak Sonia, kak Annisa dan kak Jule. Tim MBK kelas besar ada kak Zaka, kak Vira, dan kakak Dokter Erick plus koh Andre sebagai back up untuk MBK kelas besar. Di tim kurikulum 13 ada kak Tami, Kak Nana, koh Adi, Ibu Zifora, dan kak Putu. Di tim motivasi guru ada kak Monica, kak Riang, mbak Wiwit, mbak Tya, dan mbak Andari. Sisanya ada dokumentasi dan tim panitia yang super duper keren. :)

Keseruan pertama sudah dibuka dengan menyambut bapak/ ibu guru menuliskan harapan-harapan adanya pelatihan pada hari ini dan esok hari. Kami relawan berbaris di depan pintu dan menjadi among tamu untuk menyambut Bapak-Ibu guru yang juga excited dengan kegiatan ini. Melihat senyum-senyum merekah dari wajah mereka, membuat aku dan tim menjadi sangat antusias untuk melewati hari ini. Ada sekitar 200 guru yang mengikuti pelatihan RUBI ini. 

Pembukaan di awali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, perkenalan relawan, dan ice breaking oleh kak Zaka. Setelah itu peserta di breakdown dengan materi pertama tentang Motivasi Guru yang disampaikan oleh Ibu Zifora, kak Monic, mbak Tya dan beberapa tim motivasi guru yang lainnya. Cukup menyenangkan dan slalu diselingi dengan ice breaking supaya tidak spanneng. Aku melihat keseruan dan kegembiraan dari Bapak Ibu guru yang mengikuti pelatihan dari RuBI, aku yakin karena memang konsep RuBI ini berbeda dari pelatihan-pelatihan biasanya. Ada energi positif yang ada di relawan-relawannya.

Setelah motgur selesai, time to break! Persiapan menuju materi selanjutnya yaitu Media Belajar Kreatif dan K13. Di Pelatihan ini, K13 dan MBK dijadikan satu dan dibagi menjadi dua bagian yaitu kelas besar dan kelas kecil. Aku kebagian mengelola kelas kecil, maklum siiiss... ngajarnya anak-anak bayik waktu di sekolah hihi jadi sembari sharing dengan bapak/ibu guru yang mengajar di kelas kecil. 

Soooo intens. Sesi pertama dibawakan oleh kak Jule, yang orangnya rame dan asik. brains stoarming tentang bagaimana mengembangkan kelas kecil, kesulitan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kelas kecil. Jadi, untuk bisa lebih hidup di kelas kecil usahakan diri kita masuk ke pikiran mereka. Jadilah seperti anak-anak supaya bisa lebih dicintai oleh anak-anak. Jadilah orang tua di saat mereka membutuhkan pelukan hangat dari kita, bukan semata-mata mereka salah, kita ikut marah. Psikologi mereka akan semakin kena gaaees... Namanya juga anak bayik yang baru keluar dari sarangnya. Proses mereka untuk bertumbuh masih panjang dan ditentukan oleh kita yang mengajar di kelas kecil..

Bapak/ Ibu guru diminta untuk membuat media belajar yang menarik untuk anak-anak di kelas 1-3 SD. Mereka antusias bahkan entah saking antusiasnya, lebih antusias mereka dibanding kami. Jadi, semakin mereka semangatnya bertumbuh, kita juga harus menaikkan lagi semangat tumbuhnya kita supaya tidak kalah dengan semangat tumbuhnya bapak/ ibu guru di Bangli.

Pelatihan selesai sampai kurang lebih pukul 16.00, dan itu pun masih saja ada Bapak/ Ibu guru yang memilih pulang terlebih dahulu karena saat itu sedang dalam masa akan melakukan Penilaian Akhir Semester di Kab. Bangli. Yap! Pas mereka izin ada ocehan mereka yang bikin aku tertegun. Mungkin hal ini juga terjadi di daerah lain yang letak kota kecamatannya jauh dari sekolahnya. Katanya UPTD itu jauh dari sekolah yang beliau ajar, jadi harus sampai di sana sebelum UPTD tutup kalau mau mengambil soal ujiannya. Kadang ada juga yang jaraknya bisa sampai satu jam hanya untuk mengambil soal ulangan.. Kalau disimak-simak nih padahal, di Bangli sendiri sangaaaat jarang ada kendaraan umum. Menurutku, motor adalah satu-satunya kendaraan yang cukup mudah dijangkau. Ojol? Waduuh jangan harap, karena kalau sudah ada ojol mang opangnya bakalan ngomel-ngomel. huhuhu

Tapi tetep salu sama Bapak/ Ibu guru yang masih mau berjuang untuk bisa tetap mengajar peserta didik. Belum lagi, jika ada peserta didik yang sekolah terus harus bawa adiknya ke sekolah karena tidak ada yang menjaganya di rumah. Dan geeengs... itu beneran terjadi, karena aku menemukan fenomena tersebut. :')

Well... hari ini sudah selesai pelatihan.. Jadi, dilanjutkan lagi keesokan harinya dengan materi yang lebih seru dan tempat yang juga lebih asik lagi... Karena ketemu dengan anak-anak.  See yaaaa :)

-vidahasan-


Menjadi relawan pendidikan itu bukan pencitraan tapi memang keharusan
Jika kau ingin menjadi yang membanggakan lakukan saja kebaikan yang bisa dilakukan
Meski kebaikanmu tak seluas buih lautan
You are what you did!






Share:

12 May 2020

Journey of RUBI Bangli (1)

Halo teman-teman,

so here it is, 

Aku mau nge-flashback lagi dan menuliskan pengalamanku bagaimana menjadi volunteer untuk guru-guru di daerah, terkhusus daerah Kabupaten Bangli, Bali. (bukan) pertama kalinya menjadi volunteer di daerah, tapi ini pertama kalinya aku menggunakan biayaku sendiri untuk segala keperluan selama ada di sana. Meskipun mengeluarkan biaya sendiri, tapi aku merasakan ada kepuasan tersendiri mengikutinya.

Kalau ada yang nanyain "Ya Allah Vid, kenapa harus jadi volunteer jauh-jauh ke daerah sih?" Well, aku akan tuliskan dan cerita ke kalian di tulisan perjalananku ikutan RUBI di Bangli yaa.. :)


Tepatnya pada tanggal 29 sampai 30 November 2019, kegiatan RUBI (Ruang Berbagi Ilmu) diselenggarakan di Kabupaten Bangli, Bali. Aku terbang dari Jakarta pada hari Kamis sore, sekitar pukul 15.30 di bandara Soekarno Hatta. I was so excited karena sudah sejak lama tidak travelling lagi menggunakan pesawat hehe. Saat itu aku menggunakan pesawat Air Asia, yang sudah aku pesan jauh-jauh hari dan lumayan mendapat harga yang sesuai dengan kantongku. Aku janjian dengan beberapa kakak relawan yang lain, yaitu kak Sonia, kak Nana dan kak Tami. Kak Sonia dan kak Nana berangkat ke Bali menggunakan pesawat 1 jam lebih awal dibandingkan aku dan kak Tami. Aku satu pesawat dengan kak Tami, after kak Tami got her drama with her schedule plan hehehe

Perjalanan ke Bali menggunakan pesawat dilalui sekitar satu jam perjalanan. Pokoknya rasa senang yang saat itu didapat. While I'm doing volunteer, I do travelling, it's a double bonus guys, what I got. Bonusnya sih super double malahan... why? So many many many experience sih pokoknya hehe... And then here we are! We are in Bali now! Sekitar pukul 18.00 aku dan kak Tami mendarat dengan selamat, Alhamdulillah... And I got this beautiful scenery dong guys :)


So,  I met with another kakak volunteer, who waited for us at Ngurah Rai Airport. Di sana sudah ada kak Sonia, kak Nana, Kak Zaka, dan kak Erika. Dari bandara Ngurah Rai, kami harus menuju tempat persewaan mobil yang sudah direkomendasikan oleh kakak panitia lokal untuk menuju ke Bangli malam itu juga. Setelah menjemput mobil sewaan, kami menuju ke check point yang sudah ditentukan, yaitu di Starbucks yang searah menuju arah Bangli. Di sana sudah ada kak Annisa, Mas Heri, dan Kak Monika. Beberapa memang sudah pernah bertemu lalu menjadi ajang reunian beberapa kakak volunteer. Nah, salah satunya ini sih, ketika ikutan kegiatan kerelawanan dimana-mana pasti ada aja yang dikenali dan ketika berjumpa lagi kangennya jadi berasa gengs :) And here we are after take off in Bali




Kami dibagi menjadi dua mobil, mobil yang dikendarai mas Heri dan satunya mobil yang akan dikendarai oleh kak Sonia. Aku ikut tim para wanita tangguh ya gengs. Di dalam mobil ada kak Sonia, kak Nana, Kak Monika, kak Tami dan kak Erika. Kami berenam dalam satu mobil dengan barang bawaan yang cukup bejibun di bagasi belakang. Kak Zaka tersingkirkan ikut gabung dengan mobil mas Heri. Katanya, mau sekalian ngobrol sama Dr. Erick yang menjadi tim MBK kelas besarnya.

Dalam perjalanan menuju Bangli, mobil para wanita tangguh berhenti di salah satu supermarket untuk membeli keperluan selama kami hidup sekitar berdua puluhan orang dalam satu rumah besar. Maklum guys, letaknya cukup jauh dari kota. Jarang ada toko cepat seperti Alf* atau Ind* mart. Jadi, kami harus punya bahan persediaan untuk kehidupan selama 2 hari ke depan di Bangli. Kami juga mampir beli ayam goreng tepung di perjalanan menuju Bangli. Memang yaaa... mobil para wonder woman ini udah emak-emak banget, sukanya mampir-mampir. Mobil yang satunya aja udah hampir nyampe di villa kita masih aja mampir-mampir hihi :D Kadang penuh dengan tantangan kalau satu mobil perempuan semua, tapi aku mah yakin aja sama kakak-kakak ini karena mereka sering melakukan travelling yang nggak kaleng-kaleng gengs. :D

Yap! Finally, we're coming in Bangli guys. Disambut sama kabut dinginnya Bangli dan gonggongan anjing tetangga yang berada di sekitar villa tempat tinggal kami. Oh iya, aku belum menjelaskan yaa letak kabupaten Bangli itu dimana hehe :D Eh tapi aku tunjukkin dulu ya daerah kawasannya seperti apa. Hihi Di bawah ini adalah kawasan villa kami berada :) tuh kaan.. kabutnya aja masih ada guys...



So, Kabupaten Bangli terletak di provinsi Bali yang berdekatan dengan danau dan gunung Batur. Kalau rata-rata wilayah Bali berdekatan dengan pantai, nah Bangli beda lagi nih gengs. Dia lebih dekat dengan gunung, makanya sering ada kabut ketika malam dan pagi hari. Udaranya juga nggak sepanas seperti wilayah Bali yang berdekatan dengan pantai. Kabupaten Bangli sendiri memiliki empat kecamatan (Kintamani, Bangli, Susut dan Tembuku), empat kelurahan, dan 68 desa. Kabupaten yang dekat dengan Bangli ada Klungkung, Gianyar, Badung dan Buleleng. Here it's a map from Bangli :)

Sekilas Tentang Kabupaten Bangli Bali

Mata pencaharian di Bangli sendiri rata-rata berkebun atau petani, mengingat letaknya itu banyak haparan hijaunya. Oh iya dan ada satu lagi tambak ikan karena dekat dengan danau Baturnya. Kalau objek wisatanya, tentu saja gunung dan danau Batur, ada desa Panglipuran yang merupakan salah satu desa terbersih.

View from above 
Batur lake
Panglipuran Village

Nah guys, mungkin cerita hari pertama tiba di Bangli sekian dulu yaa..  Of course, I'll write another experience in Bangli as a volunteer. See yaa... :)

(information source from google and wikipedia)

- Vidahasan -

Percayalah bahwa kebaikan itu slalu menular
Menularkan segala rasa yang kau punya :)
Jangan berhenti berbuat baik ya 
Meski diri belum baik, tapi sudah terniati 
InshaAllah akan jadi amalan jariah di kemudian



Share:

22 April 2020

Amalan Menjadi Pengurus Masjid

Hai manteman,
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,

di tulisan ini aku buat hanya sebagai pengingat diri kita ya untuk bisa menabung amalan sebanyak-banyaknya. Nah, terus kenapa nulisnya tentang cari amalan menjadi pengurus masjid? Karena oh karena qodarulloh ya, rumahku memang dekat dengan masjid dan memang ingin menceritakan orang-orang yang ada di dalamnya. Bisa jadi pengingat saja buat diri kita yang masih muda ini untuk terus menabung pahala dan menjadi pemersatu umat. Tugasnya berat banget yaa.. Iya, karena untuk memperjuangkan agama memang demikian adanya, apalagi untuk bisa mempersatukan umat. Penuh dengan drama yang berkepanjangan biar lebih berwarna :)

Well, aku yakin semua hal yang berhubungungan dengan organisasi itu ada perjalanan waktunya masing-masing. Nggak mungkin dong ya, perjalanan itu bakalan muluuuuus terus? Kalau demikian adanya yaa pasti bakalan nyaman, tenang, dan keimanan kita cuman segitu-segitu aja, nggak akan jadi sesuatu yang penuh dengan tantangan. Allah itu emang Maha Baik, saking baiknya Allah semua orang yang beriman itu slalu diuji dengan cara-Nya yang amat unik. Salah satunya yaa menjadi pengurus masjid. :)

Jadi pengurus masjid itu kalau dilihat sekilas mungkin mudah, tapi tidak demikian adanya loh guys. Banyak yang perlu diwaspadai dan sangat perlu diperhatikan, karena ini menjaga rumahnya umat banyak, bukan hanya satu orang atau orang yang berkepentingan saja. Jadi pengurus masjid itu, harus tau tata aturan yang berlaku, apalagi kalau sudah menyangkut dana infaq yang dikasih sama banyak orang untuk kebutuhan masjid. Kenapa demikian? Karena itu titipan dari banyak orang untuk bisa memakmurkan keadaan masjid, untuk bisa mempercantik rumah Allah, untuk bisa memberi kenyamanan bagi umat-Nya yang sedang beribadah di dalamnya.

Kalau dikira menjadi pengurus masjid itu mudah, NO NO NO! Tanggung jawabnya sungguh yaa betapaaaa sangaaat besar, bahkan amalan-amalannya itu loh benar-benar jadi tabungan kita kelak kalau kita juga bisa bertanggung jawab dengan apa yang sudah kita lakukan. Sederhana saja, pengurus masjid itu harus stand by lima waktu dalam satu hari, harus siap adzan ketika memang sudah waktunya untuk sholat, mempersiapkan khotib untuk ceramah khutbah Jumat/ Idul Fitri/ Idul Adha. Seriweuh itu kan? Harus punya jejaring yang oke, biar bisa dapat khotib yang oke juga.

Tapi, permasalahan yang terjadi menjadi pengurus masjid tidak hanya terlepas dari situ saja. Perbedaan pendapat itu pasti ada, yakin akutuh mah. Tapi, kalau diselesaikan dengan cara baik-baik inshaAllah pasti selesai. Paling sangat menuju kesensitivan adalah menyangkut kotak amal yang menjadi amanah pengurus masjid. Kita tahu bahwasanya, di setiap masjid pasti ada yang namanya kotak amal, apa fungsinya kotak tersebut? Tentu saja, itu adalah salah satu cara ummati untuk menabung amalan jariah biar bisa masuk ke surganya Allah. Tapi, di dalamnya harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan memang betulan dikerjakan untuk kepentingan umat yaa... Jangan dipegang, terus disimpan sendiri untuk kepentingan sendiri. Naudzubillah... yang awalnya berniat ingin nabung pahala menjadi pengurus masjid, tapi taunya jadi penyelundup untuk kepentingan sendiri. :)

Coba deh, buat apa kita hidup di dunia kalau ujungnya yaa cuman memikirkan apa-apa yang ada di dunia? Padahal Allah menciptakan kita sebagai manusia untuk berbuat baik dan taat pada-Nya. Allah seneng seseneng itu kalau tujuan baik kita untuk umat-Nya, untuk bisa memakmurkan rumah-Nya, untuk bisa membuat nyaman rumah-Nya, untuk bisa membuat ramai rumah-Nya. Apalagi di era pandemic yang saat ini terjadi :( Sedih liatnya, ketika banyak rumah-Nya yang sepi dan umatnya kalang kabut entah kemana. Seharusnya, di era pandemic seperti itu lebih bisa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita, lebih bisa menjadi pribadi kita yang lebih baik. 

Yuk guys, mumpung nih Allah masih kasih kita kesempatan waktu, coba renungkan diri kita masing-masing. Amalan-amalan baik apa yang sudah kita lakukan untuk kepentingan umat? Amalan-amalan apa aja yang udah kita kerjakan untuk bisa menjadi pengurus masjid yang baik? Jangan jangan nih ada yang salah dengan diri kita sebagai pemegang amanahnya para umat? Intstropeksi aja dulu diri kita, apakah diri kita sudah baik menjadi pemegang amanah untuk umat?

Because reflection is the best way for our change...

Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh


Jadi pengurus masjid yang baik itu tidak mudah
karena setiap amalan kebaikan diri kita sudah dihitung
Semoga Allah selalu memberi keberkahan untuk orang-orang di dalamnya
yang telah memakmurkan rumah-Nya dengan baik :)



-vidahasan-


Share:

19 April 2020

Nama Panggilan Di Negara Barat

Hali Halo manteman sekalian,

udah lama yaa nulis blognya keundur-undur terus hihi kadang tugas nulis yang lain juga masih harus dikerjakan, belum lagi ngisi content buat podcast. Yap! Selain blog aku sekarang juga sedang masuk ke dunia podcast. Nanti link podcast aku save di contact blog ini yaa..  Sebenarnya, cerita di podcast juga nggak beda jauh sih sama tulisan-tulisanku yang di blog. Hanya saja, podcast sebagai media ruang berekspresiku supaya lancar untuk cuap-cuap. Siapa tahu, nanti aku akan jadi vlogger gitu kan atau jadi influencer hihihi *ngarep banget dah Vida mau jadi influencer :')

Nah kan, saking banyaknya cincong. Aku mau share aja sih ke teman-teman tentang nama panggilan di negeri barat. Karena pengalamanku bertemu dengan orang-orang Eropa, terutama di Jerman jadi aku akan lebih menceritakan yang ada di sana dan yang aku alami aja yaa guys...

Nah, jadi suatu kali pernah aku berkunjung ke salah seorang keluarga atau teman. Saat itu aku sudah pulang dari Jerman sih, jadi ibaratnya mau silaturahim karena dua tahun tidak berjumpa dengan mereka. Aku ditanya terkait nama panggilang "Lah Vida di sana dipanggilnya apaan dong? Kalau bahasa Jermannya mbak atau mas apaan?" Duuuh.. kalau ditanya terkait itu, di Jerman susah untuk mengenal istilah nama panggilan yang sopan untuk yang lebih tua dari kita ya. Kalau mau panggil Bruder atau Schwester juga aneh aja gitu jadinya. Aku yakin, di sana pun istilah demikian bukan jadi patokan yang utama. 

Apalagi kalau dipanggil Frau atau Herr hihi istilah demikian digunakan ketika kita bertemu dengan orang yang memang sudah jauuuuh usianya dari kita. Tapi, itu harus menggunakan nama keluarga kalau kita mau memanggil mereka dengan sebutan Herr atau Frau. Contohnya nih, mungkin teman-teman pernah dengar pemain sepakbola Thomas Mueller  atau Bastian Scwheinsteiger nah, kata yang bercetak tebal dan aku garis bawahi itu adalah nama keluarga, jadi bisa dipanggil Herr Mueller atau Herr Schweinsteiger atau kalau untuk nama perempuan contohnya Brigitte Petri nah, bisa dipanggil Frau Petri. 

Panggilan tersebut ditujukan untuk orang yang baru pertama ketemu sama kita dan memang belum kenal dekat yaaa... Biasanya meskipun mereka sudah jauh umurnya dari kita, kalau mereka maunya dipanggil namanya aja juga it's oke loh buat mereka. Katanya, biar berasa lebih akrabnya dan nggak ada jarak gitu kalau pas ngobrol bareng-bareng. Makanya, jangan heran ketika orang-orang barat nih mau Eropa atau Amerika, mereka akan menyebut saja nama Ayah/ Ibu/ Kakak mereka dengan nama saja tanpa ada embel-embel apapun. Orang tuanya marah nggak? No. Tapi begitulah adat di sana. 

Jadi, di sana nggak mengenal istilah "dih nggak sopan banget sama orang yang lebih tua cuman dipanggilnya nama aja". Bukannya nggak sopan sih, tapi lebih ke mengakrabkan diri dan nggak mau ada jarak aja. Kesannya, kalau dipanggil dengan panggilan formal berasa ada jarak di antara kita *halaaah... :D

Pernah suatu kali, orang tua salah satu penghuni dulu tempat kerjaku. Mereka adalah orang yang sangat baik yang pernah ku kenal. Mereka selalu cerita, kalau mereka senang sekali melakukan sebuah perjalanan/ travelling. Aku selalu kagum dan terkesan dengan cerita-cerita serunya mereka dengan menikmati masa tuanya jalan-jalan keliling dunia. Itu mimpi mereka sebelum mereka dipisahkan oleh maut, katanya. "Vida, wie alt bist du?" -- "Ich bin 24 Jahre alt" -- "ah.. du bist noch sehr jung. Mach was du machen willst"  mereka menanyakan umurku dan mereka bilang kamu masih sangat muda. Lakukan hal-hal yang mau kamu lakukan yaa!

Pada mereka aku pernah memanggil Herr dan Frau. Tapi, mereka selalu menolak dengan memanggil itu. Aku yang sangat polos kala itu, karena merasa nggak sopan memanggil namanya aja jadi kikuk. Tapi rupanya, setelah sadar aku tau betul bahwa mereka ingin aku bisa lebih luwes dan akrab ngobrol sama mereka. Bahkan aku sangaaaaat ingaaaat betul ketika hari terakhir bekerja di panti tersebut, mereka sengaja datang dan memberi sebuah bingkisan untukku. Tapi, sayangnya saat itu aku sedang tidak berada di tempat, kami sedang makan di luar bersama penghuni yang lainnya. Sooooo surprise... meski isinya hanya coklat, tapi itu sungguh sangat berkesan buatku dapat bingkisan dari orang tua salah satu pasienku. 

Aku kira, aku tidak akan berjumpa dengan mereka di hari terakhirku di Jerman. Tapi ternyata, Allah mentakdirkan aku bertemu kembali dengannya keesokan harinya saat aku akan benar-benar pamitan dengan para pegawai yang lainnya. Aku sangaaaaat bahagiaaa bisa bertemu dengan mereka kembali di hari terakhirku sebelum aku pergi ke Frankfurt keesokan harinya. Mereka berdua memelukku erat seperti anak sendiri, dan di situ aku merasakan kehangatan yang ada pada mereka. Ah... seriusan rindu mereka... :(

Sayangnya aku tak sempat berfoto bersama mereka sebagai album kenanganku. Bahkan, cerita-cerita mereka sampai sekarang masih saja aku ingat. Apa yang mereka katakan dan apa yang mereka ceritakan benar-benar masih melekat dalam diri ini. Entah kapan lagi aku bisa berjumpa dengan mereka... Eh, aku kan lagi cerita nama panggilan kan yaa.. jadi nyambung ke mereka orang-orang baik. :')

Pada intinya, aku rasa Indonesia adalah salah satu negara yang mungkin paling sopan di antara berbagai macam negara yang memiliki panggilan "sopan" itu. But anyway, buatku aku udah terbiasa mau dipanggil hanya dengan nama saja meski memang ada yang usianya lebih muda dariku. Salah satu lembaga yang melakukan sistem panggilan nama yaa Goethe Institute, lembaga bahasa Jerman. Di sana, kita belajar tanpa memanggil pengajarnya Frau/ Miss/ Ibu. Jadi, ketika di luar setelah belajar pun cukup memanggil pengajarnya dengan sebutan nama saja. Tanpa ada embel-embel. Tapi, aku merasa lebih dekat dan seperti teman sendiri. 

Hal itu, juga berlaku seperti TK di Jerman. Dulu, waktu nganterin adik asuhku berangkat ke TK, pengajarnya hanya dipanggil nama saja oleh anak-anak didiknya. Aku kaget sih sebenernya, karena nggak dipanggil dengan sebutan Frau. Bahkan gurunya pun kalau ketemu denganku, suka bilang "Ruf mich nur Suzanne, Vida". Sejak saat itu, aku jadi merasa punya teman karena memang berasa tak memiliki jarak dengan orang-orang di sana. 

Tapi, tiba-tiba merasa bahagia dan semenyenangkan itu. :')

Kata orang, cara untuk mengenal seseorang itu 
memiliki beragam keunikan masing-masing
Karena seringkali yang paling unik itulah, 
yang akan jadi lebih sering dikenang dan diingat
Jadi, kalau kenalan sering diunik-unikin yaa 
biar gampang diingatnya dan dikenang hihihi


- vidahasan -
Share:

14 April 2020

POTRET SFH (SCHOOL FROM HOME) DI DAERAH


Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,

hai teman-teman, apa kabar? Semoga selalu sehat dimanapun teman-teman berada ya. Dengan kondisi virus yang pandemi seperti ini, jangan lupa untuk selalu jaga imunitas tubuh kita dan tetap terus berdoa supaya wabah ini segera berakhir dan Bapak-Ibu, teman-teman, dan adik-adik bisa melakukan aktifitas seperti sedia kala. Aku tahu, pasti berat ya dengan harus stay at home dan sudah satu bulan lamanya bahkan pasien covid-19 masih terus bertambah dari waktu ke waktu. Sedih sebenernyaaa... tapi di balik sebuah peristiwa, aku yakin ada Rahmat-Nya yang terus mengalir untuk kita masing-masing.

So well, aku tidak akan menyoroti pemerintah yang lambat untuk penanganan covid-19 ini, atau jumlah pasiennya atau apapun itu. Back to my basic and my interest about education yaaa... Di masa pandemic ini ada beberapa hal yang perlu disoroti. I wanna begin my story about school in a little region in Indonesia deh yaa…

Jadi, saat jadi pengajar muda dulu di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia, tepatnya di pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, aku melihat potret pendidikan yang buatku banyak sekali bersyukur. Daerah yang kawasannya memang jauh dari perkotaan, ketika harus belanja alat tulis harus menempuh perjalanan selama kurang lebih 45 menit dengan menggunakan sepeda motor. Mungkin beberapa orang yang wilayahnya masih bisa dilalui dengan kendaraan umum, bisa dilalui dengan sangat mudah. Namun, ketika teman-teman terjun langsung kalian akan melihat bahwa untuk menuju ke sana kita harus menggunakan mobil carteran yang biayanya bisa sampai 20 ribu hingga 30 ribu. Saat itu, buatku masih mahal karena dengan biaya segitu, aku bisa belanja sayur di pasar malam yang hanya ada satu minggu sekali di desaku. Warung saja bisa dihitung dan itupun tidak lengkap seperti warung-warung yang ada di desa dekat kota. Rasanya ingin sekali saat itu punya pintu kemana saja ala doraemon biar kemana-mana mudah L

Nah, dari akses yang demikian dengan fasilitas yang terbatas aku melihat anak-anak sekolah berjalan dari rumahnya. Jarak dari rumah ke sekolah pun 4 kilometer melewati hutan sawit, coklat, naik tanjakan melewati bukit yang bernama bukit Sion, bahkan bisa melewati batas negara kita sendiri Indonesia. Tak tanggung-tanggung, bahkan kalau dengar cerita mereka melewati rangkain pernak pernik itu, mereka bisa bertemu dengan babi hutan, ular cobra atau sejenisnya yang masih hidup di hutan. MashaAllah yaaa... meskipun demikian, mereka tetap bersemangat buat melalui perjalanan itu. Bahkan ketika aku merasakan, bisa semenyenangkan itu mereka melaluinya. Aku melihat raut wajah bahagia dari mereka, karena aku mengikuti perjalanan mereka dari rumah ke sekolah dan begitu pun sebaliknya. J

Masaku di sana sempat belum ada listrik selama empat bulan lamanya, bahkan tower saja baru dipasang dua bulan sebelum aku sampai di desa. Sinyal pun masih timbul tenggelam kalau nggak dapat tempat yang punya sinyal kencang, sekencang kamu berlari (halaah.. mulai halu) :D Air? Ya,  kami sempat kekeringan selama delapan bulan lamanya. Semua sungai benar-benar kering tak ada air, pada akhirnya kami harus membeli air yang biayanya tidak murah. Sumber mata air yang ada di bawah tanjakan dekat rumah pun sudah tak dapat menampung untuk mandi dan cuci baju kami. Terus gimana? Tentu saja, bermodalkan air yang dibeli tersebut dan bermodalkan air milo (air yang berwarna coklat). Pokoknya seada-adanya sisa air di sana yang penting bisa kebagian untuk mandi semua penghuni rumah.

Oh ya, aku tinggal di keluarga bugis beranggotakan Bapak, Mamak, dan empat adik angkatku ditambah aku jadi kami ada bertujuh dalam satu rumah. Mereka keluarga yang baik dan benar-benar tulus buat bantuin aku selama aku berada di sana.

Well, begitulah sekilas tentang kehidupan di daerah. Nah, apa yang menjadi masalah selama pandemi ini belum selesai? Kalau dengar kabar dari warga desa mereka kesulitan untuk mengakses sekolah secara daring. Mungkin kalau teman-teman bisa melihat, di kota besar seperti di Jakarta atau dimanapun itu dapat diakses dengan mudah menggunakan video call atau istilah kerennya sekarang menggunakan aplikasi zoom. Dengan mudah mereka dapat mengakses itu semua, meskipun memang juga tidak mudah belajar dengan melalui video call. Aku tau itu sulit, tapi tetap disyukuri yaa karena hal itu memudahkan teman-teman yang mengajar untuk tetap bisa berkomunikasi dengan anak didik teman-teman.

Apa kabar di daerah? Beberapa sumber mengatakan bahwa pembelajaran secara online sangat sulit karena mereka masih belum memiliki database keluarga atau bahkan nomor telefon dari orang tua murid. Kalau menggunakan smartphone masih mudah, tapi kalau yang bukan? Bagaimana cara menyampaikannya, sedangkan semua teman-temannya (terutama di perkotaan yang mudah aksesnya) masih bisa berkomunikasi atau belajar menggunakan via WhatsApp, zoom dan platform sejenisnya. Itu tidak hanya terjadi di daerah yang dekat dengan perbatasan saja, tapi potret itu pun terjadi di daerah dimana saat ini aku bekerja. Salah seorang guru merespon pendapat tentang pembelajaran secara daring dan beliau mengatakan „Ya sangat susah pembelajaran demikian. Kita jadi seperti makan gaji buta karena untuk mengakses hal demikian masih belum terjangkau. Kalau orang tuanya punya akses WA semua sih ya nggak masalah, lah kalau yang nggak punya bagaimana? Paham?“

Mungkin itu terjadi tidak hanya di daerah penempatanku mengabdi dulu atau pun tempat kerjaku sekarang, bisa jadi masih banyak daerah di pedalaman Indonesia yang masih belum bisa mengakses itu semua. Kalau ngobrolin tentang masalah pendidikan di Indonesia yang masih belum merata ini pasti tidak akan ada habis-habisnya. Masih saja ada yang harus dibahas dan terus ditelaah, banyak hal menarik yang perlu dikupas secara tuntas. Lalu apa solusinya jika demikian?

Pada akhirnya, yang harusnya social atau physical distancing mau nggak mau para guru yang masih belum bisa mengakses anak muridnya tersebut harus rela berkunjung ke rumahnya untuk memberikan tugas sekolah supaya mereka tetap belajar di rumah. Itu salah satu usaha yang dilakukan oleh beberapa guru di daerah. Satu hal lagi, saat ini kemendikbud membuat sebuah program dengan belajar melalui TV (channel TVRI), hmmm... tapi kesulitan kembali untuk di daerah adalah sangat jarang mereka mempunyai TV dan dapat mengakses channel tersebut. Aku akui mereka mempunyai usaha yang baik untuk membantu para guru di masa pandemic seperti sekarang ini, namun apakah pernah terfikirkan yang di daerah akan dapat menjangkau itu semua?

Kita semua tahu teman-teman, bahwa Indonesia itu terdiri dari ribuan pulau, suku, ras bahkan budaya. Untuk bisa menjangkau pendidikan di seluruh wilayah Indonesia pun tidak mudah, karena masing-masing butuh pengorbanan untuk bisa menjangkaunya. Aku jadi kepikiran aja sih, pemerintah masih memikirkan solusi pendidikan di daerah nggak ya karena ada pandemic seperti sekarang ini? Masihkah peduli dengan hal itu? J

Let think together about it. Aku mungkin belum bisa melakukan banyak hal karena aku bukan power rangers ataupun super woman. Karena aku yakin yang bisa dilakukan oleh kita ya cukup dari diri kita sendiri dulu aja, meskipun kecil tapi setidaknya itu bisa memberikan dampak yang besar bagi lingkungan sekitar kita. J

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh



Do your best yaa guys and dont forget to pray always
Because He would help you everytime and He never let you alone



-vidahasan-




Share:

5 March 2020

Padepokan Kalisoga

Dear Readers,

Again and again after a month break (not only a month but almost 2 months) Just wanna write again about my weekly daily. Of course after I resigned from my work place in Jakarta, I'm doing another challenge for my life. So, first I just wanna write you about my currently workplace. What? Where? and what I do there? I try to write with my own language yaa.. Just enjoying language that people can easy reading my story. :) So, here it is...


PADEPOKAN KALISOGA

Sebuah nama yang diambil dari sungai tepat di sebelah Padepokan dibangun, Kali Soga (Kali yang berarti sungai dan Soga nama sungainya). Aku baru dua bulan berada di tempat ini, tapi rasanya aku sudah lama hidup di Padepokan ini. Berada di desa Slatri, Kecamatan larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Padepokan ini didirikan. Yuhuu nggak terasa memang karena mungkin merasa nyaman berada di lingkaran yang positif dan saling mendukung satu sama lain.

"Vid... Lagi nyari zona nyaman ya?" Buatku ini penuh challenge karena di Padepokan banyak agenda project yang harus dilaksanakan. Memang berdiri kurang lebih baru satu tahun lamanya, istilahnya kalau kata orang aku salah satu pembabat alas di Padepokan ini, salah satu yang menjadi tumpu bersama dengan penghuni Padepokan yang lainnya. Sebuah tantangan bukan? 

Awal aku memutuskan untuk resign dari Avicenna banyak pertanyaan dan banyak pertimbangan dari orang-orang terdekatku. Tentu saja, aku tidak akan dilepas sedemikian mudahnya untuk mengambil keputusan resign ini. Tapi, dengan pertimbangan dan penjelasan yang aku sampaikan kalau aku ingin deket sama Bapak Ibu itu adalah sebuah koentji utamanya. And well yeaah... I got a permission from my parents. 

"Vida, emang di sana ngapain aja? Punya siapa emangnya?" Dan beragam macam pertanyaan yang banyak terlintas dari benak orang-orang terdekatku.

Sejujurnya, aku pun tak tau apa yang akan aku lakukan di Padepokan ini. Hanya saja ada asumsi bahwa aku akan belajar banyak hal di tempat baru dan akan diamanahi program-program yang aku pun masih belum mengerti apa yang harus aku lakukan wekekek... Karena pada awalnya aku melamar terlintas Bapak Ibu yang lokasinya lebih dekat dengan Padepokan. Maka, aku putuskan untuk memilih keputusan ini hehehe 

Lalu jika ditanya ini punya siapa? Waaah ini project milik orang-orang baik yang ingin mensejahterakan masyarakat di daerah khususnya warga Slatri sendiri. Ada siapa aja di baliknya? Kalau dijawab aku cuman bisa jawab yaa banyaaaak orang baik di sini yang mau ngebantuin hal-hal secara teknis maupun non teknis. Susah kalau disebutkan satu persatu. Hehehe

Ibarat kata, Padepokan Kalisoga itu dibangun untuk dijadikan salah satu tempat belajar vokasi atau ketrampilan-ketrampilan khusus yang memang harapannya peserta dari yang mengikuti kelas ketrampilan tersebut dapat berdikari sendiri dan memiliki usaha masing-masing. Harapannya juga bisa mensejahterakan rakyat karena dalam ketrampilan-ketrampilan tersebut, peserta memiliki skills yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan kehidupan mereka masing-masing.

Ada apa aja di Padepokan?

Saat ini, karena masih dalam tahap pembangunan ada satu Joglo yang sudah dihuni sebagai ruang kantor, satu Pendopo yang biasanya digunakan untuk kegiatan atau pelatihan, satu ruang radio komunitas, satu gazebo, satu ruang kamar pribadi dan tentu saja toilet yang terdiri dari 2 toilet laki-laki dan 1 kamar mand; 2 toilet perempuan dan 1 kamar mandi. Secara bentuk yaa demikian yang ada di Padepokan.

Dalam segi kegiatan atau program ada beberapa program yang sedang digarap baik reguler maupun non reguler. Reguler yang dimaksud adalah kegiatan rutinan satu minggu sekali atau satu bulan sekali. Kegiatan rutin satu minggu sekali  ada kelas tari, kelas Bahasa Inggris, Pojok Musik, dan kedepannya akan diadakan kelas reguler yang lainnya. :)

Untuk kegiatan Dwi Mingguan ada kelas Teras Literasi yang seringkali membahas tentang buku atau diskusi terkait tentang ke-literasian. 

Untuk kegiatan rutin satu bulan sekali akan diadakan beberapa kelas sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar Padepokan. Ada lingkup pertanian, peternakan, percetakan, fashion stylist, pertukangan dan masih banyak hal lain yang inshaAllah mimpi-mimpi tersebut bisa dilaksanakan.

Tentu saja, memang masih tahap sangat awal sekali. Tapi, aku pun bahkan semuanya masih saling belajar, masih saling mengingatkan, suka kasih support dan bahkan selama dua bulan di tempat ini berasa sudah bersahabat memegang mic. Sebegitunyaa yaaa... Sampai-sampai suka diingetin kalau pas disuruh nyanyi "Ngajinya juga jangan lupaa yaa..." :")

Well, orang-orang baik pasti akan slalu kita temui dimanapun diri kita berada MashaAllah. Pun demikian, aku merasakan ada lingkungan yang berpengaruh selama aku berada di Padepokan. Lingkungan yang bukan saling menyalahkan tapi saling support satu sama lain, berdiskusi jika ada hal yang memang harus didiskusikan. Bahkan... Tak memandang dia siapa berasal darimana, karena prinsipnya di sini semua sama dan semua bisa melakukan apa yang memang bisa dilakukan. :")

Next story I would write about the activities in Padepokan Kalisoga. So.. stay tune always in my (room) blog yaaa :')




no need how much do you have money
the important thing is you need a support system
that you can make self confidence


- vidahasan -
Share:

3 January 2020

IT'S A WRAP!

Assalamu'alaikum...

So, like I did before (in the end of every year). I did always a reflection for my self. What is good things and what skills I have to devoloping for my self. It's little confused actually, what I wanna write here in my blog. After many months break and didn't write again in my journal and blog, I thought I have to do something to training my self with commitment.

So just wanna write something bless, that I have for a year 2019!

  • January
Di tahun ini aku ingin belajar konsisten untuk menulis jurnal. Aku berharap sekali aku bisa melakukannya dengan baik. Di awal tahun ini, aku juga ingin kembali belajar bahasa Jerman. Sudah lama aku tak menggunakannya sejak aku mengajar di elementary school. Meskipun cukup menguras kantong, tapi tetap kupaksakan demi aku harus kembali bisa berbahasa Jerman. That's why, I decided to take a course in Goethe Institute Jakarta. Hari pertama masuk sesungguhnya agak mengejutkan karena aku satu kelas dengan anak-anak yang usianya masih sangat muda, anak sekolahan yang mau berjuang sekolah di Jerman. But even if so, I have to more learn diligently. 

Di satu sisi aku memutuskan untuk ikut kembali menjadi relawan di beberapa kegiatan. So, I follow Bagja to visited TMII for her voluntary activity in Langkah Kecil Banten. Aku juga mau tekadkan buat hidup sehat dan rajin olahraga (belajar konsisten guys). Di bulan yang sama untuk pertama kalinya aku ikut berkumpul bareng keluarga besar mbah (uyut) Jamil di Jakarta. Meskipun memang belum semua berkumpul, tapi semoga tetap bisa menjalin silaturahim sama mereka.

Kejutan datang bertubi-tubi karena seseorang dari Belanda mengirimkan sebatang coklat asin. It was also a magical chocolate hihi thanks Andhinaaa.. My support system yang slalu bisa diajak diskusi sama-sama :')



  • February
Aku ikut menjadi kakak pendamping untuk adik-adik di Islamic Explorer yang diselenggarakan oleh teman-teman Langkah Kecil cabang Banten. Di kegiatan ini, yang dipilih adalah anak-anak penerima beasiswa dari langkah kecil Banten. InshaAllah mereka adalah adik-adik calon hafidz-hafidzah berprestasi di sekolahnya masing-masing. New challange di tahun ini adalah menjadi PIC kegiatan outbond sekolah yang bisa dijadiin pengalaman berharga selama bekerja di sana. Dimulai dari penentuan tempat outbond, membuat rangkaian acara, dana, dan perlengkapan yang lainnya. Terkadang melakukan sendiri itu menyenangkan, namun tetap harus ada support system yang bisa jadi tameng. MashaAllah... dan aku merasakan itu di sini. Jadi, tempat belajar yang bisa bikin diri lebih percaya diri lagi kalau disuruh nge lead acara :')

Terima kasih ke teman-teman yang slalu menenangkan hati di kala sudah tak kuasa menahan hati. Love youuuu....


  • March
Ada energy booster yang kembali bisa dirangkum. Bisa liburan tipis-tipis meskipun cuman beberapa hari. Niat awal kondangan di tempat Bunny bareng sama Endah tapi teteup jadi bonus sendiri kalau udah jalan-jalan. MashaAllah... travelling kali ini double-double senengnya.. ngetrack naik motor manjat perkebunan yang tingginya uda kaya puncak. Ketemu sama bapak penjaga goa dan ngobrol bareng beliau, bahkan di lead diceritakan awal mula terjadinya goa Jepang ini. Nikmatnya lagi, bisa refresh sejenak dari hiruk pikuknya kota Jakarta.

Tentu saja, hidup tak selalu mulus. Di bulan yang sama tiba-tiba ditembak jadi PIC kegiatan untuk kelas 6 karena anak-anak ini udah mau lulus jadi tidak diizinkan untuk ikut kegiatan di bulan Apri. Waaaw just amazed! Begitu mendadaknya, karena ku kira akan ada PIC sendiri untuk acara di kelas 6. Tapi rupanya dan nyatanya tidak ada... But anyway thanks bangeeet buat Ms. Novi dan bu Dwi yang sabaaar ngadepin anak kek aku ini yang sering panikan juga kalau udah kepepet. Meskipun banyak drama, tapi pada akhirnya bisa dilakuin yaa dan banyak belajar serta bisa mengenal beberapa orang baru :')

Tapi, setelah melalui drama aku tetap slalu dapet booster dari Nunukersku yang suka kasih energi positif. Kami bertemu, meski tak lengkap bersepuluh. Niat kami, jalin silaturahim terus.. karena setahun bersama selamanya keluarga :") Bahkan ada pelatihan yang buat diri ini dapet energi positif. Ketemu bu Wei yang berasaaaa banget kaya lagi pelatihan di Indonesia Mengajar :') 

Aku bersyukur di sela-sela kursus bahasa Jermanku yang aduhai udah mulai Test, aku dapet support system dari berbagai banyak pihak. Aku terharuuuu dan bahagia bisa kenal sama orang-orang baik yang mashaAllah nggak pernah ada perhitungan apapun. InshaAllah dapet balasan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala :')

Pun dapet doa baik dari bu Eny yang sedang menjalani umroh. Doain jugaa biar bisa ke sana bareng jodoh hehe :')


  • April
Well, hari H outbond. Segala keriweuhan dan pembelajaran akan selesai di bulan ini. Buatku yang menjadi tantangan baru adalah meng-handle anak-anak kelas 1 yang memang sangaaaaat aktiv luar biasa hehhee... Anak-anak ini memang kinestetik habis yang nggak pernah mengenal lelah. Jadi, aku belajar lagi bagaimana cara menghandle anak-anak ini supaya bisa lebih tertib dan tetap jadi anak manis. Tapi yaaa namanya anak-anak pasti ada aja yang tertinggal di belakang dan lelah. Teteup tapinyaaa mashaAllah.. nggak nyangka bisa sejauh ini ngelakuin kegiatan ini, belum baik banget dan masih ada yang harus diperbaiki ke depannya. Tapi, setidaknya sudah belajar memanagement diri serta hati di saat kondisi tidak baik. Kuncinya ada Allah yang bakalan bantuin kita :')

Sepertinya penulisan jurnalku mandeg sampe sini. Udah lupa mau apa lagi yang mau ditulis di jurnal bahkan karena terlalu asik belajar di kursus, berasa nggak punya waktu buat nulis lagi. It's oke, aku masih punya cadangan foto untuk bisa menuliskannya kembali.. sedikit-sedikit nge-rewind kegiatan-kegiatan sebelumnya. Aku sepertinya lebih sering bekerja di bulan ini.. Ada banyak rangkaian kegiatan sekolah yang harus aku lakuin. Mungkin karena sudah persiapan menjelang ujian nasional jadi membantu teman-teman yang sedang riweuh di sekolah. 

Tapi teteup mengolah hati ada keharusan dan kewajiba. Cari refreshing sejenak di beberapa kajian biar iman bisa naik dan nggak kendor. Meski iman ini sering naik turun nggak karuan...


  • May
Fasting in Ramadhan. Kalau uda masuk Ramadhan, berasa waktu cepeeet banget dan nggak berasa udah mau lebaran, ganti tahun baru islam, tahun ajaran baru, anak baru lagi, dan bahkan semuanya baru. Ini bukan perkara baru dalam materi, tapi baru dalam segala hal yang ada di sekitar kita. Berhak banget untuk disyukuri.. Ada challange baru lagi di bulan Ramadhan ini, ngehandle acara Ramadhan Camp di Pemalang yang berkolaborasi dengan teman-teman TBM Kupu-kupu. Baik, dari Jakarta-Pemalang itu butuh jarak dan waktu. Komunikasi kami lakukan hanya via WA saja tanpa ada pertemuan rapat dan segala macamnya. Keterbatasan kondisi yang memang mengharuskan kami demikian, yang penting inshaAllah dilancarin waktu hari H.

Alhamdulillahnyaaa.. orang-orang ini sangat berkompeten sekali melaksanakan kegiatan. Bahkan anak mudanya juga sangat antusias, bangganya akutuh bisa berkolaborasi dengan orang-orang yang baik ini. MashaAllah...  :")

Ah. Buber dimana-mana... Di sekolah, bareng sama kawan akrab yang di goes to sabtu bersama, buber bersama anak yatim di Ramadhan Camp. Bersyukur banget bisa bareng dan kumpul dengan mereka yang sering bikin hati ini riang gembira weheheh :') Terima kasih banyaaak


  • June
Lebaran. Mudik. Kumpul keluarga. Aktivitas yang sering dilakukan banyak orang setiap tahunnya. Seru ya kalau sudah ngumpul, liburan bareng dan seru-seruan bareng. Saling maaf memaafkan satu sama lain dan memulai kembali kehidupan dengan hati yang lebih baik lagi. Di satu sisi kursusku akan berakhir di akhir bulan ini. Tandanya ujian sedang menuju di depan mata dan kudu belajar lagi buat ikut sertifikat B1.  Bulan depan aku akan mengikuti ujian ini dan buatku ujian ini sangat penting. Entah terlepas aku akan mengajar bahasa Jerman lagi atau tidak, tapi semoga ke depannya ada harapan yang bisa aku bagikan.

Hektic. Bisa jadi, karena mau ulangan dan libur kenaikan kelas. Bahkan, aku sudah mulai jenuh dengan kerutinitasanku sekarang ini. Seperti tidak ada yang berkembang pada diriku, aku sempat menarik diri dari peradaban dan nggak mau bertemu dengan banyak orang. Aku berjalan dengan duniaku sendiri. Bulan ini berat, karena ada dua pilihan yang membuatku harus aku fikirkan. Aku ingin resign atau lanjutkan. Kontrak kerjaku juga sudah usai sebelum terima rapot anak-anak. Tapi, harus segera ku putuskan.

Menunggu panggilan perpanjang kontrak seperti menunggu dia yang saat ini sedang kutunggu (Ealaaah syurhaat).. Tapi, seriously, it made me so worried. Bahkan sampai selesai bulan aku belum dapat panggilan lagi. Jadi, aku merasa bahwa aku tetap bertahan di sini dan tahun terakhir aku di sini. Yap! That's the point.



  • July
Ujian B1. Sesungguhnya aku santai, tapi lingkungan sekitarku yang buatku lebih bersemangat. Mungkin, karena mereka sangat berniat ingin sekali belajar di Jerman. Dengan diriku yang demikian ini, aku bisa belajar dari keseriusan mereka. Ahhhh kenapa sih kalian, adek-adekku kereeen banget. Salut akutuuu :') Eng ing eng... Di bulan ini kembali diberi peringatan untuk bisa lebih baik untuk management waktu, karena oh karena aku terlambat saat masuk ruang ujian pentingku. Untung dibolehkan masuk dan dapet reading test di jam pertama. Kalau jam pertama listening test, sungguh I regreted for a long time.

Well, di sela-sela ini akhirnya adik bungsu kami, Ihfal wisuda. Bukan adik kandung, adik yang kami anggap karena kami berada di bawah naungan yang sama, JAI Foundation. Yap! Meskipun kegiatan kami belum bisa konsisten, tapi aku merasa mereka ada keluarga keduaku setelah yang ada di rumah. Kalau kumpul sama mereka, ada aja kelakuan yang dibikin hehe meski saking suka ngomel, gondok-gondokkan, tapi setelah itu balik lagi seperti sedia kala. Yaaa mungkin demikianlah, karena di rumah pun sama. Sesebel-sebelnya kita sama adik kita, ujungnya damai lagi.. Begitu yang aku rasain kalau uda di lingkaran JAI Foundation :')

Satu hal lagi yang buat aku bersyukur, aku diberi kesempatan untuk bisa menjadi kakak pendamping di Jambore Sahabat Anak. Bertemu dengan orang baru bahkan adik baru yang tidak seperti biasanya. Maklum, adik baruku ini adalah pejuang jalanan yang hidupnya mau nyaman seperti yang lainnya. 2 hari bersamanya, banyak belajar darinya bahwa hidup itu tak melulu selalu lurus, pasti bergelombang. Namun, tergantung diri kitanya mau menjalani apa mau menyudahi saja. :')


  • August
Seiring bertambahnya umur, bukan semakin muda namun semakin menua. Aku tau, banyak yang mendoakanku meskipun itu tidak secara langsung. Meskipun aku tak tau sesiapa orang-orang yang mendoakanku di usiaku yang berkurang di dunia ini, aku ucapkan terima kasih. Aku doakan kembali kamu yang sering mendoakanku dimanapun kamu berada. Allah yang akan membalas segala kebaikan. :')

Aku diamanahi kembali mengajar di kelas 2 dengan anak yang beberapa sama seperti di kelas 1 dan kebanyakan berbeda. Apalagi dengan partner baru dan siap belajar bareng-bareng dengan beliau. Aku buat peraturan dari awal, jadi biar bisa let it flow. Di samping itu, keinginanku untuk cari pengalaman di tempat lain lagi udah sangat memuncak. Sempat ditawari teman untuk nyoba daftar di Malaysia dan sampai saat ini pun masih belum mendapatkan kabar apapun. Bahkan, sempat kembali mendaftar sekolah (Ausbildung) di Jerman dan saat itu berasa "Udah ya Allah... kalau emang rezeki untuk menetap di sini aku lanjutin".

Bersyukurnya di usia ini dan dalam masa sudah mulai jenuh dan ingin berkembang, aku masih bisa ikut di kegiatan kerelawanan lagi. Sebenernya kegiatan ini adalah kegiatan pelarianku dari kerutinitasanku sehari-hari. Biar ketemu sama orang baru dan pengalaman baru lagi, and it worked of course. Feel being my self if I could join in voluntary and feel more energy. 


  • September
Aku sadar, kalau aku masih harus banyak belajar untuk bisa lebih mengontrol diri, slalu berhusnudzon dan tetap melanjutkan jalan ini. Kuat karena saling menguatkan, lemah karena saling melemahkan. Aku kuat karena ada orang-orang di sekitarku yang slalu kasih afimarsi positif, tentu saja terutama anak-anak kelasku. Meskipun, di luar batas mereka demikian adanya, tapi mereka tetap anak-anak dan akan selamanya jadi anak muridku sampai akhir hayat. :)

Aku belajar dari kegiatan kerelawanan bahwa tak semua yang kita miliki itu akan abadi. Dari kegiatan ini banyak  bangeeet hal yang didapat terutama kebahagiaan hakiki yang tak pernah kita dapat di tempat lain. Mungkin standard kebahagiaan orang berbeda, namun kebahagiaan itu tak hanya yang bersifat materi saja, salah satunya adalah berbagi senyuman. Ya! Senyuman itu bisa menghantarkan energi positif ke dalam diri kita. Hanya sekali senyum manis dan ikhlas, pasti kebahagiaan hakiki akan langsung terpancar pada raut wajah.

Alhamdulillaaah... aku bahagia meskipun seringnya aku mendapatkan feedback yang kurang mengenakan. Alhamdulillaaah... dapat teman yang slalu menghantarkan energi positif kalau sharing bareng mereka. 


  • October
Semakin tidak karuan kejenuhan ini. Aku mencoba kembali peruntungan untuk mendaftar di sebuah NGO tempat beberapa temanku di sana. Lebih dekat dengan rumah, siapa tau kalau mendekat ke orang tua bisa jadi rezekiku. Yaa sembari menunggu hasil yang di Malaysia dan di Jerman, dua-duanya aku ingin. Entah, aku merasa aku anak nomaden yang hidupnya suka berpindah-pindah tempat dan nggak bisa hidup di satu wilayah. Buatku itu adalah sebuah challange dan new experience. Aku merasa lebih bebas dan lebih open minded dengan kehidupanku yang suka berpindah-pindah ini. Jadi lebih bisa belajar bagaimana jalannya hidup ini, antara mau ikhlas atau mau paksaan.

Kesyukuran itu kita sendiri yang ciptakan. Kenapa? Karena hidup kita itu udah slalu enak, kalau kita nggak bersyukur yaa gimana kita mau ngejalanin hidup? Hidupnya ngeluuuh terus tiap hari. Sudah saatnya berubah dengan lingkungan yang lebih positif lagi dan ngasih aku asupan energi supaya nggak melulu suudzon kalau bertemu dengan orang. Tapi, tenang hidupku nggak melulu tentang seputar demikian. Aku juga manusia biasa yang penuh dosaaaa bahkan banyaaak... Tapi, aku mencoba mengurangi hal-hal negatif datang pada diriku. 

Kalau ditanya masa sih nggak pernah ngomongin orang? Yaaahh jangankan ngomongin orang, bahkan sangat sebal dengan orang pun pernah bahkan aku slalu menjauh saat sudah sangat kesel sama orang. Perangaiku jelek. Jangan ditiru. Karena bisa jadi penyakit hati melanda :') Tapi, selama punya orang-orang yang suka banget "ngomelin" dan saling ingetin maka akan jadi power sendiri untuk menghilangkan rasa-rasa itu. Itu juga sebuah kesyukuran :)


  • November
Sudah mulai sangat nggak karuan. Apapun yang masuk ke telinga berasa ambyar T.T
Tetiba dan sangat mendadak aku dapet panggilan interview bahkan tetiba juga aku sudah bisa mulai kerja di tempat baru. Demi Apaaahh ini sangat buat shock! Tapi aku minta kerenggangan untuk menyelesaikan tugasku sebagai guru di semester ini sampai penerimaan laporan hasil belajar. Ya.. aku mengajukan surat resign demi keluar dari zona nyamanku saat ini. 

Tetap. Di kegundah gulana ku aku masih bisa menahannya karena punya anak-anak murid yang sangaaaat dewasa. Pengertian dan memang jadi tempat bermain kalau udah selesai jam belajar atau pulang sekolah. Jangan salah, aku di kelas mungkin seperti singa yang suka ngomel hehehe tapi saat jam sekolah aku slalu menjadikan mereka teman bermainku selama mereka belum dijemput oleh jemputannya. Ada waktu dimana bermain dan ada waktu dimana kami belajar, jadi jangan disamain yaa.. karena pola ini sudah kebentuk dari awal jadi harus dibuat aturan demikian. :')

Aku pun menemukan diri "aku" lagi. Saat jadi pengajar muda, aku menemukan aku yang memang berbeda. Jadi lebih idealis, tapi keidealisan ini kebentuk saat aku menjadi pekerja sosial di Jerman yang menangani orang berkebutuhan khusus. Sungguh, jika saja di Indonesia ada yang demikian mungkin orang-orang akan lebih banyak saling peduli. Lalu, akhirnya pembentukan idealis jadi semakin membentuk kepribadianku saat ini. Bisa saja ada orang yang bilang "Ah.. kamu itu terlalu idealis. Padahal hidup itu harus lebih realistis dan materialistis". Tapi, sungguh aku berprinsip dimanapun dan apapun yang kita lakukan pasti kita akan dipertemukan dengan orang-orang baik. Meskipun, sikap insecure itu juga harus diperlukan di waktu tertentu :')


  • December
Finally, last month of the year. I don't wanna say goodbye, just wanna say see you when I see you again, thank you and I'm sorry for the year. I might not good enough, but I'm also a human who wanna still become long life learner. But thank you for all experiences, for all sharing, sadness, joyfull we did it all together.

Dalam setiap perjalanan akan ada slalu pilihan yang mau ditempuh. All decide to you! Mau ngejalanin sesuai zona nyaman sekarang atau mau keluar dari zona nyaman. Aku percaya bahwa segala hal dalam kehidupan kita sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Ada Allah Azza Wa Ja'ala yang siap 24 jam selalu bersama diri kta. 

Aku nggak bisa bilang bahwa aku sudah sangat baik di tahun ini. Exactly NO! Tapi, aku hanya bisa mengevaluasi diriku apa yang sudah baik dan apa yang perlu ditingkatkan kembali. Semoga yang baca pun bisa merefleksi diri kembali dan mencapai target yang diinginkan...

Selamat berpetualang di tahun 2020. Allah always be with you for 24 hours.

Wassalamu'alaikum...

Explore yourself , explore your life. Then, you get your good personality.
One thing, just to be yourself because your life is yours



- vidahasan -
Share: