Minggu, 20 Desember 2015
Setelah dari Pegunungan Bintang dan Banggai diberangkatkan, pagi dini hari ini pukul 02:00 kami bersiap menuju ke bandara internasional soekarno hatta dan betapa pun kami akan siap diberangkatkan menuju ke daerah penempatan masing-masing. Kami yang bersisa 30 orang siap menjemput dan memandangi senyum anak-anak di ujung negeri ini, meskipun kami tahu berpisah dari teman-teman yang 2 bulan sudah hidup bersama begitu berat, kami cukup takut untuk bisa move on (entahlah memang 'kami' atau hanya saya saja yang takut tidak bisa move on) yang jelas kebersamaan 2 bulan ini meninggalkan banyak cerita yang sangat menyenangkan.
Masing-masing dari kami memang akhirnya akan fokus pada daerah masing-masing, Aceh Utara, Natuna, dan Nunukan siap untuk melanjutkan perjalanan kami. Kami pun mendoakan satu sama lain, berpelukan, terharu bahagia, dan siap melangkahkan kaki menuju perjuangan masing-masing. Teman-teman Natuna diberangkatkan pada pukul 6 pagi, sedangkan Aceh Utara dan kami Nunukan hanya selisih 5 menit. Rasa dag dig dug mungkin saja menyelimuti kami (atau hanya saya :D), karena kami akan mengadu nasib di tempat yang benar-benar kami belum pernah ke sana. Well, semua akan ada proses, dan dari proses akan ada pembelajaran, jadi hanya jalani, lakukan, dan berdoa saja untuk semua ini. Ikhlas dan sabar adalah kunci utamanya :)
(( show action at Soeta airport))
So, tadaaaaa akhirnya kami ber10 ditambah dengan kak Haiva pun siap menuju lapangan dan gate pesawat kami diberangkatkan. Seriusan awalnya saya masih meraba-raba, apakah benar ini sudah pemberangkatan? Hahaha soalnya seperti baru kemarin dimana, terus sekarang berada dimana itu rasanya seperti dejavu. Tapi mau apa dikata, saya harus melihat realita bahwa hal ini benar adanya hohoho :D pesawat kami ke Nunukan tinggal landas pada pukul 06:40, dijadwal sih jam segitu, tapi entahlah, kami cukup telat masuk ke pesawat. Jadi, sudah ada 6 orang yang sudah jalan duluan menaiki bis menuju ke pesawat, saya dan 4 orang yang lainnya menunggu bis selanjutnya karena masih ada penumpang yang belim masuk ke gate. Cukup lama menunggu, dan kami pun memastikan untuk bertanya "apakah ini bus yang benar menuju ke pesawat GA 562 menuju ke Balikpapan?" Si bapak pun bilang "iya betul mbak, nanti tunggu teman saya yang membawa dokumen baru nanti kita jalan ke sana". Kami pun aman.
Setelah itu, kami pun masuk ke dalam pesawat. Kami sangat excited dan tidak sabar sampai menuju ke Nunukan. Perjalanan Jakarta-Balikpapan ditempuh kurang lebih 2 jam perjalanan menggunakan jalur udara. Kami tiba di Balikpapan sekitar pukul 10:30 WITA, bandara Balikpapan termasuk salah satu bandara yang sudah sangat bagus. Saya pun terlena dengan tatanan dari bandara ini, karena suasanya benar-benar suasana wilayah Borneo. Nah, di bandara kebetulan ada pentas adat yang menggunakan baju adat suku dayak. Mereka, memainkan lagu dengan menggunakan alat musik khas Kalimantan. Kami tertegun dan ingin langsung menyambangi mereka (kebetulan kami berada di lantai 2, jadi kami melihat hanya dari atas). Saya pun mengajak beberapa teman, tapi malah dicuekin :(( dan rupanya kak Ulil sama Isna mau banget turun ke bawah buat menyambangi mereka (yeeeyy jadi ada temen deh). Kami pun berfoto sembari memperkenalkan diri kami ke grup ini.
Semua orang hanya tersenyum melihat tingkah laku kami dan bahkan mungkin ada yang terkaget-kaget karena dikira KPK (karena rompi yang kami pakai) :D setiap lewat selalu jadi perhatian lingkungan sekitar bahkan sempat beberapa kali ditanyai oleh beberapa orang yang juga penumpang menuju Balikpapan-Tarakan. Kami menunggu di bandara sekitar 2,5 jam, dengan kegiatan kami yang beraneka ragam. Tidur, ngemil, ngobrol, bahkan sepertinya urat malu kami sudah tidak ada lagi karena kami bergulingan di bawah lantai :D :D yang penting intinya kami bahagia dan sangat menikmati perjalanan kami ini.
Pesawat menuju ke Tarakan take off pada pukul 13:05 dengan menggunakan pesawat Garuda GA662. Pesawatnya lebih kecil dari pesawat yang pertama (jelas saja sudah, karena Tarakan nggak sebesar Balikpapan). Perjalanan ke Tarakan sekitar 1,5 jam via udara, meskipun bandara internasional, tapi bandara ini nggak sebesar yang kami bayangkan :D well, yang penting bisa ke Nunukan dimanapun kami transit. Kami langsung memindahkan barang-barang bagasi kami, karena pesawat yang akan kami tumpang dari Tarakan-Nunukan lebih kecil dari kedua pesawat sebelumnya. Pesawat kami menuju ke Nunukan adalah pesawat lokal yang masih menggunakan kipas di samping kanan kirinya, namanya pesawat Kalstar. Sebelumnya saya sudah melihat pesawat ini di Balikpapan, dan iyaaaa ampuuun memang 'unyu' sekali.
Kalstar jika dijadwalkan akan diberangkatkan pukul 16:20, kami harus menanti kembali sekitar 1,5 jam dan kami sempatkan sholat dhuhur-ashar. Sembari menanti rupa-rupanya pesawat kami delay dengan waktu yang tidak dapat ditentukan. Meskipun demikian, kami memang benar-benar menikmati perjalanan. Tidak peduli mau delay pun yang penting kami bersama (saya mulai baper pemirsaaaaahh hahaha), iya karena kebersamaan kami ber10 akan berakhir beberapa hari saja, karena kami akan dipisahkan dan menuju ke desa kami masing-masing.
((Inilah seonggok pemuda yang terdampar di bandara Tarakan))
"Perhatian-perhatian, kepada para penumpang Kalstar silahkan masuk ke pintu nomor 4" ucap bagian informasi. Waaa akhirnya setelah hampir 2 jam terlantar di bandara Tarakan, kami bersiap menuju ke Nunukan. Wajah kami berseri karena sudah tidak sabar menanti tiba di sana. Ketika kami akan masuk ke dalam pesawat petugas menyampaikan "free seat" kami sempat tertegun karena free seat. Dalam benak kami, free seat berarti bebas tempat duduk dimanapun berada, jadi setidaknya kami bisa ber10 duduk bersama. Sesampainya akan memasuki pesawat, Bagja bilang "ayok ayok cepet masuk. Biar dapet tempat duduk" -- "loh? Ini free seat kan?" -- "iya free seat. Tapi tetep harus cepet-cepetan, makanya itu bebas tempat duduk" -- "nah tak kira bebas tempat duduk itu bebas milih dimanapun yang penting kan kita berangkat semua" -- "nggak, bebas tempat duduk itu tetep cepet-cepetan, kalo nggak dapet ya berarti nunggu lagi pesawatnya" -- "setdaaaahhh" lalu kami bergerudukan langsung masuk ke dalam pesawat, karena hanya dibatasi 89 penumpang. Oh jeeee...
Alhamdulillah, kami ber10 plus kak Haiva berangkat bersama-sama. Gile gile aje, kalo ada yang berangkat paginya atau berangkat menggunakan kapal :D :D :D ajeee gileee lah pokoknya, pengalaman pertama yang sangat mengenaaang bangett. Perjalanan Tarakan-Nunukan hanya sekitar 20-30 menit. Awalnya saya sempat takut dengan getaran yang ada di pesawat Kalstar, bayangkan pesawat Balikpapan-Tarakan saja getarannya sudah macam begitu, apalagi Kalstar yang hanya menggunakan baling-baling kanan kiri saja. Hmmmm cukuplah was was saja :D
And theeeennnn.... Yeeeaayy! Nunukan, Nunukan, Nunukan oyeeee :D kami benar-benar sooooo excited dan tertawa lepas sesampainya di bandara kecil ini. Yell yell kami pun tak lupa kami alunkan, sungguh sudah tak ada urat malu karena hampir semua orang melihat tingkah laku kami dan bertanya-tanya siapa kami ini :D :D :D sungguh kebahagiaan kami sampai di Nunukan adalah suatu rasa syukur yang tak ternilai, karena tempat inilah yang nantinya akan menjadi tempat kami bersemayam selama setahun, dan tempat inilah yang akan menjadi tempat baru kami untuk bernaung. Kami dijemput oleh sekretaris diknas Nunukan dan bagian pengelolaan pendidikan dasar di Nunukan, pak Akhmad dan pak Bunardi. Barang-barang yang kami bawa sempat membuat beliau-beliau terkejut, karena beliau lebih tertegun memandangi pelampung kami :D :D :D --sudahlah pak tidak apa, begitulah adanya-- hehehhe
((Bandara Nunukan))
Kami diantar menuju ke hotel tempat kami menginap yang bernama Sumber Mulya yang letaknya tidak jauh dari alun-alun kota. Di perjalanan kami pun bercengkerama tentang kabupaten Nunukan ini. Kami lekas beberes dan mandi (berasa sudah lama banget nggak mandi) setelah itu, ngobrol-ngobrol cantik dengan pak Akhmad dan pak Bunardi sambil makan malam di warung semacam Lamongan (ketemu lagi warungan Jawa di Nunukan) :D
Setelah makan malam, kami pun langsung ingin berkeliling kota Nunukan. Pak Akhmad bilang, ada pasar malam, dan kami hanya tinggal berjalan lurus saja sampai ujung. Kami pun mengikuti yang disampaikan oleh beliau, rupa-rupanya dalam perjalanan kami cukup tersesat karena sepanjang jalan kami tidak menemukan adanya pasar malam. Kami kira justru pasar malam adalah pasar yang dibuka ketika malam hari yang berada di alun-alun kota. Mengitari berkali-kali tak jua ditemukan akhirnya kami menyerah dan menuju ke hotel. Ohya ada pemandangan seru ketika malam hari, jadi nih di atas kabel-kabel listrik berjejer burung-burung banyaaaak banget di sana. Nah, saya kira itu adalah miniatur burung yang dipajang di sana. Pikir saya, sempet kali warga di sini memajang miniatur burung di atas kabel?. Tapi selidik punya selidiik rupanya itu burung aseli yang berjejer di atas kabel sana, karena kata pak Akhmad itu adalah rumahnya mereka masing-masing.
Well, perjalanan di hari pertama kami telah usai dan saatnya pun kami beristirahat dengan tenang. Tetep semangat kawan dan jangan lupa selalu bahagia :*
-vidahasan-
Nunukan, 20 Desember 2015