Showing posts with label “Lomba Artikel Blog Biennale Jogja XI”. Show all posts
Showing posts with label “Lomba Artikel Blog Biennale Jogja XI”. Show all posts

23 December 2011

BIENALLE JOGJA XI "HOW COOL IS THAT, HUH?"

Bienalle adalah sebuah yayasan seni rupa yang berada di Jogja dimana Bienalle diambil dari bahasa Italia yang “Bie” berarti dua “Nalle” yang berarti tahun. Bienalle berarti acara yang diadakan setiap dua tahun sekali. Acara ini diselenggarakan mulai dari tanggal 26 November sampai 30 Desember 2011. Awalnya saya tidak tahu, apa itu Bienalle? Ternyata, setelah ditelusuri memulai bertanya-tanya dengan seseorang yang termasuk salah satu panitia dari acara yang diselenggarakan oleh Bienalle pun, saya menjadi penasaran dengan Bienalle sendiri.
Saya ingat sekali, ketika mba Dian (panitia dari salah satu acara di Bienalle) menawarkan saya untuk mengikuti lomba disalah satu event Bienalle Jogja yang diselenggarakan pada tanggal 11 Desember 2011, judul dari acara ini adalah Family Day. Awalnya saya masih ragu-ragu untuk memikirkan ikut atau tidak. Namun, saya justru tertarik dengan salah satu lomba diacara Family Day tersebut. Salah satu lomba yang menarik perhatian saya adalah lomba memasak makanan India. Saya fikir, setidaknya saya dapat mengeksplorasikan hobi masak saya. Namun ternyata, saya justru mengajak salah satu teman kos saya untuk mengikuti lomba tersebut. Teman saya pun akhirnya mendaftarkan diri sebagai peserta lomba memasak masakan India, sedangkan saya hanya menjadi seorang penonton.
Lomba yang diadakan juga tidak hanya lomba memasak saja. Ada 2 jenis lomba lagi yang ditawarkan di acara Family Day Bienalle Jogja XI, yaitu lomba Tatoo Mahendi dan lomba kolam yaitu membuat kolam-kolam dengan dekorasi batu kerikil yang berwarna-warni. Saya pun ditawari untuk mengikuti lomba Tatoo Mahendi, namun karena saya merasa bahwa saya tidak dapat menggambar akhirnya saya pun mengurungkan niat untuk mengikuti lomba tersebut. Kalau pun saya mau, saya justru memilih lomba kolam tapi karena lomba kolam sendiri ditujukan untuk anak-anak berusia 6-10 tahu akhirnya saya pun juga mengurungkan niat untuk mengikuti lomba.
Sebelumnya, saya melihat beberapa agenda yang berada di Event Bienalle Jogja tersebut. Di dalam gedung yang berlokasi di Taman Budaya Yogyakarta (dimana event family day diselenggarakan) ada sebuah pameran. Pameran tersebut berisikan tentang foto-foto serta benda-benda unik yang berasal dari India. Satu kata yaitu So cute... and why? Saya jarang melihat pameran yang bertemakan India seperti yang diselenggarakan oleh Bienalle Jogja XI ini. Banyak hal yang tidak saya ketahui, saya dapatkan dipameran ini. Benda-benda unik, video-video, serta film-film India dari yang baru sampai yang lama semua ada dipameran ini. Mungkin bagi pecinta film-film, lagu-lagu, aktris-aktor serta pernak-pernik yang berasal dari Bollywood bisa mengunjungi dan melihat pameran yang diselenggarakan oleh yayasan Bienalle Jogja XI ini. Di dalam pameran juga ada beberapa rempah-rempah, cara menggambar serta asal usul dan guna Mahendi, cara menggunakan Saree India serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh orang India sendiri. Jika ingin bertanya, tenang saja, karena didalam pameran ada panitia yang siap menjawab pertanyaan dari para pengunjung, karena itulah pengalaman saya.
Selain pameran saat itu, kebetulan saya menonton teman yang sedang mengikuti lomba memasak masakan India dan lomba Tatoo Mahendi. Sebelum lomba memasak dimulai, diselenggarakannya workshop lomba memasak masakan India. Dalam acara ini, panitia mengundang salah satu chef dari restoran India “Sangam” yang berada di Jogja, yaitu Chef Martin. Beliau mengadakan workshop lomba memasak masakan India, dengan mengambil menu Kari Ayam. Mungkin jika dilihat sekilas hampir sama dengan Kari Ayam khas Aceh atau yang biasa dijual diwarung-warung. Namun ternyata, rasa memang benar-benar berbeda, Kari Ayam India lebih menekankan ke resep rempah-rempahnya yaitu yang disebut dengan “Garam Masala”. Garam Masala adalah bumbu dasar yang digunakan untuk membuah Kari Ayam khas India dimana bahan-bahannya terdiri dari ketumbar, jinten, lada hitam, kapulaga, kayu manis, cengkeh serta pala yang ditumbuk hingga halus.
Dalam lomba memasak ini, total ada 16 peserta dan tentunya salah satunya adalah teman saya sendiri. Lomba memasak dibagi menjadi 3 shift. Masing-masing peserta memiliki waktu hanya 45 menit untuk memasak Kari Ayam yang telah didemokan oleh Chef Martin. Semua peserta berusaha agar menghasilkan masakan yang baik dari rasa, bentuk serta tatanan masakannya. Lomba memasak ini dimulai pukul 11.00-14.30 WIB. Dengan diambil 3 juara yaitu, Juara pertama mendapatkan uang belanja sebesar Rp. 750.000,- + peralatan memasak, Juara Kedua mendapatkan uang belanja sebesar Rp. 500.000,- + peralatan memasak, dan Juara Ketiga mendapatkan uang belanja sebesar Rp. 250.000,- + peralatan memasak.
Pada akhirnya, teman saya pulang dengan tidak membawa barang-barang berharga tersebut ditangannya, tapi menurutnya dia membawa pengalaman berharga dalam hidupnya. Seperti saya, yang pada awalnya tidak ingin mengikuti lomba Tatoo Mahendi pun akhirnya saya tertarik mengikuti lomba tersebut. Awalnya saya ragu, tapi setidaknya saya berusaha semampu saya dengan menggambar bebas sesuai dengan yang ada dipikiran saya. Dengan pemikiran “Saya ingin bersenang-senang” akhirnya saya pun mengikuti lomba Tatoo Mahendi.
Sama seperti lomba memasak, sebelum lomba Mahendi ini dimulai, panitia menyelenggarakan Workshop bagaimana cara membuat, jenis-jenis dan untuk apa Mahendi itu sendiri. Dengan mengundang salah seorang Mahasiswi UGM asal India, Sangeetha, para peserta lomba pun diajarkan bagaimana cara mentatoo Mahendi ditangan dan menjelaskan asal-usul dari Mahendi. Ini benar-benar menakjubkan menurut saya, karena sejujurnya first time saya mengikuti lomba-lomba seperti ini.
Lomba Tatoo Mahendi dimulai pukul 15.30 WIB di Taman Budaya Yogyakarta. Para peserta dibebaskan untuk berkreasi menggambar sesuai dengan ide yang didapat dari peserta dan memiliki waktu selama 1 jam untuk menggambar Tatoo ditangan model masing-masing. Saya ragu bahkan tertawa terus-menerus karena memang basic yang saya punya bukan untuk menggambar, dan kali ini saya harus menggambar. Gambar dari Mahendi sendiri pun jika dilihat sekilas tidak begitu sulit. Menurut Sangeetha, “kita hanya tidak perlu membatasi kreatifitas kita karena Mahendi ini hanya berbentuk garis, bulat serta lengkungan-lengkungan yang kadang sering kita gambar dikertas. Sehingga Mahendi memang butuh kreatifitas tinggi dan tentu saja kesabaran untuk menggambarkannya.”
Kata-kata dari Sangeetha memberikan motivasi, sehingga para peserta tidak terpaku pada gambar yang dibawa olehnya. Hingga pada akhirnya para peserta pun melakukan pentatoan dengan kreatifitas mereka masing-masing, begitu juga dengan saya. Meski saya pun tidak menang, tapi saya mendapatkan pengalaman luar biasa mengikuti salah satu event yang diselenggarakan oleh Bienalle Jogja XI ini. So, bagi yang belum kesana buruan ikutin acaran masih ada sampai tanggal 30 Desember. Jangan jadi yang terlewatkan...
PENJURIAN LOMBA MASAK MASAKAN INDIA
 PESERTA LOMBA TATOO MAHENDI

Share: