11 October 2014

Tentang Dia

Aku bingung kenapa tetiba memasang judul seperti itu. Sudah lama padahal, tak ada cerita seseorang di dalam blog saya ini. Tapi entahlah, mungkin karna aku hanya ingin menceritakan tentangnya, karna beberapa hari ini bertingkah aneh.

Iya, dia dulu teman satu kelas di sekolah menengah atas. Kami pun berpisah, dia melanjutkan pendidikan di perantauan lain, dan aku pun begitu. Lambat laun, yang awalnya aku pun cepet sekali menyukai seseorang, akhirnya ya udah, hilang. Eh tapi entah kenapa, perasaan itu selalu muncul, perasaan itu selalu menjadi pertanyaan dan pertentangan batik sendiri. Aku, ketika menyukai seseorang, akan benar-benar menyukainya, dan akan lama ketika aku harus melupakannya lagi.

Iya, kami pun berada di tempat antah berantah yang berbeda. Dia di sana, dan aku di sini. Seiring berjalannya waktu, aku mulai terbiasa dengan kehidupan perkuliahan, dia pun begitu ku rasa. Memiliki banyak teman, sibuk dengan kegiatan, organisasi, belajar dan lain-lain. Komunikasi? Iya tetap saja, kami menjalani komunikasi selayaknya teman biasa, tak ada yang spesial. Aku hanya bertanya kabar, melalu pesan singkat, telfon pun sudah sangat jarang sekali. 

Na ja, rupa-rupanya dia sudah mempunyai pacar. Iya, beberapa kali, saat masih duduk di bangku menengah atas, dia sempat memiliki hubungan dengan beberapa teman satu kelas. Padaku? Ah aku hanya pelengkap saja, sebagai teman cerita, pendengar, dan lain-lain. Entah kenapa beberapa teman satu kelas, yang laki-laki slalu saja datang padaku, dan ujungnya ingin menceritakan kisah cinta mereka. Buatku tak masalah, hanya saja, dengannya agak sedikit sakit rasanya.

Mendengar gerutunya, ocehannya, keluhannya, itu sedikit membuatku berbisik pada hati nurani kecil "let's make our relationship, then I promise, I'll make you happy everytime" ah kaya sinetron aja gitu ya hehe... Tapi seriusan, entah kenapa hubungan yang hanya sebatas persahabatan ini malah justru berbeda. Bercandaannya kami, percakapannya kami, pertemuan kami, itu semua berbeda. Bagiku, bukan baginya.

Keluhannya itu, yang slalu membuatku berbisik kembali "ah apaan sih, kenapa kau harus menceritakan kisahmu padaku? Tahukah? Aku sakit. Aku bingung harus menasihati apa." Ketika datang wanita baru, dan kau bilang "itu targetku, itu gebetanku! Gimana pendapatmu?" Begitulah pertanyaan yang slalu mau ajukan padaku. Ingin membuatku cemburu? Atau kenapa? Kenapa harus slalu bertanya denganku, tentang wanita pilihanmu? Yang menjalani hubungan itu kamu, bukan aku. Lalu, kenapa aku dibolehkan untuk ikut campur dalam hubunganmu?

Aku tahu, saat ini kamu masih single, jomblo, setelah putus dari pacar lamamu. Terus kamu, cerita kalau kamu belum bisa lupa sama mantan pacarmu. Fine, I'll make you something different! Tapi rupanya, justru berbeda. Kamu justru mengiri beberapa foto gebetanmu yang baru, lalu meminta saran padaku, meminta pendapatku bagaimana mereka. Itu apa? Apa itu? Aku hanya bisa menjawab, "then, take it easy. You can get it, what will you do! That's up to you, that's your choice, not me. Why should I?" Hanya pertanyaan itu yang muncul. Tahu rasanya? Entah kenapa, aku berusaha menghilangkan perasaan ini, tapi seperti, dia berharga buatku. Kenapa beda? Kenapa sedih? "I'm here for you, waiting for you..." Tapi sekali pun dia, tak pernah memandangku. "That's right!" 

Aku berfikir, ah hanya pendekatan saja, belum resmi, karna aku pun masih ada kesempatan itu. Tapi, dengan keadaanku sekarang berada sangat jauh darinya, lalu bagaimana proses itu akan berlangsung? Setelah lulus kuliah, setelah wisuda, kami pun selalu masih sama saja. Hubungan persahabatan, dan pada akhirnya aku memutusan untuk hidup lepas dari keluargaku, untuk hidup berpetualang di negeri yang aku impikan. Iya, aku sekarang berada di belahan bumi yang lain, terpisah oleh beberapa waktu dan benua. Oh God, I don't know, I miss him! Lama sekali aku tak berjumpa dengannya. Keberangkatanku ke Jerman seperti mendadak, tanpa berpamitan dengannya, tanpa bertemu dengannya. Iya karna, dia sudah sibuk dengan dunianya sendiri. Mana mungkin, aku berani mengganggu hidupnya? Sedangkan aku hanya sebatas sahabat dengannya.

Iya, pergi begitu saja tanpa pemberitahuan yang benar-benar jelas. Tahu-tahu, aku pun tiba di Jerman, update foto di facebook, dan tahulah semua mereka, yang tidak tahu keberadaanku. Termasuk dirinya mungkin. Seakan shock, karna tak mengucapkan sepatah dua patah kata, "good bye, take care, etc!"
Aku nggak mau berucap seperti itu, karna aku tahu, aku akan sedih. Oh bukan sedih, tapi karna aku tahu kamu juga akan sendirian, dan tak ada lagi kawan yang dapat diajak mencurahkan isi hatimu, karna itu yang kamu butuhkan sampai saat ini.

Setelah jauh, tak ada kabar, tak ada komunikasi. Lalu tiba-tiba beberapa bulan ini, kamu mengganggu hidupku kembali. Via what's up, via bbm, lebih sering via bbm. Entah kenapa, komunikasi itu berjalan dan mengalir apa adanya. Rasanya nyaman, meskipun kita nggak pernah menggunakan kata-kata mesra, terutama kamu. Sudah seperti, ah sudah biasa. Tak ada kata romantis, karna yang terpenting adalah hati. Mungkin hatiku, bukan hatimu. Hehe

Apa? Kamu ingin ke Jerman? Travelling? Apa itu hanya sebuah modus? Atau memang impianmu? Ada rasa "GR" di diriku ini. Kenapa tetiba kamu pengen ke sini? Beberapa kali, kamu memasang status bbm dengan menggunakan bahasa jerman. Kenapa? Supaya aku respon? Apa bener kamu emang benar-benar tertarik? Bukan karna aku di sini? Itu pertanyaan yang slalu muncul, dan entah kenapa aku mulai merasa "GR" kembali. Ah mungkin memang maunya dia seperti itu, mana tahu aku hatinya, mana tahu aku pikirannya. 

Entahlah, perasaan ini, perasaan yang slalu ingin aku buang, tetiba muncul kembali. Tapi, kalau benar memang karna aku ada di sini, aku senang, meskipun sepertinya itu nggak mungkin terjadi.

Aku? Nyatain perasaan? Ah tidak, karna aku perlu meyakinkan diriku, untuk benar-benar tahu apakah aku benar menyukainya atau nggak. Untuk mengutarakannya pun, perlu keberanian, dan itu jujur membuatku trauma akan kejadian masa lampau. We'll see it later. I don't know, what's will happenning in the future. But. I hope, that you'll be mine, and you know, how much, I like you more than ;)


Mannheim, 11.10.2014
Share:

8 October 2014

Welcome the real life...

Sudah satu setengah bulan, hidup menggelandang sendiri. Tanpa hidup menumpang-numpang dengan keluarga asing di negeri orang. Setahun yang lalu, saya masih hidup menumpang di rumah orang, yang ya baru saya kenal dari tahun lalu. Tiba-tiba masuk dengan berlatar belakang yang sangat berbeda jauh dari kehidupan saya, ketika saya di Indonesia. Banyak hal, yang awalnya saya tidak tahu dan akhirnya pun menjadi tahu di sini. 

Rasanya hidup jadi aupair (begitulah sebutan buat mereka para muda-mudi yang di sini seperti baby sister buat keluarga asing)? Kehidupan aupair? 

Kalau saya boleh menjawab, haruskah saya menjawab jujur atau tidak jujur? Ya karena memang begitu adanya. Ada kurang dan juga ada lebihnya. Apa kurang lebihnya? Bagi saya adalah MENTAL.

Hidup bersama dengan mereka, satu atap, makan bersama adalah hal yang baru sekali bagi saya. Dengan kondisi apalagi baru saja dikenalnya. Masih belum tahu bagaimana karkater mereka, budaya mereka, dan lain sebagainya. Maka dari itulah saya harus belajar memahami mereka. Namun, pada akhirnya di kehidupan nyata, sayalah yang harus belajar memahami mereka, bukan mereka belajar memahami saya. Sedih. Tentu saja, seperti diskriminasi, bahwa budaya saya itu sangatlah tidak wajar. Memang benar, dimana bumi dipijak, disitulah langit bakal dijunjung tinggi. Bagaimanapun, saya masih punya adat sopan santun yang harus tetap saya pegang, bukan justru saya harus ikut dengan budaya mereka yang bagi saya tidak wajar.

Ah, kembali lagi mengenai aupair. Aupair itu...
Mengasyikan,
Seru,
Luar biasa,
Capek,
Menantang,
Suka,
Duka,
Cita,
Stress,
Bahkan mungkin semua rasa itu akan ada di dalam dunia aupair. Iya itu bagi saya, secara pribadi memang seperti itu. Semua rasa itu ada.

Tetapi, yang paling membahagiakan diri saya saat ini adalah, karna saya sudah lulus dengan ilmu yang bernama aupair :) kenapa bahagia?

Iya, karna saya hidup sendiri, tanpa ada keluarga yang (juga) ikut campur urusan saya. Saya belajar untuk hidup, berjuang untuk hidup, dan berani untuk hidup. Itu adalah pilihan. Saya pun belajar bertanggung jawab untuk hidup saya sekarang ini.

Hidup sendiri, saat ini, begitu menyenangkan, bukan berarti tidak peduli dengan orang lain. Namun, di situlah belajar bagaimana untuk bisa peduli dengan diri sendiri dan bahkan orang lain. 

Hidup menumpang itu nggak enak, nggak nyaman, meskipun hidup menumpang tetap menjadi sebuah zona yang nyaman, karna apa-apa sudah ada, contohnya seperti bahan makanan, peralatan memasak, peralatan mandi, dan lain-lain. Semua sudah tersedia, dan tinggal mempergunakannya. Namun, kembali lagi, jujur saya katakan, hidup menumpang itu tidak nyaman :) percaya deh :)

Terus saya sekarang ngapain setelah aupair?

Saya kerja sosial sebagai perawat di rumah orang-orang berkebutuhan khusus di Jerman. Saya harus bangga, saya pun senang, karna dengan begitu hidup saya juga akan menjadi senang. Ini kerja mulia, karena bisa membantu orang-orang seperti mereka. Saya pun jadi paham dengan kehidupan mereka, meskipun belum 100 persen paham. Maka dari itulah saya belajar, dan dari merekalah saya jadi belajar dan memahami arti hidup.

Mereka, meskipun demikian, selalu berusaha untuk melakukan sesuatu sendiri. Bahkan mereka pun tidak pernah mengeluh dengan kekurangan mereka seperti itu. Saya malu pada diri saya. Tuhan menciptakan saya tubuh sempurna, kaki, tangan, mulut, telinga, mata, tak ada yang kurang satu pun, dan saya masih slalu mengeluh? Iya saya malu, sedangkan mereka yang 'bukan' seperti saya bisa hidup dengan nyaman dan senang. Itulah luar biasanya mereka.

Manusia itu, mengeluh ya wajar dong? Pasti akan ada pertanyaan macam itu.
Iya, wajar, wajar sekali. Tapi cobalah untuk tidak mengeluh dengan hidup, saya pun juga masih suka mengeluh, jadi masih harus juga memperbaiki diri.

Bekerja dengan mereka saat ini adalah hal yang menyenangkan bagi diri saya. Entah kenapa, ada rasa banyak sekali bersyukur. Alhamdulillah, mereka pun benar-benar memahami dengan kondisi saya yang menggunakan jilbab, jadi tidak ada halangan di pekerjaan saya. Saya senang.

Jika ditanya, setelah ini mau apa?
Itulah yang sedang saya cari saat ini. Masih belum bisa menentukan. Ingin kembali ke negeri lahir, tetapi masih belum jelas pun ingin melakukan apa di sana. Semoga ada hal yang baik yang bisa saya kembangkan di sana.

Banyak hal, selama satu tahun lebih di Jerman yang benar-benar dapat saya petik. MasyaAllah, inilah kuasaNya, Alhamdulillah, Tuhan memberi kesempatan kepada saya, untuk benar-benar membuka mata tentang dunia. Dia mengajariku secara tidak langsung bagaimana dunia, bagaimana agar bisa lebih dekat lagi denganNya. 

Negeri minoritas muslim, negeri yang banyak berfikir tentang rasional, yang selalu perlu bukti nyata. Paham kenapa saya sebut negeri yang selalu perlu bukti nyata? Karna mereka nggak akan percaya begitu saja dengan teori yang mereka baca di dalan buku, tapi mereka ingin bukti dari teori itu, sebagai bukti bahwa teori itu ada.


Mannheim, 7.10
Share:

30 August 2014

Iseng-iseng

GrĂ¼sse!

Ini tulisan saya tulis di kereta. Saya sedang melakukan perjalanan ceritanya, karna sudah sekian lama tidak mendapatkan hari libur. 11 bulan bok, menahan diri dari kegundah gulanaan biar bisa dapet libur. Tapi susahnya udah kaya pintu gua yang kejepit sama batu gedeeeeee banget hehe *ih lebay mah* cuma emang seriusan. Sebenernya aupair itu gampang sih, gampang banget, cuma karna mungkin hidupnya numpang sama keluarga asing, berasanya jadi beda aja. Jadi mesti kurang ngerasa nggak enakan gitu. Na ja, so so. Begitulah... Namanya juga hidup numpang hehehe

Jadi, begini. Saya cuma ingin cerita gitu yah, karna mumpung sayanya sedang berada di kereta. Daripada menganggur nggak jelas, melihat kanan kiri pun diem banget, hening, tak ada suasana apapun. Sebelah kiri saya sih jendela, sebelah kanan saya dong, penumpang yang lain, depan belakang juga dong pastinya. Nah, yang bikin saya keki, yang bikin saya bosan karna tetiba saya milih nulis aja karna aktivitas para penumpang di kereta dong. Saya bukan ingin membanding-bandingkan. Tapi emang gitu sih faktanya, realitanya dong yaa hehe

Jadi nih, sekitar 1 jaman gitu saya lirak lirik ke kanan, depan belakang, penumpang semuanya diam, nggak ada yang ngobrol keras-keras gitu. Nggak ada yang ngobrol balap-balapan, dan mereka melakukan aktivitas mereka sendiri, membaca, menyelesaikan urusan kantor, ngisi teka-teki dong :D kalo saya bandingin sama negeri saya di Indonesia mah emang jujur beda jauhnya sekali. Kalo beberapa kali saya liat mah ya, di kereta mereka justru lebih asik cuap-cuap bla bla, daripada baca-baca buku dan main teka-teki silang gitu. Dan yang paling sering adalah mereka melakukan aktivitas diam (read: tidur) :D

Memang, hobi rata-rata mereka adalah membaca buku. So, jangan heran kalo misal ketemu oma-oma atau opa-opa justru banyak yang melakukan travelling atau bahkan ikut travelling meskipun mereka sudah berumur. Meskipun demikian, otak mereka masih jalan, masih inget semuanya, makanya mereka sehat terus dan fit. Mereka justru lebih banyak tau tentang ilmu, daripada yang muda-muda. Malu sih sebenernya kalo tau oma-oma dan opa-opa di Eropa justru lebih rajin membaca. Eits jangan salah dong ya,  mereka masih mampu loh belanja kebutuhan mereka sendiri di supermarket gitu. Pokoknya cukup keren mah kalo bagi saya mereka ini. Mereka kaya nggak mau gitu yah, ngerepotin orang lain, pengecualian mungkin yah di panti jompo gitu. Tapi di panti jompo pun nggak semuanya bergantung sama orang lain kok. Jadi santai aja gitu..

Nah kalo saya liat di Indonesia emang udah beda lagi. Oma opa di Indonesia juga nggak kalah keren sih. Tapi mungkin dalam tenaga fisik bukan tenaga dalam, makanya terkadang mereka cepet loyo juga karna beberapa pun mereka harus berjualan di pasar-pasar untuk mengais rezeki mereka. Jujur nggak kalah keren. Tapi buat lingkup pengetahuan emang kalah saing sama oma opa yang ada di Eropa. Iyalah, diliat secara hobi pun kan uda beda banget. Makanya kan jelas beda, budaya aja juga beda, jadi memang gitu. Meskipun demikian, oma opa di Indo nggak kalah keren kok. Mereka pun luar biasa, karna beberapa pun juga masih mau berusaha menghidupi kehidupannya sendiri dengan berjualan di pasar-pasar tradisional gitu.

Intinya mah ya, ilmu itu bener-bener memang nggak diliat dari umur. Kapanpun bisa belajar, meskipun sudah berumur pun, oma opa di Eropa tetap loh belajar, bekerja, pun yang sudah pensiunan gitu, memanfaatkan waktu luang dengan bercocok tanam atau bahkan berkebun. Makanya deh, mereka sehat-sehat terus gitu. Jadi, tak perlu heran kalo ketemu di jalan sama oma opa dari negeri barat masih fit meskipun sudah berumur, karna begitulah rahasia mereka. Yuk (mungkin) budayakan membaca itu memang sangat penting, bahkan wajib. Sayang yah, anak-anak sekarang nggak nerapin budayakan membaca, tapi budayakan mendengar, menyimak :D terus akhirnya kudu nurut deh "iya, nggih, iya, nggih"

Jangan sampai gitu, karna ketrampilan harus seimbang tapi tetep perbanyaklah dengan membaca. Sudah jelas kan, buku itu jendela dunia, melalui buku kita bisa tahu tentang semuanya, ilmu pengetahuan, politik, sosial, budaya, dan lain-lain. Eits, jangan tanya saya, saya suka baca apa nggak. Saya sih sebenernya suka baca, sebenernya loh. Cuma saya bacanya via internet gitu bukan buku -____- buku mah mahal, tapi saya tetep diusahain pengen beli buku. Jadi saya sedang menyicil biar bisa suka baca buku. Yuk mariiii belajar buat budayakan membaca. Asiik kok hehe :D

Viele GrĂ¼ĂŸe,
Vida Hasan
Share:

21 August 2014

Setahun yang lalu...

Hallo Liebe Leute,

Ah yaaa... Ini saya sengaja nulis di tanggal keramat hahah.. Tanggal 20 agustus 2014. Bagi saya sih memang tanggal keramat. Ada kenangan sendiri di tanggal ini hehe.

Iya, tepat satu tahun yang lalu 20 Agustus 2013. Sudah satu tahun rupanya saya meninggalkan tanah air. Sudah satu tahun rupanya saya melakukan penelitian di negeri asing, sudah setahun pula rupanya saya menjadi aupair. Sekarang saya (mungkin) sudah lulus aupair kalau aupair itu ada ijasah/ sertifikatnya haha.. Tapi sayangnya, aupair itu (mungkin) nggak ada sertifikatnya. Eh doch, ada sertifikatnya, cuma sertifikat kursus bahasa, bagi aupair yang ikutan kursus bahasa/ sekolah bahasa/ ujian tingkat bahasa. Bagi yang nggak, ya mungkin sudah nasib atau bisa jadi sudah jadi pilihan hidupnya untuk tidak ke sekolah bahasan, atau tidak ikutan ujian level bahasa. Mudah saja begitu... Huehehhehe

Pertanyaan, bagaimana dengan saya? Setahun ini? Gimana rasanya jadi aupair? Dapet sertifikat nggak? Wah... Jangankan sertifikat, saya justru dapet piagam juga kok :v yah saya di sini sekedar cerita apa adanya dan bukan ada apanya. Memang begitu, apa adanya loh ya. Hehe saya dapet sertifikat. Seriusan!!! Saya dapet sertifikat hidup loh. Sertifikat hidup yang bener-bener buat dijadikan pengalaman pribadi bagi saya. Suka dukanya mah banyak, namanya juga hidup sendiri di negeri orang. Ada banyak orang Indonesia kok di negeri ini. Justru udah kaya sodara emang. Tapi saya apa-apanya mah sukanya ngrepotinnya sama satu orang. Maklum aja gitu, mbaknya tinggal satu kota sama saya. Nggak jauh-jauh amat pula. Padahal si amatnya jauh gitu. Kasian ya. Ini apadeh ceritanya -,-

Iya jadi ada satu orang wanita (karir) meskipun beliau itu masih mahasiswi, di Univ ternama di Frankfurt. Ceileee... Beliau itu gadis primadona loh :)) gadis primadona se Frankfurt. Hampir semua orang Frankfurt kenal sama beliau. Artis loh beliau itu :)) iya beliau itu motivator saya, bahkan udah jadi guru, kakak, sahabat, pokoknya semuanya mah selama saya ada di Frankfurt ini. Mau disebutin namanya? Ah jangan deh, nanti beliau ge er gitu hihihi mbak ramby kan emang gitu. Ups, yah keceplosan sebut namanya hehe... Danke ya mbak Ramby, udah sering ngomel-ngomelin sayanya, selama 11 bulan saya di Frankfurt ini. Ich liebe dich deh pokoknyaaaaa :*

Oh ya, sebulan pertama sampe sebenernya saya tinggal di Jerman bagian utara. Terus saya pindah gitu ke Frankfurt. Eits, tapi jangan salah. Sebulan pertama juga ada beberapa orang yang bantuin saya dan ada yang slalu jadi motivator saya. Wah dankeee bangeeet kakak ini, emang baik hati sekali. Bahkan hari ini pun tepat tanggal 20 agustus, tepat satu tahunnya saya meninggalkan tanah air, beliau ulang tahun. Zum Geburstag ya kakak... Alles guteee... :*

Saya tidak bisa banyak bercakap tentang suka duka di negeri orang ini. Tapi ada 2 sohib saya, yang juga bantuin saya dari sebelum berangkat bahkan sampai saya tinggal di sini. Milkha, Rangga... Dankeee buat slalu dengerin curhatan saya hahaha... Coba kita bertiga bisa jumpa bareng gitu di sini smuanya :( impian itu malah nggak kecapai. Malah si Milkhii pulang lagi! Alhasil nih kayaknya bakal jumpanya cuma sama Rangga deh ntar. :(

Nah yang jelas, cerita suka duka aupair kan emang banyak nih. Namanya juga numpang di keluarga asing. Sudah beda budaya, bahasa, agama, bahkan aturan pun beda. Mau nggak mau memang harus dilakonim terlebih dahulu. Orang sukses bukannya akan diawali dari sebuah perjalanan yang (mungkin) terasa berat. Iya kan? Mau tau cerita aupair sesungguhnya. Haruskah ditulis di buku? Eeaaa... Yah sapa tau ada yang sudah mencoba menulis tentang aupair itu. Suka duka aupair dari setiap masing-masing aupair. Beda keluarga beda didikan dan beda peraturan. ;)

Huaaa harusnya nih, kalau saya (mungkin) juga nggak diperpanjang, hari ini saya pulang ke tanah air loh. Tapi alhasil, sayanya perpanjang lagi sampai tahun depan insyaAllah. Tempat baru, teman baru, dan suasana baru. Semoga berkah. Aamiin. Yang penting yang di rumah sehat-sehat terus. Pak, Ma, Gink, Za. Sehat sehat sehat! Aamiin ;) jauh dari kalian, satu tahun nggak pulang itu rasanya masih belum percaya. Nggak nyangka aja. Ternyata bisa melewati setahun juga. Hehe

GrĂ¼ĂŸe aus Frankfurt, 20.08.2014

Vida Hasan


Share:

14 August 2014

Lalu?

Saya beri judul ini lalu. Karna jujur saya pun bingung ingin menceritakan hal semacam apa. Lalu, pada akhirnya saya hanya ingin bercerita mengalir apa adanya sesuai yang ada di pikiran saya saat ini. Lalu bagaimana ini terjadi? Iya, mengalir dengan lincahnya. Jari jemari ini berusaha mengisahkan beribu deretan huruf. Iya, begitulah mungkin selayaknya hidup. Mengalir, mengalir dan terus mengalir hingga pada akhirnya pun kita diharuskan kembali kepada rumah singgah terakhir.

Hidup. Diawali dari kita lahir, seorang ibu yang berusaha dan rela mengorbankan jiwa raga hanya untuk seorang anak bahkan 2 orang anak (kembar), supaya kelak anak-anak ini bisa menjadi penerusnya untuk bisa membangun karakter diri dan sukses. Iya itulah ibu. Saya amat sayang sama ibu, ayah juga.
Tulisan ini, lagi-lagi hanya mengalir apa adanya, karna memang saya tidak tahu apa yang saya bahas. Saya tidak tahu apa yang saya kisahkah. Hanya saja, mengalir lalu.

Sekarang ini saya hidup berada jauh dari kedua orang tua saya, saudara saya, dan kerabat saya. Jika saya bbm, whats up, fban, atau bermedsos yang lain, slalu akan ada pertanyaa, kapan pulang? Kok nggak pulang? Nggak kangen rumah? Bapak ibu? Itu pertanyaan yang sering saya dapatkan sejak saya di sini. Dan yang paling sering saya dengar adalah, kalo pulang jangan lupa oleh-olehnya ya? Iya itu sering saya denger. Hehe

Mungkin lebih baik di skip dulu aja yang masalah oleh-oleh. Nanti ada sesinya sendiri saya bahasa tentang masalah oleh-oleh hehe.. Also, saya sih kalo ditanya berbagai maca begitu sebenernya sedih juga. Kangen rumah, iya lah pasti. Siapa sih yang nggak bakal kangen rumah. Udah setahun nggak pulang-pulang, anak cewek sendiri pula. Di negeri orang pulan. Nah itu, justru saya sih cuma minta doanya aja. Biar dikasih sehat terus, biar misi saya di sini bisa terlaksana dengan baik. Pun di rumah, juga dikasih sehat terus, biar saya pulang tetep dengan keadaan utuh, tak kurang sedikit pun. Saya juga. Jadinya, sama-sama seneng. Bukan masalah betapa berharga oleh-oleh yang dibawa, tapi betapa berharga yang membawa oleh-oleh itu ada saya sendiri. Bukankah itu lebih baik? :)

Kata teman-teman saya, mbok kenapa nggak cari jodoh di Jerman sekalian. Bule gitu kan ganteng-ganteng. Memperbaiki keturunan. Nah looo... Orang sih punya misi masing-masing ketika mereka mau belajar di negeri asing. Yang mau cari bener-bener ilmu ya ada, cari jodoh juga ada, semuanya kembali lagi ke niat semula. Itu saja. Kalau saya mah, jujur suka yang lokalan saja, bukan berarti tak suka yang nggak lokal. Entah tiba-tiba pernyataan ini muncul di pikiran saya beberapa hari ini. Yang nggak lokal aja suka dan cinta sama yang lokal, masa yang lokal nggak? Nah lho.. Beda juga sih. Mungkin karna pola berpikir bisa jadi. Ngobrolnya asik, santun, nggak ribet, fleksibel lah istilahnya. Hehe *kok saya jadi ngomongin jodoh sih?*

Also, pengalaman yang membuat saya pilu dan kagum di sini adalah perjuangan mahasiswa-mahasiswa Indonesia di sini. Seriusan keren sih. Meskipun juga nggak semuanya. Kan masing-masing, gimana cara mereka harus bisa bertahan hidup di negeri orang ini. Heheh..

Nah ngawur lagi. Saya sih sebenernya mau cerita tentang jodoh gitu. Tapi kenapa larinya nggak karuan begini? Oh mungkin di topik yang selanjutnya iya bakal ditulis judul Jodoh. Nah kan... Tetiba nemu apa yang harus ditulis hehe.. Danke..


GrĂ¼ĂŸe aus Frankfurt, 13.08.14
Vida Hasan.

Share:

11 August 2014

LANGKAHMU LANGKAHKU LANGKAHNYA

Ini memang sekedar menceritakan beberapa anak manusia yang sedang hidup di luar daerahnya. Sendiri, menepi, dan mandiri. Oh, bukan bukan. Tapi melainkan kemandiriannya itu adalah keharusan karna tak ada keluarga kandung atau bahkan keluarga dari orang tua yang satu wilayah dengannya. Ini bukan hanya mengisahkan tentang pengalaman saya. Tapi juga beberapa teman saya yang lain, yang hidup di negeri eropa, negeri yang dulu pusatnya perang dunia kedua, negeri yang terkenal akan sejarah perangnya. Mungkin. Karna banyak di sini yang tak mau mengingat-ingat kejadian pahit di masa lampau. Mereka lebih memilih berfikir maju daripada harus berfikir mundur yang tak akan pernah selesai untuk diselesaikan.

Teman saya sudah ada yang hidup di Jerman ini, itulah tepat nama negara di Eropa yang sedang kami singgahi ini. Iya, teman saya ada yang sudah beberapa tahun hidup di Jerman, bahkan ada yang bertahun-tahun hidup di Jerman. Jika ditanya, kenapa kok nggak pulang Indonesia saja mas, mbak? Lalu, rata-rata pasti akan menjawab, buat apa pulang? Kalo di Jerman lebih baik kenapa harus pulang. Indo? Nah loh, ini jawaban yang menurut saya agak melecehkan juga sih :D

Duh gimana ya saya memulai ceritanya. Saya juga bingung sendiri, karna ini hanya goresan semata wayang saya tentang hidup. Sekali lagi, tiap langkah manusia itu sudah berbeda-beda tentunya tergantung memang tujuan mereka arahnya ingin kemana. Ketika mereka ingin sekali berkuliah di luar negeri, di negeri yang kehidupannya lebih makmur dari negerinya sendiri, entah tujuannya hanya karna gengsi, atau memang benar-benar memiliki tujuan yang lain.

Beberapa ada yang ingin pulang ke kampung halaman, karna berfikir bahwa, mereka belajar di negeri barat untuk memperdalam ilmu, memahai ilmu dan membagikan ilmu itu setelah mereka selesai belajar. Ada juga beberapa yang tidak ingin pulang dikarenakan kehidupan di negeri barat lebih nyaman, tentram dan sentaosa :D iya memang tidak bisa dipungkiri juga. Memang begitulah adanya. Saya juga merasakan demikian. Tetapi kembali lagi ke tujuan awal masing-masing umat manusia. Bahkan pula ada yang tujuannya biar bisa dapet jodoh bule-bule rambut pirang :D iya gitu juga ada kok hihi

Tidak ada yang salah di sini. Tidak ada pula yang melarang, karna setiap anak manusia punya pilihan dan tanggung jawab masing-masing dengan pilihan hidupnya itu. Kalau saya ini, mesti slalu dibilang "sekalian cari jodoh di sana", "mbok nanti pulang-pulang bawa bule", "mbok nitip bule satu dibawa pulang" nah lo kate ini bule-bule kenang-kenangan atau gimana sih. Haha duh jadi mlenceng ngobrolnya ngalur ngidul. Topiknya apa, nulisnya apa -,-

Iya, kembali lagi jadinya dengan segala hal yang sudah dimiliki, dipelajari, dan dibagikan ilmu itu kepada orang lain justru lebih bermanfaat. Kalau bagi saya. Menurut saya, itu hal menyenangkan dengan berbagai pengalaman yang sudah didapat ini. Dan itu luar biasa. Setiap langkah kita ada doa buat kita sendiri. Insyaallah.

Also, buat diri kita ini bisa bermanfaat buat orang lain. Karna itu akan menjadi diri kita lebih berharga dari apapun, ketika diri kita ini bisa bermanfaat buat orang lain. ;)

Liebe GrĂ¼ĂŸe aus Frankfurt, 11.08.2014
Vida Hasan
Share:

6 August 2014

Welcome 24 years old!

Alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah... Terima kasih ya Allah uda dapet umur baru 24 tahun. What? Saya sudah umur 24 tahun? Perasaan saya baru kemarin main bareng sama teman-teman SD, SMP, SMA dan teman kampus saya. Kenapa tiba-tiba udah umur 24 aja. Heheh rasanya cepet, rasanya masih nggak percaya. Soalnya memang bener-bener merasa kaya baru anak kemarin udah segini aja haha.

Malah bahkan teman-teman saya sudah pada menikah, sudah pada punya anak. Lha saya? Sama siapapun juga masih abstrak belom tau :D jodohnya masih disembunyiin sama Allah, insyaAllah kalo dikasih umur panjang pasti bakal dipertemukan dengan jodoh saya. Jadi bagi yang tanya sama saya kapan sebar undangan, harap bersabar. Sudah direncanakan, tetapi masih belum dipertemukan dengan lelaki sholeh yang bisa mengimami saya dengan baik. #eeaa :))

Eh rupa-rupanya di umur 23 saya pun sudah berani berpetualang melanglang buana sendiri hingga negeri yang jauh dari desa lahir saya. Gini-gini saya bangga sekali jadi anak desa, saya bukan anak kota yang punya gaya modern, yang fashionable, meskipun begitu saya masih punya mimpi untuk bisa mengembangkan diri, untuk bisa membentuk karakter dalam diri saya. Tahun lalu adalah tahun dimana saya sedang galau-galaunya antara pilihan ini, antara pilihan benar-benar pergi meninggalkan rumah dan orang-orang tercinta, atau tetap bertahan di sana dan tetap tinggal bersama mereka. Kedua pilihan antara pergi dan tinggal adalah pilihan cukup sulit. Karna saya tidak akan tahu akan ada kejadian apa ke depannya ketika saya pilih dari masing-masing pilihan ini.

Iya. Dan bertekadlah saya, memantapkan hati bahwa saya harus berani berkembang, bahwa saya harus berani meninggalkan rumah dan orang-orang tercinta saya. Berat. Buat saya dan buat keluarga besar saya. Bisa-bisanya seorang wanita pergi jauh dari rumah dan meninggalkan keluarga tercinta. Lalu, adalah salahnya? Ketika seorang wanita berusaha untuk menggapai ilmu yang lebih tinggi, mencari pengalaman yang lebih baik untuk ke depannya? Tidak ada yang salah kah? Tak ada yang salah dengan wanita. Yang salah adalah pandangan di setiap sudut mata orang-orang. :)

Keberanian ini saya tangguhkan. Seriously, that's so cool! Incredible! I'm really not believable. Finally, I'm fly, I'm fly to my dream :) yeah. Itulah, di ulang tahun ke 23 tahun (lalu), adalah kado yang paling spesial buat saya karna saya akhirnya bisa mengawali mimpi ini. Mimpi menuju negeri Jerman. Hallo Jerman. Negeri yang dari sekolah menengah atas ingin dikunjungi, karna diiming-imingi oleh guru bahasa Jerman saya. Tetap jadi motivasi saya, karna saya akhirnya pun masuk jurusan (pendidikan) bahasa Jerman. Saya kira, daripada saya harus berdiam diri seperti orang bodoh, di rumah, lebih baik saya putuskan untuk pergi mencari ilmu, mengembangkan ilmu. Ilmu itu banyak juga, ilmu kehidupan. Iya tentang ilmu kehidupan.

Setahun sebagai aupair rasanya... Nyes, belajar banyak banget tentang ilmu kehidupan. Ya Allah Gusti, alhamdulillah udah dibukakan mata saya untuk benar-benar melihat "dunia". Semoga nantinya pengalaman saya setahun ini bisa dijadiin bahan cerita buat anak cucu saya nanti :)) Arvida Rizzqie Hanita, umur 23 tahun, sarjana pendidikan bahasa jerman mengawali mimpi menjadi seorang aupair. Nggak ada salahnya kan buat dimulai dari nol dulu? Karna begitulah hidup, biar penuh dengan rasa, bahkan berjuta rasa nano nano :D

Nggak minta-minta uang sama bapak ibu di rumah rasanya bagai kembang api. Serasa aman dan bangga. Hehe bukannya sombong. Tapi memang begitulah adanya, rasanya seperti tidak menjadi beban buat mereka. Mereka kan sudah membiayai sekolah saya dari Taman kanak-kanak bahkan sampai lulus kuliah. Rasanya uangnya kebuang sia-sia kalo sayanya pun juga berdiam diri di rumah. Dan sekarang memang saatnya untuk berdikari, membangun diri demi mereka yang sudah merawat dan membiayai saya dari saya mulai belajar tentang pendidikan di lingkungan sekolah.

Tapi nanti, setelah saya punya suami, sepertinya memang lebih baik untuk menetap di rumah. Bukan berarti pengalaman ini nggak berharga atau nggak laku. Hidup itu kan balik lagi dengan pilihan. Sebagai seorang wanita ingin bekerja atau ingin di rumah saja. Di rumah seorang wanita juga bekerja, karna mereka bekerja mengurus rumah tangga (anak dan suami) mereka. Jadi jangan beranggapan bahwa "uda jauh-jauh datang dari luar negeri, kok ujungnya jadi ibu rumah tangga", na und? Balik lagi, karna masalah pilihan. Bahkan itu sudah menjadi nilai plus juga untuk bekerja sebagai ibu rumah tangga. :)

Eh, saya sih maunya juga ke Jerman lagi kalo suami saya besok dapet beasiswa S2 atau S3 gitu :p bisa bisa bisa deh ini. Hahaha (ntar deh pertemuannya, kalo udah dikasih lampu hijau sama Gusti) hehehh :p umur 25 nikah juga boleh kok wahahhahha taun depan :)) aamiin...

Di umur 24 tahun ini, semoga bisa mendapat pengalaman lebih berharga lagi. Lebih menakjubkan lagi. Paringana sehat kuwarasan ya Allah. Bapak lan Ibu, lan adek sehat-sehat juga nggih :*


Liebe GrĂ¼ĂŸe aus Frankfurt,
Vida Hasan
Share:

23 July 2014

Hannover

G'Hannover adalah salah satu kota di bagian Niedersachsen, Germany. Ini ibu kotanya si Niedersachsen ini. Termasuk kota besar juga. Niedersachsen itu nama regional di Jerman, mungkin kalo di Indonesia seperti provinsi. Kalo di Jerman sendiri dibagi menjadi 16 wilayah bagian. Nah ya itu salah satunya si Niedersachsen ini. Hehe

Ini kota pertama yang saya singgahi. Meskipun hanya cuman Airportnya saja, tapi tetep aja judulnya Hannover. Jadi, kota pertama yang ketika pertama kali saya sampai di Jerman, di Hannover Flughafen. Setelahnya adalah Nienburg. Kota kecil yang juga berada di wilayah Niedersachsen. Untuk Nienburg saya cerita nanti setelah Hannover.

Also, jadi nih 2 kali saya mengunjungi kota ini. Kunjungan pertama karna jadi nekaters. Nggak ngerti apa-apa, sepertinya baru 2 minggu saya sampai di Jerman, terus tiba-tiba jadi nekaters aja buat jalan-jalan sendiri di Hannover. Sendirian, nggak tau arah, bingung pula. Takut ilang, takut ada yang menculik saya :p

Kunjungan pertama pun saat itu karna ada acara Prima yang diadakan oleh masyarakat muslim indonesia yang berada di Jerman. Kalau di Hannover sendiri namanya KMH (Keluarga Muslim Hannover). Iya gitu, dengan percaya dirinya, saya memberanikan diri berkeliling-keliling kota Hannover. Buta arah? Jelas saja, kan baru 2 minggu sampe di Jerman :)) belum tau gimana caranya naik U Bahn, S Bahn, itu pun kaya gimana bentuknya juga nggak tau. Meskipun udah belajar KK waktu kuliah tetep aja beda. Hehe orang beli tiket aja masih bingung gimana cara mencet-mencet tombolnya heheh

Ya karna saat itu sendirian, jadinya bener-bener banyak nanya sama orang. Bahkan sampai stasiun pun wajib tanya ke bagian informasi gitu. Sempet nyasar karna nggak tau tremnyan ada dimana. Bahkan kebablasan sampe jalan raya dan mau nekat jalan kaki sampe ke sporthalle. Hehe

Sekilas nih tentang sejarah Hannover (dikutip dari wikipedia) dulu kota ini pernah menjadi tempat kedudukan raja Hanoover Britania Raya, dalam jabatannya yang sebagai adipati Braunschweig-LĂ¼neburg (nggak asing namanya buat saya) yang akhirnya beliau mendapat gelar Elektor Hannover pada akhir masa bersejarah yang dikenal sebagai Eropa Modern Awal. 

Hannover juga sering menjadi tuan rumah untuk pameran expo 2000 terbesar di dunia. Saya dengar dari teman saya, kak Mei. Tiap tahun pasti pameran Expo 2000 slalu digelar di Hannover. Maklum saja, Hannover termasuk salah satu kota yang tekhnologinya sudah cukup maju. Saya belum paham betul juga sih tentang Hannover, taunya kota gede udah gitu aja. Ibu kotanya wilayah Niedersachsen. Mungkin kalau ada yang penasaran sama kota Hannover mah, tinggal buka websitenya aja gitu, atau ngegoogling juga bisa. Gampang mah semuanya. Tinggal check in gitu via internet hihi

Nah ja, saya 2 kali ke Hannover. Pas jalan-jalan sendiri, terus yang keduanya dianter sama kak Mei buat ngelilingin Hannover. Waktu itu saya mau pindah dari Nienburg. Kenapa pindah? Panjang mah cerita. Nanti saya ceritain. Perjalanan aupair saya tidak akan pernah ada habisnya. Dan itu bikin saya lebih bisa mandiri terutama. Karna apa-apa harus mengurusi urusan sendiri. Minimal juga tanya, dan minta saran dari kakak seperguruan yang uda lama tinggal di Jerman. Dan itu luar biasa sekali. Tunggu ya cerita selanjutnya ;)

GrĂ¼ĂŸe aus Frankfurt,
Vida Hasan.
Share:

15 July 2014

Antara Pemalang dan Yogyakarta :)

Dulu, pas SMA masih terutama pas jaman-jaman mau ujian nasional, jujur saya masih belum tahu mau kuliah dimana. Masih belum ada bayangan. Bahkan dulu dengan kekeuhnya pengen di Jakarta, Bandung, dan cuma Semarang (biar deket sama rumah jadi biar keseringan pulang) hehe. Kalo buat menetapkan pilihan jurusan sih emang udah ada. Maklum saja, karna saya dulu jebolan kelas bahasa juga, alhasil ya mau ngambil jurusan yang masih berkaitan dengan bahasa-bahasa. Bahkan, karna saking kepinginnya dulu masuk media, mau banget ambil jurusan komunikasi. Jelas saja biar bisa masuk dibagian media publik gitu, kaya program TV, jurnalistik, fotografer, perfilman dan lain-lain. Pokoknya yang menyangkut ke sana.

Dengan rasa bangga, saya dulu ingin mengambil jurusan komunikasi. Iya komunikasi Di Universitas ternama di Semarang. Saya langsung saja berkonsultasi dengan guru bimbingan konselling saya di sekolah. Beliau menunjukkan rating jurusan komunikasi di Univ tersebut. Tinggi. Iya mungkin bisa diibaratkan seperti hotel bintang 5. Saya was-was, saya takut akhirnya saya mundur dengan jurusan ini dan beralih dengan jurusan bahasa Inggris, bahasa Jerman dan psikologi. Iya saya mempunyai 3 pilihan jurusan, padahal jika saya ikut SNMPTN dan ingin mengambil 3 jurusan tersebut, saya harus mengikuti tes IPC (ilmu pengetahuan campuran) atau saya harus ikut tes ipa dan ips juga. Padahal saya tidak mempunyai basic kedua-duanya. Mungkin kalau ips masih bisa ditampung, nah kalo ipa saya angkat tangan, karna sama sekali di jurusan bahasa tidak belajar ipa, terkecuali matematika. Itu pun masih belum apa-apa dibandingkan di ipa dan ips, kami anak bahasa sudah kalang kabut hihi :)

Also, kembali lagi ke pilihan hidup tadi #eh. Iya, saya mundur, saya pesimis, karna ribuan orang mendaftar dan meminati jurusan ini. Intinya saya takut sebelum berperang, karna saya justru lebih memilih zona aman. Alhasil, saya pun mengikuti tes ujian masuk di salah satu universitas negeri di semarang, dan memilih jurusan bahasa inggris dan psikologi. Iya, karna di universitas ini tidak ada pilihan jurusan bahasa Jerman. Makanya, saya ambil kedua jurusan tersebut. Lambat laun, ketika mengerjakan soal entah kenapa sudah mendapatkan feeling bahwa rejeki saya bukan di sini. Ada, di tempat lain. Saya hanya lillahita'ala dengan hasilnya. Apapun hasilnya insyaallah bakal diterima dengan senang hati :) dan benar saja, ketika pengumuman hasil pun saya tidak lolos seleksi masuk di universitas tersebut. Kecewa? Hmm sedikit kecewa memang. Karna beberapa teman saya satu kelas, diterima di Univ tersebut. Kenapa saya tidak? Iri? Pastinya, sedikit iri. Ini jujur. Cuma, saya yakin Allah punya rencana yang baik buat saya. Jadi, kecewa saya cukup hari ini saja, besok dan seterusnya tidak boleh kecewa :) that's it!

Saat itu, setelah ini, guru BK saya menawarkan saya di Universitas negeri di daerah lain. Kebetulan, saat itu di Jogja membuka tes ujian masuk. Saya ditawari, dan di Univ tersebut ada jurusan Bahasa Jerman, iya dengan title S.Pd (sarjana Pendidikan). Jujur, saya sebenernya enggan dengan yang berbau pendidikan, karna kata orang pasti ujungny jadi guru. Saya mau jurusan bahasa Jerman, tapi yang murni. Berhubung ada di Bandung dan Jakarta, dan dulu masih belum kepikiran ke sana, yasudah saya mendaftar di jogja.

Iya, jurusan terakhir yang saya minati Bahasa Jerman pun tertulislah di lembar formulir pendaftaran. Bismillah, semoga jadi rejeki saya di sini. Sama, seperti di Semarang, dari awal saya mendaftar di Jogja seperti merasa lekat dengan kota ini. Padahal, saya belum pernah sama sekali menginjakkan kaki di kota kraton ini. Piknik pun belum pernah sama sekali. Saya hanya selalu bepergian sekitar Jakarta-Bandung-Bogor dan Semarang. Wilayah ini, belum pernah sama sekali saya kunjungi dan saya masih sangat buta dengan yang namanya kota Yogyakarta. Tak ada bayangan sama sekali menginginkan di kota ini. Padahal teman-teman saya bilang, ini kota cantik, kota penuh sejarah jawa. Benar saja, ketika pertama kali, benar-benar pertama kali menginjakkan kaki di Jogja, saya mencium aroma kenyamanan di sini. Iya. Dan saya ingin belajar di kota yang (mungkin dulu) sebutan kota pelajar.

Dengan sepenuh hati saya mengerjakan soal, dan entah kenapa ketika mengerjakan soal seperti langsung lancar mengerjakan dan merasa yakin saya akan belajar di sini. Tapi, tetap saja lillahita'ala apapun keputusannya, Gusti Allah sudah merencanakan hal yang baik buat saya. Terang saja, pas pengumuman saya diterima. Awalnya saya santai, karna saya sengaja ingin mengecek nanti-nanti saja di warnet. Saya justru berkunjung ke rumah simbah. Tiba-tiba teman seperjuangan saya, yang juga mendaftar di Jogja bertanya, gimana dengan hasil pengumumannya? Saya dengan santai menjawab, saya tidak tahu, saya belum cek data. Saya balik bertanya dengan hasil tes teman saya, dan dia bilang, dia tidak lolos seleksi. Saya deg degan, saya takut. Entah kenapa perasaan ini tetiba datang sendiri. Berbeda dengan pengumuman tes seleksi yang ada di Semarang, santai, tidak setakut dan segemetar ini. 

Teman saya pun menawarkan untuk mengecek data saya. Sebenrnya saya tidak mau, karna saya ingin melihat hasilnya sendiri. Tapi apalah daya, karna sebegitu penasarannya saya akhirnya memberi nomer pendaftaran saya ke teman saya. Dan benar saja, teman saya bilang saya lolos seleksi. Saya tidak percaya, tapi dia sungguh-sungguh mengatakannya. Sekali lagi impossible. Bahkan saya sampai bilang, mungkin dia salah tulis atau salah apa gitu, dan dia bilang lagi, bener karna di sana ada nama saya. Sujud syukur alhamdulillah. Lagi dan lagi saya lolos dengan hal yang begitu mendesam seperti ini. Teringat ketika dulu masuk SMA N 2 Pemalang, dengan nilai rata-rata 7 koma sekian, minim di bawah, dan udah ketar-ketir karna nilai saya termasuk salah satu nilai kritis. Dan alhamdulillah diterima di sekolah ini :)

Iya, alhamdulillah. Petualangan saya pun dimulai di kota yang kental akan adat kejawennya. Di kota yang berhati nyaman, dengan lingkungan yang ramah. Iya, Arvida Rizzqie Hanita, jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, memulai mimpinya dari sini, dari kota ini. Gusti Allah punya rencana buat saya. :)

Frankfurt, 15. Juli 2014


Share:

13 July 2014

8. Ramadhan

Hari ini ada sommer fest di kindergarten. Penasaran karna belum pernah sama sekali ke acara seperti ini. Maklum saja, di Indonesia kan cuma ada perpisahan dan itu cuma duduk terus nonton sambutan-sambutan sama pentas juga. Kalo di sini, sommer fest semacam acara perpisahan juga di kindergarten cuman lebih outdoor dan penonton nggak cuma duduk tapi juga bantu-bantu di belakang. Itu yang saya lihat di sini.

Theater yang dibawakan anak-anak TK ini lucu. Umur mereka berkisar 3-6 tahun. Saya senang karna entah kenapa dari dulu emang suka melihat anak-anak, meskipun kadang juga mereka ngeselin hehe.. Namanya juga manusia, senang pun ada susahnya juga.

Si artem pentas di sommer fest, dia cerita kalo dia jadi harimau di teaternya. Jujur, pas saya nonton agak kurang paham isi ceritanya. Saya tertawa karna orang-orang tertawa dan melihat tingkah anak-anak lucu ini. Meskipun sudah hampir setahun di Jerman, tapi bahasa Jerman saya merasa masih sangat kurang. Terutama di pendengaran, dan itu schlecht banget buat saya ini. Saya ingin terus belajar dan belajar supaya bahasa jerman saya tidak hilang begitu saja dengan cuma-cuma.

Kalo garis besar isi cerita dari teater ini tentang kehidupan di hutan. Tentang anak hutan bersama dengan teman-teman binatangnya, dschungel. Toll dan super kalo saya bilang anak-anak ini. Nggak sia-sia para Gärtnerin di sini melatih mereka. Ini hal yang luar biasa buat saya, karna saya bisa menyaksikan langsung adegan semacam ini hihi...

Namun, di satu sisi hari ini saya ada pemilu presiden di konsulat. Beruntungnya, tempat sommer fest dan konsulat tidak terlalu jauh, alhasil saya ijin mamak asuh saya untuk pergi ke sana sebentar. Dan sampai sana ramai orang dan saya harus mengantri. Ketemu mbak Rambat, teh pio sama yeni. Ngobrol-ngobrol sambil nunggu giliran. Saya belum dapet nomer antrian karna saat itu data saya harus dicek terlebih dahulu dari pihak kjri.

Setelah data saya dicek, ternyata dari pihak kjri bilang kalo surat suara saya sudah dikirim ke alamat yang ada di data lapor diri saya. Saya bilang saya belum dapet, tapi dari panitia bilang, satu orang hanga dapet satu surat suara, jadi saya nggak bisa dapet lagi deh surat suaranya. Disuruh tunggu dan tanya sama orang rumah. Tapi pas balik dan tanya sama si mamih, dia bilang nggak ada surat buat saya. Alhasil saya tunggu tunggu dan tunggu, tetep belum dapet juga, GOLPUT!!! :( padahal saya ingin nyoblos, sudah ada pilihan. :(

Tapi yasudah tak apa. Mudah-mudahan berkah, karna saya golput juga nggak disengaja juga. :)

Frankfurt, 5 Juli 2014
Share:

Rindu

Seminggu sekali minimal, saya telfonan sama orang rumah. Berkeluh kesah menceritakan hal-hal yang baru yang saya dapat di sini tiap minggunya. Mungkin semacam laporan begitu kali ya.. Rasanya rindu sekali, ingin nangis ketika harus bertatap muka langsung dengan ayah dan ibu di rumah yang hanya melalui layar handphone. Iya, cuma bisa bertatap muka lewat layar handphone tanpa bersentuhan secara langsung. Rasanya, pengen sekali meluk mereka. Rindu berat. Hampir setahun lamanya saya tak berjumpa langsung dengan mereka. Sanak saudara dan tetangga, serta kerabat karib pun belum. Iya cuma satu kata. Rindu...

Mau bagaimana lagi? Keadaan lah yang menghendakinya. Saya ingin pulang, namun rasanya, untuk apa pulang? Kalo saya sendiri pun selama setahun di sini belum mendapatkan apa-apa. Teman pun belum sebanyak yang saya bayangkan. Saya hanya ingin bisa makaryo. Pulang bawan berkah buat bapak ibu di rumah, pulang bawa pengalaman yang menarik untuk dijadikan patokan biar bisa kerja di tempat yang layak. Iya, cuma itu saja.

Hal yang membuat saya selalu ingin meneteskan air mata, ketika berkomunikasi sama bapak ibu adalah ketika bapak slalu bilang, kangen saya. Iya ketika beliau berkata seperti itu. Mungkin yang bapak sama ibu rasakan, sama seperti yang saya rasakan. Ini saya kangen sekali, sudah sampai ubun-ubun. Cuma tetep satu kata RINDU. 

Rasanya emang cepet setahun itu. Tapi menunggunya begitu lama, rasa-rasanya ingin segera beralih sampai tahun depan. Rasa-rasanya ingin sekali menginjakkan kembali kaki ini di tanah kelahiran. Satu tahun ini begitu banyak hal yang di dapat, tetapi belum begitu sempurna untuk dicapai. 

Allah, sehatkan bapak ibu di rumah. Sehatkan keluarga saya dan sanak saudara saya, serta sehatkan diri saya supaya saya bisa berjumpa kembali secara langsung dengan mereka di tahun depan. Aamiin Allahumma aamiin. Doa itu yang selalu saya ucap. :)
Share:

8 July 2014

7. Ramadhan

Ngeeekkk saya kesiangaaaan... Nggak sauuuurrr.. Ya Allah. Rasanyaaaa nyeseeekk.. Nggak tau yah. Cuma minimal itu mau minum aja deh huhu nyesek rasanya :(

Malah doa saya hari ini, saya batal puasa karna dapet menstruasi. Biar bisa minum :p udah sampe tengah hari rasanya panaaaas.. Karna emang ini hari panas banget. Ya meski emang masih kuat sebenernya.

Hari ini saya juga diajakin renang sama tantenya bocah. Awalnya gimana gitu, karna saya nggak punya baju renang. Eh ladalah untung ada manset item panjang sama celana legging item juga. Bahannya udah kaya baju renang jadi bawa aja deh. Buat nutupin kepala, tinggal pake daleman ninja udah deh beres hoho... Mangkaaatt njuk renang hohooo
 
Baru kali ini ikutan nyemplung hehe.. Biasanya nggak pernah ikut nyemplung cuma nungguin doang. Tapi bisa ikutan nyemplung kali ini. Lama nggak renang. Jadi kangen sama Nani, dulu kan sering renang bareng sama Nani :( Naniiiii kangeeeennn huhuu

Oke, sekitar 3 jaman di dalem kolam renang pas ganti ealah dalah alhamdulillah saya dapet. Wahahaha malahan. Akhirnya ngebatalin puasa deh. Minum. :p rasanya plong nyes gitu pokoknya haha...

Kesempatan deh, makan makan makan dan makan. Yang penting minuuuumm... Itu yang paling penting daripada makan :|

Energi ada lagi. Jadi semangat lagi. Jadi nggak loyo.. Yohaaaa hehehh

GrĂ¼ĂŸe,
Vida
Share:

6. Ramadhan

Sauuurr... Sauuurr... Pas ngeronda gini saur. Takutnya gangguin nih bocah bangun soalnya. Maklum, saya tidur di kamar lantai satu bareng sama mereka. Si mamih mah enak, nyaman tidurnya karna tidur tanpa gangguan siapapun. :| nah saya, harus pelan-pelan biar bocah nggak pada bangun dari tidurnya. Kalo mereka jam saur bangun saya yang repot. Bangun pagi dikit aja saya udah repot.

Iya masih sama saur sisa buka semalem. Orak arik gitu sama kurma alhamdulillah. Nikmat rasanya. Tambah lagi vitamin, jadi semoga puasa hari ini berkah dan emang kuat karna udah minum vitamin hoho.. Iya, saya saur di kamar si mamih. Maklum karna takut ganggu bocah pada tidur makanya sibuk sendiri di kamar si mamih. Semua barang sisa saya taruh di kamar mamih.

Jam 5:30 tengtong. Rupanya si delano udah bangun aja gitu. Masih pagi banget cuy, saya aja itu juga tidur lagi. Belum shubuhan astaghfirulloh -,- tapi untungnya dia tahu, kalo itu emang masih pagi banget dan akhirnya dia ngebiarin sayanya melanjutkan tidur. Hehe anak satu ini emang pengertian kadang. Itu kan belum jadwalnya saya kerja. Jadwal saya kerja seringnya jam setengah7 tet. Pokoknya mah. Dan bener aja jam 06:00 bocah-bocah udah pada bangun. Tiwas. Ini masih pagi. Yaampuuunn... Sabodo teing mah, saya lanjut tidur barang 15 menit. Ngantuuuukk...

Dan iya aja, saya bangun, nyiapin sarapan mereka teruuuss sekitar jam 7:20 si mamih dateng. Masuk kamar, langsung ngomong ke saya, kalo saya nggak boleh tidur di kamarnha -,- iya saya salah. Udah makan di situ pulak belum diberesin pulak. Pffft. Yaudah pasrah. Saya deg deg ser mah pokoknya. Heheh takut kena omel :)))

Yaudah, saya anter bocah ke sekolah. Pulang. Beresin kamar lagi deh. Yaudah gitu. Iftarnya masak mie goreng pake sosis goreng sama goccini. Sadaaaap... Alhamdulillah. Heheh niatnya goccini mau dilanjut makan buat saur. Saya simpen deh goccini gorengnya hohoooh

Gruesse,
Vida
Share:

5. Ramadhan

Hari ke lima bulan Ramadhan. Waaakkk lagi-lagi saur pake kurma sama apel. Heheh alhamdulillah. Mepet abisnya. Tapi masih ada sisa tumis simping sama jamur semalem. Jadi makan aja deh heheh... Ngantuk banget sebenernya huaaahhh kayaknya cuma tidur 2-3 jaman doang. Malemnya singkat banget. Kangen ramadhan di rumah. Rasanya nyesek banget emang :( cuma mau gimana lagi dijalanin yang sekarang. Demi!

Also, hari ini berat sih nggak. Repot aja, karna lagi-lagi harus ngeronda. Jadi jatah masak kayaknya dikejar-kejar aja gitu. Lagi-lagi menu buka semalem dimanfaatkan. Ada telur juga akhirnya niatnya mau masak omelet oseng simping jamur. Eh pas digoreng malah ancur lebir alhasil jadi orak-arik deh. Heheh... Mayan lah, penambah rasa lapar. Alhamdulillah hihi...

Yah mau nggak mau bolak-balik naik ke atas buru-buru pula. Dikira juga si mamih nggak bakal pulang gitu tapi kok tumben jam 11 malam ternyata dia balik ke rumah hehe udah beres-beres dikit di lantai atas. Jadi paginya biar nggak perlu beresin lagi. Tinggal tidur lagia gitu :p kan enak tuh. Nggak tau, akhir-akhir ini malah emang lebih milih tidur daripada kerja :(( iya nggak papa. Tidur di bulan puasa kan juga ibadah :p

Iya, ngantuknya luar biasa soalnya. Tidur jadi berkurang, karna harus nunggu isya biar nggak tertinggal. Kalo udah isya, malah kadang yang bablas saur atau shubuhnya -,- ribet emang. Hahah

Udah udah. Dinikmatin ibadahnya di negeri orang. Buat pengalaman hidup, buat cerita anak-anak saya nanti. Buat cerita suami juga heheh :))

grĂ¼ĂŸe,
Vida.
Share:

4. Ramadhan

Eh udah hari ke 4 Ramadhan aja. Waktunya cepet banget berlalu, masyaallah. Sepertinya saya belum ngapa-ngapain ini huhuu... Hari ini saya cuma saur pake kurma dan apel. Maklum aja semalem ngeronda, jadi nggak sempet masak apa-apa. Saya mah udah pasrah aja deh hari ini. Takut nggak kuat juga sih, tapi fakta berkata lain, karna saya yakin saya pasti kuat. Saya pasti bisa ngejalanin puasa hari ini. Heheh

Pulang-pulang terang aja tiwas. Mumpung si mamih belum pulang ke rumah nih, saya mau beres-beresin rumah dulu. Yah alakadarnya mah. Dan inget kalo hari ini putzfrau dateng. Cuma sempet ditanyain sama mamih, apakah diri saya ini baik-baik saja apa nggak. Jujur aja nggak, karna saya puasa. Jawab aja mah begitu. Dia kaget, dia juga lupa. Terus dia nanyain, emang kamu semalem makan apa? Saya jawab aja, saya cuma makan roti pas iftar terus pas saurnya saya makan kurma sama apel doang. -,- nelangsa. Dia kaget, karna saya cuma makan begituan aja gitu. Eh terus ditawarin deh buat belanja di toko maroko. Belanja kurma yang enak biar saya nggak kekurangan kurma buat iftar di sini. Heheh

Sebelumnya mah saya disuruh sama delano, buat nganter barang dia yang tertinggal di rumah. Iya. Dia pelupa, alhasil saya balik lagi ke sekolah cuma buat nganter barangnya dia doang -,- tapi tiba-tiba pas di jalan, mamih telfon disuruh barengan karna dia juga mau nitip barangnya si Dill yang ketinggalan buat mata pelajaran seni. Iya, baru nyampe Willy Brand Platz aja udah ditelfon, deringnya handphone saya keras pula. Saya malu. :|

Yaudah, disuruh sama mamih suruh turun di haltestelle di Gruneburgweg, terus suruh nunggu dia di sana. Iya, saya ke sana. Sampai sana disuruh laporan kalo udah nyampe. Habis itu katanya mau belanja sekalian kurma, terus dia juga mau ke kantornya suaminya yang nggak jauh juga dari innenstadt. Nggak lama kemudian dateng deh si mamih. Ternyata mau nyari torntopf itu semacam pot kecil gitu buat tugas seninya si delano. Muter-muter belum nemu, dan saya nyaranin mbok ya ke toko bunga. Biasanya mah banyak di sana. Kan bisa milih-milih juga gitu. Kalo nyari di supermarket semacam Rewe atau Bio mah nggak ada mih -,-

Yaudah, hampir sekitar 45 menitan nyari, alhasil dapet kan di toko bunga. Yaudah saya anter deh map sama tuh pot ke delano. Nggak ketemu sama anaknya, ketemunya sama gurunya aja. Jadi saya titipin ke beliau. Hehehh.. Balik lagi, karna si mamih nunggu di butik langganannya dia. Namanya Buresi. Oh ya salah satu pelayan di butik ini sudah kenal sama saya. Sewaktu pertama kali ketemu, dia nanya asal saya. Saya jawab aja dari Indonesia. Dia kaget tapi sekaligus senang, karna ternyata adeknya dulu pernah tinggal di Indonesia dan menikah sama orang Indonesia, selama 7 tahun. Adiknya tinggal di Surabaya. Ternyata dia juga bisa loh berbahasa Indonesia si adiknya itu. Nama wanita yang ramah ini Marjolein. Yah, cerita-cerita banyak sama dia. Pas ketemu lagi hari ini, ternyata si mamih cerita kalo saya pengen ikut program sosial. Eh dikasihlah contact person kenalan dia di salah satu träger di Frankfurt. Alhamdulillah seneng bukan main. Berkah ramadhan.

Nah, setelah si mamih nyari barang saya nunggu sambil ngobrol sedikit dengan marjolein. Lumayan menambah kenalan lagi. Mungkin karna dia mengenal Indonesia. Aslinya si Marjolein ini dari Niederland (belanda). Cocok mungkin ya, maklum aja belanda kan penjajah di Indo, tapi orangnya ramah-ramah loh kalo ketemu sama orang Indo. Katanya sih begitu. Ntar kalo ada rejeki, sapa tau bisa main-main ke belanda heheh...

Also, abis dari buresi, saya dan si mamih cabut deh ke toko marokko. Di jalan, dia ngeliat ada resto china. Terus nawarin ke saya, mau beli nggak, tar pas iftar tinggal diangetin aja gitu. Saya bilang, nggak usah lah. Gampang. Heheh.. Bingung abisnya mau makan apa. Mending masak sendiri aja mah kalo saya hohooo... Saya dapet 2 packung gede kurma. Alhamdulillah. Berkah ramadhan lagi. Lumayan lah hihi... Eh disuruh si mami, katanya suruh belanja aja di toko asia. Itu kan sesuai lidah sama selera saya. Dikasih deh uang 50€ buat belanja di toko asia.

Di Toko asia mah saya biasa ngincernya Indomie sama mie sedap yang gampang aja gitu masaknya hehe biar nggak repot ngadon-ngadonin. Yang pentingnya mah saya ngincer ikan sebenernya. Alhasil saya beli simping atau kerang yang udah tanpa kulit. Ini favorit banget buat saya ini hehe.. Mamah kan kalo di rumah seringnya ditumis kering. Kalo saya akhirnya dimasak tumis pake jamur sekalian. Tapi tanpa nasi. Waktu itu nyobain mashed potatos instant gitu. Tapi ternyata nggak enak. Yaudah, enakan simping tumis jamur aja deh makannya. Hoho

Alhamdulillah. Puasa hari ini lancar. Nggak ada halangan meskipun udah mau pingsan aja karna bolak-balik jemput bocah -______-


GrĂ¼ĂŸe,
Vida
Share:

3 July 2014

3. Ramadhan (30 juni 2014)

Ini hari senin. Ouch, dan saya harus bekerja seperti biasa mengurus ini bocah-bocah. Untungnya anak asuh saya yang paling gede masih di tempat tantenya. Alhasil agak santai, karna dua bocah kembar ini doang di rumah. Ah ya, saya justru malah menginap di tempat mbak rambat malam tadi. Sudah niat juga ingin saur, alhasil pun bablas sampai pagi. Nggak saur -,- udah Lillahita'ala aja mah, yang penting kuat kuat kuat sampai bedug maghrib. 

Saya bergegas bangun pukul 5 pagi, lalu shubuhan (udah agak telat gara-gara bangun siang). Mbak rambat masih terlelap, maklum saja mbak rambat lagi dapet tamu, makanya santai aja kaya gitu. Dan saya sibuk dengan barang-barang saya, karna saya harus segera pulang ke rumah. Okay, pukul 06:30 saya harus segera cabut. Dengan terpaksa saya membangunkan tidur pulasnya mbak rambat (maaf ya mbak, udah ngebangunin), lha gimana lagi, saya juga harus sudah sampai rumah jam setengah 7 pagi. Belum lagi, nyiapin sarapan dan lain-lain. Also, saya jalan cepet biar nggak ketinggalan U Bahn. Dan yah, ich habe geschafft. Hehehh

Tepat sesuai rencana, saya sampai rumah pukul 06:06, dan bersiap-siap terlebih dahulu, lalu naik ke atas bangunin si kembar seperti biasa. Mereka kan harus pergi ke taman kanak-kanak hari ini. Senangnya kalo ini bocah udah mulai pada ke sekolah. Jadi dapet ketenangan jiwa dan batin hahaha... Also, iya seperti biasa siap-siap terus cabut deh ke sekolah. Biasanya habis nganter saya suka jalan kaki dari sekolah sampai rumah, tapi hari ini saya lebih memilih naik bus. Entah kenapa, rasanya malas buat berjalan lagi huehehhe... Mungkin takut kehausan. Iya maklum, puasa lebih dari 18 jam itu rasa-rasanya nggak karu-karuan. Kuat sih iya kuat, tapi kadang panasnya yang nggak nahan, trus akhirnya kehausan -,-

Tapi untung hari ini nggak terlalu panas. Masih sama kaya 2 hari sebelumnya, jadi masih bisa tahan diri dan kuat buat tetap puasa. Alhamdulillah...

Jatah jemput juga nih siang ini. Dua kali pulak. Si kembar kan pulang sore, nah yang paling gede pulang lebih awal jam 2. Makanya hasilnya bolak-balik ke sekolah deh -,- ya nggak papa sih, berasa cepet waktunya mah. Jadi masih santai dan masih bisa tahan banting. Cumaaaann... Malemnya, juga harus ngeronda jagain anak-anak. Gara-gara si emak juga pergi gitu. Paling payah nih gink, pas puasa, emak asuh ngeronda, aupairnya juga ngeronda. Makanya jadi ribet karna nggak bisa ditinggal ni bocah-bocah. Kalo malem kan kudu bangun, mau saur biar nggak ketinggalan gitu ceritanya. Tapi malahan suruh jagain mereka. Pfft. Yo nggak papa sih saya, orang udah tugas juga hehe..

Na ja... Saya pun cuma saur 5 biji kurma sama 1 buah apel plus air putih, alhamdulillah.. Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Ini luar biasa, pokoknya maknyus banget. Iya saya cuma masih sering nangis aja, ketika ber ramadhan ria di kampung halaman, sama bapak ibu di rumah, sama adek-adek tercintah. Rasanya, nyes banget ber ramadhan sendirian di negeri orang. Tapi buat pembelajaran diri juga, supaya jadi orang yang lebih kuat. Wanita tangguh!!! :)


Salam,
Vida
Share:

1 July 2014

Puasa Hari kedua di negeri 4 musim

Ini latepost. Harusnya kemarin nulisnya. Tapi gegara ini tablet saya ngeinstall sendiri jadinya ambyar. Ilang semuanya. Ah ya, maaf ya kalo tulisan ini bahasanya macem2 antara baku dan tidak baku. Saya sendiri soalnya agak bingung untuk bercerita dengan gaya bahasa apa. Orang saya sendiri juga nulisnya dengan gaya tengkurup nyium bantal kok :p

Ah ya, puasa hari kedua. Hari minggu tanggal 29 juni 2014. Masih saja usung-usung untuk bekerja. Rintangannya apa? Hmm pagi itu ketika saur yang hampir telat dengan menu 5 buah kurma, satu buah apel dan sebotol air putih, alhamdulillah nikmat luar biasa tiada tandingannya. Berasa sehat dan sedang melakukan diet. Hahha tapi nggak masalah yang penting saya saur meskipun bangunnya agak kesiangan pukul 02:38. Padahal kan shubuh pagi ini pukul 02:58. Pendek banget yak malamnya. Buka puasa jam 21:43 terus isya jam 23:47. Udah ngantuk-ngantuknya. Alhasil jujur memang saya meninggalkan (lagi) sholat tarawih dan witir. Sedih :(

Well, seharian bekerja memang nggak kerasa sih. Pagi jam 6:30 saya harus standby di atas. Siap jaga barangkali ini bocah berdua bangun. Sembari menunggu mereka bangun,saya pun melanjutkan tidur kembali. Maklum saja, saya masih ngantuk, bolak-balik bangun. Daaaann jeng jeng jeng, pukul 07:00 bocah berdua bangun dan langsung masuk kamar aja nyelonong gitu tanpa rasa bersalah -,- (emang kebiasaan gitu sih mereka). Tapi lumayanlah bisa tidur lagi barang 30 menit hehehh... Yah begitulah, ngasih mereka sarapan, gantiin pakaian mereka, habis itu main deh sama mereka sampai menunggu jatah makan siang mereka, dan setelah itu saya free, saya libur. Hehehh

Jatah saya libur kali ini, seperti biasa mengunjungi kakak tercantik saya seantero Frankfurt :p mbak Ramby syalalalala... Yeah, she is the only one i have in Frankfurt. Nggak ada lagi habisnya selain sama dia. Mau sama sapa mainnya? Pipit sama Kiki? Beuh meskipun deket cm 38 menit tetep aja sejam nyampe rumah mereka, mahal pula ongkosnya :p Hanir? Otoy? Dimas? Opo meneh, jauh-jauhnya mereka ituu... Pfftt. Milkha? Ah dianya juga udah balik ke Indo kok huhu :( alhasil temen kencan, sahabat, saudara, kakak ya cuma beliau itu mbak Ramby. Hihihih... Wonder woman loh pemirsah. Masih jomblo pulak! :p

Yeaahh berkunjung ke rumah mbak ramby itu setidaknya menghilangkan stres berkepanjangan. Eh, untung kena untung pas saya lagi menanti mbak rambat di haltestelle U Bahn, saya disapa sama ibu-ibu rombongan gitu dari Indonesia, "selamat siang..." Salah seorang ibu menyapa saya sambil tersenyum, saya balas juga dengan ucapan selamat siang. Lalu ibu tersebut bertanya "Indonesia ya?" Saya hanya manggut-manggut sambil tersipu luma-luma. Lalu, yang lain bertanya "tinggal di sini ya?" Itu pertanyaan agak gimana gitu sebenernya menurut saya, alhasil saya jawab saja "iya". :D rombongan seperti ibu-ibu arisan tersebut sedang mencari restoran dekat wilayah tersebut. Sempat bertanya juga sama saya, tapi saya juga kurang tahu, ya karna saya juga kebetulan bukan tinggal di komplek tersebut. Sekitar 10-15 menit jarak rumah saya ke rumah mbak rambat. Ya ya and then vorbei!

Setelah sedikit agak lama menanti mbak rambat, datanglah beliau dan ba bi bu... Jalan-jalan sebentar ke Main, karna kebetulan ada Zia juga. Main itu nama sungai loh ya di Frankfurt. Jadi bukan Main=dolan. Hehehh sebenernya tadi sudah dipesan sama emak asuh saya, kalau beliau ada acara dan saya harus segera balik ke rumah lagi. Saya menunggu telfonnya, tapi nggak seperti biasanya beliau ribet. Dan jeng jeng jeng handphone saya berdering, dan beliau mengabarkan bahwa beliau tidak jadi pergi, diundur keesokan harinya. Also, saya bahagia bahagia karna saya masak-masak lagi di tempat mbak rambat. Memang jatah masak kalo udah di rumah mbak rambat. Apalagi masakan Indonesia. I love it!!!

Dan menu ifthar kami adalah pepes tongkol, sambel bawang, perkedel kentang keju, laziiiisss... Hohooh alhamdulillah bisa merasakan masakan-masakan ini. Meskipun belum sejago masakan ibu saya tercinta di rumah. Namun setidaknya mengingatkan adanya keberadaan ramadhan di negeri minoritas muslim, karna berasa tidak sendirian di negeri 4 musim ini. Danke mbak rambat for all :*


Gruesse aus Frankfurt,
Vida Hasan.

Share:

29 June 2014

Ramadhan pertama di negeri 4 musim

Dulu, jaman-jamannya masih bermimpi cukup ngebayangin aja gimana rasanya berpuasa dan menjalankan ibadah di negeri 4 musim. Mau bilang sulit? Hmmm sebenernya mungkin bisa jadi iya juga, karna hidup di negeri yang minoritas muslim memang agak sedikit ngejleb. Hahha bukan gimana-gimana, tapi karna emang dari kecil hidup di negeri mayoritas muslim, hidup di negeri yang (dulu) antar umat beragama saling toleran, jadinya masih bisa dilaksanakan. Apalagi jarak malam dan siang itu sangatlah imbang dan pas banget...

Benar kata ustadz Ikmaludin. Tahun lalu beliau berceramah seperti ini, "harusnya di Indonesia itu bersyukur ketika bulan Ramadhan, bulan penuh berkah ini datang. Kenapa? Karna waktu berpuasa di Indonesialah yang sangat imbang, pas, cucok, mantep! Coba liat ada beberapa negara bahkan yang siangnya lebih lama, otomatis puasanya juga bakal lebih lama. Jatah buat ibadah malam sangat sedikit. Hanya beberapa jam saja. Kalo di Indonesia? Kita bisa melakukan ibadah malam panjang karna waktu malam juga cukup. Maka hendaknya gunakanlah waktu semaksimal mungkin untuk beribadah malam yang tinggal di Indonesia".

Yayaya... Dan beliau memang benar sangatlah benar. Hampir setahun hidup di negeri orang rasanya memang Indonesialah tempat yang paling baik ketika bulan Ramadhan datang heheh... Hari ini hari pertama saya puasa, "loh kenapa nggak besok aja?" Eh suka-suka saya dong mau puasa kapan hehehe... Nggak sih, karna menurut saya kapanpun puasanya yang penting tetep berada di jalan Allah, tetep beribadah karena Allah.

Gimana rasanya hari pertama puasa di negeri 4 musim? Waaaooww super! Luar biasa sekali. Menantang! Tapi alhamdulillah hari ini tidak (belum) begitu panas. Jadi masih bisa menahan hawa nafsu. Cukup banyak diam, meskipun harus bolak-balik naik turun tangga ke lantai 3 bawa air buat minum -,-

Semoga berkah ramadhan slalu ada pada diri kita semua. Aamiin aamiin aamiin
Marhaban yaa Ramadhan, ahla wa sahla. Maafkan segala khilaf baik disengaja maupun tidak disengaja, baik dalam ucapan maupun perbuatan. :)

Gruesse aus Frankfurt,
Vida.
Share:

23 June 2014

Salam Pembuka

 Hallo,

Lama iya lama sekali saya baru ada kabar. Sudah hampir 1 tahun yang lalu sepertinya saya tidak corat coret di blog. Jangan dikira saya lupa sama catatan-catatan saya di sini. Justru saya rindu akan keberadaan diri saya terdahulu. Rindu akan kekuatan menulis, rindu akan celotehan yang sesuka-suka saya. Yah begitulah... Namun apalah daya. Itu semua hanya tentang waktu.

Sebentar nanti saya ingin kembali berbagi cerita tentang pengalaman luar biasa ini. Iya. Tapi nanti tidak sekarang. Karna saya masih harus butuh waktu menjernihkan otak dan hati. Sibuk ya? Sampai merelakan waktu menulis? Iya begitu tidak sibuk. Hanya sajaaa... Butuh waktu. That's right! :)

Tchau!

Salam dari langit barat,
Vida.
Share: