12 August 2018

Kerja Sosial di Jerman (2)

Moin Moin...

Jebrol juga ini tulisan setelah sekian lama nggak memunculkan tulisan kembali dan menjenguk blog pribadi ini hehehh... Maafiin yaaa karena eh karena kemalasan yang seringkali melanda dalam diri dan butuh motivasi untuk bisa merangkai kembali kata-kata. :')

Baiklah.. kali ini saya masih dengan cerita pengalaman saya selama bekerja sosial di Jerman. Sistem bekerjanya seperti apa dan ada beberapa yang sering sekali bilang "Vida mah di Jerman jalan-jalan mulu yaaa..." Hmmm... Itu hanya sekilas aja yang teman-teman liat di layar sosial, tapi seringkali butuh perjuangan di balik layar untuk bisa kemana-mana mumpung masih di Eropa huehehe :D so, let me to write about it....

Vid, kerja di Jerman sendiri bagaimana dengan kamu yang menggunakan kerudung?

Teman, alhamdulillaaahh sekali tempat kerja di tiga bulan pertama tidak mempermasalahkan saya menggunakan kerudung. Tapi setelah itu sejujurnya saya diharuskan untuk menggunakan penutup kepala. Akhirnya karena kondisi demikian, saya mengusulkan untuk menggunakan penutup kepala seperti daleman ninja dan tertutupi dengan topi rajut khas Winter. Keadaan demikian yang membuat saya lebih berfikir untuk kembai ke Indonesia. Bisa jadi karena saya memang belum menemukan komunitas yang tepat buat diri saya, jadi masih merasa belum ngeklik untuk stay for a long time in Germany. But so far I lived there, the people were so nice and always took responsibility on me. :)

Seringkali beberapa teman bertanya "Vida, ist das nicht warm mit den Mutze, die du traegst?" -- "Nein, ist immer bequem fuer mich wenn meine Haare zudecken. Kein Problem!" -- "Na gut, wenn du so denkst". That means, (Vida, kamu nggak kepanasan pake begituan?-- Nggak, nyaman-nyaman aja kalau rambutku tertutup. Nggak masalah".

Paling membuat saya terharu adalah, di saat chef menyatakan bahwa tidak ada kerudung di tempat kerja, lalu perjuangan kollega untuk tetap memperjuangkan saya mengenakan kerudung yang membuat saya how they are  so respect to the others, even we have in a different religion. Terharu bahagia karena salah satu dari mereka sampai bilang "How dare they are to you. It's impossible! Vor der Anfang, du darfst es tragen, aber jetzt muss du abtragen!" Betapapun mereka mengusahakannya, tetap saja mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Saya? Yah, karena masih terikat kontrak selama bekerja saya mengenakan seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya. :)

"Allah lagi menguji keimanan, jika kau mendapatkan ujian tersebut apakah kau akan semakin jauh atau justru semakin mendekati-Nya. Allah sedang membuat dirimu untuk lebih dekat dengan-Nya, kalau Dia nggak ngasih ujian demikian, mana mungkin kau akan diberi ujian demikian? Kau sudah diberi banyak kenikmatan oleh-Nya. Maka terus memperbaiki diri" :)

That was, that I thought. He never let you go for Him. That's why, He gives you this oppurtunity. :')

Ada kesulitan tersendiri nggak selama di sana dalam beribadah?

Hmmm... Untuk beribadah kesulitannya adalah di waktu. Setiap hari bisa saja berubah-ubah, dan bedanya bisa 2-3 menit. Seperti halnya, jika masuk musim panas shubuh akan dimulai pada pukul 3 dini hari, dan maghrib pukul 21.30,  sehingga puasa pun harus mengikuti waktu di sana. Pun demikian ketika musim dingin tiba, shubuh akan lebih siang lagi waktunya pukul 6 hingga 6.30 pagi, Maka jadilah saya ketika harus bekerja dan berangkat pukul 6, saya harus mengambil waktu kerja untuk beribadah. Atau seringkali saya jamak, karena saya masih menjadi bagian dari musafir dalam waktu lama. Menurut pengertian saya, selama saya tidak menetap di sebuah negara untuk selamanya, saya akan menyebut diri saya sebagai musafir. Jadi, ketika waktu sholat tertinggal atau ada waktu untuk sholat saya akan menjamaknya kecuali sholat shubuh.
Tapi, sebisa mungkin saya mengusahakan tepat waktu dan membawa mukenah kemanapun saya pergi.

Everythings gonna be alright, if you are only trust Him. He would help you everytime you need Him :)

Waktu kerjanya apakah hectic? karena sering dengar mereka sangat workaholic kan?

Waktu kerja di Jerman memang hectic, namun dalam waktu-waktu tertentu. Saat itu ada dua Shifts di tempat saya kerja, yaitu pagi dan siang. Pagi hari kerja akan dimulai dari pukul 6 hingga 2 siang, siang harinya dimulai dari pukul 13.30 hingga 21.30. Mana yang paling disuka? Saya lebih enjoy jika dapat shift pagi. hehe kenapa? Karena sore hari setelah kerja saya bisa jalan sekedar ke kota atau ke kota sebelah yang jaraknya hanya sekitar 20 menit saja dari tempat saya tinggal. Kalau siang, waktunya seakan cepat berlalu, jadi setelah selesai dinas saya nggak bisa pergi kemana-mana karena sudah terlalu malam.

Well, untuk lemburan di tempat saya kerja jika ada lembur atau jam lebih akan digantikan libur di bulan berikutnya. Mungkin ada yang berbentuk uang lemburan, tapi sepemahaman saya reward lemburan atau pulang telat akan digantikan dengan hari libur atau kita bisa mengambil waktu pulang cepat sesuai dengan keinginan kita karena kelebihan jam. Contoh, kalau saya shift pagi hari yang seharusnya pulang jam 2 siang, tapi karena kondisi tertentu saya harus pulang jam 4, berarti jam kerja saya jadi 10 jam. Itu artinya, saya ada waktu 2 jam untuk bisa berangkat lebih siang lagi atau pulang lebih awal karena kelebihan jam. Atau kalau kita mau, kita bisa mengganti dengan mengambil hari libur karena kelebihan jam tersebut. Makanya, jangan heran kalau orang barat sering travelling jauh karena jatah libur mereka dalam setahun bisa mendapatkan 27-30 hari.

Mungkin nih kalau dibilang workaholic bisa jadi. But, if you know what I mean. They did it, because they want have loooooong holidaaayy... heheheh :D Kalau saya selalu ambil jatah satu minggu atau 5 hari untuk minta liburan panjang. Setiap pekerja pun harus bisa respect to others yaaa.. Misal nih, kebanyakan orang akan mengambil jatah libur di tahun baru daripada natal (mereka lebih excited dengan New Years Eve sih ketimbang natal), nanti akan ada yang dapat jatah dinas natal untuk menggantikan yang libur selama 10 hari pun demikian sebaliknya. Saat itu saya kedapatan jatah libur natal selama 10 hari, jadi saya manfaatkan waktu untuk liburan ke Muenchen heheh...

Oh iya, kalau waktu kerja tertulis minus itu tandanya kita harus kerja lebih lama untuk menutupi waktu minus kerja kita. Ada hitungan tersendiri pokoknya kalau dapat waktu kerja minus. Terakhir saya kerja sampai kontrak habis saya -0,30 (itu artinya waktu kerja saya harus lebih lama 30 menit dari waktu yang sebenarnya). Intinya sih di sana, lebih menekankan waktu ya karena memang pekerja di sana harus on time or in time.

Apa yang membuat kamu bisa bertahan untuk membantu orang-orang berkebutuhan khusus?

Hmmm... Bertahan karena mungkin butuh ongkos buat pulang ke Indonesia huehehhe... Lebih tepatnya karena di sana saya lebih banyak belajar sabar, bersyukur dan rasa peduli terhadap sesama. Emang susah di awal-awal, apalagi kalau dinas pagi harus mengejar target waktu semua penghuni jam 7 sudah standby di meja makan untuk sarapan. Jam 8.30-9.30 mereka akan dijemput oleh supir untuk menuju tempat kerja khusus mereka. Nah, di lantai tempat saya dinas hampir seluruh penghuni pergi ke tempat kerja. Jadi, setelah mereka pergi kerja yang dikerjakan oleh kami biasanya merapikan kamar mereka, mengisi pampers, mengganti handuk atau mengisi peralatan mandi mereka yang sudah habis. Bisa saja, pas jadwal belanja kami akan pergi berbelanja untuk kebutuhan satu Minggu.

Di sana saya lebih banyak belajar menghargai wakt, jadi lebih disiplin waktu juga. Hmm tapi setelah balik Indonesia sepertinya kedisiplinan waktu saya jadi berkurang. Olala... malu sama diri sendiri, apalagi kalau pas jadwal menuntut ilmu. Pas lagi futur-futurnya lebih parah lagi :((

Well, beberapa Minggu lalu saya dikabarkan bahwa salah satu penghuni meninggal. If you know, salah satu penghuni ini adalah salah satu penghuni favorit saya. Orang tuanya sangaaaaaat baiiik... Udah kaya Ayah Ibu kalau pas mereka berkunjung ke tempat kami. Seringkali membawakan kami oleh-oleh, dan saat saya akan pulang ke Indonesia mereka bahkan sampai rela malam-malam berkunjung ke tempat kerja (But, I was not there the time). And I thought, that I'd never meet him again. They put gift and a letter on the table. (yang ini ceritanya ntar deh ya)

Nah, intinya mah ya. Saya bersyukur dipertemukan dengan orang-orang baik di saat menjadi pekerja sosial di sana. :)

Kalau ada tawaran berangkat ke Jerman lagi gimana?

Kalau ada tawaran lagi? Waaah semoga ada rezeki bisa kembali terbang ke sana. But now, it's not urgent. Mungkin kehidupan sudah berbeda hehehhe... Bahasa Jerman juga sudah jarang digunakan, bahkan berbicara saja masih berfikir. Kangen bangeeet belajar bahasa Jerman lagi sebenarnya. Sekarang malah lebih concern ke bahasa Inggris. Coba dooong demi apa? :((

Bahasa itu sebenarnya mudah, asalah we have to oft to practice in speaking yaaa... kalau jarang digunakan dan ngendap bakalan ilang kaya saya jadi terluntang lantung. Target sih ini, bahasa Inggris harus dikuasai dan kembali lagi belajar bahasa Jerman. Semogaaa semogaaa nanti kalau ke sana dalam rangka belajar, belajar bersama pasangan dan harapan Eaaaa :D :D :D

Lost in Salzburg

--Vidahasan--
Share: