22 December 2015

Nunukers (part 1)

Senin, 21 Desember 2015

Hari ini kami berencana untuk bersilaturahim dengan beberapa stakeholder di kabupaten Nunukan. Seperti yang sudah disampaikan pak Akhmad semalam, kami akan dijempu oleh pihak diknas pada pukul 8 pagi. Hal yang tidak disangka-sangka, hampir semua dari kami bangun kesiangan :'D mungkin karena terlalu lelah, jadi apapun itu tidak peduli. Saya saja pun demikian, bahkan sama sekali tidak mendengar gempa yang menurut teman-teman yang lain semalam terjadi. Oh jeeee -,- padahal gempanya cukup besar dan lama, kalo pas lihat di berita sih 6,1sr guncangannya. Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa dengan kami. Tapi sih sungguh bahaya sekali kalo terus-terusan seperti ini :(((

Also, jam 8 pagi pun kami sudah siap dan sebelum cabut kami sarapan dengan sup singkong. Saya penasaran, karena bentuk supnya kental karena dicampur dengan tepung kanji, telur dan bumbu sup, dimakan dengan pastel isi, orang Kalimantan sendiri mempunyai nama istilah dari pastel ini (tapi saya lupa namanya apa :(((( nanti kalo ketemu si Ibu yang membuatnya saya tanyakan lagi :D rasanya enaaakk dan pokoknya lecker lecker lazis :D

Kami menunggu jemputan cukup lama, karena si bapak masih ada pertemuan di kantornya. Tepat sekitar pukul 9:30 kami pun menuju ke kantor kepala diknas kabupaten Nunukan. Perjalanannya seru, jadi kantor kepemerintahan di Nunukan sendiri letaknya memang cukup jauh dari pusat kota. Kenapa? Karena pemerintahnya masih peduli dengan ekonomi rakyatnya, kata kak Yori yang mendengar dari si Bapak "kalo nanti kantor pemerintah di pusat kota, kasihan tukang angkotnya nggak bisa berkembang. Nah, makanya kami memutuskan untuk di sekitaran sini, supaya mereka juga punya penghasilan dari masyarakat yang akan ke kantor pemerintahan". Gile gileee mantep deh pokoknya, salut banget ((tepuk salut)).

Kami pun berbincang-bincang dengan pak Kadis Nunukan, beliau ramah dan mereka sungguh berharap besar buat kami. Pak Bunardi pun sangat sangat mengharapkan, bahwa kami mampu mengubah prospek pendidikan yang ada di Nunukan ini, terutama karakter yang dimiliki oleh guru-guru di Nunukan inj. Kami merasa terharu dan semakin semangat untuk berjuang dan belajar bersama-sama di setiap desa yang akan kami singgahi nanti.

Perbincangan kami berakhir sekitar pukul 12:30, dan kami melanjutkan untuk ishoma. Setelah dari Diknas kami berencana untuk berkunjung ke Polres dan kodim. Alhamdulillah kami diberi tumpangan sama pak Akhmad seharian, bahkan kami naik mobil yang belakangnya terbuka. Karena dari Diknas dipinjamkan hanya 1 mobil, jadi kami memilih mobil bak dan duduk di belakang. Soooooo unique and coooll, karena semua justru pengen duduk di belakang :)))) sampai-sampai para pegawai kantor terheran-heran dengan apa yang dilakukan oleh kami :D :D maklum, kami hanya mengingat kenangan masa kecil kami yang suka naik mobil seperti itu.

Setelah tiba di Polres dengan rombongan ber11, kami benar-benar menjadi pusat perhatian masyarakat sekitar. Bahkan kami dikira orang KPK yang tiba-tiba masuk ke polres ingin menginvestigasi :))) seriusan lah ini, rompi kami cukup membuat para masyarakat sekitar rada ngeri-ngeri takut :))) kami hanya diijinkan perwakilan saja untuk berjumpa dengan kapolsek, yang lain menanti di luar dan bercengkerama bersama (mumpung masih bareng-bareng) hahaha :D nah, tak lupa kami berfoto cyantik dan ganteng dengan pak polisi yang lainnya, sembari mencari jejaring kayaknya boleh :))) maksudnya mah jejaring cari informasi seputar desa masing-masing gitu hehehhe

Lanjuuut lagiii menuju ke Kodim. Pastinya ingat kodim mengingatkan kami dengan secapa, I feels like home :') meskipun secapa begitu, tapi saya merasa saya kembali pulang ke rumah, meskipun hanya 4 hari 3 malam, tapi tapi secapa itu akan selalu terngiang di hati kami. Bahkan setelah kami mengobrol-ngobrol cantik dengan pak Kadir yang merupakan salah satu wakil dari kadim saja, kami masih sempat melakukan binsil :))) si bapak hanya tertawa dengan melihat tingkah laku kami ini hahaha lagi-lagi mumpung kami masih ber10, lakukan hal gila yang kami miliki. 

Perjalanan hari ini kami tutup dengan membeli gorengan oh gorengan. Beli pisang loh, bonusnya sambal kacang. Udah ngerasain makan pisang cocol sambal? Enaaaaakk luar binasah!!! Pisangnya juga demikian :))) well well well, selamat tiduur dan slalu tetap semangat! :D

-vidahasan-

Nunukan, 21 Desember 2015
Share:

21 December 2015

Perjalanan menuju Nunukan

Minggu, 20 Desember 2015

Setelah dari Pegunungan Bintang dan Banggai diberangkatkan, pagi dini hari ini pukul 02:00 kami bersiap menuju ke bandara internasional soekarno hatta dan betapa pun kami akan siap diberangkatkan menuju ke daerah penempatan masing-masing. Kami yang bersisa 30 orang siap menjemput dan memandangi senyum anak-anak di ujung negeri ini, meskipun kami tahu berpisah dari teman-teman yang 2 bulan sudah hidup bersama begitu berat, kami cukup takut untuk bisa move on (entahlah memang 'kami' atau hanya saya saja yang takut tidak bisa move on) yang jelas kebersamaan 2 bulan ini meninggalkan banyak cerita yang sangat menyenangkan.

Masing-masing dari kami memang akhirnya akan fokus pada daerah masing-masing, Aceh Utara, Natuna, dan Nunukan siap untuk melanjutkan perjalanan kami. Kami pun mendoakan satu sama lain, berpelukan, terharu bahagia, dan siap melangkahkan kaki menuju perjuangan masing-masing. Teman-teman Natuna diberangkatkan pada pukul 6 pagi, sedangkan Aceh Utara dan kami Nunukan hanya selisih 5 menit. Rasa dag dig dug mungkin saja menyelimuti kami (atau hanya saya :D), karena kami akan mengadu nasib di tempat yang benar-benar kami belum pernah ke sana. Well, semua akan ada proses, dan dari proses akan ada pembelajaran, jadi hanya jalani, lakukan, dan berdoa saja untuk semua ini. Ikhlas dan sabar adalah kunci utamanya :)

(( show action at Soeta airport))

So, tadaaaaa akhirnya kami ber10 ditambah dengan kak Haiva pun siap menuju lapangan dan gate pesawat kami diberangkatkan. Seriusan awalnya saya masih meraba-raba, apakah benar ini sudah pemberangkatan? Hahaha soalnya seperti baru kemarin dimana, terus sekarang berada dimana itu rasanya seperti dejavu. Tapi mau apa dikata, saya harus melihat realita bahwa hal ini benar adanya hohoho :D pesawat kami ke Nunukan tinggal landas pada pukul 06:40, dijadwal sih jam segitu, tapi entahlah, kami cukup telat masuk ke pesawat. Jadi, sudah ada 6 orang yang sudah jalan duluan menaiki bis menuju ke pesawat, saya dan 4 orang yang lainnya menunggu bis selanjutnya karena masih ada penumpang yang belim masuk ke gate. Cukup lama menunggu, dan kami pun memastikan untuk bertanya "apakah ini bus yang benar menuju ke pesawat GA 562 menuju ke Balikpapan?" Si bapak pun bilang "iya betul mbak, nanti tunggu teman saya yang membawa dokumen baru nanti kita jalan ke sana". Kami pun aman.

Setelah itu, kami pun masuk ke dalam pesawat. Kami sangat excited dan tidak sabar sampai menuju ke Nunukan. Perjalanan Jakarta-Balikpapan ditempuh kurang lebih 2 jam perjalanan menggunakan jalur udara. Kami tiba di Balikpapan sekitar pukul 10:30 WITA, bandara Balikpapan termasuk salah satu bandara yang sudah sangat bagus. Saya pun terlena dengan tatanan dari bandara ini, karena suasanya benar-benar suasana wilayah Borneo. Nah, di bandara kebetulan ada pentas adat yang menggunakan baju adat suku dayak. Mereka, memainkan lagu dengan menggunakan alat musik khas Kalimantan. Kami tertegun dan ingin langsung menyambangi mereka (kebetulan kami berada di lantai 2, jadi kami melihat hanya dari atas). Saya pun mengajak beberapa teman, tapi malah dicuekin :(( dan rupanya kak Ulil sama Isna mau banget turun ke bawah buat menyambangi mereka (yeeeyy jadi ada temen deh). Kami pun berfoto sembari memperkenalkan diri kami ke grup ini. 

Semua orang hanya tersenyum melihat tingkah laku kami dan bahkan mungkin ada yang terkaget-kaget karena dikira KPK (karena rompi yang kami pakai) :D setiap lewat selalu jadi perhatian lingkungan sekitar bahkan sempat beberapa kali ditanyai oleh beberapa orang yang juga penumpang menuju Balikpapan-Tarakan. Kami menunggu di bandara sekitar 2,5 jam, dengan kegiatan kami yang beraneka ragam. Tidur, ngemil, ngobrol, bahkan sepertinya urat malu kami sudah tidak ada lagi karena kami bergulingan di bawah lantai :D :D yang penting intinya kami bahagia dan sangat menikmati perjalanan kami ini.

Pesawat menuju ke Tarakan take off pada pukul 13:05 dengan menggunakan pesawat Garuda GA662. Pesawatnya lebih kecil dari pesawat yang pertama (jelas saja sudah, karena Tarakan nggak sebesar Balikpapan). Perjalanan ke Tarakan sekitar 1,5 jam via udara, meskipun bandara internasional, tapi bandara ini nggak sebesar yang kami bayangkan :D well, yang penting bisa ke Nunukan dimanapun kami transit. Kami langsung memindahkan barang-barang bagasi kami, karena pesawat yang akan kami tumpang dari Tarakan-Nunukan lebih kecil dari kedua pesawat sebelumnya. Pesawat kami menuju ke Nunukan adalah pesawat lokal yang masih menggunakan kipas di samping kanan kirinya, namanya pesawat Kalstar. Sebelumnya saya sudah melihat pesawat ini di Balikpapan, dan iyaaaa ampuuun memang 'unyu' sekali. 

Kalstar jika dijadwalkan akan diberangkatkan pukul 16:20, kami harus menanti kembali sekitar 1,5 jam dan kami sempatkan sholat dhuhur-ashar. Sembari menanti rupa-rupanya pesawat kami delay dengan waktu yang tidak dapat ditentukan. Meskipun demikian, kami memang benar-benar menikmati perjalanan. Tidak peduli mau delay pun yang penting kami bersama (saya mulai baper pemirsaaaaahh hahaha), iya karena kebersamaan kami ber10 akan berakhir beberapa hari saja, karena kami akan dipisahkan dan menuju ke desa kami masing-masing.

((Inilah seonggok pemuda yang terdampar di bandara Tarakan))


"Perhatian-perhatian, kepada para penumpang Kalstar silahkan masuk ke pintu nomor 4" ucap bagian informasi. Waaa akhirnya setelah hampir 2 jam terlantar di bandara Tarakan, kami bersiap menuju ke Nunukan. Wajah kami berseri karena sudah tidak sabar menanti tiba di sana. Ketika kami akan masuk ke dalam pesawat petugas menyampaikan "free seat" kami sempat tertegun karena free seat. Dalam benak kami, free seat berarti bebas tempat duduk dimanapun berada, jadi setidaknya kami bisa ber10 duduk bersama. Sesampainya akan memasuki pesawat, Bagja bilang "ayok ayok cepet masuk. Biar dapet tempat duduk" -- "loh? Ini free seat kan?" -- "iya free seat. Tapi tetep harus cepet-cepetan, makanya itu bebas tempat duduk" -- "nah tak kira bebas tempat duduk itu bebas milih dimanapun yang penting kan kita berangkat semua" -- "nggak, bebas tempat duduk itu tetep cepet-cepetan, kalo nggak dapet ya berarti nunggu lagi pesawatnya" -- "setdaaaahhh" lalu kami bergerudukan langsung masuk ke dalam pesawat, karena hanya dibatasi 89 penumpang. Oh jeeee...

Alhamdulillah, kami ber10 plus kak Haiva berangkat bersama-sama. Gile gile aje, kalo ada yang berangkat paginya atau berangkat menggunakan kapal :D :D :D ajeee gileee lah pokoknya, pengalaman pertama yang sangat mengenaaang bangett. Perjalanan Tarakan-Nunukan hanya sekitar 20-30 menit. Awalnya saya sempat takut dengan getaran yang ada di pesawat Kalstar, bayangkan pesawat Balikpapan-Tarakan saja getarannya sudah macam begitu, apalagi Kalstar yang hanya menggunakan baling-baling kanan kiri saja. Hmmmm cukuplah was was saja :D

And theeeennnn.... Yeeeaayy! Nunukan, Nunukan, Nunukan oyeeee :D kami benar-benar sooooo excited dan tertawa lepas sesampainya di bandara kecil ini. Yell yell kami pun tak lupa kami alunkan, sungguh sudah tak ada urat malu karena hampir semua orang melihat tingkah laku kami dan bertanya-tanya siapa kami ini :D :D :D sungguh kebahagiaan kami sampai di Nunukan adalah suatu rasa syukur yang tak ternilai, karena tempat inilah yang nantinya akan menjadi tempat kami bersemayam selama setahun, dan tempat inilah yang akan menjadi tempat baru kami untuk bernaung. Kami dijemput oleh sekretaris diknas Nunukan dan bagian pengelolaan pendidikan dasar di Nunukan, pak Akhmad dan pak Bunardi. Barang-barang yang kami bawa sempat membuat beliau-beliau terkejut, karena beliau lebih tertegun memandangi pelampung kami :D :D :D --sudahlah pak tidak apa, begitulah adanya-- hehehhe

((Bandara Nunukan))
Kami diantar menuju ke hotel tempat kami menginap yang bernama Sumber Mulya yang letaknya tidak jauh dari alun-alun kota. Di perjalanan kami pun bercengkerama tentang kabupaten Nunukan ini. Kami lekas beberes dan mandi (berasa sudah lama banget nggak mandi) setelah itu, ngobrol-ngobrol cantik dengan pak Akhmad dan pak Bunardi sambil makan malam di warung semacam Lamongan (ketemu lagi warungan Jawa di Nunukan) :D

Setelah makan malam, kami pun langsung ingin berkeliling kota Nunukan. Pak Akhmad bilang, ada pasar malam, dan kami hanya tinggal berjalan lurus saja sampai ujung. Kami pun mengikuti yang disampaikan oleh beliau, rupa-rupanya dalam perjalanan kami cukup tersesat karena sepanjang jalan kami tidak menemukan adanya pasar malam. Kami kira justru pasar malam adalah pasar yang dibuka ketika malam hari yang berada di alun-alun kota. Mengitari berkali-kali tak jua ditemukan akhirnya kami menyerah dan menuju ke hotel. Ohya ada pemandangan seru ketika malam hari, jadi nih di atas kabel-kabel listrik berjejer burung-burung banyaaaak banget di sana. Nah, saya kira itu adalah miniatur burung yang dipajang di sana. Pikir saya, sempet kali warga di sini memajang miniatur burung di atas kabel?. Tapi selidik punya selidiik rupanya itu burung aseli yang berjejer di atas kabel sana, karena kata pak Akhmad itu adalah rumahnya mereka masing-masing.

Well, perjalanan di hari pertama kami telah usai dan saatnya pun kami beristirahat dengan tenang. Tetep semangat kawan dan jangan lupa selalu bahagia :* 

-vidahasan-

Nunukan, 20 Desember 2015
Share:

19 December 2015

Menjadi PM

Setiap perjalanan mempunyai cerita masing-masing. Seperti saya, yang pastinya memiliki cerita yang berbeda dengan 49 pengajar muda lainnya. Jujur, sangka tidak disangka saya patut bersyukur sekali karena dapat disandingkan dengan pemuda-pemuda yang luar biasa, yang mempunyai prestasi segudang, dan daku mah apa dibandingkan mereka yang luar biasa sekali (ngomong gini mah mesti ada yang protes). Tapi seriusan, saya nggak bohong dengan apa yang saya lihat itu adalah hal yang saya rasakan. Namun, karena energi dan semangat 49 pengajar muda yang lainnya, membuat pengaruh besar dalam hidup saya ini saya pun merasa bahwa kita hidup untuk siapa? Buat apa? Dan bagaimana menjalani hidup? Jika ditanya, kenapa saya jadi pengajar muda? Jawabannya is simple karena memang sudah ditakdirkan untuk jadi pengajar muda :)

Ke 49 yang lain adalah teman-teman yang tersebar dari Aceh hingga Kendari (paling jauh). Dari berbagai macam jurusan dan beberapa Universitas ternama di Indonesia. Mengenal mereka adalah sebuah kebanggaan tersendiri yang seriusan sulit untuk saya ungkapkan. Kami akan disebar di 5 Kabupaten Aceh Utara, kepulauan Natuna, Nunukan, Banggai dan Pegunungan Bintang. Masing-masing Kabupaten akan terdiri dari 10 pengajar muda dan kami akan di sebar di 10 desa. 

2 bulan kami bersama, suka duka yang kami rasakan pun telah kami lewati. Awalnya muncul ego-ego yang tak dapat diredakan, masih saja menjadi pemicu, masih saja seperti sebuah perlombaan bahwa dirinyalah yang paling hebat daripada yang lain. 2 bulan di camp kami digembleng karena tujuan kami sama yaitu menggerakan pendidikan di Indonesia untuk lebih baik lagi. Lambat laun, tujuan itu pun menyatu dan kami menyadari bahwa kami ada di sini untuk Indonesia. Pesan pak Anies adalah it's not about me or you, it's about us. Ini bukan masalah tentang diri kamu atau saya, tapi ini tentang kita yang mempunyai tujuan yang sama. Maka, janganlah kalian menjadi sombong.

Kawan, mungkin saya memang seperti ini adanya. Maafkan jika saya belum bisa maksimal bercengkerama dengan kalian. Bukan maksud tak peduli, tapi beginilah adanya saya, terima kasih karena kalian telah memahami dan menerima saya apa adanya. Saya belajar banyak hal dari diri kalian, dari semangat dan energi kalian yang terpancar bahkan akhirnya sekarang memancar ke dalam diri saya. Saya yakin, energi itu akan sama ketika setahun ke depan telah usai, karena energi kalian positif. Bahkan bapak saya pun tadi siang mengatakan "bapak jadi nggak merasa khawatir karena teman-teman Vida mempunyai energi dan semangat yang luar biasa. Terpancar dari wajah mereka yang tidak terlihat berat". :)

Perjuangan kita ber-50 telah dimulai, our adventure is beginning. Our journey would be release from today. Kalian (kita) adalah harapan, semoga apa yang kita cita-citakan dapat kita laksanakan dengan sebaik-baiknya. Ingat kata pak Hikmat bahwa (1) letakkan cita-cita di dalam loker, anggap saja langit itu adalah loker karena membukanya tidak membutuhkan kunci, hanya pandangi langit saja ketika kita merasa jenuh dan galau; (2) pandangilah cakrawala, karena di cakrawala itulah terbentuknya cita-cita kita, jangan merasa ragu untuk terus memandangi cakrawala itu; (3) ingatlah ke matahari, karena matahari memancarkan sinar semangat untuk kita ketika kita merasa lelah.

Sekali lagi, semangat berjuang, selamat mengabdi di sekolah dasar masing-masing. Buatlah anak-anak Indonesia di negeri ini bangga pernah diajarkan oleh kalian (oleh kita), semoga kita menjadi inspirasi untuk mereka.


Jakarta, 19 Desember 2015
-vidahasan- 
SDN 005 Sebatik Tengah desa Sungai Limau kabupaten Nunukan
Share:

3 October 2015

Hello Berlin (2)

Hali Halo,

melanjutkan cerita perjalanan ke Berlin. Bertepatan banget nih hari ini adalah Tag der deutschen Einheit. Saya sengaja menuliskan hari ini biar berkesan mengingat tanggal 3. Oktober haha Apaan sih? Ada apa ditanggal ini? Nah itu sudah saya jelaskan tentang hari ini "Tag der deutschen Einheit" haha. Nah oke oke saya artikan maksudnya, so, hari ini bertepatan dengan hari penyatuan Jerman kembali. Jerman sudah bersatu sejak 25 tahun yang lalu. Umurnya samaan kaya saya, beda 2 bulan aja heheh :D Jerman bersatu pada tanggal 3.Oktober 1990, ketika itu 6 wilayah Jerman yang dulu awalnya Jerman timur, bergabung menjadi satu. Bukan lagi jerman barat atau timur, tapi menjadi republik persatuan Jerman :) Nah 6 wilayah yang dulu terpisah ini Brandenburg, Mecklenburg-Vorpommern, Sachsen, Sachsen-Anhalt, Thueringen dan sebagian wilayah di Berlin.

Nah tempat-tempat yang saya akan sampaikan dan yang saya selami di bagian ini termasuk tempat-tempat yang merupakan saksi nyata dari Jerman barat dan Jerman Timur. Well, melanjutkan perjalanan terakhir di bagian pertama yang ketika itu saya dan Debora sedang asyik berduduk dan bersarapan ria di belakang Alexanderplatz.

Alexanderplatz Park


Kawasan taman ini ramai dikunjungi orang termasuk wisatawan baik lokal, interlokal, maupun asing. Seperti saya dan Debora yang masuk daftar pencarian orang asing (eh nggak ding, maksudnya wisatawan asing) kekek :D

Nah dari Park ini kami berjalan kaki sekitar 500 meter menuju ke Berliner Dom. Berliner Dom termasuk salah satu gereja besar di Jerman, tapi gereja ini bukan masuk gereja Katholik lebih ke Evangelische (Protestan), gereja ini dibangun pada zaman Barock. Di depan gereja ini terbentang halaman luas, dimana orang-orang bisa bersantai, berjemur, bahkan piknik di sana ketika musim panas tiba. Di seberang gereja terdapat Museum Insel (Museum Island) yang di museum ini terdapat peninggalan dari zaman Mittelalter (abad pertengahan). Tapi sayang, saya nggak masuk bahkan ketika itu depan Museum sedang direnovasi, maka jadilah kami berdua cuman gigit bibir aja karena nggak masuk. :((( Di gereja pun juga nggak sempat masuk, karena harus bayar uang tiket masuknya. Padahal, di dalam gereja kalo menurut cerita terdapat kuburan raja-raja dan pastur-pasturnya hehe.. Pokoknya kami kalo bersinggungan dengan masalah uang sudah agak terlalu sensi heheh :D Karena yang terpenting bagi kami, dapat melihat secara langsung bangunannya.

Berliner Dom von Vorne

Berliner Dom gegen der Strasse

Nah, setelah dari Berliner Dom, kami menyusuri jalanan panjang. Mungkin sekitar 2 sampai 3 kilometer kami berjalan kaki. Dari Alexanderplatz, Berliner Dom sepanjang perjalanan akan ditemui bangunan-bangunan yang kami cari dan kami tuju. Mentok jalan dari Alexanderplatz adalah Brandenburger Tor (Gerbang utama dari tembok Berlin). Well, sebelum sampai sana, mungkin saya akan menjelaskan ada apa saja setelah dari Berliner Dom ini. Oh ya, tenang saja sekalipun perjalanan kami panjangm, tapi kami asyik menikmatinya, karena banyak juga para wisatawan yang lebih berjalan kaki daripada harus menggunakan kendaraan umum.

Humboldt University Berlin
Mungkin bisa dibilang bangunan ini semacam rektorat dari Universitas Humboldt Berlin. Universitas ini didirikan pada tahun 1809, salah satu Universitas tua di Jerman meskipun bukan paling tua (karena yang paling tua ada di Heidelberg). So next, jadi Humboldt ini diambil dari nama politikus Jerman yang memahami prinsip pendidikan liberal, Wilhelm von Humboldt yang ketika itu Raja Wilhelm III masih memimpin. Panjang ceritanya, bakalan overcrowded blog saya kalo saya tulis sejarah ceritanya heheee :p

Kebetulan saat itu di depan kampus beken ini ada bazar buku, penjualnya menjual buku-buku tua, bahkan tua sekali, bahkan mereka menjual piringan hitam yang menurut saya itu sudah jarang sekali ada dan sangat klasik. Berasa ada alam-alam vintage pas melihat-lihat para pedagang buku tua ini kekek.. Luar biasa syekaliii.. bahkan tulisannya juga ada yang masih menggunakan tulisan bahasa Jerman zaman pertengahan. Ini termasuk tulisan kuno, dan saya juga nggak bisa membacanya. Mungkin kalo di Indonesia ada bahasa sanksekerta, semacam seperti itu.

Mittelaltere Schriftliche

Alte Buecher
Kami masih melanjutkan perjalanan, dengan pemandangan banguna yang, ng ng ng ng banyak konstruksinya T.T dan itu sangat sayang sekali. Kenapa harus banyak konstruksi di saat saya berkunjung di Berlin ini :((( namun, yang jelas setiap langkah merupakan perjalanan yang tak akan pernah bisa dilupakan. Kami melewati berbagai macam toko, bangunan, dan hotel. Nah, karena saat itu bertepatan dengan final liga champion yang mana Juventus akan melawan tim sepakbola Barcelona FC, maka ada banyak berbagai macam orang yang sengaja datang memang untuk melihat pertandingan tersebut.

Biar keliatan kalo saat itu sedang ikut euforia
And then beberapa meter sebelum sampai di gerbang utama, kami melewati museum Madam Taussads Berlin. Kepingin sekali bisa masuk, namun lagi-lagi hanya gigit bibir karena masalah hmmm apalagi kalo bukan tiket masuknya T.T jadi cuman bisa memotret si Marlynd Monroe aja deh nih yang terpampang di depan Museum :p

Marlynd Monroe
Dan laluuu sampailah kami di gerbang utama tembok Berlin Brandenburger Tor heheeh... Nah jadi nih gerbang ini salah satu gerbang pemisah antara Jerman barat dan Jerman timur. Karena sekarang Jerman sudah bersatu padu menjadi Republik Jerman, maka bangunan ini sekarang dijadikan sebagai simbol nasionalisme dan salah satu bukti nyata dari bersatunya Jerman bahkan ketika Jerman belum bersatu. Kalo baca tentang sejarahnya menurut saya bener-bener das war echt tragisch und furchtbar. Benar-benar menyeramkan dan mencengangkan seluruh dunia.

Brandenburger Tor
Kalau sudah melihat gerbangnya, kami penasaran bagaimana bentuk tembok Berlinnya atau biasa dalam bahasa Jerman disebut Berliner Mauer. Panjang dari tembok Berlin sebelum dihancurkan mencapai kurang lebih 160 kilometer dan dibangun pada tahun 1961. Sebenernya karena sudah terpisah dan dihancurkan, masih ada sisa-sisa dari tembok Berlin sendiri, kebetulan letak tembok Berlin pun cukup jauh dan harus dijangkau menggunakan Trem. Ceritanya nanti, setelah saya bercengkerama tentang Reichstag (gedung Parlemen Berlin) hehehe.. karena setelah puas melihat gerbang ini, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju ke gedung Parlemen. Seperti biasa, masih mudah untuk dilalui menggunakan jalan kaki

Reichstag
Gedung pemerintahan atau biasa disebut gedung parlemen ini merupakan salah satu gedung pusat yang diminati banyak wisatawan. Pasalnya nih, bangunannya memang unik dan besar dibangun sekitar pada tahun 1884-1894. Paham kan, Angela Merkel dan kawan-kawannya sering mengadakan pertemuan di sini. Termasuk ketika mereka memutuskan Kanselir Jerman. Oh ya, di Jerman Kanselir lebih banyak aktivitasnya daripada Presiden. Jadi tugas kanselir mengatur segala sistem kenegaraan sedangkan presiden sifatnya hanya memimpin dan memberi pemecahan masalah (menurut saya sih gitu. Ini murni sepemahaman saya ya, kalo salah ya mangap) :p Nah beda kan kalo di Indonesia, justru Presiden memimpin iya, mengatur iya, turun tangan juga harus iya. Gimana presiden kitanya nggak semakin kurus atau kantung matanya semakin berat coba? Beliau aja benar-benar memikirkan rakyat. Kalau di Jerman, yang lebih memikirkan rakyat ada si ibu kanselir kami (ceileee "kami") ibu Angela Merkel yang ulang tahunnya sama seperti saya. Eh bukan ding, yang ulang tahunnya sama seperti saya itu Ratu Elisabeth (malah curcol.. then stop it to curcol.. zzz).

Setelah puas berfoto-foto ria nih, rencana masuk pun juga gagal haha dan rupanyaaaaa masuk ke gedung parlemen itu gratis tis tis, tapi harus booking via online. Nah, kalo uda terdaftar via online baru deh bisa masuk dengan nyaman ke dalam gedung parlemennya. Keren kaaann.. Informasi ini saya dapat setelah sampai rumah. WTF lah hahahaha

Setelah ini, kami melanjutkan kembali perjalanan menuju tempat pertemuan Debora bersama dengan kenalannya. Kami berjumpa di daerah Gedaechtniskirche aduh saya nggak tau lah bahasa Indonesianya hahaha.. Yang jelas ini gereja paling tua di Berlin, No! Bahkan se Jerman salah satu gereja tua juga heheh.. Karena sebenernya tujuan utama kami ada berjumpa dengan kenalannya si Siska, kami tidak mengambil gambar sama sekali. Jadi kami hanya fokus berjumpa dengan si mbak saja.

Pertemuan kami (pertemuan pertama saya lebih tepatnya), disaji dengan makan siang di resto cepat saji. Iya mana lagi kalo bukan KfC, kan uda ngehits banget tuh hahaha... Kami mengobrol dan duduk. Namun, tiba-tiba sebuah kejadian hampir terjadi (ini narasinya semacam menyeramkan setajam silet gitu lah ceritanya hahahha). Nah, jadi si Debora hampir kecopetan T.T masih ada aja yaaa di negara berkembang gini orang-orang licik macam gitu. Padahal tasnya sudah dijaga, tau-tau si (calon) maling nutupin tasnya Debora pake jaketnya dia. Alhasil, dengan trik seperti itu tangan si (calon) maling ini masuk ke persembunyian jaketnya. Aseliiii gilaaaa -____- untung si Debora cepat tanggap dan akhirnya ketahuan, dengan tiba-tiba si bapak tersebut berdiri, mengambil jaketnya kembali dan langsung pergi keluar :|

Saya dan mbak Siska (nama mbaknya) nggak ngerti apa-apa karena si Debora nggak bilang sama sekali. Setelah dia ngeliatin sampai bapaknya hilang dari pandangan matanya, dia pun membuka mulut "Aku hampir kecopetan sama si bapak yang tadi..." Kami berdua terbelalak, "kenapa nggak bilang?"-- "Aku speechless mbak"-- pantesan pas mbak Siska tanta, "was ist den los?" si bapak tersebut nggak menjawab malah buru-buru cepat pergi. Coba deh kalo si Debora langsung bilang, pas ada security biar sekalian kena. Alhamdulillah... semua barang aman terselamatkan, namun tetap waspada.

Setelah makan siang, kami diantar mbak Siska menuju hostel tempat bermalam kami malam ini. Hostel kami bernama Hostel Orange, iya pas sampai warnanya orange semua haha seger gitu.. Untungnya hostel ini letaknya masih dekat dengan stasiun kereta, jadi masih mudah dijangkau untuk kemana-mana. Akhirnyaaa kami pun berpisah dengan mbak Siska, dan yah beristirahat sejenak di Hostel :D

by the way, dilanjut lagi nih ke season 3. Gilaaa rupanya mah banyak banget cerita di Berlinnya. Pantesan aja saya kadang bermalas-malas bikin ceritanya karena terlaluan nih panjangnya hahaha...

Pemalang, 3.Oktober 2015
--vidahasan--
Share:

30 September 2015

Hello Berlin (1)

Waaa lama sekali saya menjamah rumah ini kekeke.. sudah saatnya pembersihan dari sarang laba-laba. Maafkan saya karena kesibukan yang saya lakukan (ceileh sibuuuukk) haha iya, sejujurnya karena kemalasan yang tiada terkira, alhasil blog saya yang sedikit kece ini terserang hama yang tak tau bentuk rupanya seperti apa *_* Yasudah yasudah.. Perjalanan kali ini saya ingin menceritakan tentang Berlin, perjalanannya uda lama banget, dari sekitar seminggu atau tepatnya kurang lebih 10 hari sebelum menjelang bulan Ramadhan. Iya itung-itung bonus liburan sebelum tunjangan hari raya hehe.. yuk mari mari check in dulu... :D



Berlin, 2 Juni 2015

Yap! Ini bertepatan dengan hari raya waisak kalo di Indonesia. Saya mengambil cuti selama 7 hari untuk melakukan sebuah perjalanan kembali. Kalau sebelumnya ke Praha melakukan solo travelling, kali ini saya melakukan duet travelling bersama dengan adik angkatan saya yang juga sedang berada di negeri antah berantah juga, Debora namanya (maaf yak Cis, namamu aku pasang Hahaha.. Buat kenang-kenangan je :p). Kami pun berjanjian untuk merancang perjalanan kami dimulai dari tempat menginap, dan tempat tujuan wisata yang akan kami sambangi di Berlin ini. Sejujurnya, kami hanya berkebetulan saja pergi ke Berlin di hari yang sama. Daripada kami berjalan sendiri-sendiri akhirnya kami pun bersama-sama.

Perjalanan ini kami awali dari pertemuan kami di Halte Bus Berlin, karena kami berangkat dari kota yang berbeda. Debora berangkat dari Freiburg, sedangkan saya berangkat dari Mannheim, dan kami berjumpa langsung di Halte Bus Berlin. Namun, yang membuat saya merasa tidak enak adalah keberangkatan saya yang rupanya terlalu sore, sedangkan ke Berlin jarak tempuh hingga 8 jam perjalanan dari Mannheim. Debora justru berangkat lebih awal dari saya, karena perjalanannya lebih lama dibandingkan saya. Waaahh.. jatuhnya dia pun menunggu saya hingga sekitar 2 jam lamanya (selayaknya orang ilang). Ngapunten Cis.. :D

But really thank you for waiting...

Setelah kami berjumpa di Halte, kami pun menuju ke lokasi rumah yang mau menampung kami berdua. Kami menggunakan sistem couch surfing, ini pengalaman saya menggunakan perantara seperti ini. Debora pun yang mencari-cari orang yang mau menampung kami berdua. Saya pun juga mencari, tapi karena mendadak akhirnya lamaran saya sering ditolak oleh mereka. Padahal saya sudah sangat excited dengan komunitas ini. Memang nggak tiap tuan rumah baik, tapi kebanyakan juga baik karena beberapa juga mendapatkan referensi dari orang-orang yang sudah pernah menumpang di sana. Akhirnya Debora yang menemukan satu rumah, pasangan laki-laki dan wanita. Kesalahan kami adalah, kami datang sangat telat sedangkan rumahnya sekitar 15 menit jalan kaki dari stasiun kereta terdekat, hingga akhirnya kami pun tak sempat beramah tamah dengan sang pemilik rumah. Memang agak zonk jadinya, berasa tamu kurang ajar ini, dateng telat, bangunin mereka yang sudah beristirahat :((( Huwaaaa tut mir leid, tut mir leid, tur mir echt so leid :((( das werde ich niemals wieder machen...

Kami menginap di rumah ini semalam, awalnya ingin sampai 2 malam. Namun, karena ternyata bentuk deal Debora ke mereka hanya semalam akhirnya kami nggak bisa menambah hari lagi, malam berikutnya kami pun menyewa tempat tidur di Hostel. Also, setelah kami beberes kami pun sudah dipersiapkan sofa tidur dan dipersilahkan untuk beristirahat. Kami pun tertidur dengan pulas meskipun ada rasa (seriusan) nggak enak dengan si pemilik rumah. Aseliiii kurang ajaaar hahaha duhlah ya Allah :(((

Keesokan paginya, kami bergegas untuk bersiap diri melanjutkan petualangan hari pertama kami di Berlin. Kami bangun sekitar pukul 6 pagi, dan si pemilik rumah belum bangun sama sekali. Iya tentu saja, jam 6 di Jerman itu masihlah sangat pagi untuk melakukan sebuah aktivitas kecuali memang yang dapet gawe kudu berangkat jam 6 pagi (kaya saya hehe..). Kami berencana keluar sekitar jam 7 pagi, tapi sampai jam 7 kami siap si pemilik rumah belum juga bangun. Mereka bangun dan keluar kamar sekitar pukul 7:15. Well, nungguin mereka siap-siap dulu. Eh, nggak usah ditanya dari jam 6 itu kami mandi pagi apa nggak, kami nggak mandi pagi sama sekali, yang terpenting ganti baju aja udah sama sikat gigi :D mana ada orang tau, kami mandi apa nggak. Perkara mandi atau nggak kan juga nggak terlihat sama sekali sama mereka. Orangnya juga bakalan sama sekalipun mandi, nggak bakalan berubah hahahha (ini apasih cerita beginian -__-) oke dilanjutkan!

Well, jam 8 pagi kami pun akhirnya keluar dan berpamitan dengan si pemilik rumah. Maklum, karena mengejar waktu kami harus buru-buru. heheh tempat pertama yang mau kami raih itu adalah Alexander Platz! Alexander Platz itu semacam tempat tongkrongan buat anak-anak gaul di Berlin, banyak cafe, toko-toko macam H&M, C&A, Primark, dan lain-lain bertebaran di sana. Dari tempat kami bermalam sebenernya tidak terlalu jauh, jalan kaki (30 menit), menggunakan Trem (5 menit), bedanya jauh banget yaa hahaha.. Also, kami pun berfikiran bahwa mending menggunakan Trem menuju ke sana. Pas sampai Haltestelle, nggak ada Ticket Automat di sana. Duhlah scheisse! Kami bertanya dengan orang sekitar, dimana kami bisa membeli tiket Trem. Lalu orang tersebut menjawab, tiket dapat dibeli di Trem saja, karena di Trem juga ada mesin otomatisnya. Kami pun merasa lega, dan Trem pun tiba..

Kami langsung menuju ke mesin tiket otomatis yang berada di dalam Trem. And theeenn... Rupa-rupanya ini mesin nggak bisa dimasukin uang kertas dan harus dalam bentuk receh! Oh Neiiinnn... Uang kami tak ada yang berlogam, semuanya kertas dan dengan jumlah yang lumayan besar. Karena kami tak berhasil membeli tiket, kami pun akhirnya keluar dari Trem di Haltestelle berikutnya. Banyak yang memperhatikan kami *_* malu-maluin mah ini namanya zzz...

Perhatian!
Jadi nih, nggak semua mesin otomatis bisa dimasukkan menggunakan uang kertas. Biasanya mesin yang nggak bisa dimasukin uang kertas termasuk mesin tua (lama) yang belum diganti. Namun, tak perlu khawatir, saya yakin pemerintah Jerman akan mengkondisikan ini dan akan mengganti dengan mesin otomatis baru yang dapat dengan mudah dimasukin uang kertas tak hanya uang logam saja ;)

Nah ini salah satu mesin otomatis yang bisa dimasukkin uang kertas kekek


 Well, next story!

Akhirnya dari Halte tersebut kami pun sepakat untuk berjalan kaki. Anggap saja itu tak jauh dari tempat kami turun :D sekalian kan, kalo yang namanya travelling kalo nggak jalan kaki mah bukan travelling beneran. :D Tapi sukak! Tapi mendung :( yah.. sedikit gerimis, tak apalah, apapun kondisinya tetap semangat berjalan kaki :D

And then.. Tadaaaaaa


 Ini yang biasa disebut sama tempat nongkrong anak muda di Berlin. Di Alexanderplatz ini ada menara TV yang menjulang tinggi itu, dan memang jadi salah satu icon juga di Berlin. Di tempat ini juga ada jam dunia, jadi waktu dari berbagai negara bisa kita tahu dengan melihat jam dunia ini. Oh iya, Alexanderplatz ini juga pusat dari segala pusat kereta, semua Trem, kereta api baik dalam bentuk ICE, IC ataupun kereta regional selalu melewati tempat ini. Istilahnya memang tempat ini mudah dijangkau dengan menggunakan transportasi umum. Nah, karena saking gedenya nih tempat, kami sering muter-muter nggak jelas karena nggak tau arah. Kalo dari segi sejarah mah ceritanya panjang haha saya pun juga nggak ngerti gimana tempat ini dinamai dengan Alexanderplatz hehe :D

Nah, kalo masalah die Weltuhr yang ada di Alexanderplatz ini adalah semacam sebagai simbol jam dunia. Jam dunia ini diresmikan pada tanggal 30. September 1969 (waaaww berarti hari ini tepat 46 tahun dooong hehhe.. penting nggak penting) :D

Die Weltuhr Berlin
Well, selanjutnya saya masuk ke bagian menara televisinya. Menara ini adalah salah satu bangunan yang tertinggi di Jerman, dan bangunan ke 4 yang tertinggi di Eropa. Kebayang tingginya? Iya kebayang banget, saya aja kebayang-bayang sampai sekarang ini, dan pengen ke sana lagi haha tinggi menara ini 368 meter. Di dalamnya ada restoran dan bahkan sebenernya nih, kita bisa kok naik sampai atas menaranya. Tapi ya sayangnya saya nggak naik ke atas, entahlah kudu bayar berapa dan nggak tau bakalan berapa lama ngantrinya -__- Intinya menara TV ini adalah salah satu simbol untuk Jerman (nationales Symbol fuer Deutschland).

Fernsehturm
Nah, dari Alexanderplatz kami beristirahat sekejap di taman belakang dari menara TV ini. Selanjutnya kami menuju ke Berliner Dom. Sebuah gereja Kathedral yang terkenal di Berlin, dan salah satu gereja tertua juga. Tempatnya nggak begitu jauh dari Alexanderplatz. Cukup berjalan kaki sekitar 15 menit, kami pun tiba di Berliner Dom. Penasaran bangunannya? Tunggu yaa cerita selanjutnya.. kayaknya kalo saya cerita semua di satu page bakalan jadi sebuah novel tak terbatas jadinya hahaha ceritanya biar penasaran gitu yang baca! :P


Pemalang, 30.09.2015
--vidahasan--
Share:

14 August 2015

Oh... Danke!

Salam Pramuka!

Ini bukan menceritakan hal tentang Pramuka sih sebenernya, cuman mau bikin salam Pramuka aja, karna aku nulis blog bertepatan dengan hari Pramuka, jadi aku tulis aja begitu hehe padahal juga ceritanya seriusan sama sekali nggak nyambung dan nggak ada sangkut pautnya dengan Pramuka kekekek...

Hari ini, iya tepat hari ini aku sudah bisa mengucapkan kata "Auf Wiedersehen", "Good Bye" ke beberapa Bewohner dan 1 Kollega. Mereka sudah membuatku begitu sedih pagi ini, tidak hanya membuat sedih, tapi juga dibikin mewek karna harus mengucapkan salam perpisahan. Bikin dada ini rasanya nyesek, sungguh nyesek 😭

Well, aku sungguh sungguh belajar banyak di kerja sosial ini. Meskipun hanya satu tahun, tapi seriusan efeknya begitu luar biasa buatku, benar-benar merubah hidup. Iya bukan hidup yang dalam artian banyak duit, punya mobil, rumah bagus, dan macam-macam atau istilah lainnya dalam hal materi. Bukan itu, sama sekali bukan itu. Ini menjadikan bahkan merubah hidup dalam pandangan, terhadap orang lain. Aku yang dulu tidak tau sama sekali dengan orang-orang berkebutuhan khusus, dalam setahun ini pun cukup banyak belajar tentang mereka. Rasa-rasanya tidak pernah sama sekali percaya bahwa kerja sosial ini berhubungan dengan mereka. 

Mengamati sedikit demi sedikit tingkah mereka, bercanda, tertawa, suka, sedih, marah rasanya memang bercampur aduk di sini. Ada kalanya marah dengan mereka, adakalanya juga tertawa dengan mereka, adakalanya sedih, ah rupanya mereka pun tak ada bedanya dengan diri kita ini. Mereka pun sama-sama makhluk ciptaan Tuhan, namun mereka memang setidaknya tidak bisa mengurus diri mereka sendiri. Mereka masih dapat memahami apa yang kita sampaikan, mereka masih bisa merasakan apa seperti kita rasakan. Mereka masih punya perasaan, itu yang paling penting. Jadi, jangan salah dan menganggap bahwa mereka benar-benar tidak bisa melakukan apa-apa.

Banyak hal lain juga yang didapat, belajar bahasa isyarat contohnya, sekalipun selalu salah dan sering tidak paham, tapi seriusan belajar tentang kesabaran di sini. Meladeni mereka, memberi makan, menyiapkan makanan, mengganti popok, bahkan memandikan mereka. Seringkali pun kami pergi berenang bersama, meskipun hanya di waterpoof yang disediakan di kebun belakang tempat kerja. Bagi mereka adalah, kesenangan itu melakukan hal-hal yang sama seperti yang kita lakukan, bukan dibeda-bedakan.

Mereka masiih makan menu yang sama seperti kita, sekalipun beberapa memang ada yang harus dihaluskan terlebih dahulu makanannya, mereka pun melakukan kegiatan sama seperti kita, membaca, menulis, menggambar, menari, menyanyi, meskipun memang harus selalu didampingi. Tapi mereka seriusan sama seperti kita. Bahkan Bewohnerku sangat suka menggambar, membangun lego, mendengarkan musik, dongeng, banyak hal yang kami sering lakukan di sini. Ah, tak jarang pun kami ke bioskop bersama untuk menonton film, dan mereka sangat menyukainya.

Oh... Danke.. 

Karna kalian, aku jadi belajar banyak hal yang belum pernah sama sekali aku pelajari seumur hidup.
Karna kalian, aku jadi belajar bagaimana arti hidup.
Karna kalian, aku jadi belajar bagaimana memuliakan hati
Karna kalian, aku... Sungguh belajar banyak hal.

Terima kasih atas senyuman kalian yang slalu diberikan, tak jarang aku bersedih bahkan marah ketika melihat kalian. Hal-hal yang slalu ada dipikiran pun tetiba hilang sejenak, karna slalu bercanda tawa, bersendau gurau bersama kalian. Terima kasih... 😘😘😘



Mannheim, 14.08.2015
--vidahasan--
Share:

6 August 2015

Hey Seperempat Abad!

Leute, Leute...

Sudah memang tradisi saya untuk menorehkan secuil cerita di tiap umur baru. 25 tahun sudah saya hidup, rasa-rasanya baru kemarin saya masih bersepeda ria dengan menggunakan sepeda roda tiga, rasanya baru kemarin rambut saya dikucir oleh ibu saya, sepertinya baru kemarin saya... Ah begitulah tak ada kata-kata yang bisa disampaikan. Sungguh terlalu banyak hal yang membuat diri saya sendiri berfikir, apa yang sudah saya lakukan selama seperempat abad ini?

Tapi bersyukurlah, karna dengan nafas yang sampai di umur ini adalah hal luar biasa. Tepat 25 tahun diberikan pengalaman yang sangat sangat luar biasa. Pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya. Ah berterima kasihlah pada Hidup, Sang Maha Menghidupkan. 

Kollega saya kemarin tanya, "Na, Vida! Gimana rasanya merayakan ulang tahun tanpa keluarga di rumah?" Lalu saya jawab, "Tahun lalu pun ulang tahun tanpa keluarga di rumah, bahkan sangat-sangatlah sederhana. Tak ada kue, tak ada tumpeng, hanya sekedar ucapan doa dari kawan-kawan dekat. Tapi tahun ini buat saya adalah luar biasa, sekalipun saya tidak minta untuk dirayakan atau dirame-rame, tapi rupa-rupanya kemarin segerombolan orang tiba-tiba datang ke rumah dan membawa kue. Itu membuat saua sungguh terharu, sangatlah terharu.. Bagi saya, kebersamaan layaknya keluarga baru ada sangatlah penting." Kollega saya hanya tersenyum ikut merasakan kebahagiaan saya juga.

Begitulah, setidaknya ucapan doa-doa dari kawan-kawan adalah hal yang slalu membuat saya merasa merinding mendengarnya. Sekalipun sehari tapi dikenangnya akan bertahun-tahun bahkan tak akan pernah terlupakan. Terima kasih yang sudah memberikan ucapan dan memberikan kejutan yang luar biasa..

Ayah, Ibu semoga saya pulang dengan selamat, membawa sebuah cerita besar. Banyak hal sekali yang ingin saya sampaikan, banyak hal sekali yang ingin saga bagikan ke kalian. Terima kasih untuk tetap mendukung apa impian saya sampai saat ini.

Semoga di umur 25 tahun ini, saya selalu sehat, sehat dan sehat. Jikalau sehat, ketika ingin melakukan apapun juga akan membawa keberkahan. Aamiin in sha Allah.. ☺️ setidaknya harus bisa lebih membawa diri ke arah yang lebih baik lagi, mengurangi untuk mengeluh, dan selalu berbanyak syukur. Membawa pengalaman ini ke ladang para pejuang yang sebenar-benarnya pejuang. Saya sampaikan terima kasih :)


(The birthday 4.08.2015)

--vidahasan--

Share:

9 July 2015

Gang Goyang--

Cerpen ini sebenernya udah lama banget aku buat. Pas buka-buka email, kok jadi tertarik lagi buat aku pajang di blog. Iya, sekalipun masih kurang greget cerpennya, setidaknya aku pernah membuat cerpen. Hal yang aku cintai sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, menulis. Iya, dengan menulis pun aku bisa mengekspresikan apa yang aku rasakan dan dapat mengemukakannya... Happy writing and reading :)

Pemalang, April 2013

***

Sudah beberapa tahun rupanya. Lama sekali aku tidak mengunjungi tempat ini. Banyak yang berubah dari tempat ini. Tempat di mana aku belajar banyak hal dari orang-orang biasa yang sungguh luar biasa. Tempat ini, tempat yang menjadikanku dari yang bukan apa-apan menjadi apa-apa. Aku menyusuri jalan sempit yang mengarah ke arah gang goyang. Dulu gang ini ramai, banyak orang yang berlalu lalang melewati gang ini. Jika orang-orang pergi ke pasar, anak-anak bersekolah, para orang tua bekerja pun harus melalui gang ini. Gang ini seperti gang utama untuk mengarah ke tujuan bepergian masyarakat setempat. 

Sejak dibangunnya jalan raya 10 tahun yang lalu, dan berdekatan dengan tepi sungai Brengas, masyarakat pun lebih menyukai lewat jalan raya daripada gang goyang ini. Apalagi sekarang perekonomian masyarakat sekitar gang goyang ini sudah mulai meningkat, sehingga mereka tidak perlu repot pergi berjalan kaki atau menunggu mobil angkot untuk mengantarnya ke pusat kota. 

“Mba Darla. Mba Darla kan? Putrinya Pak Samsul?” Panggil seorang Ibu, yang berpapasan denganku. Aku tersentak, karena wajah si Ibu tidak begitu asing bagiku. Aku sedikit lupa, karena saat itu aku masih berumur 3 tahun, dan setelah umur 6 tahun aku pun pindah rumah karena Ayah mendapat tugas di luar kota, jauh dari kota tempat tinggal asalku. 
“Iya Ibu, saya Darla.” Sapaku, mengajaknya bersalaman. 
“Ya Allah, Mba Darla sudah semakin besar. Cantik lagi. Yuk mampir ke tempat Ibu. Masih ingat Ibu tidak?” Katanya. Wajahnya tenang, ramah dan santun. Sepertinya aku merasa dekat dengannya, seperti si Ibu selalu tahu dengan keadaanku dengan baik. 
"Ibu bisa saja.” Ucapku malu-malu, meskipun aku masih agak bingung dengan ajakannya. Tapi entah kenapa aku pun mau untuk mengikuti langkah dan gerak cepatnya. Si Ibu menggandeng lenganku, sambil bercakap-cakap. 
"Ya Allah, mba Darla. Ibu kangen sekali sama mba Darla. Dulu Ibu yang selalu merawat mba Darla, pas mba Darla masih kecil. Terakhir Ibu mengurus mba Darla ya waktu mba Darla umur 6 tahun itu.
”Ibu itu masih saja bercerita dengan semangatnya. Menceritakan tentangku ketika aku kecil. “Nah, ini lho Nak, rumah Ibu. Maaf ya, rumahnya tidak sebesar seperti rumah mba Darla.” Katanya dengan berwajah musam seperti menyesal mengajakku ke sini. 
“Ah tidak apa-apa Bu. Saya sudah sering kok tinggal di rumah seperti ini. Saya justru senang, karena dengan begitu saya bisa belajar banyak tentang kehidupan.” Ucapku, sedikit menenangkan si Ibu. 

Si Ibu tiba-tiba menangis dan memelukku erat. Rasa-rasanya ada hal yang ingin beliau sampaikan kepadaku. Rasa-rasanya aku begitu dekat dengan beliau. Rasa-rasanya aku sungguh tidak punya malu untuk tetap bersama beliau. Dan rasa-rasanya beliau seperti Ibu kandungku. Aku dibesarkan di keluarga yang cukup berada. Ayahku adalah seorang tentara yang memang tugasnya saat itu selalu berpindah-pindah, sedangkan Ibuku? Aku tidak tahu dengan keberadaannya. Ayah tidak pernah bercerita tentang Ibu kandungku. Memberikanku fotonya saja Ayah tidak pernah, seperti Ayah menutupi keberadaan Ibuku. Tapi Ayah pernah berkata, “Ibumu adalah orang yang baik Nak. Yang jelas jika nanti suatu saat kamu berjumpa dengan Ibumu, jangan pernah sekalipun kamumembencinya. Karna dia berjuang hidup demi kamu.” Begitulah kiranya pesan Ayah.  

Jadi, tidak ada salahnya jika aku merasa bahwa Ibu yang sejak tadi memelukku adalah Ibu kandungku. 
“Sini Nak, sini. Duduk di sini. Sebentar ya.” Si Ibu, menyuruhku masuk dan duduk di bangku yang kursinya, seharusnya sudah tidak digunakan. 
"Pak. Pak... ada Mba Darla.” Teriaknya dari dalam. 

Si Ibu, keluar dengan menggandeng tangan seorang laki-laki sebaya Ayahku keluar. Dia seperti tertegun dan terkejut melihatku berada di hadapannya. Aku merasakan ada hal yang aneh terhadapnya. Ada rasa rindu yang begitu mendalam dari diriku. Seperti rasanya aku ingin memeluk laki-laki sebaya Ayah ini. 

“Ya Allah. Mba Darlaaaa...” Panggilnya yang tiba-tiba beliau meneteskan air matanya untukku. Beliau berlari dan memelukku. 
Si Bapak, menangis tersedu-sedu sambil memelukku hingga akhirnya pun aku tak dapat menahan air mata yang sedari tadi aku bendung. Aku bingung, kenapa mereka sampai sehisteris seperti ini bertemu denganku. Ada apa sebenarnya? Apa yang sebenarnya terjadi? Hati ini, otak ini, bertanya-tanya dan aku pun merasa kalang kabut dengan semua ini. Aku tidak mengerti. Ada yang disembunyikan oleh Ayah untukku.

***

Share:

24 June 2015

Perjalanan dari Augsburg menuju Mannheim

Augsburg, 03.05.2015

Sunday morning rain is falling... Lagu ini cucok banget didendangkan minggu pagi ini karna diguyur hujan cukup deras. Rencana awal pengen keluar keliling Augsburg pun gagal, dan akhirnya kami hanya bercengkerama akrab dengan mbak Mia's Family. Tidak apa, begini pun masih asik, asal sama orang Indo dan emang berasa kaya sodara (jauh) aja gitu yang lama tak jumpa, sekalinya jumpa ngobrol tak henti-hentinya. Padahal aku baru jumpa pertama kalinya sama mbak Mia hehe...

Kehangatan dan keakraban ini yang aku rindukan, ah Mensch! Sayang waktu memang sangatlah cepat berlalu. Sekalipun aku dan Hanir sudah bangun lumayan pagi, yaahh sekitar pukul 9:30 sih haha trus kami sarapan trus bercuap-cuap deh. Makan siang pun ala-ala dan dibikinin mas Flo Pizza rumahan. Keakraban semakin terasa. Danke mbak Mia's Family hihihi...

Well, rencananya aku dan Hanir akan menggunakan grup tiket lagi, gara-gara harga tiket Bus ke aras Karlsruhe harganya lumayan menguras kantong. Akhirnya kami memutuskan untuk berkeliling dengan menggunakan tiket Bayern untuk berdua. Saat itu 4 kali pindah kereta, dari Augsburg menggunakan kereta regional ekspress ke arah Treuchtlingen, dari Treuchtlingen menggunakan regional bahn ke arah Würzburg, dari Würzburg menuju ke Osterbrücken menggunakan RE juga, lalu Osterbrücken ke Mannheim menggunakan kereta cepat atau S Bahn (schnell Bahn). Begitulah perjalanan kami biar bisa dapet harga murah haha...

Naaahhh... Perjalanan ini ditempuh sekitar 7 jam ya, bayangin 7 jam!!! Hahah macamana coba deh 7 jam 😳😳😳 tapi tapi tapi tiba-tiba pas perjalanan dari Treuchtlingen menuju ke Würzburg, terus liat Verbindung (jadwal) lagi rupa-rupanya kereta dari arah Würzburg ke Osterbrücken nggak beroperasi... Huah!!! Mampuslah kami berdua terdampar. Tewasnya juga paginya aku dapet kejatahan masuk pagi pula.. Duhlah 😔😔😔

Aku baru bangun tidur di kereta, terus tiba-tiba Hanir memberi kabar yang tak sedap didengar in. Terkejutlah aku, masih belom sadar pula, ya setengah sadar lah ya.. Well, sembari mengisi perut karna lapar ke Backwerk sembari berpikir. Hmm... So, ada alternativ yang lain tapi kami harus transit 3 kali. Dari Würzburg menuju ke (lupa nama stasiunnya) pokoknya uda hampir menuju ke arah Heilbronn, trus lupa daerah mana lagi yang melaju ke arah Heidelberg, trus dari Heidelberg baru deh sampe Mannheim. Kalo buat Hanir emang jadinya 4 kali, trus dari Mannheim dia langsung cabut ke Wiesental. Nah saat itu permasalahanku adam nggak ada kereta lagi yang menuju ke rumahku. ITU BIKIN NYESEK!!! Masa iya kudu nungguin shubuh? Terus gawean aku??? Haha

Ada banyak alternativ, intinya kalo uda nggak ada kereta antara aku harus nunggu, atau ke tempat Hanir. Pokoknya yang penting sampai dulu di Mannheim, jadi biar lega, kalo jam segini (saat itu jam 19:30) masih di Würzburg, maka harus segera diselesaikan permasalahan ini.. Haha nah setelah mendapatkan kepastian, akhirnya kami pun tetap melakukan perjalanan dengan 3 kali transit. Sembari menunggu karena kereta tiba pukul 20:38 kami pun akhirnya memutuskan untuk membeli noodle box di warung asia di stasiun, yang jelas 1 buat berdua, buat cemilan (hah? Cemilan?) yah begitulah...

So, kereta kami pun tiba daaaann yah kami pun berada dalam hangat di kereta. 

Sekitar beberapa menit kemudian kereta kami telah sampai menuju tempat transit pertama. Daaannn tadaaaa kami jumpa dadakan sama si Ragil hahahaha nambah temen lagi. Nah, gegara berjumpa sama dia jadi nggak konsen baca jadwal yang udah di printout sama si bapak petugas deh.. Pasalnya, kami turun di peron berapa, terus kereta selanjutnya berangkat dari peron berapa. Nah iyaaa selang dan hampir mepet banget waktunya kami langsung lari-lari cari peron yang lain. ALHAMDULILLAH... kereta telat datengnya haha untung aja lah yaa... Soalnya uda terdampar dimana gitu, kalo telat kan juga repot. Aku paginya dines pagi soalnya 😰😰😰

So, kereta kami telat sekitar 10 menit. Semua penumpang udah panik karena takut tertinggal kereta selanjutnya yang melaju ke arah Heidelberg. Pantesan itu tadi peron sepi banget *pikir kami* rupanya kami bertuga salah peron. Di malam itu kami tertawa lepas, entah kenapa yang jelas kemungkinan besar adalah karena kebodohan kami ini 😂😂😂

Melajulah kami ke stasiun transitan berikutnya, dan lagi-lagi ini kereta seriusan kurang ajar mah telatnya. Kebangeten banget gitu... Hahaha penumpang malam nggak banyak juga kan saat itu, akhirnya kami penumpang yang hanya sekitar kurang dari 20 orang melakukan protes keras. Ragil saat itu juga ikutan maju, iyalah gegara ada mbak-mbak yang juga ikutan maju, jadi dia juga ikutan maju hahahaha koplak kau gil!!! 😜😜😜

Nasib kami memang sangatlah menyedihkan haha ya nggak menyedihkan juga, sebenernya juga uda terencana dengan rapi, tapi gegara DB Bahn akhir-akhir ini emang agaknya sedang mogok dan kacau, rencana itu pun jadi berantakan semua. Pffft...

Nah, intinya sih perjalanan kami ini berliku, tapi ujungnya dan alhamdulillah sampai ke tujuan akhir. Iya kaya hidup, sekalipun hidup berliku, pastinya akan ngedapetin sesuatu yang diharapkan asal disandingi sama usaha dan doa hihihi...

Aku sampai rumah tepat pukul 12:30 dan dengan basah kuyup. Iya terpaksanya harus turun 1 halte sebelum halte rumah, karena uda nggak ada kereta lagi ke sana. Alhasil dari halte ini aku jalan kaki disambut guyuran hujan... Huaaaahh *aku curhat ya? Ah biarlah haha lagian juga ini tulisanku kok, jadi bebas berekpresi aja gitu :p*

Kami terdampar!

Mannheim, 24.06.2015
--vidahasan--


Share:

München (last day)

München, 26.12.2014

Macamana, liburan natalnya telah usai. Seriusan loh yang ngasih jatah libur natal bukan aku, dari pihak tempat kerja. Sejujurnya pengen ambil jatah libur tahun baru aja, tapi malah kebanyakan libur ambil tahun baru daripada natal. Di luar dugaan yang aku kira.. Hahaha

Ini hari terakhirku berada di kota München, ah seriusan München sih keren apalagi berjumpa dengan orang-orang kece di sana. Satu hal yang patut disyukuri adalah, matur nuwun mas Ade buat tiket sighseeing di München. Selama di Jerman aku belom pernah sama sekali pake bus keliling begituan, rasanya macam ah susah lah diungkapkan. Setelah berkemas, karena busku berangkat sekitar pukul 6 sore, dan paginyaaaaa pas banguuun dari jendela kamar si Rangga...

Waaaa saljuuuu banyaaaakkk... Aku langsung excited, langsung seneng cepet-cepet beberes dan langsung jalan menuju ke depan halaman gedungnya si Rangga. Sambil bawa barang tentunya... Langsunglah kami main-main salju, sambil berfoto-foto hehehe ndeso yo ben, sing penting weruh salju og hahaha... Iya, baguuuusss hari terakhir di München malah dapet pemandangan super duper keren ini, putih semuanya bo'. Nah, karena 3 hari kemarin belom keliling München, hari ini lah saat yang tepat buat keliling München.

Tujuan pertama setelah dari kosan si Rangga menuju ke BMW museum, jaraknya ya deket masih terlihat sih dari tempat tinggal si Rangga, makanya kami jalan kaki.. Cuman lumayan juga sih jalan kaki dengan bawaan yang begitu berat haha but, tetep yang namanya strong woman, ya strong woman aja, biasa nguli juga jadi nggak masalah haha... Di jalan disuguhi pemandangan putih, iyalah bersalju gitu.. Tapi seriusan keren. Tahun lalu nggak sebanyak tahun sekarang, malah kayaknya nggak bersalju sama sekali, cuman Jerman bagian selatan aja yang deket sama pegunungan Alpen deh kayaknya...

So, Rangga bilang ada bagian museum yang masuknya gratis dan nggak perlu bayar, sayangnya karna pas aku dateng hari natal begini, jadi semuanya pada tutup termasuk museumnya. Nggak papa deh, kena potret mobil yang berada di bagian depan museumnya, daripada nggak ada sama sekali. Setelah itu, kami melanjutkan menuju ke Olympia park. Jadi. Olympia Park ini di dalamnya ada berbagai macam bangunan termasuk stadion yang (menurut versi aku denger) dulu seringkali buat latihan FC Bayern München sebelum adanya Allianz Arena. Selain stadion, ada juga semacam aquarium gede yang ada di dalamnya. Iya tempat buat pergelatan akbar buat olahraga sih sebenernya.

Di sisi bagian kolam ada bukit olympia, dan echt wunderschön mit der Schnee!!! Aku uda aufgeregt aja dan minta naik ke atas sampai puncak bukit. Meskipun perjalanannya lumayan terutama lagi dengan bawa barang haha... Tapi tetep masih kuat lah, masih bisa tahan... Jadi nggak perlu ada keluh kesah, ini cuman pengen cerita doang hahaha...

Setelah puas menikmati pemandangan sebagian München dari bukit Olympia, kami melanjutkan perjalanan menuju ke dekat stasiun, lebih tepatnya ke daerah kawasan Königplatz. Di sanalah kami berjumpa dengan si Awan kembali...

Setelah dari Königplatz kami berlabuh menuju ke stasiun, intinya sih makan hahaha.. Makanlah kami di McD (ini emang dah ya restoran paling praktis, karna dimana-mana ada). Aku pun mengantong hamburger dan pommes untuk di jalan. Eehhh... Selang beberapa jam kemudian, makanlah aku lagi di masakan thailand haha... Duh lah makan banyak gini deh yeuuuhh... Ahelah 😁😁😁

Ranggaaa... Awaaann... Diah... Sigit danke yaaa uda ditemenin muter-muter, udah diajakin ngobrol-ngobrol. Ah gokil lah pokoknya kenal sama kalian ini... Kapan-kapan aku main ke München lagi dan jangan bosan-bosan buat ngasih tumpangan ke aku lagi!!! 

Lalu, aku pun kembali ke Mannheim... 

Mannheim, 23.06.2015

--vidahasan--
Share:

23 June 2015

Augsburg-Salzburg (2)

Salzburg, 02.05.2015

Pagi Augsburg...

Kami bersegera berkemas diri. Rencana awal berangkat pukul 7 pagi, biar ada waktu banyak sampai di Salzburg. Kami pun berglutak glutuk pagi-pagi, berbisik-bisik pelan, karna pastinya membangunkan seisi rumah yang sedang tertidur lelap hahaha ampuni kami mbak miaaaa 😂😂😂 mau gimana lagi karna ujungnya pun memang diharuskan bangun pagi biar bisa santai dan nggak buru-buru sampai Salzburg.

Augsburg pun diguyur gerimis, berbondong-bondong keluar rumah, sampai di Haltestelle, handphone si Ika tertinggal. Antara mau balik lagi tapi trem uda mau dateng, dan takutnya rencana awal gagal, akhirnya dia merelakan untuk meninggalkan handphonenya --nggak papa lah Ka, seharian doang nggak berhari-hari hihihi-- trem tiba, dan langsung menuju ke stasiun berjumpa dengan si Rekha. Kami harus menggunakan kereta menuju ke arah München, setelah itu baru deh dari München menuju ke Salzburg.

Augsburg-München membutuhkan waktu tempuh sekitar 1,5 jam, sedangkan München-Salzburg sekitar 2-3 jam. Tiketnya? Mahal nggak? Ouch, jadi gini... Di Jerman ada tiket bepergian buat barengan yang disebut dengan Gruppenticket, nah karna kami pergi berempat, kami pun menggunakan Gruppenticket tersebut. Maksimal untuk grup tiket ini hanya untuk 5 orang (penjelasan lanjutnya ntar ada judul sendiri kok) hahaha nama tiket kami Bayernticket.

Kami berempat membawa bekal seadanya, seadanya di rumah mbak mia... Hihihi sampai wortel pun dibawa buat cemilan. Tapi untungnya sih si Rekha bikin kue gitu, judulnya kue nutella dan enak, habis deh itu kue. Enak kok Rek!!! 😄😄😄 tetep yaah kalo bukan orang Indo, kalo nggak jajan lagi sampai di München haha... Ujungnya jajan lagi, beli roti lagi meskipun uda makan makanan bergizi di kereta tadi. Sampai-sampai penumpang sebelah melihat kekocakan kami karna di atas meja banyak sekali makanan berserakah hahaha maklumlah, orang sini kalo di perjalanan yang dibawa mah buku bacaan/ koran sama dengerin musik. Nah ini? Makanan banyak numpuk mah iyaa... Nyampah doang yang ada. Tapi kami nggak separah itu kok, seperlunya aja mah, nggak banyak-banyak amat juga heheheheh...

Nah... Setelah perjalanan berjam-jam (cuman 3 jam sih) tibalah kami di kota Salzburg...

Salzburg salah satu kota di Austria yang biasa disebut dengan kota Mozart. Iya, karna Mozart lahir di Salzburg dan karya-karyanya pun melegenda di Salzburg. Bahkan sampai rumahnya beliau dijadiin museum juga. Sayangnya kami memang nggak masuk, iya karena bayar, makanya kami nggak berminat untuk masuk museum 😄😄😄

Pas dateng pertama di kota Salzburg suasana negeri Austrianya emang kerasa banget. Berasa banget beda nggak kaya di Jerman. Mungkin yang bikin beda itu dokarnya kali ya, makanya deh emang berasa banget di Austria. Suasananya masih terkesan suasana klasik pokoknya... Kami memutuskan untuk berjalan kaki mengelilingi kota ini. Jaraknya juga lumayan sih, tapi karna memang kami pelit ongkos buat naik kendaraan, maka kami memilih untuk tetap berkeliling dengan jalan kaki. Yeah, it's ok. Lagian nih, kalo jalan kaki justru lebih asik bisa ngeliat kota secara cermat. Jadi nggak tertinggal tempat menarik, kalo naik trem, bus atau sejenisnya pasti ada aja ngelewatin tempat yang menarik hahaha...

Nah, tujuan utama kami ke kota tua dan view of the topnya. Perjalanan kami melewati beberapa tempat keren namun tetap hujan masih saja mengguyur kami. Oh sweety rainy!!! Sekalipun hujan, 3 dari 4 orang membawa payung cobalah tebak siapa yang nggak bawa payung sendiri??? Iyaa tebakan lo bener... Gueee yang nggak bawa payung. Nape, masalah? Yang bawa payung aja kagak masalah hahahaha... Ah iya, kan payung aku ilang atau lebih tepatnya aku lupa naruh dimana payungnya terus nggak kebawa deh payungnya --baiklah di skip aja gitu lah--

Tempat yang kami kunjungi pertama adalah istana dan taman Mirabell, sejujurnya aku kurang begitu paham sejarahnya gimana dan ada apa aja di sana haha yang jelas nih ya, Salzburg itu salah kota yang masuk dari daftar UNESCO World heritage site, karena salah satu kota internasional dengan bangunan asrsitektur zaman Barock. Cuman yah, di istana dan Mirabell garden, sudah agak sedikit moderen kalo menurutku. Jadi masih semacam bangunan-bangunan biasa modern biasa gitu lah. Terus di seberang jalan taman Mirabell ada Mozarts wohnhaus (tempat tinggal Mozart), kami nggak masuk, ditekankan lagi karna kami pelit haha lebih tepatnya nggak punya duit sih 😂😂😂 jadi nggak masuk. Jadi, cuman liat-liat depannya sama foto-foto doang. Nah, berjalan agak mengarah ke kanan dikit, sekitar 50-100 meter sudah mulai masuk ke river Salzach (sungai Salzach) beserta jembatannya yang tetep banyak dengan beribu gembok cinta hahaha... Nah di sinilah ide gila si Rekha muncul. Jadi nih, karna Salzburg juga salah satu kota musik, maka banyaklah pengamen jalanan dimana-mana. Saat itu, di jembatan Salzach ada salah seorang pengamen, trus dia punya ide gila mau nari-nari gitu. Aku mah apa atuh, hanya seorang pemalu jadi alhasil cuman ngerekam kehebohan mereka bertiga. Iya dan tak banyak yang ketawa melihat kegilaan mereka bertiga. Termasuk akuuu hahaha... Tentunya tetep ngasih sekeping euro lah ya buat pengamennya. Pengamennya kan juga sudah terhibur dengan adegan orang-orang ini hahahaha...

Nah, setelah melakukan penyeberangan, tibalah kami di kota tua nan indah permai, yang bangunannya macam dari zaman Barock. Daaaannn tadaaaaa.... Lagi dan lagi kota tuanya jadi jelek karena harus diperlihatkan dengan kondisi yang hmmm nggak banget menurutku. Saat itu lagi ada banyak pembangunan baru, makanya ini yang kota tuanya di gambar google cantik jadi nggak menari gegara ada pembangunan baru itu... Hpfftt!!!

Saat itu ada festival marathon, kota ini seriusan dipadati dengan ribuan manusia. Ramaaaaiii.... Iya tetep sih keren. Tujuan kami selanjutnya itu ke Hohensalzburg jadi di tempat ini bisa ngeliat kota Salzburg dari atas bukit gitu. Muter-muter kami mencari tempat masuknya sampai ujung ke ujung lagi, sampai akhirnya ketika aku memotret beberapa rumah yang modelnya menurutku asik, aku ketabrak tiang T.T menyedihkan banget kan... Antara diketawain, ngempet ketawa, atau menyedihkan hahaha semuanya ada itu di antara mereka bertiga 😁😁😁😁

Nah, akhirnya kami menemukan tempat masuknya ke Hohensalzburg. Jadi untuk mencapai sampai atas itu kami dianjurkan untuk menggunakan lift. Awalnya sih niatnya maunya naik aja gitu ya, tapi tapi kami nggak tau arah yang naiknya tanpa menggunakan lift, maka alhasilah kami harus masuk dan bayar sekitar 3€ per kepala. Tapi ini hanya naiknya doang, turunnya mah jalan kaki aja gitu lah yaa...

Sebenernya di bukit sana juga ada kastil, tapi tujuan kami cuman ke bukit yang tanpa kastil. Lagian juga kastil dimana-mana ada sih, jadi udah biasa haha makanya kudu nyari yang luar biasa 😃 setelah melakukan pemotretan (yang aku pake buat profil picture facebook hahaha) kami pun melanjutkan perjalanan. Ini nih, niatnya cari jalan buat turun ke bawah, ealah nyasarnya kemana-mana malah muterin perbukitan. Udah gitu seriusan nggak tau arah, hp roaming nggak ada navi... Pasrah saja lah hahaha...

Mengikuti jejak yang ada di depan, melangkah melangkah dan terus melangkah ujungnya balik lagi ke tempat semula. Iya kan muterin bukit barisan di Salzburg hahahaha kurang keren apa coba deh... Kami ngedaki, tapi ngedaki perbukitan, bukan ngedaki gunung yang kaya di Indonesia hahaha... Keren sama kecelah pokoknya ini mah...

Akhirnya setelah sampai lagi ke tempat semula, kami pergi ke toilet, setelah itu kembali berfikir jernih biar lancar turun ke bawahnya. Yap!!! Dan kami menemukan jalan pulaaaang... Horaaayyy!!! Hahahaha sampai bawah ujungnya adalah ke Residenplatz dan kuburan di deketnya. Kirain bukan kuburan, taunya kuburan, kuburan nggak terliat seperti kuburan, soalnya uda tempat wisata banget nih di sini.

Oh iya, di kota tuanya juga ada Mozart Geburtshaus (tempat lahirnya Mozart), kami lagi-lagi melewatkan buat nggak masuk karna bayar hahaha... Jatuhnya kami lapar, dan makanlah kami di Nordsee semacam warung makan ikan-ikan gitu deh hehehe... Setelah makan kami kembali lagi ke Mozart monument dan membeli beberapa lembar kartu pos. Lalu, pulanglah kami kembali menuju Augsburg...

And you know what? Sejujurnya aku kudu ijin dulu nggak sih cerita ini sama mereka bertiga? Tapi pengalaman ini seriusan nggak akan pernah aku lupain seumur hidupku... Jadi, aku minta ijin aja deh kalo gitu di sini hehehe ijin yaaak hanir, ika, dan rekha 😁😁😁😁

Nah, sepulang dari Salzburg, ini anak-anak berdiskusi ingin ke salah satu cafe dan bar di Augsburg. Semacam reunian mereka sih sebenernya, sejujurnya aku nggak ada Lust. Tapi, daripada sendirian dan nggak ngerti jalan pulang maka aku pun mengikuti kemanapun mereka pergi, iya kan gue bukan Augsburger, jadi nggak ngerti kota Augsburg sama sekali hahaha...

Well, sampai di Augsburg sekitar pukul 9 malam, dan pergilan kami menuju ke Bar dan Cafe. Agak risih gimana, karna orang-orang pada ngeliatin aku dengan anehnyaaa... Iya secara aku berjilbab, dan jilbab aku saat itu ngejreng gitu warna kuning, kan keliatan banget. Oke, aku abaikan orang-orang itu haha... Aku pun memesan Fritzkola, kalo yang lainnya mah jangan ditanya, pesen apa. Pokoknya aku beda sendiri pesennya dari mereka huehehe... 

So well, rupanya makin malam ini bar makin rame, musik disco pun didendangkan. Duhlah telinga aku berasa mau copot... Dan bertiga kecuali aku berdansa ria di atas sana. Aku sih cuman duduk manis, anak manis kan duduk dengan tenang, santai dan hmmm kalem gitu lah pokoknya hahaha... Terus semakin larut, aku semakin bosaaaann... Aaaahhh uda bolak balik mainan HP tetep aja bosan dan ujungnya pun ngantuk.

So, tanpa sengaja aku menggeletakkan kepala di atas meja menghadap ke arah tembok. Sebelumnya Hanir dan Rekha nyamperin dan tanya memang alles klar, alles klar? Dua kali ditanya mereka masih oke oke aja. So, rupanya aku merem dan tertidur di atas meja hahahaha... Tetiba, beberapa menit kemudia security ngebangunin aku dan aku dilarang untuk tidur. Wealah... Rupanya dilarang tidur, dikira mabuk kali akunya.. Kagak pak, ini seriusan ngantuk banget nungguin anak-anak joget..

Well, selang 15 menit kemudian si Ika dateng, dan aku uda nggak kuat "Pulaaaang yuuuuukk... Aku dimarahin security nih gegara tidur tadi. Ngantuk banget abisnya..." Si Ika kaget, langsung naik lagi terus manggil si Rekha sama Hanir. Akhirnyaaaa mereka turuuuun hahaha... Well... Ini sih pengalaman pertama banget ke bar trus dimarahin sama security. Duhlah... Hahaha

Pulangnya karena laper akhirnya mampir ke McD terus karena uda nggak ada bis lagi, karena saat itu uda sekitar pukul 2 dini hari, kami pun jalan kaki sampai ke rumah mbak mia. Gilak booo' lumayan bangetlah hampir sejam nih jalan kaki malam-malam. Bukan, bukan, lebih tepatnya renungan malam lah karena menelusuri beberapa tempat sepi hahaha...

Ah apapun itu, tenan... Aku masih aman kok, kan kami beramai-ramai jadi tak ada masalah dan sampai di rumah mbak mia dengan selamat...

Mannheim, 23.06.2015

--vidahasan--



Share:

Augsburg-Salzburg (1)

Augsburg, 1 Mei 2015

Salzburg, salah satu kota di Austria, kota tempat lahir seorang musikal legendaris Mozart. Pada kenal kan? Iya, ke Salzburg sih emang uda direncanain dari semingguan yang lalu. Kebetulan aku sama Hanir dapet libur pas weekend, maka berencanalah kami mengunjungi mbak Mia di Augsburg sekalian ke Salzburg kekekek...

Kami berdua cabut menggunakan bus dari Karlsruhe pada tanggal 1 Mei sore hari. Saat itu hari sedang hujan, sebenernya tidak begitu hujan, hanya saja gerimis gede haha sama ajalah.. Pada awalnya kami mengira kami akan mepet sampai di Karlsruhe, tapi ujungnya kami menunggu sekitar satu jam di sana karena kami lebih awal sampai di sana. Kenapa berangkat dari Karlsruhe? Iya, kan lumayan lebih murah gitu sih maksudnya. Padahal juga sama aja, cuman Hanir minta biar nggak terlalu lama di bus makanya dari Karlsruhe lebih baik haha sip oke. Nggak masalah...

Sembari menunggu bus datang, kami menyempatkan diri untuk membeli roti, iya maklum saja karna kami pergi tanpa perut terisi lebih dahulu. Aku berjumpa dengan Hanir di kereta tujuan Karlsruhe, kan sama aja tuh soalnya ngelewatin daerah Hanir tinggal hehe... Yaudah deh berjumpalah kami di dalam kereta.

Setelah sekitar 40 menitan, kami berdua pun menuju tempat halte dimana bus kami berada. Rupa-rupanya, si bus sudah magang cukup lama di sana hahaha tau gitu mah daritadi uda masuk bus, daripada kedinginan karna hujan begini macamnya. Ah sudahlah tak perlu disesali, yang penting kan nggak tertinggal bus. Hihihi

Also, perjalanan dari Karlsruhe-Augsburg sekitar 3 jam, dan sepanjang perjalanan kami ngobrol tiada henti hahaha padahal yang lain sudah pada terlelap. Maklum, karna hari perjalanan kami diguyur hujan. Makanya karena kebawa suasa itu bisa saja para penumpang mabuk ngantuk hihihi terkecuali kami berdua.

Berangkat sekitar pukul 15:30an, sampai di Augsburg sekitar pukul 19:30an... Dan setelah 3 jam perjalanan kemudian, sampailah kami di Augsburg.. 

Sebentar, gue sapa dulu si Augsburg Hallooooo Augsburg!!!

Augsburg itu salah satu kota yang terletak di regional Bayern, nah ada apa aja di sana? Kalo dari sepengetahuanku, Augsburg itu kota lahir dari Bertholt Brecht, siapa itu Brecht? Brecht salah satu sastrawan Jerman yang menghasilkan beberapa karya seperti puisi dan drama. Hasil karyanya itu sangat di kenal oleh masyarakat di Jerman, pasalnya karna Brecht hidup pada zaman perang dunia kedua atau zaman Exil. Nah, skripsiku dulu juga ngebahas beberapa karya puisi dari beliau ini. Makanya deh, rasa-rasanya agak dag dig dug gitu pas nyampe di kita Augsburg hahaha nggak tau kenapa gitu lah hahaha

Well, kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke rumah mbak Mia. Perjalanannya cukup panjang sih sekitar 40 menit sampai di rumah mbak Mia dengan menggunakan trem. 

40 menit kemudian, tibalah kami di rumah mbak Miaaa... Ramah tamah, dan ngobrol-ngobrol, ketemu sama si Leana, dan mas Flo. Ah berasa rumah sekali lah ini... Huhuhuhu...

Setelah itu, kami pun merencanakan perjalanan hari esoknya menuju ke Salzburg, pikirnya sih ke Augsburgnya hari keduanya, tapi ya liat ntar deh, berhasil keliling Augsburg atau nggak? Makanya tunggu cerita selanjutnya dulu yak hihihii

Gute Nacht...

Mannheim, 22.06.2015
--vidahasan--


Share:

22 June 2015

Ramadhan kedua di negeri 4 musim

Mannheim, 22 Juni 2015

Iya, waktu begitu cepat hingga Ramadhan keduaku di negeri 4 musim pun kembali hadir. Rasanya baru kemarin aku ber Ramadhan, dan sekarang Ramadhan sudah datang kembali. Ah... Tak sadar akan cepatnya waktu. Sebentar lagi pun Ramadhan berlalu, see it? The time flies...

Tulisan ini cuman hanya sebagai pengingat ketika nanti aku kembali lagi ke tanah air. Bagaimana harus bersyukurnya aku ketika berada di tanah air. Kami di sini sungguh berlomba-lomba ingin mendapatkan pahala, ingin mendapatkan keberkahan Ramadhan, namun waktu malam yang begitu singkat hendaknya sangatlah sulit untuk kami lampaui. Iya, berpuasa dengan waktu selama hampir 19 jam adalah hal yang luar biasa. Oh, bahkan tidak begitu luar biasa, karna ada yang lebih panjang dari kami di negeri Eropa tengah ini. Helsinki, 21 jam! Wohow, ini sungguh sangat luar biasa. Apa kabar yang puasa dengan waktu sekitar 13 jam? Siang dan malam yang seimbang, yang siangnya tak sepanjang kami, dan malamnya tak sesingkat kami?

Kami di sini berpuasa dimulai pada pukul 3 pagi, iya karna waktu shubuh memang jam segitu, lalu waktu berbuka sekitar jam 21:40. Seringnya kami (aku terutama) setelah sholat maghrib langsung tidur terus kembali bangun pada tengah malam untuk isya dan melaksanakan sahur atau bisa jadi setelah maghrib sampai shubuh masih melek karna takut nantinya tidak bisa bangun lagi untuk sholat hahaha begitulah keseharianku di bulan Ramadhan. Setelahnya, kami pun harus menuntaskan aktivitas di luar, kerja, kuliah, sekolah, belajar, dan lain-lain. 

Berada di antara minoritas muslim merupakan sebuah tantangan tersendiri. Pasalnya, semuanya tidak berpuasa, hanya beberapa segelintir orang yang berpuasa (terutama di tempat kerjaku, kemungkinan pun yang berpuasa hanya aku atau bisa jadi hanya aku dan kak novi saja). Pekerjaan kami lebih ringan? Oh kami melakukan pekerjaan sesuai dengan keseharian kami sebelum Ramadhan, masih sama. Tidak ada jam dimundurkan, tetap masih sama seperti sebelumnya. Jadi, apa sulit? Hmmm sulit itu terucap dari diri sendiri, kalo dari awal udah bilang sulit buat ngejalanin puasa, selamanya bakalan sulit. Tapi kalo uda bilang I'm ready with Ramadhan and I would fasting, itu udah beda lagi ceritanya. Semuanya kembali lagi pada diri sendiri.

Dulu atau tepatnya setahun yang lalu, aku masih kepikiran yang tidak-tidak. Bahwa aku merasa tidak mampu dan lain-lain dengan berpuasa hampir 19 jam lamanya, tapi ternyata apa yang aku rasakan berbeda, sesuatu hal yang baru. Alhamdulillah aku berpuasa meskipun tidak full karna halangan. Setidaknya (tanpa dihitung halangan), harusnya aku bisa berpuasa penuh sebulan dengan waktu hampir 19 jam.

Beda lagi dengan di tanah air, kalo di tanah air banyak yang jual macam-macam jajanan berbuka di pinggir jalan atau biasa disebut pasar Ramadhan, rupanya di beberapa tempat di Jerman pun ada. Seperti contohnya di tempat aku tinggal, di Mannheim rupanya ada pasar Ramadhan dan itu pun aku tahu dari kollegaku, tapi pasar Ramadhannya di buka dari pukul 22 sampe pukul 2 dini hari haha aku sih belum ke sana, In Sh Allah kalo pas ada waktu aku seriusan sempetin dateng ke sana.

Terus, kalo ditanya rindu ramadhan di tanah air? Iya jelas rindu sekali ber ramadhan di tanah air. Rasa-rasanya apa yang dibutuhkan ketika Ramadhan semuanya ada, tak perlu repot memasak, tak perlu berbelanja banyak-banyak atau bahkan mahal. Huah!!! Semoga tahun depan bisa dipertemukan dengan Ramadhan lagi dan yang paling penting adalah di tanah air, di tanah kelahiran, dan dimana semua kerabat ada.

Oh iya, salah satu hal yang bikin aku tersentuh adalah, toleransi di tempat kerjaku sangatlah luar biasa sekali. Alhamdulillah, sekalipun aku hidup di minoritas muslim tapi sungguhlah mereka memahami dan bahkan tertarik dengan apa yang aku lakukan hahaha... Soalnya mereka belum terbiasa melakukannya, jadi adalah hal yang sangat baru bagi mereka. Sekali dijelasin, ada yang tanya lagi, akhirnya keterusan jelasin dan berulang-ulang lagi jelasin sampai hafal kalimat bahasa jermannya hahaha... It's ok! Really nice! Bahkan mereka sering sekali sengaja nyisain makanan buat aku berbuka. Kurang toleran apa cobaaaaa???? Hahahaha

Apa ada yang masih ngeluh dengan berpuasa yang 13 jam? Kalo masih ngeluh, harusnya liat masyarakat muslim di Eropa yang berpuasanya lebih dari 13 jam. Jadi, kalo kata ustadz dulu pas kultum di masjid bilang, harusnya masyarakat Indonesia lebih bersyukur karna puasanya tidak sepanjang masyarakat muslim di belahan benua lain. Awalnya aku tertohok pas ustadz bilang begitu, dan iya rupanya 2 kali Ramadhan ini aku ngerasain sendiri apa yang ustadz bilang.

Semoga Ramadhan kali ini membawa berkah.

Happy fasting... 😊😊😊

--vidahasan--
Share: