Showing posts with label Niederland. Show all posts
Showing posts with label Niederland. Show all posts

23 February 2015

Kurz Trip nach Amsterdam

Perjalanan ini di awali dari hanya kepengen kepengen dan kepengen. Awalnya aku mau melakukan perjalanan ini sendiri tanpa siapapun, iya karna aku kira aku sendirian yang dapet jatah libur. Iya maklum, karna dari tanggal 21 Februari - 2 Maret dapet jatah cuti libur dan nggak kerja sama sekali. Kecuali tanggal 24, emang ada jatah seminar dan itu masuk jatah kerja (gue salah ambil tanggal seminar). Tapi mau gimana lagi, seminar yang pengen banget diikutin adanya pas tanggal itu, jadi aku ambil aja --oke fix, skip tentang seminar--

Nah, tanya mumpung tanya rupa-rupanya Hanirla sama Wida juga libur di tanggal yang sama, sama aku. Maka jadilah, kami berencana bertravelling bertiga. Awalnya antara Amsterdam atau Berlin, cek punya cek, tiket ke Berlin lebih nggak bersahabat harganya daripada ke Amsterdam, akhirnya ke negero Belandalah kami bertiga, malah awalnya mau ke Luxemburg, tapi malah justru bingung kalau ke sana mau kemana hehe yaudah, yaudah, fix tanggal 21 (dini hari) ke Belanda. Perjalanan ini kami lalui melalui jalur darat, cukup bus aja gitu tak terlalu mahal. 

Oke, langsung pas hari H aja, aku berceritanya.


Nah, sebelum berangkat menuju ke terminal bus yang terletak di dekat stasiun Mannheim, kami bertiga menyempatkan diri untuk berwefie ria (lokasi di boarding house platanen, lantai 5).


Bus kami berangkat pada tanggal 21 Februari pukul 02:25. Jadi, sebelum jam itu kami harus tiba di terminal bus, dekat stasiun Mannheim. Sebelum berangkat, aku emang sengaja nyuruh Hanir sama Wida buat mampir ke tempatku dulu, mumpung masak banyak terus takut nggak habis, bosen, dengan jatah makanannya, akhirnya aku suruh merekalah ke rumah. Iya maklum aja, rumahku kan emang di Mannheim, jadi kami berangkat tinggal beberapa jam saja nunggu di stasiunnya.

So, jam pukul menunjukkan 00:00, kami pun siap-siap menggunakan kereta menuju stasiun terus jalan kaki ke terminal bus. Kereta yang dari tempatku berangkat pukul 00:21 dan tiba di stasiun pukul 00:50. Gilak, ini mah emang masih nunggu sekitar 2 jam sampe bus ke Amsterdamnya berangkat. Pertanyaannya adalah, busnya udah ada belom? Tentu aja, bus kami belum ada. Kami pun harus rela menunggu sampai pukul 02:00 di stasiun. Parah dinginnya, nggak kuat. Bercengkerama sampai malam, mendengarkan musik, ngemil gorengan, dan lain-lain. Pokoknya kami melakukan sesuatu biar nggak ngerasa lama nunggu jam. Dan akhirnya, tepat pukul 02:00 kami pun berjalan ke terminal bus yang berjarak nggak terlalu jauh dari stasiun kereta (tempat mangkal kami sebelum berangkat). Pas uda nyampe, tau-tau bus kami uda mangkal aja di sana. Tau gitu mah, uda agak dari tadi nunggu di sananya, daripada kedinginan nungguin di stasiun.

Oke, kami pun langsung diperiksa tiket dan data diri kami, terus setelah dicek, kami pun langsung mencari tempat duduk di dalam bus, sembari menghangatkan diri. Wida satu tempat duduk dengan Hanirla, dan aku sendirian. Ya maklum, kan ganjil bertiga, jadi salah satu kudu bobo sendirian 😝 oke dan skip lagi. Bus kami berjalan tepat pukul 02:30, beberapa menit kemudian aku uda tewas aja nggak sadarkan diri. Cukup. Haha

Aku masih belum bisa mengira-ngira berapa lama perjalanan ini. Sesekali terbangun, dan bus berhenti di Frankfurt airport menjemput penumpang yang lain. Setelah itu aku kembali tertidur pulas. Beberapa jam kemudian bus berhenti barang 15 menit untuk istirahat, merokok, toilet, dan lain-lain. Tapi dengan tenang, aku tetap kekeuh bobok dengan nyenyaknya, tanpa menghiraukan siapapun. Uda duduk sendirian, tidur terus, kaki diselonjorin, ah nyaman! Hehe

Oke, perjalanan kembali hingga pukul 06:30 bus kembali berhenti untuk (katanya tour guide kami) sarapan, dan semua penumpang diharuskan untuk turun demi keselamatan barang yang ada di dalam bus. Baiklah, mumpung istirahat selalu sempatkan diri ke kamar kecil, karna itu sangatlah penting. Mau buang air apapun itu terserah, tapi seriusan beneran wajib ke kamar kecil. Setelah itu kami duduk-duduk sebentar, sembari menunggu handphone hanir kembali menyala karna sedang di charging.

Kami pun kembali melakukan perjalanan tepat pukul 07:00, menurut keterangan tour guide, kami akan tiba di Amsterdam sekita pukul 09:00. Ah... Lanjut tidur, pikirku kalau begitu. --emang dasar tukang tidur mah tidur aja gitu--

Pukul 09:00
Dan kami pun tiba di Amsterdam. Buru-buru aku, wida dan hanir turun dari bus. Mencari mesin automat buat beli tiket metro (katakanlah metro biar agak mudah gitu). Setelah nemu mesin automat, pikir dipikir uda diutak utik beberapa kali rupanya emang beda, nggak paham meskipun uda pake bahasa inggris segala macamnya. Akhirnya si wida tanya bagian informasi setempat terus kami cukup harus bertanya lagi ke pusat informasi yang ada di depan stasiun Amsterdam. Dapatlah kami tiket untuk seharian keliling Amsterdam. Lumayan banget emang harga tiketnya, 7.50€ beroh. Lo kalo di Mannheim, 6 sekian euro uda dapet tiket begituan haha. Nggak papa sekali-kali, lagian cukup sekali kan ke Amsterdam 😄 kenapa tiket transport mahal? Iyalah, dimana-mana orang di sana kebanyakan ngendarain sepeda. Pas pertama kali banget aku turun dan nginjak tanahnya aja, uda banyak banget sepeda diparkir, jalan sepeda pun khusus. Kalo kita berjalan di tempat khusus buat sepeda, bisa-bisa kena marah pengendaranya. Itu khusus banget, jerman aja kalah kalo untuk masalah sepeda menyepeda kni kok. Jerman kebanyakan pengendara roda empatnya, lebih luxus. Hello Amsterdam!!!




Setelah dapet tiket, dua orang kawan aku membaca peta. Peta di Eropa itu adalah wajib, nggak ada peta bisa bingung, minimal juga tanya orang kalo ujungnya bingung nggak bisa baca peta. Nah kalo tanya orang terus juga kan nggak enak, maka hak wajiblah kemana pun pergi membawa peta. Nah, selagi menunggu dua kawanku membaca peta, aku? Oh aku mah tinggal ngikutin mereka aja. Mereka kurang mempercayai kehandalanku untuk membaca peta, meskipun kadang sesekali bener, tetep dua orang kawanku ini masih kurang percaya aja dengan kehandalanku membaca peta, alhasil yaudala bengong 😁😁😁

Setelah nemu, tempat pertama kali yang dituju adalah I AM STERDAM letter, tulisan doang sih sebenernya, tapi mungkin kalo nggak ke sana belum ke Amsterdam kali ya hehe. Naiklah kami metro. Nah kan mau naik metro aja bingung mau pake apa, bolak balik baca peta, tau-tau aku cuma baca papan aja gitu cari nomer metro. Udah beres, nggak perlu baca peta lagi, baru deh mereka percaya kalo ada papan gede terpampang di jalan metro berapa aja yang jalan di halte A. Jalanlah sebentar kami ke halte B, dan di sanalah metro tujuan kami beroperasi. Naiknya pun bingung, darimana, giliran aku ngomong lagi malah dibilang "iya po?" Ah yauda, agaknya masih belum dipercaya lagi dengan hanya membaca feeling. Hmm 😝 taunya bener juga 😁😁


Amsterdam Letter


Sampai di sana malah tewas hujan! Yelah! 
Tapi karna masih lumayan pagi, tempat ini masih lumayan sepi. Biasanya kan ramai baby banyak orang, sampai temenku yang minggu lalu ke Amsterdam aja curhat, nggak bisa foto di tulisannya karna saking ramainya. Tempat ini deket sama museum Ritz Amsterdam, pas mau masuk museum, ini mah museum mewah kali, gede banget, batin cuma bilang, pasti mahal masuknya. Dan bener aja masuknya mahal, 17,50€. Pengen masuk museumnya, tapi gegara mahal itulah jadi nggak jadi masuk museum yang super mewah ini. Akhirnya penggantinya museum Ritz masuk ke Amsterdam museum. Jadilah balik lagi naik metro. Balik lagi arah stasiun, trus ke Amsterdam museum deh.


Ritz Museum

Masuk ke Amsterdam museum bayar aslinya 13€, tapi karna kami punya kartu social young akhirnya dapet potongan jadi 9€ deh. Hehe sempet ditanya juga, "jadi kalian mahasiswi?" Diiyain aja, biar dapet potongan haha lumayan kan. Masuk museum aja, tas harus ditaruh di locker, nggak boleh membawa apa-apa, kecuali kamera mah boleh aja. Jaket dan tas kami masukkan ke loker yang udah disediain pihak museum. Yaudah, yang namanya museum kan isinya barang-barang antik gitu. Nah, kalo di Amsterdam museum ini lebih menonjol atau identik ke jaman kehidupan kerajaan Belanda tempo dulu, bahkan di sana juga dijelaskan perjalanan VOC yang sempat juga menjajah Indonesia selama kurang lebih 350 tahun lamanya. Waw banget kan. Iya banget. Banyakan foto-foto dari raja-raja tempo dulu, yang paling diinget buatku di museum ini adalah foto dari pasangan lesbi yang pertama kali menikah di Belanda (aku lupa siapa nama pasangan ini) yang jelas, ini deklarasi yang diijinkan dari pemerintah Belanda untuk menikah sesama jenis.


Frank Witterbrood and Peter Lemke

Oke, sekitar pukul 13:00 kami keluar dari museum Amsterdam. Gerimis masih menyelimuti perjalanan kami bertiga. No problem, tetep jalan aja meskipun hujan pun. Ini semua karna waktu. Udah gitu aja. Berikutnya, kami harus buka kembali peta mengarah ke Anne Frank Huis. Tau itu siapa? Iya sabar, nyar dikasih tau kalo uda ketemu tempatnya 😛 Carilah kembali kami metro, balik lagi ke kota, pusat perbelanjaannya. Terus nyasarlah kami di Madam Taussads. Waaa ini sebenernya pengen masuk banget, uda di depannya pas, tau-tau mahal bo masuknya. 33€ per orang 😂😭😭 nggak papa sebenernya, toh lagian sekali seumur hidup aja habis itu udah nggak lagi. Tapi mengingat karna di Berlin ada juga Madam Taussads, terus belum ke sana, yauda deh di Berlin aja masuknya. Ini sekarang di Amsterdam nyari yang nggak ada di Belanda. Oke, check in ke Anne Frank Huis. Cari lagi halte metro, buka lagi peta, udah mentok tanya orang metro yang mengarah ke Museum Anne Frank. Taunya deket gereja tua yang si Wida Hanir mau masuk, tapi nggak jadi gara-gara disuruh bayar 10€.

Yey! Dan sampailah kami di Anne Frank Huis... Tapi, bentar-bentar (pikir gue pas lagi di dalem metro) "waw gilak! Antriannya dari ujung sampe ujung bo'. Mantep banget ini antrian masuknya. Oh God!" Oke, awalnya antara niat dan nggak niat, sambil berdiskusi jadi masuk apa nggak, akhirnya sembari ngantri paling belakang, baiklah masuk, niat, pasti bisa sampai ujung depan sana! Asli ini sih paling lama banget seumur-umur yang baru pernah aku lakuin. Demi dan demi banget masuk ke museum Anne Frank Huis, bisa-bisanya ngantri sepanjang ini dan bakalan lama banget sampe ujung ticketing sana 😭😭 beberapa kali sampai hujan, gerimis, reda, hujan lagi, gerimis lagi, reda lagi, begitulah. Semacam menembus lorong yang nggak tau arahnya *halah plak* hahaha sampai cemilan kami pun, yang kami bawa dari rumah, akhirnya satu per satu pun tak bersisa, cuma tinggal bungkus-bungkusnya yang ada.
Antrian masuk Anne Frank Huis

2 jam kemudian...
Akhirnya... Bisa sampai ujung yang jualan tiket juga. Selama 2 jam menunggu di luar, ini sih hal gila gegara beneran pengen banget banget masuk ke museumnya Anne Frank hahaha pas masuk uda hampir jadi es batu, saking nunggu lama banget 2 jam di luar. Kalo pas cuacanya bagus sih nggak masalah, lhah ini? Udah berangin, dingin, duhlah asli gila banget sih kalo menurutku.

Oke, dan aku uda janji mau ceritain si Anne Frank ini. Jadi nih, Anne Frank itu salah satu anak gadis dari Otto Frank. Mereka keluarga yahudi yang berhasil bersembunyi selama bertahun-tahun dari kejaran para diktator Nazi pas jaman perang dunia ke dua. Nah, si Anne Frank ini sosok gadis cerda, dia bahkan bercita-cita ingin menjadi jurnalis. Pas umurnya 13 tahun dia memulai menulis diary, menulis tentang kesehariannya di balik persembunyiannya ini. Iya maklum, dengan umur segitu yang seharusnya bisa bermain-main di luar sana bersama dengan teman-temannya harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya di luar sana tak aman karna menjadi target dari para diktator. 

Di Anne Frank Huis (Anne Frank House) inilah semua kisahnya bermula. Bukan hanya Frank family yang bersembunyi, namun ada beberapa orang yang juga ikut bersembunyi di rumah ini. Kalau diceritakn siapa-siapanya aja sih lumayan banyak, ada sekitar 12 orang yang bersembunyi (baca google aja mah kalau pengen lengkapnya ) 😝

Pas masuk di pintu pertama si rumahnya Anne ini rasanya uda kaya berada di jaman dulu aja, pas jaman perang dunia kedua. Nah di tembok depannya udah disuguhi aja kalimat pemanis (buat gue sih) dari Anne Frank sendiri, yang diambil langsung dari buku diarinya. Begini kalimatnya "I know what I want, I have goal, I have opinions, a religion, and love", yap! Dan dari situlah aku mulai seperti masuk ke dalam dunianya Anne Frank pas jaman dahulu banget. Merinding bo'. Tiap langkah yang aku lalui, tip ruang punya kesan masing-masing, karna di tiap ruangan ditulis dengan keterangan dan kisah dari keluarga ini. Kebanyakan pun diambil langsung dari buku diari Anne Frank. Asli keren sekali!!! (Gue masuk ke jaman tempo dulu banget ini).

Iya toll banget rasanya, di luar nunggu 2 jam, masuk pun juga 2 jam gara-gara harus ngantri juga langkah demi langkah, karna banyak orang juga di dalam ruangannya. Makanya, kami nggak diijinkan buat mengambil gambar di rumahnya 😔 karna bisa jadi mengganggu yang lagi menikmati membaca diari si Anne ini. Cukup tau aja lah ya, setiap langkah, ruang, dan tulisan-tulisannya membuatku masuk ke tempo dulu. Serius nggak boong (saran gue, kalo lo di Amsterdam, ini tempat kudu wajib lo kunjungin banget. Recomended banget lah pokoknya sekalipun ngantri lama dijamin puas. Buat yang suka sejarah sih terutama).

Postcard Anne Frank

Baiklah, perjalanan di Anne Frank ditutup dengan perjalanan selanjutnya MAKAN!!! Ini wajib banget. Mengingat dari pagi sampai sore/ malam belum makan karbohidrat haha cuma makan cemilan-cemilan doang, meskipun masih kerasa kenyang, tapi belum plong rasanya kalo belom makan, makanan yang bener. Yauda, carilah kami resto yang harganya cukup terjangkau sisa-sisa duit kami haha.. Kembali naik metro.

Si Hanir pengen banget makan makanan khas nusantara tapi ala Eropa. Nah loh! Haha (gue sih nggak tau apa itu) katanya dia ada liat gitu sate tapi nggak pake lontong atau nasi, terus penggantinya pake pommes. Nah! Ini yang agak susah nyarinya, nggak tau nama makanannya apa, nggak tau di restoran apa namanya, yang penting menunya begituan. Hahaha udahlah, muter-muter nyari restoran, terus menu yang dimaksud. Nggak nemu, tau-tau jatuhnya ke restorant BOJO, ini resto makanan Indonesia hang ada di Amsterdam haha.. Milih di sini, karna ada sate ayamnya, dan harganya masih terjangkau lah daripada yang lain. Terus Indonesia bo' haha (iya ujungnya makanannya Indo lagi) 😅😅😅 yang penting kenyang! Udah aja gitu.

Also, aku milih menu tahu campur pake lontong, hanir sate ayam pake lontong terus wida gado-gado pake lontong. Minumannya, aku es cendol. Wida jus mangga (tapi bukan mangga asli, cuma dari kemasan gitu haha), terus Hanir beer. Oke! Nggak papa lah ya, yang penting (sekali lagi) makanan Indo! Beberapa menit kemudian... Widih, ini resto rame banget rupanya! Seriusan rame! Haha tapi restoran Indo di Belanda juga nggak cuma di tempat yang kami makan aja sih, kayaknya ada lumayan banyak juga resto Indo di Belanda, terutama di Amsterdam. Mungkin ini satu dari sekian banyak resto Indo di Belanda. Pas mau cari makan dan setelah makan pun masih banyak yang nawarin kami buat ke restonya. Malah dikiran orang malaysia kami ini hihihi iya kan muka-muka Asia emang tipenya sama begitu. Nggak ada bedanya 😁😁😁

Restoran Indonesia di Amsterdam
Oke, setelah makan langsung ke tujuan selanjutnya, ke toko souvenir. Ah, kalo ke toko souvenir mah tau lah ya. Nggak perlu diceritain. Nggak banyak beli juga, kan kudu ngirit buat beli tiket pesawat, biar nggak terdampar di sini gara-gara nggak bisa pulang ke Indo cuma karna nggak punya duit. 😪😪😪

Nah, sesi tujuan terakhir ini nih yang bikin mata bego aku langsung muncul haha mata aku cuma bisa bengong ngeliatnya. Awalnya sih nggak tau sama yang namanya Red District Light ini isinya apa aja juga nggak tau. Kalo dari awal sih cuma mikir, oh mungkin ada lampu-lampu cantik gitu warna merah di jalan-jalan. Makanya deh namanya kaya gitu. Pas si Wida bilang ke Hanir, kita suruh tanya orang, trus Hanir bilang, "masa sih kita nanya begituan sama orang?" Udah nggak usah. Nah, dari situlah aku tersadar dan baru nanya, "emang itu tempat apa?" Baru deh ngeh kalo rupanya tempat macam "begituan". 

Pikirnya sih awalnya biasa aja, tau-tau pas sampe tempatnya mata aku beneran melotot, muka bego sebego-begonya, cuma bisa bengong doang. Dalam hati cuma berkali-kali tanya "itu apa? Itu apa? Itu apa?" Oh my God! Hahahaha ini mah sex shop. Oke, fix, aku nutup kepalaku pake tudung jaket. Iya kali pake jilbab ke tempat begituan, jadi mata orang uda tertuju aja gitu ke arah aku. Iya, jadi pusat perhatian orang 😁😁😁😂😂😂

Nah, sampailah di tempat dimana ada banyak lampu-lampu merah di sekitar jalan deket canal. Tapi lampunya itu di dalem ruangan gitu. Nah pas kebetulan lewat yang lampu merah, ada noni Londo yang cuma pake bikini doang. Cukup terkejut, langsung aja aku tanya "eh itu mbaknya ngapain?" Terus si Wida bilang, "Iya itu mbaknya kaya gitu emang. Itu coba liat ada yang baru mandi" si Wida malah suruh ngeliatin noni londo yang habis mandi, ah. Hahahaha gue? Lagi-lagi muka bego! Hahahaha

Oke, sekarang jadi lebih paham. Oh ternyata maksud dari Red district light itu kaya begini? Owalah... Oke, fix paham.

Hanir und Wida in Red District Light Amsterdam
Keliling sekitar satu jam kurang lebihnya, tepat pukul 20:00 kami harus kembali ke stasiun. Iya karna pukul 21:00 kami harus kembali melakukan perjalanan pulang ke Jerman.

Sampai Jerman pukul 03:00 dini hari. Berasa mimpi aja kemarin malam dimana, terus tadi dimana, sekarang udah ada dimana. Kaya nggak ngerasa habis dari Belanda, kaya nggak ngerasa baru dari Amsterdam. Asli 12 jam di Amsterdam itu antara iya atau nggak, percaya nggak percaya kalo kami beneran di sana kemarin hari sabtu.

Perjalanan yang sangat singkat, tapi cukuplah mengenang! Terima kasih wida hanirla sudah jadi kawan berpetualang di Amsterdam. Semoga next holiday bisa bareng lagi sama kalian. Hehe 



Mannheim, 22 Februari 2015
-Vida Hasan-
Share: