Selasa, 27 Desember 2011
Second day, waoww so excited. Mereka belajar teater, memerankan seorang tokoh yang bukan diri mereka. Awalnya saya pikir, mereka bermalas-malasan untuk memerankan tokoh atau bermain teater. Namun mereka tetap lanjut dan sangat semangat sekali untuk melakukan tugas mereka. Ini benar-benar anak-anak yang patut diacungi jempol. Gelak tawa mereka, ceria mereka, suka duka mereka merupakan kekhasan mereka sebagai anak-anak.
Anak-anak masih bisa diajak bermain tradisional. Mereka aktif dan selalu ingin bergerak daripada diam dirumah dan tidak melakukan apa-apa. Pembelajaran saya pada anak-anak hari ini, menambah pengetahuan saya juga terhadap mereka. Dimana mereka memang selalu dijaga, selalu diperhatikan. Untungnya anak-anak yang sedang saya ampu sekarang ini adalah anak-anak yang luar biasa hebatnya. Mereka cerdas, mereka pintar, mereka kreatif, dan mereka penuh dengan kegembiraan. Asalkan saja, mereka perlu dibimbing ke arah yang lebih benar lagi.
Saya mengajarkan mereka berbahasa Jerman hari ini. Entah kenapa, agak sedikit ribet ternyata mengajarkan anak-anak. Mungkin karena bahasanya terlalu asing, sehingga mereka perlu untuk berkenalan lebih dekat terlebih dahulu. Tapi antusias mereka jauh 180 derajar daripada saya mengajar di Sekolah Menengah Atas. Mereka lebih menyenangkan, karena candaan mereka masih bisa dinasehati. Tapi kalo anak SMA, dinasehatin pun masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Ckckckck...
Anak-anak, memang perlu diajarkan hal yang benar sejak dini. Ah, sayangnya kemarin saya melakukan kesalahan fatal. Niat saya hanya ingin bercanda, tapi malah melakukan kesalahan fatal. Semoga saja, Faris, nama salah satu anak dari mereka, tidak melakukan sesuatu kebodohan yang saya ajarkan. Ternyata memang, anak-anak sekarang tidak bisa dibohongi. Tapi terkadang malah mereka justru membohongi saya atau kami para manusia dewasa. Hahaa Dan dibohongi oleh anak kecil adalah salah satu hal yang paling-paling menyebalkan sejujurnya...
Tau gak, keluguan anak kecil saat ini? Ternyata tidak berbeda jauh dari saya yang dulu juga merasakan seperti mereka. Jadi, jika ada perempuan dan laki-laki sedang bersamaan, meskipun itu dipilih oleh saya, atau yang lebih dewasa selalu jadi bahan bercandaan para anak-anak ini. Entah kenapa, pemikiran mereka pasti selalu ‘pacaran’ dan mereka selalu bilang ‘cieeeeee’ hahaaa darimana mereka sudah mengenal kata-kata seperti ini. Hadeuuuuhhh.... -_-“ Namun, saya pikir itu wajar juga. Karena saya juga dulu sering seperti itu. Tapi tidak separah anak-anak sekarang ini. Dan saya masih bisa untuk membalas bercandaan mereka. Mungkin jaman saya ketika kelas 3-6 SD mungkin. :D
Akhir dari Desa Bahasa hari ini adalah, tau tidak apa yang mereka lakukan? Mereka meminta nomor HaPe para tentornya. Wiiiiiwwww (mata belo) saya pikir jaman sekarang mungkin yang namanya HP sudah benar-benar bukan barang yang “waaahh” lagi kali yaa... Faktanya pun, mereka sudah sangat terbiasa dengan keberadaan HP. Yang saya pertanyakan, apakah guru-guru disekolah mereka tidak melarang dan mengambil HP mereka saat jam pelajaran? Adik saya, yang masih kelas 6 SD pun saya larang untuk membawa HP. Adik saya lebih sering berhubungan via telefon rumah dengan teman-temannya dan itu pun hanya sebatas bertanya tentang tugas sekolah. Lah ini, untuk apa HP mereka? Kenapa anak seumuran mereka justru dikasih HP? Bahkan saat mereka ulang tahun atau lulus atau nilai rapotnya baik pun, mereka justru lebih memilih HP daripada buku bacaan. Waaaaahhhh patutt diacungi “jempol”. Zaman saya masih SD, berbeda jauh dengan mereka. HP itu adalah barang yang ‘wah’ menurut saya saat itu, jadi yang bisa membeli HP hanya orang-orang tertentu saja. Dan orang seperti saya, belum tentu bisa membelinya. Untuk berhubungan dengan teman-teman saya lebih memilih via surat (romantis bangeeet ini mah) sama via telefon rumah. Mungkin karena intensitas saya dan teman-teman saya yang juga sering bertemu disekolah. Jadi saya tidak memerlukan HP saat itu. Saya pun, memiliki HP saat saya kelas 3 SMP. Jadi, saya masih bisa terima. Teman-teman satu kelas saya malah sudah punya HP dari mereka kelas 1 SMP. Ih waaaaooooww...
Yah, namun saya kira mereka seperti ini karena memang perkembangan zaman yang lebih membaik daripada ketika zaman saya dulu. Sehingga saya bisa memaklumi hal seperti itu. Tapi mereka sudah benar-benar luar biasa. Asalkan mereka pintar dan cerdas dan tentu saja tidak lupa dengan pendidikan mereka, saya juga tidak masalah kalau mereka membawa HP. Dipikir positif aja, mungkin kalau tidak ada HP mereka tidak ada yang menjemput. Jadi kalau yang suka antar-jemput terus pulangnya lebih awal, tapi yang menjemput tidak tahu, mereka bisa langsung menghubungi orang tua mereka dengan HP tersebut. Mudah-mudahan mereka mengambil sisi positif dari penggunaan HP itu untuk mereka sendiri. Tschuesss..... :)