23 June 2016

Aku Masih Bocahmu, Pak!

ÜKetika sedang random seperti ini, yang diingat pertama kali memang adanya adalah orang di rumah. Ah, rumah memang selalu menjadi tempat terteduh dan menyenangkan. Banyak kenangan di sana. Pak, lagi dan lagi aku menuliskan ini tentangmu. Jangan pernah bosan ya Pak untuk bacanya. Tenang saja, ada saatnya Mama pun akan mendapatkan tulisan yang agak-agak melow dariku.



Pak, gadis yang Bapak slalu bilang "bocah kecilku, gadis kecilku" yeah. That's me, Dad! I'm still daddys little girl. why?

Meskipun hampir 3 tahun lamanya hidup di perantauan, Bapak masih tetap saja memantau anaknya ini. Seperti tidak pernah lepas dari pandangannya, mungkin takut anaknya akan terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Tapi, semoga tidak Pak. InshaAllah, gadis kecilmu ini baik-baik saja di tanah rantau, karena aku masih dipertemukan dengan orang-orang yang luar biasa baiknya. Alhamdulillah...

Ya, meskipun Bapak tidak pernah setiap detik, menit, jam bahkan hari menelefonku, namun adakalanya ketika kita bercengkerama melalui via seluler ada hal-hal yang Bapak selalu harus tahu. Bahkan, ketika aku bercerita terkadang pulang malam pun Bapak slalu bilang "Jangan pulang malam sendirian. Nanti kalau ada apa-apa repot." Repot dalam hal mungkin merepotkan orang-orang yang baik yang sedang bersamaku, atau mungkin Bapak yang akan repot karna sulit untuk segera menjangkau tempat rantauanku.

Pak, sekali lagi tenang. Anak gadismu ini inshaAllah aman. Jika Bapak tidak percaya, Bapak bisa saja bertanya dengan orang-orang terdekatku, bertanya tentang keberadaanku dan kegiatanku selama di perantauan ini. Justru aku belajar banyak hal di sini, Pak. Bapak masih khawatir? Iya, jelas mungkin masih saja ada kekhawatiran itu. Sekalipun Bapak tau, anak gadisnya ini sudah pernah merantau jauh dari bumi pertiwinya, tetap rasa was-was itu selalu ada.

Ingat sekali aku Pak. Saat itu ketika tahun pertama benar-benar merantau Bapak slalu melihat sisi lain dariku. Ada sedikit masalah pun Bapak slalu tahu, bahkan Bapak mencari tahu dengan cara Bapak sendiri yang aku pun susah untuk memulai menjelaskannya. Tak ada kata yang dapat diungkapkan saat itu dengan adanya masalah yang mungkin [agak] berat. Bukan aku tak mau cerita, namun aku justru khawatir ketika Bapak semakin mengkhawatirkan aku.

Itu saja yang membuatku takut. Dikhawatirkan orang yang aku pun mengkhawatirkannya, justru aku takut akan mengecewakan Bapak jika permasalahan ini pun berakhir tak mengenakan. Hanya maaf saja yang bisa aku sampaikan Pak. Maaf, belum bisa menjadi gadis dewasa yang Bapak inginkan. Ah, atau Bapak masih saja menganggap bahwa aku adalah masih gadis kecil Bapak? Mungkin saja seperti itu.

Masih ingat, ketika Bapa bilang, "Rupanya, gadis Bapak sudah dewasa, padahal kalau dengar suara di telefon rasa-rasanya masih saja gadis kecilnya Bapak". Yap! Time flies so fast, and I don't know what should I say about the time. 

Dad, maybe I'm still daddys little girl, but I'm a women who wanna make you happy and proud of what I did for. :)

Sebatik, 23 Juni 2016
Menikmati kesyahduan pagi
--vidahasan-- 
Share:

22 June 2016

Wenn ich verliebe "when I'm in Love"

Sebatik, 22 Juni 2016

Cinta, lama tidak berdiskusi dengannya tentang rasa yang satu ini. Jika dibilang tabu, bukan juga, tapi mengungkapkannyalah yang cukup sulit untuk dilakukan. Butuh ekstra kekuatan untuk bisa mengungkapkannya. Pun tiap-tiap dari diri itu butuh keberanian yang mungkin ekstra. Aku? Jatuh cinta? Iya, aku memang sedang jatuh cinta, jatuh cinta kepada Sang Pemilik Hidup, jatuh cinta berkali-kali denganNya.

Tuhan tidak melarang umatNya untuk merasakan cinta apalagi cinta dengan sesama hambaNya. Namun kadar cinta itulah yang harus ditimbang. Lebih besar cintamu kepadanya atau kepadaNya? Jika rupanya cinta kita lebih besar kepada umatNya, berarti kita telah membuatNya cemburu. Oh Allah, maaf membuatMu cemburu, padahal Dia sangat mencintai kita lebih dari yang kita inginkan.

Iya, coba kita banyak meminta hal dariNya, meskipun tidak langsung diberikan tapi Dia memberinya melalui proses supaya kita tahu bagaimana perjalanan untuk memperoleh apa yang kita inginkan. Lalu, supaya kita lebih percaya bahwa proses itu selalu akan ada hasil, dari proses itulah maka Kun Fayakun. 

MendekapNya adalah salah satu cara supaya aku lebih mencintaiNya. Mau jodoh? Lebih dekatkan diri lagi kepadaNya. Jika yang lain sudah ada jodoh dan kita belum, La Tahzan, Innallaham'ana. Setiap kita sudah dipasang-pasangkan, meskipun mungkin tidak ditakdirkan bersama selamanya. Tapi doaku, semoga aku diperkenankan mendampingi sampai akhir hayat. Ah, ini perkara mudah kan meminta (lagi) kepadaNya? 

Allah,
Maaf sekali lagi membuatMu cemburu. Semoga semata-mata cinta kepada hambaMu ini tumbuh hanya sebagai ilusi. Aku ingin lebih mendekatkan diri padaMu, bukan membuang rasa ini tapi jadikan rasa ini lebih dan lebih supaya aku lebih bisa dekat mendekapMu.
Share:

17 June 2016

Solo Backpacker (again) in Warnemuende

Yey! Saya ingin menceritakan kembali kisah setahunan yang lalu. Sudah setahun? MasyaAllah rasanya cepat sekali sudah setahun lalu perjalanan ini dilalui :D

5 June 2015

Iya. Setelah selesai saya menjelajah di Berlin selama beberapa hari. Lalu, perjalanan liburan kali ini
saya lanjutkan untuk berjumpa dengan salah seorang kawan lama saya ketika saya dulu duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Pertemuan kami ini memang sudah kami sepakati jauh sebelum hari H. Sebelumnya memang kawan saya ini memberitahu bahwa dirinya setiap hari Jumat dalam sebulan akan berlabuh di Jerman, daerah pantai utara (Nordsee), Rostock.



Kemauan saya yang memang sangat besar untuk berjumpa dengannya akhirnya memunculkan keberanian yang tidak pernah terduga-duga, karena lagi-lagi saya melakukan solo backpacker. Menjadi solo backpacker adalah salah satu hal yang pertama kali saya alami ketika perjalanan menuju ke Praha, Republik Ceko. Buat saya pribadi, saya sangat menikmatinya. Entahlah apa yang dipikirkan yang lain, ketika saya bercerita dengan orang-orang dengan kenekatan saya ini.

Saya melakukan perjalanan dari Berlin pada pukul 8 pagi. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 3 jam, bahkan tepat 3 jam perjalanan menuju ke Warnemuende. Warnemuende adalah salah satu daerah di bagian pantai utara Jerman bersebelahan dengan kota Rostock, kawasan Mecklenburg Vorpommern. Saya fikir, sekalian karena Berlin letaknya sudah berada di atas, dan mumpung perjalanan tidak terlalu jauh, akhirnya saya pun bablas.

Saya meninggalkan rumah tempat menginap sekitar pukul 7 pagi. Semua orang masih tidur, dan saya justru sibuk sendiri. Maafkan saya mbak :( Namun, apalah daya, daripada saya tertinggal bus dan akan sulit lagi bus menuju ke daerah sana, maka akhirnya saya harus lebih pagi cabut dari rumah -____- Mengendap-endap semacam pencuri, di rumah orang ya Allah :( dari halte Alexander Platz saya menggunakan Bahn menuju ke terminal bus di Berlin. Ini terminal ada tempat pertama kalinya saya tiba di Berlin bersama dengan Debora ketika itu.

Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 07.40 sedangkan saya masih berada di trem (sebutan mudahnya). Ya, perjalanan membutuhkan waktu sekitar 20 menitan hingga trem tiba di terminal bus pusat ini. Jaraknya memang yang agak jauh dari perkotaan membuat saya harus lebih awal berangkatnya. Akhirnya, selang beberapa menit kemudian saya pun tiba di halte bus pusat atau biasa disebut Belin ZOB. Saya menunggu beberapa menit, Alhamdulillah saya tidak telat datang, karena waktu saat itu kurang 10 menit lagi. Maklum, di negeri ini orang harus selalu on time bahkan in time dalam segala hal.



Dan tadaaaaa panggilan bus saya pun akhirnya terdengar. Pas masuk ke dalam bus, kebanyakan mereka adalah akan berlibur di pantai Warnemuende ini. Membawa barang yang cukup banyak semaca carrier, koper bahkan berbagai macam perlengkapan untuk mereka berliburan. Libue musim panas tiba. Yang aneh lagi adalah, penumpang melihat saya dengan aneh -_- entahlah apalah salah saya. Yang jelas, saya cukup senyum-senyum saja untuk menarik perhatian mereka :D

Perjalanan saya tempuh 3 jam lamanya. Really on time. Jam 8 pagi bus berangkat, pukul 11 siang saya tiba di Rostock meskipun belum di Warnemuende. Awalnya saya bingung, ketika bus berhenti di stasiun Rostock. "Haruskah saya turun? atau berlanjut?" Lalu berlanjutlah saya, dan tibalah saya di stasiun Warnemuende.

Paling hectic karna saya bingung bagaimana saya mengabari teman saya. Padahal dianya pun sedang tidak online, kami akhirnya pun saling menunggu dan mencari-cari keberadaan kami masing-masing. Rupa-rupanya, saya memang salah turun, harusnya turun dimana, sayanya turun dimana.

"Entschuldigung, wo ist die Altstadt von Warnemuende?" (maaf dimana ya kota tuanya Warnemuende?)
"Ach so. Da ist ja. Sie muessen dahin laufen. In der naehe wo die Schiffe hinstellen" (ah, di sana. Tapi Anda harus berjalan menuju arah sana dimana kapal-kapal berlabuh)
"Aha! Ok, alles klar. Danke schoen" (ok. Terima kasih)
"Woher kommen Sie?" (Darimana asal Anda?)
"Ich komm aus Indonesien" (dari Indonesia)
"Waaa. Sie sprechen wirklich gut Deutsch. Wie lange sind Sie in DL?" (bahasa Jerman Anda sangat bagus. Sudah berapa lama di Jerman)
"Danke. Schon 2 Jahren. Ich bin aber jetzt FSJlerin fuer behinderte Menschen in Mannheim"

Yap! sekilas percakapan kami sebelum akhirnya saya berjalan kaki menuju ke arah bang Adit berada. Kalau difikir orang di sini mah ramah-ramah, padahal sebelumnya pun saya sudah diwanti-wanti oleh teman saya.



"Vida, du muss aufpassen ja, wenn du allein irgendwo bist. In Rostock gibt's viele....."  Saya tau, rasa rasis itu yang dikhawatirkan oleh teman saya. Namun, saya yakin jika saya bisa mengantisipasi hal tersebut, inshAllah akan aman-aman saja.

Daaaann Yeeeeeyyy akhirnya berjumpalah kami berdua. MasyaAllah, lama tak bersua sekalinya bersua kami dipertemukan kembali di ujung negeri panser ini. Alhamdulillah... Kami berkeliling bersama menikmati kota tua Warnemuende ini. Bukan apa-apa, namun kami hanya ingin bernostalgia dan bercerita-cerita tentang kehidupan kami saat ini. Rupanya semua hal memang butuh proses yang setidaknya bahkan membuat diri kita sendiri ini takjub menjalaninya dan tak disangka-sangka.

Bang Adit pun mengalami proses yang hampir sama dengan saya. Banyak hal yang sudah dilalui olehnya, dan sekarang sudah ada hasilnya. Intinya memang apapun prosesnya harus slalu dinikmati dan disyukuri yang telah ada.



Meskipun beberap jam saja kami bertegur sapa, namun menceritakan hal-hal yang sudah dilalui masing-masing membuat saya merasa bahwa di dunia ini tidak ada hal yang tidak mungkin. Kuncinya memang MAN JADDA WA JADDA!!!



"menuju kembali ke peradaban yang sesungguhnya bukan berarti masuk ke dalam lubang yang salah. Tidak ada lubang yang salah, yang ada hanyalah lubang dimana kita akan menjadi orang yang slalu pandai bersyukur dan berusaha dengan apa yang telah terjadi di lubang itu"


--Vida Hasan--

Share:

8 June 2016

Romansa Ramadhan di Sebatik [1]

Widiiii wiiddiii rasanya sudah bulan Ramadhan lagi. Yap! Ramadhan tiba, Ramadhan tiba. Marhaban ya Ramadhan, marhaban ya Ramadhan. Ahlan Wa Sahlan :)

Ini puasa hari ketiga di bulan Ramadhan tahun 1437 H. Alhamdulillah, setidaknya saya dapat merasakan kembali ber Ramadhan di tanah air dan menikmati ibadah yang 2 tahun lalu entahlah sungguh tidak karu-karuan karena padatnya jadwal kerjaan yang (sulit) ditunda-tunda :( Meskipun kembali di bulan Ramadhan ini juga jauh dari keluarga namun ada hikmah tersendiri yang bisa saya ambil. Iya, hikmah luar biasa yang mungkin tidak bisa saya dapatkan ketika saya harus selalu terus menerus bersama dengan ayah Ibu di rumah.

well, rumah memang sangat menyenangkan apalagi berkumpul bersama dengan keluarga tercinta adalah hal yang sebenarnya sangat saya nantikan selama 2 tahun ini. Menikmati masakan bunda di rumah, bercengkerama bersama dengan ayah, sesungguhnya adalah hal yang paling dinantikan. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan meskipun kami berjauhan kembali. Romansa kami masih tetap terjalin inshaAllah.

Yap! di desa penempatan saya ini pun tidak jauh menyenangkannya. Berkumpul bersama dengan keluarga (angkat) baru yang baru saja beberapa bulan ini berada di sekeliling saya. Entahlah, ada rasa saya mengenal mereka sudah lama sekali. Keakraban yang terjalin ini berasa menjadi peluru untuk saya sesungguhnya. Kenapa peluru? Iya, takut kalau nanti ketika masa penugasan saya selesai, akan ada tembakan menuju ke hati saya :( 

Sungguh, orang-orang inilah yang membuat saya merasa nyaman dan merasa terlindungi di tanah rantau. Pun demikian, sahabat-sahabat relawan yang pengaruhnya juga sangat besar bagi diri saya ini. Iya, selayaknya saudara yang saling melindungi satu sama lain. Ada hal yang selalu dicengkeramakan, ada hal yang selalu ingin ditertawakan, ketika marah slalu diingatkan, ketika sedih dan diam selalu terhibur. 

Ramadhan ini, semoga menjadi Ramadhan kareem berkah yang luar biasa. 

Adakalanya cinta itu tumbuh menjadi buah yang akan slalu ditanamkan kembali. Meskipun buahnya terkadang pun berulat, namun cinta itu akan slalu tumbuh seiring perjalanan yang disemaikan benih-benihnya...

--Sebatik, 8 Juni 2016--
vidahasan


Share:

1 June 2016

Menanam Sayuran Hidroponik

Kamis, 17 Maret 2016.

Pagi ini memang secerah senyuman riang anak-anak kelas 3. Kebetulan pagi hari ini, kami kedatangan tamu istimewa yang akan meliput di sekolah kami. Selain itu, senyuman anak-anak kelas 3 ini pun merekah karena mereka akan melaksanakan praktek IPA. Mereka bilang ini pertama kalinya mereka melakukan praktek dalam belajarnya mereka.

Sebelumnya, saya memang sudah membagikan beberapa kelompok, sehingga akan mudah mengontrol anak-anak unyu ini. Sekitar ada 5-6 kelompok dalam kelas, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 orang. Beberapa hari yang lalu, saya memang mempunyai ide untuk mengajak mereka menanam hijau-hijauan. Kebetulan saya mempunyai bibit sayuran yang siap akan ditanam di daerah penempatan saya. Namun, entahlah, akan tumbuh subur atau akan tetap seperti itu, saya pun belum tahu karna saya sendiri pun belum mencoba.


Anak-anak membawa botol ukuran sekitar 1 liter, masing-masing kelompok. Lalu, mereka pun membawa gunting atau silet untuk memotong botol tersebut. Sebelum kegiatan ini dimulai, saya mengantar kak Candra yang merupakan salah satu reporter dari Indonesia Border untuk mengambil beberapa gambar di lingkungan sekolah. Kemungkinan, saya akan masuk setelah istirahat.

Setelah saya selesai mengantarkan kak Candra, saya pun masuk kelas dan menjelaskan sedikit tentang pembuatan tanaman hidroponik dengan menggunakan botol tersebut.

“Nah, sesuai janji Ibu, Ibu akan mengajak kalian untuk menanam kembali lahan kita. Sayang kan, lahan kita kosong tidak ada yang dapat dimanfaatkan”. Ujar saya.
“Yeeeeeeyyy…” teriak anak-anak.
“Ibu, kenapa harus menggunakan botol? Bolehkah tumbuh?” tanya salah seorang anak.
“Boleh saja. Tapi, seharusnya kita butuh tali sumbu untuk menyerap airnya dari bawah. Kita tidak adakah sumbu?” Tanya saya kembali.
Saya pun mencari-cari ide, supaya anak-anak tidak kecewa jika praktek ini batal hanya karena kami tidak mempunyai sumbu. Akhirnya, saya pun mencari akal dengan menggantinya menggunakan kain lalu dipotong lalu dibagi menjadi 6 bagian. Saya rasa, ide ini pun cukup berjalan, karena kain juga dapat menyerap air dari dalam ketika kain itu hanya diletakkan didalam kungkuman air.


Untung saja, hal-hal baik selalu saja ada ketika kita memang akan melaksanakan hal yang baik. Ada kain yang tidak terpakai di dalam kelas. Kami pun membaginya menjadi 6 bagian agak sedikit kecil lalu dibagikan ke masing-masing kelompok.


“Nah, sekarang kita mencari tanah yaaa..” Ujar saya. “Masing-masing kelompok harus ada yang mencari paling sedikit 1 orang, paling banyak 3 orang. Sedangkan yang lain, silahkan ambil air lalu beri lubang di tutup botolnya” Lanjut saya sembari mencontohkan memotong botol dan melubangi tutup botol. Anak-anak pun mengikuti saya dengan seksama.


Kami pun berhamburan keluar ruang kelas, karena kami akan menuju ke bukit belakang sekolah mencari tanah di atas sana. Anak-anak semangat mencari tanah untuk menanamkan bibitnya masing-masing. Namun, mereka belum tau bibit apa yang akan ditanam oleh mereka masing-masing karena sengaja saya belum bagikan bibitnya ke mereka.


Berbagai macam bibit sayuran sudah saya persiapkan untuk mereka. Ada bibit kangkung, bayam, tomat, buncis, dan kacang panjang. Masing-masing kelompok mempunyai tanggung jawab untuk merawat dan menjadikannya subur tanaman mereka. Mereka sungguh excited dengan praktek seperti ini. Bibit pun saya bagikan lalu mereka menanamnya. Ah, sungguhlah menyenangkan sekali pembelajaran seperti ini. Tidak hanya mereka yang belajar, saya pun juga ikut belajar bersama dengan mereka.





 Mereka pun berjanji akan merawatnya hingga sayuran berbuah. Iya, begitulah mereka, janji adalah janji namun jika dilihat sekarang ini saya pun tidak tahu apa kabar tanaman mereka :D sepertinya banyak yang rusak karna jatuh, karna ditabrak oleh anjing-anjing yang berkeliaran di sekitaran sekolah. Bahkan beberapa siswa pun ada yang menjatuhkannya, entah karna sengaja atau tidak yang jelas, tanaman kami saat ini entah tidak tahu apa jadinya. L L


Tapi, yang membuat saya salut adalah, mereka sudah berusaha setidaknya untuk ikut kembali memberikan penghijauan di sekitar mereka. Kalian luar biasa, Nak! J

--vidahasan—
SDN 005 Sebatik Tengah, Kab. Nunukan, Kaltara.
Share: