19 January 2015

Ein Spiegel

Hallo,
Mungkin ada yang penasaran dengan apa yang saya lakukan di negeri barat ini. Banyak yang bertanya-tanya dengan apa yang saya lakukan di sini. Banyak yang bilang, kuliah? Beasiswa? Jalan-jalan? (didoakan saja kalo jodonya kuliah dan dapet beasiswa di sini) absolutely not at all. Saya sih kerja di negeri barat ini hehe kerja apa? Kerja sosial. Gimana kerjanya? Ngurusin orang-orang yang berkebutuhan khusus, bantuin mereka makan, mandiin mereka, dan gantiin popok mereka. Apa nggak jijik? Awalnya iya jijik, tapi sekarang justru nyaman dengan keadaan begini. Nyaman sekali. Nggak perlu kantoran yang ber AC, nggak perlu pake seragam yang mewah, yang rapih, yang penting di sini bisa jadi diri sendiri. That's enough 😊

Sebelumnya, saya numpang di sebuah keluarga Jerman-Turki di Frankfurt. Nama programnnya aupair. Jadi aupair itu bantuin keluarga ini ngejagain anak-anak mereka, terus bantuin juga beres-beres rumah, bantuin masak juga, semacam asisten rumah tangga sih iya. Tapi segi positifnya, aupair juga masih bisa jalan-jalan keliling Eropa, bahkan masih bisa dikasih jatah waktu buat kursus bahasa di sekolah pula. Kadang juga diajakin liburan sama keluarganya, atau dijadikan keluarganya itu juga salah satu keluarganya juga. Itu tergantung dari gimana keluarga asuhnya ya, soalnya ada yang baik dan ada juga yang kurang baik (bukannya jahat, tapi hanya kurang baik saja). Semua kembali ke diri bagaimana cara membaur dengan keluarga itu sendiri hehe :)

Semuanya itu berproses, nggak semudah yang kita bayangkan. Butuh perjuangan keras hingga sampai sini. Jujur saya merasa jadi diri sendiri setelah berada di sini. Mengenal banyak orang dengan berbagai macam karakter, dan budaya. Meskipun belum mencakup semuanya, setidaknya sedikit banyak tahu. Saya juga travelling, meskipun masih di situ-situ aja perjalanan travellingnya. Bukan naik gunung, bukan jalan-jalan tiap hari dari satu tempat ke tempat lain, hanya untuk menghamburkan uang. Bukan! Das ist was anderes (it's different). Saya travelling menjumpai kehidupan sebenernya. Saya hanya penasaran dengan hal yang lain, agaknya jiwa saya kosong kalau saya hanya nge stuck di satu titik saja. Itu seperti bukan diri saya.

Jujur, bukan bermaksud riya, dengan mengupload foto-foto perjalanan saya di Jerman ini. Hanya sebatas rasa syukur karna saya bisa melihat secara langsung negeri yang sejak dari kelas 1 SMA saya impikan, sejak guru bahasa Jerman saya bercerita tentang Jerman, dan itu menjadi motivasi diri saya sejak saat itu, hingga saya pun sampai pada titik ini. Perjuangannya tak semudah yang dibayangkan, hingga ketika titik akhir saya merasa ingin menyerah dengan keadaan. Seperti sudah tidak ada jalan lain. Tapi rupanya Allah memudahkan segalanya. But Thank You Allah.. 😊

And then now, saya rasa, saya benar-benar merasa mandiri semenjak di sini. Merasa, nggak ada yang perlu ditakutkan ketika kamu sendirian. Seringnya, dimana kita berada di tempat baru, kita pun akan menemukan keluarga baru. Meskipun berbeda budaya, berbeda bahasa, tapi sudah semacam keluarga yang sudah sangat lama tidak pernah berjumpa. Sebuah kelurga baru yang hanya baru beberapa bulan mengenal, tapi sudah seperti dekat sangat lama.

Mungkin ini juga nggak terjadi hanya pada saya. Mungkin semua yang berada di tempat baru pun merasa demikian, sekalipun di Indonesia. 😊 but, but, but it's really different! When you living in other cultures, there is something different, what you feeling! Saya tidak tahu itu apa, tapi yang jelas sungguh jelas berbeda.

Jadi cobalah untuk ber travelling ria! Kalau mau lebih asyik, bersolo travelling pun tak ada salahnya. Justru menantang ketika bersolo travelling! Kamu benar-benar akan bisa menemukan jati diri kamu sesungguhnya. Mengenal berbagai macam orang yang benar-benar belum pernah kamu temui. Nggak perlu takut dengan resiko yang akan menghadangnya. Dari resiko itulah, kita bisa belajar untuk bisa lebih bertanggung jawab. That's what I feel ☺️

Satu hal juga yang perlu diingat adalah, jangan pernah beranggapan semua perjalanan itu menyenangkan. Di jalan sana akan ada jungkir balik perjalanan yang belum pernah kita alami, sekalipun itu di negeri asing, jangan pernah beranggapan bahwa di sana lebih nyaman dibandingkan di negeri sendiri, yang saya rasakan sampai sekarang adalah "Indonesia adalah negeri yang paling keren akan kekayaan alamnya daripada yang lain". 😊😊

Lets enjoy your day!

Mannheim, 19.01.2015
Vida Hasan.


Share:

15 January 2015

Hi! Selamat pagi kamu!

Pagi ini entah kenapa rasanya ingin sekali menuliskan sesuatu tentang kamu. Iya kamu! Aku terbangun dari tidurku, karna aku memimpikanmu. Entahlah, sudah sering rasanya aku memimpikanmu. Tiba-tiba saja, kamu datang tanpa permisi dan masuk ke dalam mimpiku. Ada apakah gerangan? Merindumu? Iya tentu saja. Langit di negeri barat ini selalu membayangiku akan kehadiranmu. Rasa-rasanya, ingin aku bersamamu menapaki jejak langit barat ini. 

Mungkin belum saatnya, semoga nanti ada saatnya kamu ada aku bersama-sama menjajaki bumi eropa ini. Supaya kamu tahu, bagaimana kehidupan di sini, semenyenangkankah seperti yang selalu kamu kira? Atau justru sebaliknya? Atau mungkin belahan bumi asia lebih mengasyikkan daripada di sini. Bagiku yang hampir 2 tahun ini menjamah negeri eropa, bumi asia lah yang menyenangkan. Entah karna budaya, atau karakter dari masyarakatnya sendiri. 

Aku menjajaki bumi eropa karna rasa ingin tahuku sangatlah besar tentang bumi ini. Rupa-rupanya, aku pikir perjalanan selama hampir 2 tahun ini sudah cukup buatku. Oh belum! Tentu saja belum! Aku masih harus memungut ilmu yang belum pernah aku jaman, aku masih harus belajar agar aku tahu bagaimana kehidupan ini. Aku saat ini masih mencari jati diri. Semoga kamu juga iya, agar kita bisa bersama-sama mengemban tanggung jawab besar ini. Agar kita berdua tidak salah langkah untuk mengembang tanggung jawab ini.

Kelak suatu hari, ketika aku dan kamu bersama-sama menitih masa depan, kelak suatu hari ketika aku dan kamu bersama-sama membesarkan buah hati, akan ada rasa yang terpuas di hati meskipun akan ada kekurangannya. Setidaknya, perjalanan yang telah kita lalui bersama beberapa waktu lalu menceritakan perjuangan kita berdua. Agar kelak, anak kita tahu bagaimana ayah dan ibunya berjuang mengumpulkan ilmu.

Hi kamu! Selamat pagi dari bumi eropa! 
Entah dimanapun kamu berada, aku slalu merinduimu.
Mengharapkanmu? Iya tentu saja aku mengharapkanmu di sini bersamaku, namun biarlah waktu yang akan menyisakan semua kepedihan ini. Tunggu! Tunggulah! Sebentar lagi aku akan pulang untuk menemuimu, sebentar lagi aku akan datang menemuimu! 

Ah ya, aku lupa memberitahumu, meskipun demikian, aku masih mempunyai mimpi yang setidaknya masih ingin aku kejar. Semoga kamu bisa memahamiku dengan ini! Semoga kamu bisa mengerti bahwa aku selalu haus akan ilmu, bahwa aku masih harus terus belajar demi masa depan, bukan hanya untukku, tapi untuk kita, untuk keluarga kecil kita kelak!

Hi kamu! Aku mencintaimu, aku merindukanmu, aku menginginkanmu! Perjalanan ini, masih terus berlabuh hingga nanti suatu hari aku dan kamu slalu bersama-sama selamanya.


Mannheim, 15.01.15.
Share:

6 January 2015

Cerita dari oleh-oleh

Sebenernya dari dulu pengen banget nulis beginian, cerita dari oleh-oleh. Tapi, karna ada halnya blog yang berkisah tentang kata oleh-oleh pun saya jadi ikutan nimbrung. Hmmm...

Entah ini adat atau kebiasaan di Indonesia. Entah ini positif atau negatif, itu pandangan masing-masing. Bagi saya cerita tentang oleh-oleh itu adalah kebiasaan yang hanya dilakukan oleh orang-orang di Indonesia. Baik atau buruk? So, jadi begini ceritanya.

Ini bukan masalah hal ikhlas atau nggak ikhlas, ini bukan masalah mau ngasih atau nggak mau ngasih, yang jadi persoalan adalah memintanya itu loh, terkadang agak memaksa dan saya jujur tidak suka. Semakin orang meminta, kemungkinan besar orang yang dimintai oleh-oleh pun nggak akan ngasih sama sekali. Bagi saya yang terpenting adalah orang yang bepergian itu sampai dengan selamat sampai tujuan sampai balik lagi ke tempat asal. Bukan masalah oleh-olehnya yang selamat atau nggaknya.

Jujur saya nggak masalah dengan ngasih oleh-oleh sama kerabat, teman, tetangga, atau siapapun yang saya kenal. Saya ingin sekali ngasih, tapi satu hal yang kembali dipikirkan adalah badget (uang) buat membeli oleh-oleh, over bagasinya atau tidak, dan waktu untuk membeli oleh-oleh itu sendiri. Iya kali, kalau saya bawa mobil sampai ke sini, kalau saya punya duit banyak, iya saya kasih aja sekalian rumah saya :| 

Ini kebiasaan yang mungkin terdengar aneh. Coba deh, kalau kita hidup di luar negeri semacam eropa, nggak ada sama sekali orang meminta oleh-oleh sama orang yang lagi mau liburan. Mereka selalu mengucapkan "hati-hati ya" "selamat sampai tujuan" "selamat bersenang-senang" "salam buat keluarga di rumah" bukan "oleh-olehnya yaa jangan lupa." :)

Mungkin kita bisa budayakan hal semacam itu, mengambil segi positif dari negeri barat pun nggak masalah kan, dengan sikap seperti. Itu justru bagi saya terdengar sangatlah menyenangkan. Iya mungkin saya juga dulu berpikiran seperti itu, saya juga termasuk salah seorang yang juga suka minta oleh-oleh sama orang yang hendak bepergian. Tapi, saya sendiri pun sadar, ternyata itu justru merepotkan diri sendiri. Diri ini hendak ingin berlibur, bertamasya, bersenang-senang, justru malah diri ini sibuk mencari oleh-oleh untuk orang-orang yang pengen banget dapet oleh. 

Belum chek in aja uda di sms, wa, bbm "oleh-oleh ya, jangan lupa", belum sampai tujuan masih di jalan lagi-lagi dapet sms, wa, bbm "oleh-olehku jangan lupa." Bayangkan setiap beberapa jam sekali dapet tagihan seperti itu? Kebayang keselnya bukan main kan? Kebayang repotnya bukan main kan? Balik lagi deh ke diri sendiri, jangan pernah memasakkan beli oleh-oleh kalo memang nggak sanggup buat belinya. Hidup, hidup kita sendiri! Cukup pedulikan saja orang-orang yang peduli sama hidup kamu, bukan peduli sama oleh-olehmu karna kita bepergian ke luar negeri, karna kita seorang backpacker, karna kita pecinta travelling.

Maaf, ini pendapat dari saya pribadi. Silahkan kalau tidak suka tidak usah baca, yang setuju sama pendapat saya ya syukur alhamdulillah.

Ingat ya, ini bukan masalah ikhlas, atau apapun, tapi sekali lagi ini masalah kenyamanan dari perjalanan orang yang bepergian tersebut! Bikin orang yang bepergian tersebut merasa nyaman dengan ucapan-ucapan yang menyenangkan! Yuk dirubah sama-sama kebiasaan ini, karna ini bukan adat orang Indonesia, tapi hanyalah kebiasaan. Kebiasaan bisa saja dirubah kok, nggak ada yang nggak mungkin :')

Semoga bermanfaat! :)

Vida Hasan

Mannheim, 6. Januari 2015
Share:

3 January 2015

Catatan Akhir Tahun

Membuka awal tahun 2015,

Bismillahirrohmanirrohim,

Ini tahun kedua saya hidup di negeri rantau, negeri yang sedari sekolah dulu ingin sekali saya kunjungi, negeri yang bahasanya, telah saya pelajari sekitar hampir 5 tahun, tapi tak pernah saya gunakan untuk berbicara, negeri yang kebanyakan orang juga ingin sekali berada di sini. Ah sudahlah :) waktu memang cepat sekali berlalu, tapi perjalanan masih belum usai, rasanya waktu yang telah lalu pun terbung sia-sia, tak dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Sedih rasanya.

Keputusan yang mungkin berani, karna harus berani jauh dari keluarga yang benar-benar mencintai keberadaan saya. Saya pun demikian, harus bisa bertahan dengan kerasnya hidup di sini, tanpa ayah ibu, tanpa sanak saudara, tak ada siapapun yang berada di sini. Kecuali teman-teman yang baru dikenal, yang bukan lebih dulu saya kenal. Merekalah yang menguatkan saya hingga saya bisa bertahan sampai saat ini.

2014? Ah Gusti, ini tahun sungguh istimewa. Bulan Agustus 2013 saya terbang hingga ke negeri panser, awal tahun lalu selalu kepikiran, setelah selesai aupair pokoknya saya harus pulang. Saya pun slalu berusaha agar saya bisa mengumpulkan uang agar bisa membeli tiket pesawat pulang. Namun, alhasil, jujur saja, saya mendapat pengalaman (pahit) yang luar biasa selama setahun lalu. Pengalaman yang benar-benar membuat saya belajar sangat banyak tentang kehidupan, kehidupan dan kehidupan.

Pengalaman aupair, yang banyak orang bilang sangat mengasyikan dan itu benar, sangatlah mengasyikan sekali untuk kehidupan saya ini. Hingga waktunya slalu berkata, belajar, belajar dan terus belajar, karna ilmu hidup itu tidak akan pernah ada habisnya, pun dengan ilmu pengetahuan. Tak akan pernah ada habisnya sama sekali.

Pengalaman pahit? Memang pengalaman pahit apa yang dirasakan selama aupair? Pasti hal ini yang akan ditanyakan oleh semua orang. Biarlah waktu yang menjawab, bukan saya yang menjawab, biarlah kenangan pahit itu segera hilang, dan pengalaman baik selalu tersimpan dengan rapi di dalam benak ini. Tapi saya selalu mengambil kebaikan dari pengalaman pahit itu, karna tidak smua pengalaman pahit benar-benar pahit buat diri saya. Adakalanya pengalaman pahit justru menjadi pengalaman luar biasa, supaya diri ini tetap kuat, tegar, lebih sabar. MasyaAllah...

Nah sekarang, sudah saatnya membuka lembaran baru. Mungkin dengan pengalaman yang baru ini juga akan menjadi pengalaman luar biasa buat saya. Sudah 1,5 tahun hampir berlalu, saatnya kah untuk saya pulang? Saatnyakah untuk saya berhenti di negeri rantau? Saya pun tidak tahu, harus bagaimana. Tapi yang jelas, apa pun rezeki yang Allah berikan untuk saya, tidak akan pernah saya tolak. Kalau saya memang harus pulang, saya pulang, kalo Allah menyuruh saya untuk tetap belajar di negeri ini, dan pulang dengan membawa ilmu, insyaAllah pun saya jalani. Yang terpenting dari saya, ikhtiar dan doa.

Sejujurnya, yang membuat diri tidak nyaman di negeri ini adalah tentang ibadah. Rasanya banyak dosa, karna pada akhirnya ibadah saya sangatlah kurang di sini. Saya selalu kepikiran, kalo di negeri saya sendiri di sana, orang-orang slalu bisa menyempatkan waktunya untuk beribadah. Tapi di sini? Tidak! Orang pun seakan lupa dengan ibadah, mereka hanya berfikir bekerja, bekerja, dan bekerja. Bukan saya sok agamis, tapi memang begitulah adanya. Saya merasa tiap hari jadi orang yang berdosa, karna saya selalu menjamakkan, atau mengqodhokan ibadah saya (jujur seperti itu).

Rasanya, benar2 tidak nyaman. Meskipun kollega saya mengijinkan saya untuk sholat di tempat kerja, namun sama saja. Saya tak nyaman, karna harus keburu waktu, karna tempat yang belum tahu bersih atau tidak, iya dikarenakan alas kaki mereka bisa saja menginjak kotoran anjing, mungkin alas kaki saya juga, itu semua membuat saya merasa kurang nyaman. :(

Na ja, semoga keberkahan tahun ini menjumpai saya. Aamiin :)


Mannheim, 3 Januari 2015.
Share: