5 September 2013

The Journey #5

Sebenernya, saya sedang tidak ada mood bagus untuk menceritakan perjalanana di London Heathrow Britanian. Tapi, mumpung saya sedang tak ada kerjaan, hingga pada akhirnya saya mungkin memang harus menuliskannya. Hahahha

Hello London (bandaranya aja), tapi setidaknya, saya bisa melihat London keseluruhan dari angkasa raya :p Wiiiihh gak nyangka uda sampe London aja. Lirak-lirik kanan kiri sapa tau ketemu sama pangeran Willian, Kate Middleton, sama si George biar aku ubek-ubek Georgenya hahhhaha :D

So well, I have to say goodbye with my friend who sit in the same seat with me. Dan, pas saya seperti biasa ingin mengambil tas jinjing di bagasi atas, bule yang duduk di belakang saya pun mengambilkannya. Begitulah untungnya mempunyai tubuh pendek seperti saya. Apa-apa harus dibantu gara-gara pendek -_- Lalu saya exit dan bergegas menuju ke terminal 1, yang perjalanan saya berikutnya dari terminal tersebut. Saya mengikuti arah bahkan berbagai macam arah dan tiba-tiba saya harus turun melalui eskalator. Ketika saya ingin menuju kembali ke lantai atas, saya tidak tahu karna semua esklator menuju bawah. Taukah kamu tempat apa yang saya singgahi di bawah? Ternyata itu tempat kereta cepat untuk menuju ke terminal selanjutnya. Saya muter-muter karna takut salah menggunakan kereta. Untung saja, saya berjumpa kembali dengan anak-anak dari Indonesia yang akan student exchange di Amerika. Mereka ternyata juga satu terminal dengan saya, akhirnya daripada saya sendirian, saya pun mengikuti langkah mereka. Hahhahha dan menggunakan kereta cepat menuju ke terminal 1.

Setelah sampai entah di terminal mana, saya pun segera berjalan menuju papan petunjuk yang mengarahkan ke terminal 1. Terus dan terus saya berjalan, (anak-anak itu?) oh meenn saya langsung menghilang dari grombolan mereka karna saya dikejar oleh waktu yang mepet. Pesawat saya pukul 07.55 waktu setempat dan saya tiba di bandara LHB pukul 05.40. Mepet bukan? Makanya saya buru-buru mencari terminal 1.

Setelah mendapat petunjuk arah ke terminal 1, saya mencoba memastikan untuk bertanya dengan petugas di bandara. "Excuse me, where is the first terminal" -- "first terminal? ah sorry, may I check your ticket?" -- "Oh yes, of course (sambil nunjukkin tiket) -- "oh.. you can walk there and down, so you get it" -- "ahh yes, thank you" -- "you're welcome, have a nice day". Lalu saya mengikuti petunjuk yang diberi tahu oleh petugas. Setelah saya sudah sampai di bawah, saya fikir itu sudah langsung terminal 1 tapi ternyata bukan. Di sana sudah ada petugas pengantar ke terminal yang akan dituju, sehingga saya harus melangkah lagi dengan mengenakan bus bandara. 

Ada 2 petugas pengantar yaitu menuju ke terminal 1 dan 2. Namun, saya bertanya ke petugas yang menuju ke arah terminal 2. "excuse me, where is the first terminal?" -- "what? the first terminal? So, I don't know, what did you said. May I see your ticket?" -- "Yes of course (sambil nunjukkin tiket)" -- "ahh.. did you mean terminal one?" -- "hehheh yes, yes (muka riang gembira)" -- "so, not the first terminal but terminal one. You can go there (sambil senyum dan geleng2 kepala)" Owwww rupanya saya salah ucap hahhahha yayaya pantesan tadi petugas pertama bingung dengan pertanyaan saya. Ternyata bacanya tetep terminal one not the first terminal (isin aku) :p lah saya kira kudu dibaca sesuai dengan lafal Indonesia terminal pertama :p duhhhh hahhaha

Bersegeralah saya menuju ke petugas perempuan yang sudah menanti penumpangnya. Lalu saya sekali lagi bertanya "Is the bus go to the terminal one?"-- "Yes, may I see your ticket?"-- "Yes, of course (sambil nunjuk tiket)"-- "Oke, so let's"-- "Thank you.." Saya langsung berjalan menuju ke dalam bus dan bus masih sepi penumpang. Hanya ada 2 dan 3 orang dengan saya yang berada di dalam bus. Sambil menunggu penumpang lain, saya terkejut-kejut hampir tidak percaya bahwa this is London, yeah this is London. Oh ya Allah, saya sudah sampai di London Ma, Pak (numpang transit). Yah setidaknya sudah pernah nginjakkin kaki di London :p


Dengan riang gembira saya berfoto diri (sudah liat fotonya kan yang kucel pake cupluk itu?) Iya, karna saya malu untuk meminta tolong dengan penumpang lainnya. Takut muka desa saya terlihat :p jadi saya lebih baik memfoto busnya dan sekitarnya saja. Tidak banyak berfoto diri :D Yah, keramahan di International London Heathrow Britanian itu kerasa banget, soalnya pas penumpang turun mereka slalu bilang "enjoy for your destination" itu penting banget loh. Soalnya, saya tidak menemukan petugas seramah itu di Hongkong --" Saya cuma bilang sama sopirnya "Thank you and bye bye" dan dadah dadah sama busnya.

Sampai juga saya di bandara terminal 1 LHB setelah saya keliling-keliling mencari "tumpangan". Lalu saya masuk (dengan tampang ndeso seperti biasa), mencari petunjuk dan terus mencari petunjuk. Dan dapatila saya arah menuju ke terminal 1. Seperti biasa, semua sebelum check in harus diperiksa sama halnya seperti di Hongkong dan saya harus ribet melepas sabuk saya --" karna wajah saya, wajah asia dan item sendiri semua orang memandang ke arah saya. Saya masukkan tas, handy, sabuk, ke dalam alat pengecekan. Tiba giliran tas saya muncul lalu tiba-tiba "piiiiiippp". Yak! Kenalah tas ransel saya oleh petugas. Sebelumnya, memang petugas sudah bertanya "Parfume? Water? Laptop?"-- "No, there are not (geleng-geleng kepala)"-- "Oke!!". Dan kok yo akhirnya kena juga. Dan saya baru inget kalo saya banyak membawa peralatan make up saya dari Indo --" Ouch! Malu, tapi ternyata ada banyak orang juga yang terkena pemeriksaan ini. Hehehhhe

Giliran tas saya diperiksa, dan semua barang di tas ransel saya hampir dikeluarkan. Padahal isinya ya ada Indomie gitu, trus make up dan itu semua dikeluarkan oleh petugas dan oh betapa malunya saya karna benda-benda seperti itu. "this is liquid". Oh yaaa saya lupa, saya kan juga bawa minyak angin freshcare sama kayu putih, lalu ada yoghurt juga, pokoknya macem-macem. Lalu, benda-benda yang saya bawa tersebut pun diperiksa ulang and theeeenn hand body lotion dan yoghurt sayalah yang tidak boleh dibawa ke dalam pesawat. Untung saja, minyak kayu putih dan freshcarenya gak ikut terseret :p kan buat jaga-jaga gitu di sini. Siapa tau juga kangen sama bau-bauan minyak angin :p

Akhirnya lolos tapi malu setengah ampuuun karna petugas menggeledah barang-barang di ransel saya. Saya menuju lagi ke arah petugas tiket dan bertanya "I want to Hannover, and I don't know, which gate?"-- "ah, you can go to gate number five-six"-- "ah oke, thank you, sir". Berjalanlah kembali saya menuju ke gate five-six. Saya pikir maksud dari petugas adalah gate 56, jadi saya menuju ke gate 56 namun tak dapat menemukan gatenya --" setelah pusing mencari-cari gate, akhirnya saya bertanya dengan seorang petugas cantik yang sedang berdiri di layar penerbangan pesawat. "Excuse me, which gate to Hannover?"-- "Ah, the gate will open at 7.10 o'clock. So, you can wait here, madam". -- "Ah.. Oke thank youuuu" -- "You're welcome". Owalah jadi maksud dari petugas pertama tadi antara gate 5 dan 6 gitu maksudnya hahhha ya ya ya gak ngerti --"

Menunggu dengan sabar sampai pukul 7.10 waktu setempat. Sambil ngileng-ngileng barangkali ada yang menarik dan semuanya menarik. But, duit saya eman-eman kalo mau beli barang di tempat ini hehehh.. Mahaaaal cuuui! :D Tetooot pukul 7.10 saya melihat display penerbangan dan yeeahh ternyata berada di gate 5. Lalu saya buru-buru menuju ruang tunggu gate. Ouch tak begitu banyak orang. Begitulah suasananya. Dalam hitungan jam saya akan berada di Hannover. Halloooo Hannoveeer!!! :)

--21.August 2013--
Share:

28 August 2013

The Journey #4

Adakah saya telat untuk melanjutkan menulis saya tentang perjalanan saya dari Hongkong-London? Sudah satu minggu yang lalu rupanya dan hari ini tepat hari rabu yang mana rabu minggu lalu saya mengalami perjalanan yang sangat panjang. Well, inilah perjalanan saya dari Hongkong-London.

Tibalah giliran saya untuk masuk ke dalam pesawat dengan title British Airways (oh meeeen transit di London coooy) hahhahha seakan membuat saya tidak percaya dengan apa yang terjadi. "London loh. Ini London, ini British Airways. Duh, sapa tau ketemu pangeran William dan Kate Middleton yang lagi gendong-gendong si George (ngarep)". Itu tadi cuma hasrat untuk bermimpi bisa berjumpa atau minimal papasan lah sama mereka di bandara London Heathrow Britanian. Hehehheh

Nah, pas sudah masuk tempat duduk saya awalnya bernomer 11A, aku pikir ini pasti ada di bagian depan. Jadi gak perlu jauh-jauh berjalan sampai tempat duduk belakang, dan pas saya menemukan nomer tempat duduk saya, tiba-tiba saya ditarik sama salah seorang petugas (pramugari) di pesawat ini. Saya takut, dan saya fikir "apa salah saya? Saya melakukan kesalahan apa? Kenapa ini petugas menarik-narik saya?" dan you know? Ternyata, ada pasangan suami istri dan si istri menggendong seorang balita sekitar umur 2-3 tahunan gitu. Nah terus, mata si istri merah seperti habis menangis. Tibalah giliran si pramugari menjelaskan karena ternyata, aku mau gak tukeran tempat duduk sama suaminya? Soalnya, si istri dapet nomer tempat duduk di 11B tapi suaminya di 50A. "wahh jauhnya" dan karena saya juga tidak tega akhirnya "oke no proble, you can sit in my seat, sir"-- "Oh..my thank you so much, very very thank you. I don't know what must I do. But very well thank you", she said. 

Saya pun harus mencari seat nomer 50A dan gak nyangka itu paling belakang dan dekat dengan toilet. Hupf. Tapi tidak masalah, karna mungkin duduk di sini memang lebih baik. Lalu, ketika saya sudah duduk dengan tenangnya seorang bule negro dengan rambut dikepang-kepang mendekati saya dan berkata "ah hallo. I'm sorry" -- "ah, please..." Terus aku pasang muka polos dan tersenyum riang karna si bule juga senyum sama saya. Wanita bule ini satu seat sama saya. Selalu, awalnya takut tapi pada akhirnya pun menjadi terbiasa. Kami berdua selalu hanya bertatap mata lalu tersenyum. Oh iya, saya belum mengatakan, bahwa selama perjalanan (perjalanan naik pesawat pertama) saya belum pernah pergi ke toilet dan pas sudah sampai di bandara saja saya langsung ke toilet. Dan taukah kamu? Petugas toilet di bandara Hongkong baik dan ramah. Pas saya pergi dia langsung bilang "bye bye (sambil melambaikan tangannya)" Sepele banget? No, itu sudah luar biasa menurut saya, karna saya baru sekali ini menemukan orang yang sangat ramah sepertinya. Petugas bandara di Hongkong jutek ketika saya bertanya, so saya excited ketika dia mengatakan itu. Well, kembali lagi ke pesawat British Airways.

Tidak menyangka adalah ketika kamu tahu perjalanan dari Hongkong sampai London membutuhkan waktu sekitar 8-10 jam. Oh.. dan kamu harus seharian itu berada di dalam pesawat, tidur di pesawat, makanya di maskapai BA setiap penumpang mendapat sikat+pasta gigi. Dan itu imut-imut banget praktis dibawa kemana-mana. Saya dapat jatah makan 2 kali. Makan malam dan makan pagi, dan you know, jatahnya meeeenn bikin kenyang sama bingung cara makannya gimana. Menu pertama saya dapat potato mess+sayur ditambah roti, trus dessert, dan yoghurt, kemudian butter. Bingung makannya karna saking banyaknya menu. Akhirnya saya makanlah potato mess, itu porsi sedikit sebenernya, tapi saya hanya beberapa sendok saja sudah kenyang dan akhirnya saya biarkan (mungkin beda lidah). Lalu saya makan roti perancis+butter daaaaan semakin kenyang hingga membuat tidur terlelap nyenyak hahhhah (duh bahasanya susah amat sih).

Saya berhasil tidur lelap di dalam pesawat sampai-sampai ketika pramugari menyediakan snack saya pun tidak terbangun dan tak mendapat jatah karna terlalu lelapnya hahhha yang jelas, saya hanya selalu butuh air putih saja. Itu yang paling nikmat untuk saat itu ketika dalam perjalanan. Ketika pagi tiba (entahlah itu sudah pagi atau sudah jam berapa karna saya hanya melihat awan dari dalam pesawat) saya terbangun dan mendapat jatah makan kembali. Oh ya, mesti pada penasaran gimana caranya saya sholat dalam pesawat. Entah ini benar atau tidak, yang jelas saya insyaAllah benar-benar niat untuk menjalankannya. Selama dalam perjalanan saya sholat dengan posisi duduk seperti orang duduk terbiasa dan tertidur biasa. Jadi, sebelah saya tidak tahu dengan apa yang saya lakukan. Wudhu pun saya berwudhu tayamum, seadanya yang penting benar-benar niat untuk beribadah. Jadi insyaAllah tidak perlu khawatir. :)

Jatah makan saya ada pilihan scrabbel or noodles dan saya memilih noodles. Biasa jatah makan dapet banya pulak.. Macem-macem seperti sebelumnya, yang penting kenyang (meskipun tidak habis) dan pelayanan yang menurut saya memuaskaaaaaannn... hehhehheh 

Oh iya, entah aneh atau bagaimana mungkin karna berada di udara, pertama saya mengintip jendela, karna jendela tertutup saya melihat awan putih dengan sunrise yang kereeen banget. Makanya saya pikir saya telat sholat shubuh jadi saat itu saya berpikir malah akan landed dan sudah berada di London hahhaha mengikuti arah kemana pesawat saya terbang. Tapi beneran kereeennn.. sayang saya tak punya kamera jadi saya tak dapat memotret awan itu :(

Ketika saya sudah akan sampai di London, seorang pramugari mendatangi tempat duduk saya dan dia bertanya "Mana wanita yang duduk di sini yang bertukar tempat dengan penumpang yang lain?"-- "dia tidak ada. Tempat duduk di tengah ini memang kosong. Tidak ada orangnya", kata teman satu seat saya. Kenapa saya nggak jawab? Karna saya tidak tahu hahhahha makanya saya cuma geleng-geleng kepala saja. Tapi pramugari masih penasaran seperti yakin gadis itu ada. Terus dia melihat ke arah saya, dan dia bertanya kembali sekali lagi "bukankah kamu yang menolong pasangan suami istri itu? Yang pindah tempat duduk?"-- "(saya tersenyum lalu manggut-manggut) oh yes, yes.."-- "there is a gift for you. They're really happy for your help".-- "ahhh no problem. Okee.. Thank you so much". "You're welcome". Wahaw! Saya dikasih hadiah gara-gara saya sudah menolong pasangan suami-istri tersebut. Hadiah pertama dari penerbangan pertama (pertama terbang). Teman satu seat saya bingung dan tersenyum kepada saya, lalu saya jelaskan "Actually, I switched with another passenger".-- "ah ya.. good good (sambil manggut-manggut masih tersenyum)". Dan tibalah saya membuka obrolan dengannya, "do you live in London?"-- "Yes, I lived in London and you"-- "ahh.. No, I wanna just transfer in London. I go to Hannover, Germany. I come from Indonesia"-- "Oh Indonesia. I think, you live in Hongkong"-- "No, hhehhe I just transfered too in Hongkong. I came from Indonesia and then Hongkon then London"-- "ahhh so long long long journey, I can't imagination"-- "yes, of course, feel tired, sooo tired". Tutup sudah percakapan saya dengannya, karena pesawat kami harus landed.

Saya buka tutup jendela saya dan Waaoooow super London. London in the Morning. Londooooon. Saya rasa, saya berubah pikiran ingin tinggal di London :p But I can't. :D So, a moment hour I fly again to Hannover (Germany). Ouuuuch!

Nanti saya ceritakan pengalaman mencari-cari terminal 1, karena pesawat saya berhenti di terminal 5 dan sungguh London Heathrow Britanian Airport soooo biiiiiiig!!! Hingga saya pun muter-muter sampai berkali-kali :))

London, 21.August 2013.
Share:

27 August 2013

The Journey #3

Siapa yang gak sabar denger perjalanan selanjutnya. Perjalanan yang bagi saya sangatlah panjang. Bertemu dengan orang berbeda dan budaya yang berbeda juga. Iyaap banyak hal yang terjadi di Hong Kong yang bikin saya bingung bukan kepalang. What about? About their language. Ah sangat-sangatlah unik dan membuat saya semakin menjadi-jadi bingungnya (eh betewe, ada yang protes gitu kalo saya pake gue-lo di postingan selanjutnya. Jadi ini agak sedikit formal tapi tetep berkesan santainya) :p dan postingan sebelumnya juga belum saya masukin foto-foto petualangannya kan? Tunggu yaa nanti saya masukin kembali.

Well, dibutuhkan waktu sekitar 4 jam perjalanan Jakarta-Hongkong dan itu buat diri saya bosan karna hanya berguling-guling di dalam pesawat. Bukan guling beneran, but guling-gulingan, cuma duduk dan cuma tengok kanan-kiri. Untungnya, the first flight dikasi tempat deket jendela jadi no problem menurutku. Udah gitu sebelah kanan ada mas bule yang ganteng, jadi gak begitu membosankan juga jadi bisa tepe-tepe gitu :p aaaak pokoknya mah top ceeerrr deehh..

Oke, sesampainya di terminal 1 bandara Hong Kong (lupa nama bandaranya apa), bingung asli bener-bener bingung, bingung bahasa mereka, tapi untung berhenti sesuai dengan terminal keberangkatan dari Hong Kong-Londong (terminal 1). So, itu sedikit memudahkan bagi saya. Agak berjalan sedikit, saya mencari penukaran tiket pesawat untuk pesawat British Airways, awalnya saya muter-muter dan tentu saja bertanya dengan security setempat. Saya tanya pake bahasa Inggris, tapi mereka tidak paham, lalu saya kasih tiket online saya ke mereka dan mereka paham terus langsung menunjuk ke arah yang akan saya tuju. "ah British Airways there, there"-- "oh yes, yes, thank you" dan taukah kamu, itu adalah pertanyaan saya yang kedua sama security setempat. Pas saya tanya sama security pertama di pintu keluar, dia (laki-laki) malah ngalihkan dan bertanya sama temennya (security) yang lain, sambil "njawil-njawil" pundak temennya itu. Aku cuma bisa mikir sih, duh, ini international airport loh, seharusnya mereka bisa berbahasa Inggris atau setidaknya paham, ternyata masih mending di Indo sih, rata-rata jago berbahasa Inggris. Tapi yasudahlaaah hahhahha Oh iya, pas nanya pertama sama security karna aku pake jilbab, mereka langsung check gitu pake alat (gak tau namanya apa) pokoknya alat deteksi kaya bom gitu. Double cek meeeennn... Dan saya bingung, haruskah? ah mungkin memang sudah aturannya demikian hehhehhe...

Terus saya lanjut perjalanan cari loket British Airways, dan weiss du?  di loket ketemu sama orang Indonesia (oooohhh saya cari-cari orang Indonesia yang penerbangannya sama seperti saya ke London ke arah Londoooon) hahhahha seneng banget rasanya. Soalnya gak ada temen gitu di perjalanan, tapi kami beda tempat duduk akhirnya. Mereka rombongan anak sekolah kelas 3 (gak tau sekolah mana) dan mereka mau student exchange di Washington dan transitnya samaan seperti saya di Hong Kong dan di London (sebenernya mereka juga naik Cathay Pacific). Ohh kereeeeen :D 

Dan apa yang terjadi? Saya berjumpa kembali sama mas-mas ganteng hahhhaha tapi mas gantengnya gak liat :p (cuma iklan). Petugas loket British Airways langsung ngecek paspor dan tiket online saya, lalu langsung dia tukar tiket penerbangan Hong Kong-London, London-Hannover. 2 tiket langsung saya dapat. And you know, setelah saya dapet tiket, saya duduk-duduk sendirian dan bener-bener seperti orang ilang. Polos, dan tentunya diliatin banyak orang di sana. Hahhaha (kein Problem). Sejujurnya, saya menunggu anak-anak yang tadi mau ke Washington, tapi karna mereka lama akhirnya saya pura-pura tidak tahu-menahu (sok jaim meeeen) hahhaha, dan you know, sebenernya saya juga gak tau setelah dapet tiket saya harus berjalan kemana hahhahhhaha (so pity you are, dut!). Saya duduk dan sambil membaca petunjuk-petunjuk yang sudah terpampang di bandara, and theeennn gara-gara mas bule tadi jalan di depan saya, saya ikutin deh mas bulenya hahhha ternyata di sana ada tulisan transfer passenger *kenapa gak daritadi coba liatnya* ahhahha -___- untung ada mas bule ganteng gitu (teteeeep) hahhahhha akhirnya antrilah saya di pintu check in for transfer passengers.

Semua tas, handphone, sabuk, saya taruh di bak plastik gitu, yang paling ribet itu cek sabuk. Harus dilepas setiap kali ada pengecekan. Pffftt -___- Tapi daripada dapet masalah mending ya saya lepas saja. Dan pas tiba giliran saya, ada seorang petugas keamanan yang melihat saya, dan dia shock. Awalnya saya gak tau kenapa dia shock seperti itu, ouch ternyata karna saya pake jilbab dan dia gak bawa security check buat kepala terus dia panggil temannya. Duh ada-ada sahajaaa.. hahhahha Dan pas uda keluar pintu security check, langsung saya ambil barang-barang saya dan saya kenakan sabuk saya langsung di deket pintunya, eh si petugas keamanan marah-marah dan dorong saya. Hupfalaaaahh hahhahha iya secara, saya pergi sendirian, tak ada siapapun, bawa barang bejibun begitu, macam mana pula gak jadi tontonan. Terus pake jilbab (mungkin) udah gitu item, kucel, dekil, aneh hahhaha jadi tontonan warga se-airport :p

Langsung deh saya melangkah menuju gate yang sudah di kasih sama petugas loket (sesuai yang berada di tiket). Di tiket gate tertulis gate 17 dan saya dengan santai duduk di kursi dekat dengan gate 17. Cukup lama. Eh saya liat ada bule duduk di depan komputer, dan ternyata ada internet service dan saya pakelah dengan sewenang-wenang, sekedar memberi kabar yang berada di Indo. Soalnya, pas saya duduk-duduk terbingung-bingung tadi, bapak saya telfon dari Indonesia, pulsa saya mah masih banyak, tapi beberapa menit kemudian, tiba-tiba mati dan pulsa saya malahan yang kena. Ohhhh Leider! Mungkin bapak saya emang pengen denger suara saya, apakah anak gadisnya baik-baik saja? --vida baik-baik saja pak-- :) *back to gate* ahahhha saya tinggal baran-barang saya di ruang tunggu di gate 17, karna saya fikir, pasti tidak akan ada yang mengambilnya :p Setelah sekitar satu jam saya menggunakan internet service (gratisan), saya kembali duduk, and you know, saya cek lagi tiket pesawat saya, tapi ada yang berbeda dan mengherankan. Gate sudah cocok tapi kenapa nomer penerbangannya berbeda? Duh bikin deg-degan. Tapi itu turunnya samaan di London Heathrow. Trus saya bertanyalah sama petugas (pake Inggris) "excuse me, is the flight number same? Why in display have a different flight number?"-- "oh I'm sorry. This number is false, I will change the display"-- "oh oke, thank youu.." Dengan santai saya kembali ke tempat duduk, dan beberapa menit kemudian antrian panjang terjadilah di gate 17. Karna banyak yang mengantri, terjadilah saya ikutan mengantri. hahhah

Tiba giliran saya pengecekan tiket. "ah.. here is no here (sambil nunjuk nomer penerbangan) but here is there. You know?"-- "oh, yes yes I see. Thank you" Cuma gitu aja sih tanya jawabnya --" berjalanlah dengan membawa barang bejibun ke arah gate 18. Ternyata anak-anak sekolah tadi sudah berada di gate 18. Mereka sudah duduk bersantai sambil foto-foto di sana dan saya tetap seperti orang ilang hahhahha mungkin karna emang sendirian di negeri antah berantah yang saya sendiri pun tak pernah menginjakkan kaki di sana. Oh maaaaan hehehhhe.. Maklum lah, sendirian dan pertama kali (bener-bener pertama kali) bepergian dengan pesawat. :D 

Di sela-sela menunggu penantian panjang ceileeeh maksud saya sih di sela-sela menunggu waktu penerbangan berikutnya, tiba-tiba ada seseorang yang melihat tanpa berkedip ke arah saya. Awalnya saya gak ngerti, trus saya langsung menghadap ke arahnya, and then she asked "Dari Indonesia ya mbak?"-- "Iya, mbaknya juga dari Indonesia?" -- (mungkin mbaknya mikir iyalah gue dari Indo, nanya aja pake bahasa Indonesia gini) iya mbak". Terus mbaknya tiba-tiba berjalan ke arah saya dengan senyum riang gembira, mungkin karna sedari tadi dia duduk tapi gak ada orang Indonesia lewat, hingga seperti demikian (so wie ich vielleicht) hahahha.. Terjadilah sebuah percakapan singkat dengan mbaknya tadi sebelum saya melanjutkan penerbangan. Begini...

- "Mbaknya mau kemana ya? Mau balik Indonesia ya?"
+ "Heheh nggak mbak. Ini saya juga dari Indonesia baru nyampe Hong Kong, cuma numpang transit doang di sini. Lha mbaknya mau kemana?"
- "Saya bingung mbak, dari tadi saya duduk terus saya bingung mau tanya sama siapa. Ini saya harus kemana ya buat penerbangan Hong Kong-Jakarta? (sambil nunjukkin tiket pesawatnya)"
+ "Oh...(sok-sok-an ngerti padahal gak ngerti hahhah) biasanya sih menyesuaikan sama gatenya mba (sambil cari-cari gate di tiket pesawatnya), ini saya tau pesawat saya di sini karna uda tercantum gatenya gitu..Tapi kok gak ada ya di tiketnya?"
- "Nah itu, saya sendiri juga bingung kok. Emang mbaknya mau kemana? Sama siapa?"
+ "Mau ke Jerman mbak heheh.. sendirian nih saya, tak ada teman yang menemani. Padahal baru pertama kalinya loh saya naik pesawat dan langsung perjalanan jauh (sok kalem padahal takut)"
- "Wah lah kok berani-beraninya? Mbaknya TKI di Jerman ya? Atau gimana? Kok keren?"
Saya, "(Sudah saya duga pasti akan ada yang berkata demikian --" dan jujur saya bingung ngejelasin sama mbaknya gimana dan akhirnya) wah bukan mba, saya mau menuntut ilmu di sana, makanya saya ke sana".
+ "Owalah, S2 ya mbak? Lha emang mbaknya bisa bahasa mereka?"
- "Hehehh nggak juga mbak, makanya saya mau belajar bahasa mereka di sana. Di Indonesia cuma ambil teori tapi praktiknya kan belum dapet".
+ "Oh.. kuliahnya dulu ambil apa emang?"
- "Ambil bahasa Jerman mbak.."
+ "Wah lah berarti tau dong bahasa mereka?"
- "Heheh tau dikit mbak (saya mengalihkan pembicaraan). Lah mbaknya ngapain di Hong Kong?"
+ "Saya sih TKI di sini mbak. Kerja di Hong Kong".
- "Lah kok pulang? Emang uda berapa taun di Hong Kong?"
+ "Baru beberapa bulan di Hong Kong. Nggak betah saya di Hong Kong. Kerjaannya berat. Seharian dan istirahatnya kurang. Gajinya emang besar, tapi tuntutannya banyak".
- "(manggut-manggut sok tau) wah keren tapinya mbak hehehhe banyak ya mbak TKI di Hong Kong?"
+ "Wah gak cuma banyak lagi mba. Udah bejibun gitu TKI di Hongkong".
- "Oh ya? Tapi kan enak banyak dari Indonesia. Jadi gak kerasa sendirian tinggal di negeri orang".
+ "Nggak juga mbak. Berat kerja di Hong Kong. Gajinya kadang naik turun sesuai kurs rupiah kalo pas mau di rupiahin".
- (yaelah si mbak ini. Namanya juga uda beda negara meskipun satu benua mah tetep aja lah). Wah sama mbak sama euro. Euro juga gitu naik turun gak jelas hahahhha"
+ "Eh, mbaknya kok diliat gak kaya orang bingung ya di sini. Padahal baru pertama kali naik pesawat dan sendirian pula. Saya sudah 3 kali bolak-balik naik pesawat dan turun di bandara yang sama pun lupa-lupa terus. Kok bisa sih mbak?"
- "wahahhah saya juga gak tau mba yang penting ngikutin petunjuk sama banyak tanya sama petugas jadi gak tersesat dan toh lagian masih satu terminal satu bandara pulak. Ngga ngerti deh besok di London bakalan ribet apa nggak. Dan yang paling penting, kalo emang mau sok-sok an tau juga gak papa kok mbak. (Dihalalkan dengan segala cara :p)"
+ "Mau sok-sok an juga tetep aja masih bingung. Rata-rata pake bahasa Inggris atau Mandarin gitu jadi saya gak paham".
- "Lah kemarin kerja pake bahasa apa mbak?"
+ "Pake bahasa Mandarin mbak. Tapi ya cuma yang buat keseharian aja.. Gak semuanya. Cuma *°!§$%&/()=?`:; (wacau-wacau)".
- "Nah itu bisa? Kenapa gak nanya sama petugas dimana gate yang ke Indonesia?"
+ "Takut mereka gak paham dan saya juga gak paham bahasa Inggris".
- "Yang penting tau dulu dimana gate yang buat ke Jakarta mbak. Sebisa mbaknya aja. Dan sekarang saya harus ikut masuk ke antrian. Duluan ya mbak".
+ "Mbaknya sekarang mau pergi? Yasudah, hati-hati ya mbak. Semoga sukses".
- "terima kasih mbak.."

Sekilas komunikasi saya dengan seorang TKI di Hong Kong, oh iya, itu TKI aslinya Brebes (sebelahan sama kampung saya) hehehhe pantes sih, dialek Brebesnya masih keliatan banget gitu. Seperti itulah, perjalanan saya menuju negeri Panser dan transit di Hong Kong. Banyak hal yang bisa diambil dari percakapan saya dengan mbak (gak tau namanya siapa), karena setidaknya dia telah membuat saya untuk selalu berpikir bahwa hidup itu tidak selalu manis.

Seperti yang seorang teman bilang, ada manis pahit dalam kehidupan. Karna kehidupan itu gak selamanya manis, butuh proses untuk menikmati manis. But, when you always pray to our God, you will get enjoy for your life. That's it! 

~Hong Kong, 20.August 2013~
Share:

26 August 2013

The Journey #2

Belum tau dan bingung harus memulai cerita darimana. Cuma mungkin gw akan cerita dari perjalanan panjang yang kemarin gw lakuin sendirian dan pertama kalinya.

Sebatas lo tau, ini emang impian gw pergi ke negeri impian yang semua orang bisa bilang "waaah lo keren banget bisa pergi ke Eropa. Hebat lo bisa ke sana" sebua kebanggaan tersendiri bisa ke Eropa dan terkadang bikin kita justru menyombongkan diri kita. The first aku juga berpikir demikian, kayaknya emang waw banget. Gw dianter bapak sama mama sama mba yuli dan mas arif ke bandara. Lo tau, pas nyampe di bandara malah gw berpikir ulang mau pergi apa gak, pergi gak, pergi gak dan itu berat banget buat gw. Gak tau kenapa beraaaaatt banget buat pergi jauh kaya gini. Tapi akhirnya bismillahirrohmanirrohim gw pun masuk ke ruang check ini sendirian yang gw sendiri pun belum pernah sama sekali naik pesawat. Gw kaya orang bloon di dalem sana, karena emang gak ngerti apa-apa.

Di dalem gw cari tuh tempat tuker tiket sesuai nama pesawat gw. Cathay Pacific, shock dan cuma muter2 doang gak ngerti ke arah mana. Trus gw tanya sama security ternyata cathay pacific ada di depan gueeeee iyaaaa ada di depan gueeee.. Oh meeeeennn mana gak parah banget malunya, trus gw bilang aja "oh iya, makasih pak". Daaaann setelah gw melangkah ke ara mas-mas gitu, tetep gw kaya orang bloon yang gak ngerti apa-apa. Lo tau, berapa tas yang gw bawa saat itu? 1 tas koper, 1 tas jinjing, 1 ransel, dan 1 tas kecil untuk naruh barang-barang penting. Masnya bilang "kopernya aja mbak yang di bagasi. Yang satunya di carry bag aja. Ntar malah kena cash. Mahal loh.." Trus gw mikir, oh... ini tempat yang ngepackin barang ke bagasi. Baru paham gw. Awalnya gw kekeuh gitu pengen masukin semuanya ke bagasi kecuali tas ransel gw. Beraaaat cui meskipun ada roda geretnya... Tapiii yaaa sudahla akhirnya gw geret-geret tuh tas jinjingnya..

Setelah itu, gw disuruh ke imigrasi gitu gak ngerti lah, trus gw geret-geret tas (banyak yang ngeliatin gw karna aneh mungkin gw) sambil gw nanya sm orang. Pas di tempat imigrasi gw ditanya sama bapaknya.. "mau studi?" -- "nggak pak. Mau kerja"-- "trus mana surat dari perusahaannya?"-- "ini punya surat kontraknya, namanya aupair"-- "apa itu? pendidikan?" -- daripada lama tanya mending gw jawab "iya deh pak.." Pfftt... Begitulah.

Gw terus jalan sampe di gate D. Jauh cui dari tempat imigrasian. Lumayan lah capek karna sambil gotong-gotong tas yang ampun beratnya. Teteeep gw dengan muka polos, muka ndesoni dan yang pasti kamseupay jalan aja dengan tenang meskipun banyak yang ngeliatin gw. Iya gitu, mungkin dikira gw TKI yang mau kerja di Hong Kong. Secara pas pesawatnya emang menuju ke arah Hong Kong, jadi dikira banyak orang gw TKI Hong Kong. Duh. ehehheh

Daaaaann gw masih tetep smsan sama bapak gw. Trus pas lagi duduk (kaya orang ilang) gw ketemu bule ganteeeeeeeng bangeeeett hahhahha gw cuma ngeliatin terus doang gitu. Tapi tetep calm. Duh pertama kali terbang dan gak ngerti rasanya gimana. Campur aduk. Dan pas masuk pesawat, lo tau gw satu seat sama siapa? Dan gw satu tempat duduk sama bule ganteng tadiii hahhahaha Oh My.. I'm so speechless. Gak ngerti mesti ngobrol apaan. Dan dia bantuin gw buat ngangkat carry bag gw ke bagasi atas. hahhaha maklum karna gw pendek dan bawaannya bejibun begitu, makanya dia bantuin. :)))

Selama perjalanan gw diem banget, ada tipi depan gw, awanya gak ngerti cara makenya gimana. Tapi yaaa akhirnya gw lirik-lirik sebelah, trus bisa deh :p katro banget kan gw? :D dan dia asalnya dari Belanda, karna dia lagi baca buku dengan bahasa Belanda. Duh mas, sebelahan dong kita :D semoga bisa menyusulmu ya mas :p (sejujurnya, gw ngikutin yang dilakuin mas bule di pesawat sih. Habis gak ngerti gitu. Habis lagi ndesoni gitu) hahahha

Setelah sekitar 4 jam perjalanan Jakarta-HongKong, tibalah gw di Hong Kong dengan (tetep) tampang katrok. Pengen tau perjalanan Hongkong-London kaya gimana? Tunggu yah perjalanan berikutnya.. hahhah :D

~Jakarta, 20.August 2013~
Share:

19 August 2013

The Journey #1

Semesta tau apa yang sedang aku pikirkan. Menuju hari H rasa khawatir dan takut pun terkadang justru terbayang-bayang. Entah apa yang akan terjadi di masa depan aku pun belum mengetahuinya dengan pasti. Namun, ini sudah jalan dan pilihanku sendiri. Melangkahkan kaki di negeri yang tak pernah tahu seperti apa, menginjakkan kaki di negeri yang selama ini aku belajar bahasa, budaya dan mendengar dari cerita dosen/ guru. Mereka selalu saja menggebu-gebu bercerita tentang negeri yang dulunya menjadi  negeri sang diktator dunia "Adolf Hitler."

Gak kebayang aku yang masih merasa bahasa Jermannya pas-pasan, yang masih merasa bahasa Jermanku sangatlah kurang dibandingkan teman-teman yang lain, bisa terbang menuju negeri Panser itu. Awalnya aku slalu berfikir that's impossible for me, aku pasti gak bakal bisa menuju ke sana. Tapi untungnya salah seorang teman mengatakan, ketika tekad kita mampu dan yakin dengan pilihan kita, insyaAllah pasti selalu ada jalan untuk mencapai impian itu. Then, see it? Dengan hanya berbekal kemampuan bahasa Jerman yang pas-pasan, lulus dengan hanya IPK kurang dari 3 (2.91) akhirnya pun besok aku merasakan terbang ke negeri yang letaknya di benua Eropa itu.

Yep! Deutschland! Senang, sedih, duh suka cita itu semua ada. Itu negeri impian, negeri yang sejak aku duduk di bangku sekolah menengah ingin sekali aku datangi. Mungkin jika aku mengatakan ini sama orang-orang, kenapa gak ke Mekkah aja? Iya juga pengen banget ke sana, tapi kan planning orang beda-beda, mereka punya tujuan masing-masing. Bisa jadi kan, besok pas aku pulang dari Deutschland malah justru mampirnya ke rumah Allah yang indah itu? Aamiin Allahumma Aamiin ya Allah. Jika Allah mengijinkan aku, aku malah justru kepingin banget memboyong sekalian ayah, ibu, dan kedua adikku untuk terbang ke sana. InsyaAllah aamiin.

Sedihnya pastinya ada, tinggal satu tahun bareng sama keluarga yang sama sekali belum kita kenal, yang baru kita kenal cuma via email, via skype dan benar-benar belum pernah sama sekali bertatap muka itu kadang rasanya awkward banget kan? Tapi, mudah-mudahan mereka baik sama aku, sama baiknya seperti ayah ibu dan adikku, sama berasannya biar aku merasa mereka juga keluarga (baru) ku. Biar aku merasa ada yang melindungiku selalu di negeri orang. Kalo aku di Indonesia, setidaknya ayah ibu masih bisa memantauku, masih bisa menelfonku sesuka mereka, tapi ini sudah beda negara, sudah beda kode telefon dan macem-macem, justru mereka malah melepas aku pergi untuk mencari sebuah pengalaman yang bagiku sangatlah luar biasa ini.

Aku tau, ayah ibu pasti slalu mendoakanku tanpa aku suruh, karena ketulusan dari doa merekalah yang pada akhirnya membawaku menjadi seperti sekarang ini. Keikhlasan dari doa-doa merekalah yang (semoga) membawaku menjadi pribadi yang kuat dan tangguh untuk melaksanakan perjalanan ini. Ini bukan main-main karena ini menuntut ilmu yang akan sangat luar biasa berharganya untuk ke depannya insyaAllah. Begitulah mereka mengatakannya padaku. Manfaatkanlah waktu baikmu sebaik-baik mungkin, jangan pernah meninggalkan kesempatan yang sudah kamu capai. Begitu beliau-beliau berpesan padaku.

Nak, semoga kamu barokah sukses ke depannya bisa bawa mama sama bapak terbang juga ke sana (umroh), jadi biar tidak vida saja yang merasakan terbang menggunakan pesawat. Biaya ini sudah sangat besar, jadi tolong jangan mengecewakan bapak sama mama. Jaga diri baik-baik di sana, vida itu seorang wanita, jadi jaga harta yang paling berharga dari seorang wanita. Di sana bukan seperti di Indonesia yang bisa bapak sama mama pantau setiap hari, jadi vida harus bisa benar-benar jaga diri. Dan satu lagi, jangan melakukan kebiasaan-kebiasaan seperti di rumah. Berubahlah sikap dan kebiasaannya. *pesan bapak ibu kepadaku*

Banyak hal yang perlu kamu ketahui, beginilah kehidupan yang benar-benar kehidupan. Dan yang berhak atas impianmu adalah kamu sendiri, bukan ayah atau ibumu. Meskipun mereka adalah orang tua kita, yang merawat kita, tapi justru karna dukungan dari merekalah impian ini bisa menjadi nyata. Impian itu semua ada di tangan kita masing-masing, tinggal bagaimana kita tetap memegang apa yang ingin kita raih. Dan yang paling paling paling penting adalah, jika kamu sudah memperoleh impianmua bertanggung jawablah dengan impian yang sudah kamu pilih. Itu kan sudah pilihanmu, jadi apa yang kamu pilih, itu jadi tanggung jawabmu sendiri dan jangan sampai mengecewakan ayah ibu kita. Semoga aku bisa demikian. Aamiin

Perjalananku belum berujung, karena ini baru akan dimulai. Rasanya nano-nano karna harus meninggalkan rumah yang begitu seperti "istana" ini dan jauh juga dari ayah ibu yang selama ini slalu merawat dan menasehati kita. Begitulah...

Mama, Bapak, Mirza, Aghiel, Simbah baik-baik ya di rumah. Sehat-sehat teruuuusss, jadi biar vida bisa didoain tiap hari. Semoga doanya dijabanin sama Allah SWT, dan pokoknya kalian semua yang di rumah selalu dalam lindunganNya.. I'm gonna miss youuuu mom, dad, broh, grandmaaaaa :*

Semoga perjalanan hidup kita semua menyenangkan :')

Vida Hasan~~
Share:

13 August 2013

Iya Bisa Jadi

Hallo atap biru,

entah apa yang terjadi padaku hari ini. Kalut, iya galau, iya kecut ya rasanya asam manis kecut gak karuan seperti halnya permen nano-nano yang rasanya terkadang bikin meledak di lidah. Entah apa yang harus aku sampaikan. Apakah aku harus bilang "yes, I'm really fine now or not so bad or heute ist ja sehr nicht gut fuer mich, einbischen stressig." Kalimat terakhir kalo mau dibahasa Inggriskan bingung, jadi yang tidak mengerti biarkan saja tak mengerti, yang mengerti sungguh Alhamdulillah Wasyukurilah.

Aku pikir, aku mendapat kado spesial di bulan agustus ini, aku mendapat berkah yang luar biasa tidak ternilai harganya, aku mendapat sesuatu hal yang slalu aku impikan dari dulu. Dan memang benar impian itu bisa membawa diri kita menuju ke kenyataan. Pada hakikatnya, ini semua berawal dari yang namanya mimpi. Mudah-mudahan ini benar-benar bukan mimpi dalam tidur.

Pergi ke tempat yang dulu paman Hitler pernah menjajah adalah salah satu impian. Awalnya merasa tidak yakin, karena aku merasa aku tidak sepintar seperti "mereka" yang slalu disayang, dimanja, dan dipuja-puja oleh "mereka". Aku tak mau menyebut siapa "mereka" itu. Yang jelas aku fikir, aku merasa minder bahwasanya aku tak akan pernah menginjakkan kaki di negeri Panser ini. But, I think the dream is really comes true. For the first, I think, this is just dream but no, this is not dream, this is the real. I go throw to Germany. Really!!!

So, today, tidak hanya hari ini. Dari beberapa bulan lalu sudah mengurus visa dan macem-macem lainnya. Menunggu sekian lama, menjaga telepon selulerku barangkali dia berdering, barangkali saja bagian visa di kedutaan memberi kabar bahwasanya visaku untuk ijin tinggal lebih dari 3 bulan di Deutschland telah keluar. Menunggunya seperti menunggu jodoh yang tak kunjung datang. Tapi mungkin jika berjodoh nantinya pasti akan bertemu, jodohku sudah dipersiapkan sama Allah. *kok lari ke biro jodoh*.

Iya. Tepat tanggal 7 August 2013 aku pun mendapat email dari Botschaft bahwa visaku telah keluar. Rasa-rasanya percaya gak percaya tapi memang sepertinya harus percaya agar aku memang benar-benar telah mengurus visa sudah sejak 2 bulan yang lalu. Itu pun tidak lepas juga dari pertolongan tangan-tangan Allah yang slalu membantuku di setiap waktu.

Mamiiku yang baru sebenarnya orang Turki, namun beliau telah sejak lama tinggal di Deutschland hingga pada akhirnya beliau pun tinggal di Deutschland. Es ist ja sehr interessant. Wuensche, sie sind sehr nette Personnen. Beliau slalu membantuku mengurus segalanya, beliau sabar sekali (kalo aku pikir), dan beliau adalah pejuang yang hebat jika aku mendengar suara beliau yang humoris, kocak, dan liebvoll.

Banyak hal yang ingin disampaikan tentang mami baruku. Anyway, may be next time I will explain about her. I just wanna talk something about her little by little. I think, I will writing about may journey, about my destination in Germany someday. I just wanna tell about a wonderfull life in another country, culture, people, and others. :')

Regards
Vida Hasan
Share:

Viele Danken

Liebe Familie Bozkurt,

eigentlich bin ich ja sehr sprachlos. Ich weiss nicht, was ich zu euch sagen muss. Ihr seid ja sehr nett und helft mir immer, wenn ich euere Hilfe brauche. Novytha hilft mir auch. Ich weiss nicht, wenn ihr mir nich helft, kann ne etwas tun. 

Meine Eltern hat gesagt, sie moechten eine Entschuldigung und auch vielen Dank fuer eure Hilfe sagen. Dann will ich eure gutes Aupair bekommen um eure Nette zu vergelten. Allah schuetzt immer euch, immer..
Sie sind eine nette Familie und auch lustige Familie, die ich hab' gefunden. hehehh :D

Liebe meine neue Familie,
Bitte, fuehren Sie mich, damit ich ein gutes Aupair werden kann. Ich sage es zu. InsyaAllah.. :')
Na ja, entschuldige ich mich, wenn ich euch eine Umstaende spaeter machen will. Ich brauche nur auch euere Anleitung. Ich brauche nur auch euere Liebe, denn ich mag gern liebvolle Familie. Weil ihr meine neue Familie in Deutschland seid.

Vielen tausend Dank,
Vida Hasan.
Share:

4 August 2013

Hallo 23 (4.August 2013)

Alhamdulillah Gusti, terima kasih telah diberi kepercayaan untuk menginjak di umur ini. Terima kasih karena terus dan terus tiada henti-hentinya memberi kejutan selama 22 tahun ini. Ini umur yang agak sedikit rawan sebenernya. Rawan untuk ditanyakan "sekarang kerja dimana?" "kapan nikah?" "sudah ada calonnya?" duh. Lalu bagaimana dengan umur yang setelah-setalah umur 23 tahun ini? :)

Umur ini adalah berkah, karena di umur ini, saya benar-benar harus bisa menjamahi kehidupan yang benar-benar hidup. 22 tahun sudah, ayah ibuku berpeluh kesah memberikan perjuangannya memberikanku nafkah lahir dan batin agar aku bisa melanjutkan sekolahku. Di umur ini, mudah-mudah aku sudah bisa berdikari, bisa membahagiakan ayah ibu.

Gusti, umurku bukan bertambah, umurku semakin berkurang. 22 tahun lalu sepertinya kehidupanku kurang bersyukur padamu. Iya kan? Ampuni aku Gusti. Betapa sombongnya aku, betapa angkuhnya aku, padahal Kau slalu memberiku kebahagiaan yang tak ternilai. Memberikan kejutan-kejutan yang terkadang itu semua di luar batas alam bawah sadarku, yang terkadang membuatku tidak percaya, bahwa ini benar-benar hadiahMu. Matur Numun Gusti Allah.

Umurku semakin mendekati bau tanah, tanah yang sesungguhnya adalah "rumah" sesungguhnya. "Rumah" masa depanku. Aku hanya ingin, slalu diberi sehat, slalu diberi nikmat, slalu diberi syukur yang tiada terhingga padaMu untukku, untuk ayah ibuku dan untuk adik-adikku serta saudara-saudaraku. Sungguh, tanpaMu aku bukanlah apa-apa, namun bersamaMu aku sungguh menjadi segalanya.

Ya Allah Gusti, terima kasih pula, rasa syukurku yang tak terhingga ini, karna sekali lagi Kau memberikan hadiah yang luar biasa. Kau memberikanku kesempatan untuk berpetualang di negeri orang, menginjakkan kaki di negeri impian (kedua setelah rumahmu). Sungguh, benar-benar sungguh tanpaMu aku tak bisa apa-apa. Meskipun keberangkatan kemungkinan terundur, tapi impian itu sungguh sudah ada di depan mataku.

Ya Allah, berkahilah, ridhoilah perjalanan kehidupanku agar aku bisa membahagiakan ayah ibu, agar kelak suatu hari pun aku bisa melangkahkan kaki-kaki mereka bertandang ke rumah suciMu dengan sisa-sisa jerih payahku. Iya kelak.

Ma, Pa aku yakin Bapak sama Mama slalu mendoakan yang terbaik untukku. Terima kasih atas pengorbanannya selama 22 tahun ini. Terima kasih :')


Love~ Vida

-Atap Biru 4.August 2013-
Share:

31 July 2013

31 July 2013

Ini bulan Juli terakhir di tahun 2013. Hari ini tepat tanggal 31 Juli, aku hanya bisa berharap. Memasuki awal agustus, memasuki bulanku, semoga segalanya semakin berkah. Semoga segala urusannya selalu lancar. Allah memang yang merencanakan semuanya, namun aku hanya bisa terus dan terus berdoa agar segalanya diberi kemudahan.

Setidaknya memasuki usia yang tidak lagi muda, 23 tahun, aku harus lebih bisa menjaga sikap. Mengeluh boleh saja, namun kalau keseringan pun tidak akan ada selesainya. Toh pada hakikatnya, buat apa mengeluh kalopun hasilnya masih kaya gitu-gitu aja. Semoga slalu diberi pemikiran yang positif buat menjalani hari-hari, buat menjalani kehidupan. Entah, aku tidak tahu kapan Yang Kuasa akan "memulangkan" aku kembali.

Umur 23 tahun adalah sebuah pencapain, sebuah harapan dan sebuah cita-cita. Semoga slalu diberi kesehatan.

Allah, ijinkan aku untuk bisa membahagiakan kedua orang tuaku, ijinkan aku untuk memberikan senyum bangga untuk mereka. Hanya itu. Jagalah mereka slalu, agar aku slalu bersemangat untuk belajar menikmati hidup. Banyak orang yang mengeluh tentang kehidupannya, karna mereka merasa tidak punya ketidakadilan untuk hidup di dunia. Namun, aku sadar bersyukur adalah salah satu cara untuk menikmati kehidupan. Susah, senang, sedih, sakit, sehat meskipun begitu harus selalu tetap bersyukur. Itulah jalan menuju kebahagiaan. :')

*waiting for 4th August. 
Share:

20 July 2013

Halo "SESAMA"

Entah apa yang harus dibicarakan kembali. Terkadang aku pun bingung harus memulainya darimana. Namun, aku teringat satu status fb dari kawanku. Dia mengatakan:
"miris sekali sy mendengar kata2 ini "eh tp dia islam lho/alhamdulillah pemain bola xxx ini islam/dst" LANTAS? MENGAPA kalo beragama Islam? Ibarat sprti melihat dadu dari satu sisi, bahasa udik dari kasus ini adalah NARROW MINDED. Apakah tidak terbaca dengan seksama, di bangsa sendiri saja sesama saudara seagama masih saling tikam bahkan bacok-bacokkan? Di sekitar anda, siapa saja yg pernah membuat hati anda terluka? mereka masih seiman, bukan? -ya, agama TIDAK menentukan karakter..what's in your heart-lah yang menunjukkan siapa anda sebenarnya.." *Milkha maaf ini aku copas statusnya*

Statusnya membuat hatiku bergetar. Aku takut menjatuhkan seseorang melalui perasaannya. Aku takut melukai seseorang lewat ucapanku, aku takut, meskipun aku beragama islam, tapi hanya "agama" saja sebagai status. Semua hal-hal dan pertanyaan-pertanyaan tersebut telah mencengkerama di dalam otakku. Beribu kata tersusun rapi dan menjadikan beberapa kalimat seperti itu. Adakah hal yang sama kita lakukan demikian? Adakah kita telah menyakiti hati orang lain atau bahkan teman dekat kita sendiri?

Mungkin ada banyak hal yang belum aku pahami, bagaimana aku harus bersikap, bagaimana aku harus bercakap, dan bagaimana aku harus menata diri agar aku bisa menjadi pribadi yang baik. Tidak muna memang, karena manusia di dunia ini ingin sekali yang namanya dihargai oleh orang lain. Tapi, apakah kita sudah menghargai orang lain pula, terutama yang ada di sekitar kita? Merekalah yang terkadang meninggikan derajat kita di mata orang yang lain juga. Bukan diri kita sendiri yang meninggikan derajat, jika itu terjadi, mungkin bisa disebut dengan kesombongan.

Andai manusia tahu, betapa bahagianya sebuah perdamaian, betapa bahagianya membantu orang lain yang sedang membutuhkan, betapa bahagianya bisa menyenangkan orang lain. Hal itu adalah yang membuat diri kita merasa, bahwa kita hidup di dunia ini untuk membantu mereka, untuk membantu sesama. Namun, memang hati lah yang menunjukkan kuasanya itu semua. Bisakah dia menerima orang lain itu, bisakah dia menerima apa yang dibenci orang lain, bisakah dia menerima apa yang dibutuhkan orang lain? Could it be? Wallahua'lam. Jawabannya ada pada hati di dalam diri kita masing-masing.

Mungkin terkadang hanya masalah sepele bagi kita, tapi itu adalah hal yang besar bagi orang lain. Tak dapatkah memberikan sedikit kebahagiaan saja? Yang dekat pun belum tentu bisa memberi kebahagiaan, tapi justru yang jauhlah yang terkadang memberi kebahagiaan itu. Yang dekat belum tentu bisa menerima diri kita, justru yang jauhlah yang dapat menerima diri kita apa adanya dengan lapang dada. Mungkin secara kasar, yang dekat itu hanyalah sebagai "perantara" saja. Datang jika ada keperluan.

Bukankah Rasul mengajarkan agar kita selalu mencintai kekerabatan, persaudaraan, perdamaian. Mengajarkan pula tolong-menolong dalam sesama? Apapun yang dibutuhkan oleh orang lain, jika kita mampu membantunya, semua hal pun akan terjadi. Kun Fayakun. Allah memberi pertolongannya melalui tangan-tangannya. Tangan-tangan manusia yang siap untuk membantu sesamanya. Begitulah... 

Mungkin aku juga bukan manusia sempurna. Ini hanya tulisan untuk bercermin diriku saja. Dan hal yang aku rasakan adalah ketika membantu teman yang mempunyai kesulitan, aku merasakan hal yang luar biasa senang. Beban berasa menjadi ringan, meskipun itu bukan masalahku tapi sebisa mungkin pun aku membantunya. Minimal dengan memberi motivasi, minimal dengan memberikan informasi yang menurutnya penting. 

Begitulah dunia, yang hanya menjadi tempat sementaranya hidup. :)
Share:

13 July 2013

Ini Cobaan :)

Who says? Bulan Ramadhan kaya gini setan-setan dibelenggu, hawa nafsu disave, dan segala amarah tidak boleh ditonjolkan. Bukan. Bukan karena saya marah, tapi saya hanya ingin mengutarakan yang memang harus saya katakan. 

Well, senin kemarin orang-orang satu kampung mungkin pada geger dengan tragedi yang tidak mengenakan. Pada ribut gegara pakde dan bapak saya beradu mulut. Bukan beradu mulut yang seperti lainnya tidak mau kalah satu sama lain. Bukan seperti itu. Tapi beradu mulut karena memang ada yang salah di sana. Bapak saya ngamuk, gegara saka tiang bangunan yang seharusnya sekarang masih berdiri kokoh di sana, yang seharusnya untuk di bangun atap untuk keperluan masjid dipotong oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Dia, pakde saya sendiri. Saya bingung harus bilang, apakah pakde saya ini jahat? Atau pakde saya serakah? Atau bagaimana? Wallahua'lam.

Jadi begini, saat ini mungkin keluarga saya sedang mengalami banyak cobaan. Saya ingin mengeluhkan kepada orang lain pun sepertinya sudah tidak ada guna lagi. Kepada siapa harus mengeluh? Iya kepada Gusti Allah, cuma Dia yang satu-satunya bisa memberi isyarat untuk umatnya. Apalagi dengan datangnya masalah yang seperti ini, yang lebih dominan dengan mempertahankan harga diri masing-masing. Dalam hal ini entah yang benar mana, yang salah juga mana, yang jelas sama-sama gak tau aturan mainnya. Main nyerobot kayak orang yang antri di pom bensin aja.

Keluarga saya sedang diuji kesabarannya sama Gusti Allah. Dinikmatin aja punya saudara, punya pakde yang sebegitu bencinya sama bapak saya. Iya dinikmatin aja seperti ini. Dinikmatin juga, karena banyak orang yang menggunjing tentang bapak saya, yang mereka pun tidak tahu persoalan yang sebenernya. Hanya asal nyeletuk, hanya asal ngejudge, gak dikroscek dahulu kebenarannya. Mungkin uda termakan, dan terprovokatori oleh "beliau" yang ingin disegani oleh masyarakat sini.

Biarkan saja terus seperti ini. Saya hanya ingin berkicau di blog saya, dan jikalau ada yang baca silahkan baca dan beranggapan bahwa saya mengumbar-umbar aib seseorang. Saya tulis di blog karena saya pun tidak tahu harus bercengkerama kepada siapa, lagi untuk mengutarakan ini semua. Gusti Allah insyaAllah selalu membantu saya kok. Dalam sholat, saya slalu berdoa semoga "beliau" diberi kelapangan hati, semoga "beliau" diberikan kesabaran, semoga "beliau" jembar kuburannya nantinya, semoga "beliau" mendapatkan hidayah dan dapat berkata dengan selayaknya. Semoga ya Allah semoga. :)

Biarkanlah anjing menggonggong kafilah pun tetap berlalu. Biar saja mereka menikmati gunjingan-gunjingan mereka, dan Allah pasti akan membalas semuanya. Wallahua'lam. Lapangkan segalanya Gusti... aamiinn..
Share:

10 July 2013

Tetap Bersyukur (2)

Tetap Besyukur bagian ke dua, bukan tentang puasa lagi. Ini adalah cerita perjalanan hidup ketika aku masih kecil. Masih berada di tengah-tengah keluarga yang sangat amat sederhana dan merasakan betapa benar-benar sulitnya hidup. Bersyukurlah, karena itu aku belajar dari pengalaman hidup yang sedemikan tidak mudah.

Biasanya, di waktu luang ayah ibu ku memang selalu menyempatkan diri untuk mengajak anak-anaknya untuk berkumpul. Sekedar untuk bercerita, mengeluarkan keluh kesah, istilah lainnya itu curhat. Sepemahamanku, ayah memang tidak pernah bercengkerama dengan tetangga sekitar tentang dirinya. Bukan karena beliau sombong, bukan. Tapi, karena beliau merasa waktu luang ini adalah untuk keluarga dan untuk apa bercerita, berkoar-koar dengan tetangga yang mungkin ujungnya bakal menyebar ke tak tau arah dan pada akhirnya menjadi fitnah. Itu hanya membuang-buang waktu. Demikianlah ayahku selalu berpendapat. Maka demikian, ayah jarang sekali bercengkerama dengan tetangga sekitar. Waktu luang yang digunakan hanya untuk keluarga. Menurutnya, dengan jatah waktu libur 2 hari ketika weekend (sabtu dan minggu), ini adalah pemanfaatan sebaik-baiknya agar bisa berkumpul meskipun keluargaku memang jarang sekali liburan ke luar rumah, tapi seperti ini saja sudah aku anggap liburan.

Well, di perkumpulan keluargaku sering bercerita banyak hal. Aku bersyukur sekali, karena aku merasakan pahitnya kehidupan ketika aku masih umur sekitar 1-10 tahun. Aku gak begitu ingat apa yang terjadi ketika umur 1-3 tahun, tapi setelah itu aku selalu mengingat-ingat hal yang menurutku itu menjadi sebuah kenangan yang amat sangat berkesan.

So, kecilku dulu aku slalu diajarkan untuk hidup sederhana oleh ayah ibuku. Kalian tahu? Aku selalu belajar tentang lingkungan. Bermain bersama temen-temen sebaya yang tidak mengenal status. Aku juga bersyukur meskipun aku bersekolah dasar di sekolah yang (belum) favorit ketika jamanku, aku dapat mengenal berbagai macam tipe orang. Tidak melulu anak-anak yang berada di level atas, tapi aku mengenal anak-anak yang polos, yang masih belum tahu apa-apa. Jadi, kalau main ya main aja, gak perlu dia anak orang kaya, anak orang miskin, anak dari siapa, semua sama rata, karena kita teman. Gak ada yang namanya pilih-pilih teman. Semua sama.

Aku juga ingat, saat itu rumah simbah (nenek), gak punya WC. Jadi kalo mau buang air besar sangat susah. Lebih tepatnya WC dijadiin satu sama buat mandi. Kalian tahu, bentuk WC kamar mandi rumah simbah kaya gimana? Bentuknya cuma lingkaran sebesar bola golf. Jadi cuma bisa tongkrong trus berusaha buat ngepasin, dan itu susaaaaahh hahahahha. Aneh bukan? Mungkin yang membaca merasa jijik, silahkan saja. Tapi begitulah fakta alamnya. Tidak mengada-ada. Bahkan, kalau kamar mandi pas ada orang di dalamnya, terpaksa aku harus berlari menuju kali deket sama lapangan yang buat ngejemur kacang tanah. Itu sih uda biasa banget. Sering banget melakukan hal seperti itu. Jadi, aku bisa merasakan bagaimana hidup dengan kesederhanaan seperti ini karena #BahagiaItuSederhana.

Anak-anak sekarang mah uang 200ribu aja dianggapnya kecil, gak banyak. Menurutku itu banyak, bisa buat beli sepati, makan berkali-kali kalo pas di Jogja. Jadi, sekarang jatah duit di jaman sekarang berapa per harinya? Uang segitu aja masih dibilang sedikit. -___- Dulu, pas jaman SD aku gak pernah jajan, selalu dibawain dari rumah, terus dimakan di sekolah. Jajannya masih ada harga 25 rupiah dan yang paling mahal 500 rupiah. Dulu naik angkot aja masih bisa bayar 200 rupiah dari sekolah sampai rumah, padahal jarak rumahku sampai sekolah itu sekitar kurang lebih 3km. Hahah jamannya masih belum jaman moneter. Apa-apa masih dengan harga segitu :))

Pas SMP aja uang saku 5 ribu rupiah itu pun kalo pake angkot. Kalo pake sepeda dikurangin jatahnya 2500-3ribu rupiah. Ohhh... hahaha tapi tetep bersyukur, karena hidup itu nikmat ketika kita menjalaninya dengan senang hati kan #BahagiaItuSederhana. :D Jamanku kecil juga masih suka mainnya di sawah, masih suka mainnya di lapangan, main gobak sodor, lompat tali, petak umpet, sampai kejar-kejaran (tempatku namanya rok-rokan) sama anak-anak satu kampung. Makanya, hidup sederhana seperti ini sungguh nikmat. Aku bahagia, meskipun terkadang kalo pas main tiba-tiba ayah dateng ngejemput dengan mimik muka mata melotot, tangan diangkat keatas, atau bahkan melotot sambil meletakkan kepalan di kedua pinggangnya. Hahahaha itu bikin anak-anak yang lagi pada main kabur semua, terus udah deh, pada bubar mainnya. Itu gara-gara aku main di saat jam belajar, makanya beliau dateng sambil marah-marah demikian. :))

Sekarang, adekku yang paling kecil gak pernah dikerasin sama ayahku. Kalo nakal yauda didiemin aja, gak pernah kaya aku sama si mirza dulu. Bukannya membeda-bedakan tapi begitulah adanya. Dulu pas kalo aku sama mirza berantem, ayahku slalu melerai terus ujung-ujungnya yang gede yang disalahin terus habis itu yang gede yang dislentik sama dijewer -__- padahal waktu itu cuma main-main, cuma bercanda, dan akhirnya aku beranggapan kalau ayah gak sayang sama aku. Tapi ternyata beda, itu beda. Ayahku ngasih pembelajaran berharga banget biar aku bisa disiplin pas gedenya. Jadi, dulu aku, mirza dan ayah bikin perjanjian. Waktu itu kalo gak salah ingat umurku sekitar 9/ 10 tahun. Aku dan mereka membuat perjanjian, kalau gak sholat sekali bakal dijepret pake karet, dan berapa kali jepretannya itu tergantung dari jumlah rokaatnya. Misal nih, aku gak sholat shubuh, nah satu rokaat sholat shubuh aku dijepret 5 kali, berarti karena sholat shubuh totalnya 2 rokaat, maka aku kena 10 kali jepretan. Parah kaaann? Hahaha

Iya kalau sekarang sih, apa-apa lapor polisi gara-gara pasal penganiayaan anak -___- padahal dulu aku masih biasa dimarahin habis-habisan sama ayahku. Mau akunya ngamuk, nangis sekenceng-kencengnya, kalau aku salah ya salah gak bisa ditolerir. Itu salah kamu, jadi kamu harus mempertanggungjawabkan itu. Begitu juga si Mirza, sama seperti aku nasibnya. Hahah. Sekarang kalo ke Aghiel ayah cuma bisa diem, gak terlalu strength seperti dulu. Entahlah, mungkin karena ada kakaknya, trus anak paling terakhir jadi ya gitu :D

Well, begitulah kalo menurutku tentang hidup. Dia berproses bahkan butuh yang namanya proses. Ada pahit ada juga senengnya. Semuanya jadikan pengalaman yang berarti. Kata ayah, guru memukul murid pas jaman dulu gak ada masalah, ayem tentrem aja. Itu bisa dijadikan pembelajaran mental buat muridnya ketika benar-benar menghadapi kehidupan yang benar-benar keras. Bisa jadi kan, guru memukul muridnya karena gurunya melihat ke masa lalunya dia, terus dia tiru deh, terus akhirnya ya gitu. Kasarnya mereka balas dendam dengan apa yang dilakukan gurunya saat itu. hihih emang yah hidup oh hidup.

Then, jangan pernah merasa hidup kamu juga paling sempurna, karena kita punya kehidupan abadi di alam yang berbeda sana. Entah mau masuk surga atau neraka tapi itu adalah kehidupan abadi kita. Banyak hal juga yang terjadi dalam kehidupan kita, hidup bukan hanya untuk bersenang-senang di dunia saja, bersenang-senanglah untuk hidup di dunia maupun di akhirat. Paham kan maksudnya? 

Semoga berkah, semoga bermanfaat.

Regards,
Vida Hasan
Share:

Tetap Bersyukur (1)

Semalam, sebelum aku memejamkan mataku dan melakukan pelayaran ke pulau kapuk, aku sedang berpikir ingin menulis sebuah kisah tentang aku ketika aku mendapatkan hal yang tidak mengenakan. Semoga aku masih bisa mengingat ini semua, ini berangkat dari beberapa anak yang selalu curhat kepadaku tentang studinya, tentang nilai-nilai yang didapat dan alhasil, cerita ini semoga bisa menjadi manfaat dan motivasi untuknya. :)

Dari dulu, sejak masih di bangku sekolah, aku bukan tergolong anak yang berada di atas rata-rata. Masih berada di rata-rata kok aku, tidak begitu pintar juga tidak begitu bodoh (menurutku). Masih berada di tengah-tengah antara yang pintar dan yang bodoh. Namun, kemungkinan bisa terjadi bahwa kadangkala aku bisa menjadi pintar, kadangkala aku pun bisa menjadi bodoh. Iya begitulah, naik turun, pasang surut motivasi belajarku dari dulu. Kadang untuk menjadi orang yang hebat itu susah, sangat susah, karena butuh banyak perjuangan dari nol hingga 100. Tapi tahukah, untuk mempertahankannya itu yang sulit. Ketika kita sudah berada di atas, terkadang banyak pasang surut yang terjadi, yang di awalnya 100, bisa saja turun menjadi 90, 80, 70 dan seterusnya. Begitulah hidup ku pikir..

Sama halnya seperti motivasi belajarku, sejak aku duduk di bangku Sekolah Dasar, aku pernah mendapatkan rangking itu pun sekali dan kelas 1 SD, setelah itu entah, menghilang tak beraturan. Kelas 2 SD pun malah pernah dapet nilai merah, beberapa pelajaran dengan angka 5 pun bertaburan di buku raporku. Aku biasa, bahkan sangat biasa. Tapi Ayah Ibu ku yang tidak biasa, karena mereka terus berkoar-koar. Sampai pada akhirnya, waktu itu aku masih ingat, jamanku masih dibilang cawu (catur wulan), aku mendapat nilai yang pas-pasan yang tetap masih sama tidak mendapatkan rangking. Walaupun begitu aku tetap naik ke kelas 3. Begitu pun seterusnya, buku raporku kadang tertulis angka yang seharusnya tidak berada di sana. Namun, ketika kelas 5 aku berjuang keras. Dan yang paling parah, aku merasa sudah berjuang keras, namun di rapor justru bertaburan angka 6 di sana. Hampir semua mata pelajaran bertaburan angka 6. Kenapaaa demikian? Ayahku marah-marah karena tidak terima, tapi aku sendiri sejujurnya agak kurang menerima, kenapa demikian? Ternyata guru kelasku yang memang agak kurang beres, jadi beliau memberiku nilai dengan angka 6 semua -____- alhasil tetap berlapang dadalah aku ketika itu.

Naik ke kelas 6, hmm kemampuan berpikirku semakin meningkat sepertinya. Ini berkat guru favoritku yang tak pernah lelah buat ngajarin aku. Alhasil, alhamdulillah di kelas 6 aku dapet rangking, meskipun bukan 5 besar, yang penting aku ikut 10 besar. :D Sama halnya seperti SMP dan SMA, tidak pernah menargetkan bahwa nilaiku harus tinggi yang penting pas-pasan dan bisa masuk ke sekolah favorit. Bersyukur sekaliiiiiiii aku masuk sekolah favorit. Ini keberuntungan, tanpa disengaja atau memang ini sudah takdirku seperti ini? Entahlah, yang penting aku bersyukur sekali sama Gusti Allah, sudah memberikan aku kenikmatan yang tiada tara seperti ini. :)

Masuk ke sekolah favorit itu impian semua orang lhoh. Mereka berbondong-bondong ingin sekali masuk ke sana, namun hanya yang beruntunglah yang bisa masuk ke dalam lingkungan ini. Bukan bermaksud sombong atau bagaimana, sampai sekarang aku pun selalu berfikir apakah ini karena ketekatan, keberanian dan keyakinan bahwa ketika kita berfikir kita bisa, kita pasti akan bisa melakukannya? Sepertinya kata ini sangat majur dan berfungsi buatku. Kata-kata ini selalu menancap di otakku bertahun-tahun "Mereka saja bisa, kenapa aku tidak? Aku juga bisa seperti mereka". Begitulah kiranya. Apapun itu, aku pasti bisa. :) Kalimat ini kunci dan sangat manjur buatku.

Aku selalu beranggapan bahwa, nilai rata-rata tidak masalah yang terpenting aku lulus di sekolah favorit dan aku mempunyai skill yang mungkin orang tidak punya. Kadang ketika aku merasa bahwa aku adalah anak yang tidak berguna, aku selalu beranggapan bahwa aku punya banyak kekurangan, aku tidak punya something yang seperti orang lain punya, aku merasa minder dengan kemampuanku, aku merasa bahwa aku berbeda dengan mereka. Namun ternyata, di balik ketidakmampuanku (mungkin) aku justru harus selalu berfikir positif dan mengatakan "kelemahanku adalah kelebihanku" mungkin demikian adanya. Keberanianku mengalahkan ketakutanku, kemampuanku mengalahkan putus asaku, dan kepercayaan diriku mengalahkan keminderanku. Mungkin demikian.

Waktu kuliah, aku merasa bahwa aku mampu, aku beranggapan bahwa orang lain berbeda denganku. Aku mulai sombong dengan kemampuanku. Aku jujur, ketika itu aku merasa menyepelekan kemampuan orang lain. Tapi, apa hasilnya? Justru orang lain lah yang lebih bisa dari kemampuanku. Aku jatuh, aku terpuruk, dan aku tidak tahu harus bagaimana. Aku merasa sombong dan aku merasa tidak berguna. Akhirnya aku pun jatuh, tersungkur dan ya semua nilaiku pun anjlok di semester empat. Saat itu IPKku hanya 2.58. Tidak mencapai targetku. Bertabur nilai D dengan total empat SKS. Aku terpuruk.

Akhirnya, aku justru lebih bertekat kembali bahwa semester berikutnya aku harus bisa lebih baik dari semester ini. Aku hanya harus bisa memulai berfikir positif kembali, bagaimana caranya aku bisa meningkatkan motivasi belajarku lagi. Tidak apa-apa tidak cumlaude yang penting sesuai dengan target di atas 2.75. Begitulah kira-kira... Iya dan aku pun akhirnya mendapat sesuai harapan sampai lulus kemarin. Tidak mendapat cumlaude namun sesuai target yaitu di atas 2.75. Entah, aku kurang tahu, apakah demikian tergantung sama pengajar atau dengan kemampuanku sendiri. Aku sudah merasa bahwa aku mampu melakukannya, namun ternyata semua berkehendak lain. Entah yang salah dari kemampuanku atau dari pengajarnya Wallahua'alam. Hanya Gusti Allah Yang Maha Mengetahui.

Aku rasa, sekarang aku hanya ingin menunjukkan bahwa IPK yang kurang dari 3 tapi di atas 2.75 juga bisa terbang ke negeri orang. Terkadang, mereka hanya bisa mengagung-agungkan orang-orang yang punya IPK di atas rata-rata. Aku juga masih mau belajar seperti mereka, aku masih punya kemauan untuk berjuang kembali. Tidak salah kan? Saat itu, memang benar-benar keterpurukanku yang tidak akan pernah dilupakan. Namun, aku masih harus tetap bersyukur karena Allah selalu membantuku di saat seperti ini. Aku selalu bersyukur dengan semua ini. Selaluu..

Kehidupan duniawi itu tidak abadi. Ada yang di atas dan ada juga yang di bawah. Tidak selamanya manusia hidup di atas terus, karena suatu ketika mereka akan merasakan hidup di bawah. Hal yang selama ini kita lakukan harus tetap disyukuri, karena semua hal yang kita lakukan akan selalu ada hikmah. Dan sungguh hikmah itu indah. :)

Vida Hasan
Share:

Ramadhan di Perantauan

Marhaban yaa Ramadhan. Alhamdulillah, tahun ini bisa merasakan dan dipertemukan kembali dengan bulan suci yang penuh berkah ini. Semoga di tahun berikutnya bisa berjumpa, dan harus lebih baik lagi. Aamiin..
Ada hal yang berbeda di Ramadhan tahun ini. Ramadhan tahun ini, saya bisa berkumpul dengan keluarga, Ramadhan tahun ini saya full merasakan dari pertama sampai insyaAllah hari kemenangan di rumah. Alhamdulillah, masih punya kesempatan buat ber Ramadhan bersama keluarga tercinta. Ayah, Ibu, Aghiel, meskipun belum lengkap tanpa kehadiran Mirza di rumah, namun ini membawa warna tersendiri buat saya karena dapat berkumpul dengan mereka semua.

Tahun kemarin, saya harus ber Ramadhan di perantaun. Lebih tepatnya lima kali Ramadhan saya merasakan ber Ramadhan di tempat perantauan. Subhanalloh, banyak belajar dari hal-hal seperti ini. Ada suka begitu juga ada duka yang terjadi sebelum saya merasakan ber Ramadhan bersama Ayah Ibu di rumah. 

Ramadhan pertama saya jauh dari keluarga pada tahun 2008. Saat itu saya sedang menjadi mahasiswa baru di Universitas Negeri Yogyakarta. Saya senang, karena bisa melanjutkan sekolah di kampus yang cukup favorit ini, yang banyak orang ingin belajar di sana, namun mereka tidak seberuntung saya. Saya sangat beruntung karena saya bisa masuk untuk belajar di kampus ini. Waktu itu, karena harus mengikuti kegiatan kampus, saya harus berpuasa jauh untuk pertama kalinya tanpa ayah dan ibu. Awalnya sangat berat, karena sejak dulu sampai saya masuk ke sekolah menengah, ayah yang slalu membangunkan saya sahur. Saya bangun, sholat malam, lalu makanan sudah tersedia di atas meja, lalu saya hanya tinggal menyantap hidangan itu. Berbeda dengan di rumah, saya merasakan kesedihan yang mendalam. Tidak ada yang membangunkan sahur, tidak ada yang menyiapkan makanan, dan jarang berjamaah di masjid. Apa-apa saya harus melakukannya sendiri. Saya ingat, ketika pertama kalinya, saya sahur tanpa adanya teman, kesepian, kesendirian, saya makan sahur sambil menangis. Meskipun beberapa kali mba kos menyuruh saya untuk bersahur bersama-sama dengan yang lain, saya tetap berada di kamar. Waktu itu saya masih belum bisa beradaptasi, merasa mereka semua adalah orang-orang asing.

Ramadhan kedua saya jauh dari keluarga pada tahun 2009. Sebagai mahasiswa baru (1 tahun), saya masih belum terbiasa dengan keadaan ber Ramadhan jauh dari keluarga. Masih ingin merasakan ber Ramadhan bareng sama mereka. Selama satu tahun menjadi mahasiswa baru, setiap bulan saya selalu mencari jatah hari libur (tanggal merah) agar saya bisa pulang ke rumah. Masih merasa, belum terbiasa jauh dari ayah dan ibu. Masih harus banyak belajar dan masih butuh beradaptasi. Sebelum bulan Ramadhan, saat itu saya di rumah dan sedang sakit hingga berminggu-minggu. Padahal saya ingat betul, bahwa saya adalah panitia salah satu kegiatan di kampus. Waktu itu saya menjadi pemandu di Ospek fakultas dan ospek jurusan. Ini adalah tugas, saya sedang mengemban tugas. Saya masih memikirkan ego saya sendiri, kalau saya ingin berlibur di rumah. Akhirnya saya memberi kabar ke koordinator, bahwa bagaimana kalau saya dikeluarkan atau diganti saja dengan orang lain? Saya sudah tidak bertanggung jawab, kontribusi saya sangat kurang. Namun, koordinator saya malah mengatakan bahwa "kami butuh kamu. Kamu harus segera sembuh dan bergabung kembali bersama kami". Saat itu perasaan saya langsung tidak karuan, perasaan tidak enak, merasa bahwa saya tidak bertanggung jawab. Saya pun bangkit dan harus sembuh, sehingga saya dapat bergabung kembali bersama tim saya. Well, ketika itulah saya merasakan puasa pertama kalinya tanpa keluarga (lagi), saya merasakan puasa bersama teman-teman saya lagi. Namun bedanya dengan tahun pertama, tahun kedua ini saya sudah bisa beradaptasi dengan teman-teman satu kos dan teman kampus. Merasa bahwa kita semua saudara dan saling membutuhkan. Kebersamaan inilah yang saya inginkan meskipun saya jauh dari ayah ibu saya. Saya merasa bahwa saya tidak sendiri, bahwa saya tidak kesepian, bahwa saya memiliki saudara di tempat ini.

Ramadhan ketiga saya jauh dari keluarga pada tahun 2010. Pada tahun 2010 adalah masa saya menjadi seorang mahasiswa yang mengikuti banyak kegiatan. Saat itu ospek dilaksanakan ketika bulan Ramadhan. Alhasil, saya sebagai panitia pun mau tidak mau harus mengikuti kegiatan ini. Tahun ketiga saya mulai terbiasa merasakan ber Ramadhan hari pertama tanpa keluarga. Banyak kegiatan yang pada akhirnya saya lupa dengan segala hal, saya menikmati hidup ini. Namun, saya hanya beberapa hari berpuasa di perantauan, setelah kegiatan selesai memang sudah tekat saya untuk langsung kembali ke kampung halaman. Lebih tepatnya saya mudik lebih awal daripada teman-teman saya, sehingga saya dapat merasakan ber Ramadhan (hampir) sebulan penuh bersama dengan keluarga saya di rumah.

Ramadhan keempat saya jauh dari keluarga pada tahun 2011. Saya mengikuti kegiatan KKN PPL tahun ini. Tugas yang cukup berat sedang ada di depan mata saya. Jauh dari keluarga, jauh dari teman-teman kos, jauh dari teman dekat kampus. Namun, saya menikmatinya, karena saya memiliki sahabat baru dan seperti keluarga baru. Program dari kampus ini memang cukup menguras banyak tenaga, namun saya sangat senang menjalaninya. Saat itu awal puasa sampai H-10 sebelum lebaran saya mengikuti kegiatan di sekolah. Banyak hal yang dipelajari, banyak hikmah yang didapat. Sudah sangat mulai terbiasa melakukan sendiri, apa-apa sendiri dan hanya teman dekatlah yang bisa diandalkan. Kenangan berpuasa dengan "keluarga" baru ini tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya. Sampai sekarang pun saya masih inget, ketika sahur di kontrakan, ketika buka puasa di kontrakan, dan ketika tarawih di masjid belakang kontrakan. Itu semua masih teringat di memori saya. Kenangan ber Ramadhan yang luar biasa.

Ramadhan kelima saya jauh dari keluarga pada tahun 2012. Pertama puasa memang di rumah, tapi 2 hari kemudian saya harus berangkat kembali ke perantauan untuk menyelesaikan misi dan amanah saya yang belum dikerjakan. Tahun kemarin, adalah ramadhan yang sangat berat buat saya, karena saya harus mengerjakan tugas akhir skripsi saya. Gara-gara mogok 3 bulan tidak mengerjakan skripsi, akhirnya saya tekatkan lagi bahwa tahun ini saya harus selesai, saya harus segera ujian, dan semester ini adalah semester terakhir saya di UNY. Akhirnya tekat saya bulat, saya bertemu dengan dosen pembimbing, minta pencerahan, setelah mendapat pencerahan saya kerjakan, setelah saya kerjakan dikumpulkan, setelah itu menunggu dan lalu revisi kembali dengan judul baru (lagi). Berat rasanya, karena begitu terus setiap minggunya. Namun karena tekat saya sudah bulat, meskipun seberat apapun harus tetap saya jalani karena saya sudah janji pada diri saya dan terutama ayah dan ibu. Saya justru tidak menyangka bahwa ramadhan tahun 2012 adalah ramadhan terakhir saya di kota perantauan, di kota yang penuh banyak kenangan ini. Berkesannya adalah saya sudah bukan mahasiswa aktif lagi di kampus, sehingga saya punya banyak waktu luang di kampus. Salah satu hal yang berkesan adalah saya dan teman-teman saya membuka lapak di kampung ramadhan jogokaryan. Waktu itu kami berjualan bakso ikan dan lumpia seafood. Sebelumnya memang saya dan teman-teman saya ini sudah merencanakan ingin membuka lapak ketikat bulan ramadhan. Alhasil, begitulah yang kami buka, sisa dari hasil jualan ikan Bibi sama Memet, kami buat bakso ikan dan lumpia seafood, lalu dijual di kampung ramadhan Jogokaryan. Tidak begitu banyak pembeli, namun promosi terus dilakukan sama Nani. Mungkin, karena kami datang sangat telat. Penjual yang lain buka lapak dari jam 3 sore, saya dan teman-teman saya sampai di TKP jam setengah 5 sore. Haahahah ternyata jualan tidak semudah yang dibayangkan, apalagi makanan. Alhasil, jualan kami masih sangat banyak dan kami memutuskan untuk membagikannya ke orang jalanan, seadanya yang kami temui. Luar biasaaaaa...

Iyaaaa saya jadi rindu ber Ramadhan di perantauan akhirnya. Padahal pertamanya saya mewek, pengen pulang gara-gara jauh dari ayah ibu. Tapi ternyata sekarang malah merasakan keseruan dan kenangan yang tidak dilupakan bisa merasakan Ramadhan di tanah orang. Mudah-mudahan tahun depan bisa dipertemukan kembali dengan Ramadhan, dan kemungkinan saya pun akan merasakan (lagi) ber Ramadhan di negeri orang. :)

Yang terpenting adalah dimanapun kita ber Ramadhan yang jelas bulan ini bulan berkah, manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk ber i'tikaf memohon kepada Gusti Allah. :)

Bismillahhirrohmanirrohim..

Share: