Showing posts with label About Me. Show all posts
Showing posts with label About Me. Show all posts

7 October 2017

Menjadi Penulis

Deuh... sudah lama saya tidak mengisi kekosongan hati #eh maksudnya kekosongan blog saya yang mana terakhir saya menulis di blog ini ya pas bulan Juni tahun setelah lebaran. Jadi, ketika saya sedang berusaha untuk menelaah "apa sih yang harus saya tulis?" "mentok bange nih buat nulis", "duh rasanya idenya beneran entah kemana nggak ketemu-ketemu" maka akhirnya terputuskanlah sudah memberi judul tulisan dengan Menjadi Penulis.

Menjadi penulis memang mimpi besar saya. Dari jaman duduk di sekolah dasar, saat itu buku diary adalah sahabat saya yang paling terbaik dan selalu tetap menjaga amanatnya. Mau tulisannya seperti ceker ayam, mau isinya curhatan, yang jelas buku diary saat itu adalah salah satu media saya untuk berani berbicara (tapiii buku diary saya sudah tidak tahu sekarang dimana hahaha) Takutnya sih kebaca sama Bapak-Ibu saya karena saya pun pernah ngomel di buku diary tentang mereka. Astaghfirulloh.. Yah namanya juga kan masih anak labil (sekarang masih juga sih hahhaha) yang bawaannya saat itu selalu baper luar biasa.

Nah, kenapa tetiba kepikiran menulis diary? Hobi saya saat itu adalah membaca majalah bobo/ fantasi kebanggaan anak-anak pada masanya tidak seperti anak jaman now yang mainnya glladget. Sedih melihatnya... ☹️ dari majalah tersebut maka sering terjadilah induksi di kepala saya untuk menuliskan catatan harian. Memiliki masa kecil yang saat itu ada trauma sendiri membuat saya jusru lebih bergelut dengan buku, meskipun masih juga sering bermain di luar rumah bersama teman-teman namun tetap saja ada rasa kurang aman bermain dengan mereka. Pun akhirnya menjadi seorang penulis adalah sebuah mimpi besar buat saya dari apapun sampai saat ini.

Sungguh, bukan maksud apa-apa dengan saya menjelaskan diri saya di blog ini. Toh tidak ada salahnya juga kan menyampaikan apa yang ingin dicapai dan memiliki target? Cuman kelemahan saya adalah Saya Malas. Terkadang dalam situasi tertentu saja dan butuh ruang yang ebar-benar sendiri atau saat semua orang tertidur saya dapat menyampaikan dan menorehkannya. Saat ini pun berasa saya tidak punya waktu padahal waktu pun banyak terbuang sia-sia. Sombong sekali mengatakan bahwa tidak memiliki waktu untuk menulis. Lalu, mimpi kamu menjadi penulis seperti apa ketika kamu saja membuang waktumu seperti ini? Ah teguran hati menyampaikan seperti itu, tak dapat dipungkiri karena kemalasan saya yang merajalela dan sungguh tidak bisa mengatur waktu dengan sebaik-baiknya.

Kenapa pengen banget jadi penulis? Iya entah kenapa, seenggaknya dengan menulis bisa jadi saya dapat menorehkan dan memberikan informasi tentang pengalaman yang sudah pernah saya lakukan sebelumnya. Maka dari itu, dengan move dari satu tempat ke tempat lain mmeberikan energi untuk saya. Paling tidak saya dapat membuat sebuah lembaran baru di setiap perjalanan waktu saya selama saya hidup. Menulis juga salah satu jalan dakwah untuk memberikan hal positif untuk pembaca. Masa menebar hal positif saja tidak mau? Padahal mendapatkan banyak manfaat dan pahala 😇

Coretan ini adalah sebuah cambukan buat saya, supaya saya kembali bersemangat untuk menulis apapaun medianya. Meskipun kebanyakan berada dalam blog, setidaknya saya harus menulis kembali. Doakan kembali ya teman-teman supaya saya selalu konsisten dalam menulis dan segera merampungkan satu judul tentang kisah perjalanan hidup saya. Hatur Nuhun... :)



Jakarta, 7 Oktober 2017
--vidahasan--
Share:

24 June 2017

Makna Idul Fitri

Alhamdulillah ya Allah, Ramadhan dan Lebaran tahun ini bisa kembali merasakan hangatnya suasana bersama dengan keluarga. Mungkin agak terdengar lebay jika saya selalu berkoar-koar 3 kali puasa dan lebaran tidak bersama dengan keluarga. Sungguh, meskipun sedih namun kebahagiaan hakiki dimiliki dan dirasakan oleh diri saya juga. Bagaimanapun juga saya menemukan kehangatan yang berbeda karena bertemu dengan kerabat dan saudara baru di perantauan. 

Baik, saya tidak akan menceritakan kenapa saya bisa tidak pernah pulang atau berlebaran di perantauan. Saya hanya ingin membagi catatan tentang memaknai Idul Fitri sendiri :)

Well, Idul Fitri yang dalam harfiah berarti kembali fitrah atau kembali ke suci . Semoga setelah berpuasa selama satu bulan lamanya, amalan yang diri kita perbuat mendapatkan ganjaran yang setimpal dari Gusti Allah. Aamiin... Bagi saya pribadi Idul Fitri menjadikan sebuah targetan diri untuk bisa menjadi lebih baik lagi meskipun bukan di bulan Ramadhan. 

Sedih nggak sih ditinggalkan sama Ramadhan? Rasanya ibadahnya sungguh masih belum khusyuk. Masih suka bolos sholat tarawihnya, tadarusnya juga masih bolong-bolong nggak karuan, masih suka ghibah, riya, dan lain sebagainya. Rasanya, diri saya masih belum puas melakukan kebaikan-kebaikan di bulan Ramadhan yang pahalanya padahal bisa berlipat-lipat ganda. Astaghfirullohaladzim :( 

Saya berkata demikian karena saya juga masih tahapan menjadi seorang pembelajar untuk bisa lebih memperbaiki sikap diri. Bukan berarti saya sudah baik, masih banyak hal-hal yang tidak baik yang saya miliki yang harusnya saya buang sedikit demi sedikit kebiasaan itu :( Mungkinkah kita bertemu kembali dengan Ramadhan berikutnya? Wallahua'lam bis shawab, maka demikian apa yang harus diperbuat selain memperbaiki diri dan kembali menghamba pada Rabbnya, selain bermesra dengan Gustinya? 

Allah itu Maha Baik, sungguh Maha Baik (saya yakin pada tahu). Dia itu beri kita bulan dimana bulannya itu penuh dengan keberkahan. Tapi manusianya (termasuk saya di dalamnya) sungguhlah lupa bersyukur atas apa yang diberi olehNya. Masih suka lalai perintahNya, masih suka ngelakuin hal-hal yang dilarangNya, dan masih banyak lagi. Kalau kata Ust. Hanan bilang "Sungguhlah Dia Maha Baik pada umatnya. Dia selalu kasih umatNya itu kesempatan yang luar biasa. Jika umatNya lupa padaNya maka dia akan beri umatNya itu sebuah ujian supaya umatNya lebih dekat denganNya, supaya umatNya bisa bercengkerama denganNya" Mashaa Allah :)

...

Jadi, jika saja semua orang memaknai Idul Fitri hanya dengan makan opor-rendang-ketupat, kembang api, baju baru, sepatu baru, dan semua benda barunya kecuali hati yang baru, maka apalah makna Idul Fitri yang sesungguhnya? Yuk ah! Lebih khusyuk lagi untuk dekat dengan-Nya yang sudah memberikan banyak kebaikan untuk kita, yang sudah memberikan banyak rezeki untuk kita. 

Maka Fastabiqul Khairat (berlomba-lombalah dalam kebaikan) selagi kita masih diberi umur, sehat dan kesempatan sama Gusti Allah :) Karena kita tidak akan pernah tahu umur kita, maka persiapkanlah sejak saat ini. Semoga apa yang kita kerjakan selalu mendapat RidhoNya dan sama-sama belajar serta sama-sama saling mengingatkan dalam kebaikan :) Bismillah yaaa :)

Taqobalallohuminna Wa Minkum Shiyamana Wa Shiyamakum
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 H Mohon Maaf Lahir dan Batin 

-vidahasan-

Share:

10 May 2017

Renungan Senja

Saya resah dengan Indonesia saat ini. Saya muslim, dan saya  percaya dengan kitab saya. Dalam hal ini, sebagai muslim yang hidup di tanah Indonesia yang (katanya) berbhineka tunggal ika, saya sangat menghargai apapun pilihan mereka. Karena bagimu piihanmu dan bagiku pilihanku (intinya saya tidak ingin mencampuri apapun pilihanmu). Bahkan saya justru takut hanya karena masalah pilkada, ucapan, atau tingkah seseorang Indonesia bisa berpecah belah. Saya pernah juga hidup di wilayah minoritas bahkan beberapa dari mereka selalu bilang

"Vida, kenapa agamamu sangat keras sekali aturannya? Sebagai perempuan kamu harus berjilbab, ketika Ramadhan kamu harus puasa, terus kamu harus beribadah satu hari 5 kali. Apa itu nggak ribet"-- pertanyaan itu menampik diri saya yang saat itu berada di kaum minoritas.

Lalu saya jawab "Agama saya tidak keras aturannya. Saya menjalankan sesuai dengan perintah dari Nya, dimana itu tertulis di kitab saya dan memang saya meyakininya. Logikanya sama seperti kalian harus bayar pajak atau asuransi di negara kalian yg itu adalah kewajiban kalian sbg warga negara ini. Hanya bedanya jika kalian tidak melakukannya kalian akan mendapat hukuman/ sanksi dr aparat pemerintah kalian, sedangkan saya harus mempertanggung jawabkan ini ke Tuhan saya" :)

Percakapan seperti ini seringkali terjadi, namun pada intinya dimana saya bisa bergaul dan bertingkah seperti biasanya dengan rekan-rekan kerja saya supaya mereka tidak berpendapat bahwa islam itu radikal, islam itu agama yang toleransi, mereka menerima dan open minded dengan apa yang saya sampaikan tentang pendapat saya. Bahkan saya sangat terharu ketika saya sedang berpuasa di tempat kerja, rekan kerja saya selalu menyediakan makanan buka untuk saya. Betapa indahnya keberagaman yang saya rasakan saat itu :) 

Saya juga pernah dengan bangga bercerita bahwa Indonesia itu banyak suku, budaya, agama dan bahasa, tapi hidup kami rukun-rukun saja tidak ada pecah belah, yang namanya pendapat pasti akan terjadi tapi semoga itu yang akan saling mengeratkan diri kami. Namun, sekarang justru saya malu untuk kembali mengingatnya karena kenyataannya saat ini Indonesia sedang dilanda perpecahan. 

Mohon maaf jika apa yang saya sampaikan ada yang kurang berkenan, sejatinya saya hanyalah makhluk yang masih juga berlumur dosa bukan sok-sokan (bijak, alim dan bersikap netral). Tapi saya yakin bahwa setiap manusia di muka bumi ini punya pilihan masing-masing. Yuk kembali menjadi Indonesia yang berbhineka tunggal ika jika masih mencintai negeri ini maka luruskanlah dengan niat lapang, bentuklah perubahan yang lebih baik lagi meskipun dengan hal-hal kecil yang kita lakukan. Jangan ada perpecahan lagi hanya karena suatu oknum yang bertingkah dan berucap atau berbeda pandangan dengan kita, lalu kita berpecah bukan kembali menjadi NKRI. 

Satu hal lagi yang harus kita ambil pelajarannya adalah belajarlah dari anak-anak, meskipun anak-anak tapi mereka lebih mencintai kedamaian. Bukankah kita sebagai seorang dewasa selalu mengajarkan ke anak-anak untuk mencintai perdamaian? Tapi apa yang telah kita lakukan apakah sudah mencerminkan dan mencontohkan perilaku yang harusnya ditiru oleh anak-anak? :) 

Beberapa foto ketika saya di Jerman dan di penempatan. Ada keharmonisan yang dirasakan, berbeda tapi tetap satu jua :)


Ini adalah gambar di atas dan di bawah adalah gambar ketika seminar di Jerman :) beberapa dari Georgia, Nepal, Jerman, Ukraina, Turki tapi tetap saja kami akur :)




Gambar di atas adalah siswa-siswi SDN 005 Sebatik Tengah berasal dari beberapa macam suku bugis, Timor, Jawa, Tidung

See?  Kurang indah apalagi coba negeri kita jika diri kita tidak bisa menjaga keutuhan dan kerukunannya? :)



-- Rabbana dhalamna Anfusana wa Illamtaghfirlana Watarhamna Lanakulanna Minalkhosirin -- 🙏

--vidahasan--

Share:

22 August 2016

Transformasi Umur

4 Agustus 2016

Setahun yang lalu. Lagi-lagi saya mengingat kembali yang menjadi kenangan beberapa waktu lalu. Sudah lama, namun ada kenangan manis tersendiri yang dikenang. Bukan masalah perayaan ulang tahun saya, namun bagaimana orang-orang di sekitar saya menyambutnya. Mereka bersuka cita, dan saya? Sebenarnya saya hanya kebingungan, karna jatah umur saya ini berkurang, kenapa harus dirayakan bahkan diberi kejutan seperti itu? Ulang tahun, hanyalah sebuah formalitas karena sejatinya kita hidup di dunia ini berkurang jatahnya. Padahal, saya pun masih belum menjadi baik seperti yang diharapkan.

Ada gelak tawa sendiri namun di tahun ini. Kebetulan saya lagi-lagi mengabdi di sebuah tempat yang jauh dari rumah, bahkan berpindah tempat dari satu tahun yang lalu. :) Iya, menjadi guru di daerah pedalaman adalah sebuah hal yang membuat saya menjadi pribadi yang (semoga) lebih baik lagi. Mengasah kemampuan dan berbagi dengan lingkungan dimana saya ditempatkan. Ada tantangan sendiri, ada kenyamanan, bahkan ada hal yang menyenangkan yang tidak dapat diungkap dengan kata.

Adalah SDN -005 Sebatik Tengah, dimana tempat saya mengajar saat ini. Ini bukan menjadi pencapaian saya di tahun ini, tapi mungkin lebih ke sedikit pencapaian sesuai dengan target saya. Mengajar anak-anak menjadi sebuah tanggung jawab saya saat ini. Iya, dan saya merasakan bahwasanya anak-anak di pedalaman hanya butuh motivasi dan asupan-asupan yang baru, yang mungkin belum mereka ketahui sebelumnya. Dunia ini luas dan banyak hal yang harus mereka ketahui satu-satu. Mungkin tidak semuanya, namun mewakili setidaknya.

Kejutan pun yang diberikan oleh anak-anak ini benar-benar sangat membuat saya tersentuh. Entahlah, darimana mereka mendapatkan ide seperti itu di hari jadi gurunya. Bahkan sudah repot-repot dari hari-hari sebelumnya untuk mempersiapkan itu semua. Saya tersentuh. Padahal, saat hari jadi saya ada kegiatan dan harus meninggalkan sekolah, begitu yang saya sampaikan. Namun, raut-raut mereka menandakan kesedihan tiada terkira karena apa yang mereka lakukan benar-benar ingin merayakan hari jadi gurunya ini. Alhasil saya pun datang ke sekolah terlebih dahulu, setelah itu menyusul melaksaakan kegiatan.

Perlu diapresiasi. Mereka mempersiapkan ini dari hari sebelumnya, dan saya benar-benar hanya melongo. Meskipun saya tahu mereka membuat kejutan untuk saya, namun apalah daya seorang guru yang tak mampu menahan keterharuannya dengan murid-muridnya. 

Terima kasih Nak, Kalian melengkapinya, meskipun saya justru sedih dengan semua ini. Jatah umur saya berkurang satu. Hanya saya berharap kalian juga selalu sehat dan tetap semangat mengejar apa yang dicitakan. Bermimpilah sepuas hati kalian, karena mimpi kalian yang akan menjadi pedoman untuk hidup kalian kelak. :)

Terima kasih untuk kejutan hari jadi yang tak pernah terpikirkan. Terima kasih untuk hal-hal yang menyenangkan bersama kalian. Saya hidup di sini karena saya hanya ingin bisa melihat senyum kalian. :)

--Arvida Rizzqie Hanita--
Pengajar Muda XI Kab. Nunukan.

Share:

23 June 2016

Aku Masih Bocahmu, Pak!

ÜKetika sedang random seperti ini, yang diingat pertama kali memang adanya adalah orang di rumah. Ah, rumah memang selalu menjadi tempat terteduh dan menyenangkan. Banyak kenangan di sana. Pak, lagi dan lagi aku menuliskan ini tentangmu. Jangan pernah bosan ya Pak untuk bacanya. Tenang saja, ada saatnya Mama pun akan mendapatkan tulisan yang agak-agak melow dariku.



Pak, gadis yang Bapak slalu bilang "bocah kecilku, gadis kecilku" yeah. That's me, Dad! I'm still daddys little girl. why?

Meskipun hampir 3 tahun lamanya hidup di perantauan, Bapak masih tetap saja memantau anaknya ini. Seperti tidak pernah lepas dari pandangannya, mungkin takut anaknya akan terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Tapi, semoga tidak Pak. InshaAllah, gadis kecilmu ini baik-baik saja di tanah rantau, karena aku masih dipertemukan dengan orang-orang yang luar biasa baiknya. Alhamdulillah...

Ya, meskipun Bapak tidak pernah setiap detik, menit, jam bahkan hari menelefonku, namun adakalanya ketika kita bercengkerama melalui via seluler ada hal-hal yang Bapak selalu harus tahu. Bahkan, ketika aku bercerita terkadang pulang malam pun Bapak slalu bilang "Jangan pulang malam sendirian. Nanti kalau ada apa-apa repot." Repot dalam hal mungkin merepotkan orang-orang yang baik yang sedang bersamaku, atau mungkin Bapak yang akan repot karna sulit untuk segera menjangkau tempat rantauanku.

Pak, sekali lagi tenang. Anak gadismu ini inshaAllah aman. Jika Bapak tidak percaya, Bapak bisa saja bertanya dengan orang-orang terdekatku, bertanya tentang keberadaanku dan kegiatanku selama di perantauan ini. Justru aku belajar banyak hal di sini, Pak. Bapak masih khawatir? Iya, jelas mungkin masih saja ada kekhawatiran itu. Sekalipun Bapak tau, anak gadisnya ini sudah pernah merantau jauh dari bumi pertiwinya, tetap rasa was-was itu selalu ada.

Ingat sekali aku Pak. Saat itu ketika tahun pertama benar-benar merantau Bapak slalu melihat sisi lain dariku. Ada sedikit masalah pun Bapak slalu tahu, bahkan Bapak mencari tahu dengan cara Bapak sendiri yang aku pun susah untuk memulai menjelaskannya. Tak ada kata yang dapat diungkapkan saat itu dengan adanya masalah yang mungkin [agak] berat. Bukan aku tak mau cerita, namun aku justru khawatir ketika Bapak semakin mengkhawatirkan aku.

Itu saja yang membuatku takut. Dikhawatirkan orang yang aku pun mengkhawatirkannya, justru aku takut akan mengecewakan Bapak jika permasalahan ini pun berakhir tak mengenakan. Hanya maaf saja yang bisa aku sampaikan Pak. Maaf, belum bisa menjadi gadis dewasa yang Bapak inginkan. Ah, atau Bapak masih saja menganggap bahwa aku adalah masih gadis kecil Bapak? Mungkin saja seperti itu.

Masih ingat, ketika Bapa bilang, "Rupanya, gadis Bapak sudah dewasa, padahal kalau dengar suara di telefon rasa-rasanya masih saja gadis kecilnya Bapak". Yap! Time flies so fast, and I don't know what should I say about the time. 

Dad, maybe I'm still daddys little girl, but I'm a women who wanna make you happy and proud of what I did for. :)

Sebatik, 23 Juni 2016
Menikmati kesyahduan pagi
--vidahasan-- 
Share:

22 June 2016

Wenn ich verliebe "when I'm in Love"

Sebatik, 22 Juni 2016

Cinta, lama tidak berdiskusi dengannya tentang rasa yang satu ini. Jika dibilang tabu, bukan juga, tapi mengungkapkannyalah yang cukup sulit untuk dilakukan. Butuh ekstra kekuatan untuk bisa mengungkapkannya. Pun tiap-tiap dari diri itu butuh keberanian yang mungkin ekstra. Aku? Jatuh cinta? Iya, aku memang sedang jatuh cinta, jatuh cinta kepada Sang Pemilik Hidup, jatuh cinta berkali-kali denganNya.

Tuhan tidak melarang umatNya untuk merasakan cinta apalagi cinta dengan sesama hambaNya. Namun kadar cinta itulah yang harus ditimbang. Lebih besar cintamu kepadanya atau kepadaNya? Jika rupanya cinta kita lebih besar kepada umatNya, berarti kita telah membuatNya cemburu. Oh Allah, maaf membuatMu cemburu, padahal Dia sangat mencintai kita lebih dari yang kita inginkan.

Iya, coba kita banyak meminta hal dariNya, meskipun tidak langsung diberikan tapi Dia memberinya melalui proses supaya kita tahu bagaimana perjalanan untuk memperoleh apa yang kita inginkan. Lalu, supaya kita lebih percaya bahwa proses itu selalu akan ada hasil, dari proses itulah maka Kun Fayakun. 

MendekapNya adalah salah satu cara supaya aku lebih mencintaiNya. Mau jodoh? Lebih dekatkan diri lagi kepadaNya. Jika yang lain sudah ada jodoh dan kita belum, La Tahzan, Innallaham'ana. Setiap kita sudah dipasang-pasangkan, meskipun mungkin tidak ditakdirkan bersama selamanya. Tapi doaku, semoga aku diperkenankan mendampingi sampai akhir hayat. Ah, ini perkara mudah kan meminta (lagi) kepadaNya? 

Allah,
Maaf sekali lagi membuatMu cemburu. Semoga semata-mata cinta kepada hambaMu ini tumbuh hanya sebagai ilusi. Aku ingin lebih mendekatkan diri padaMu, bukan membuang rasa ini tapi jadikan rasa ini lebih dan lebih supaya aku lebih bisa dekat mendekapMu.
Share:

14 August 2015

Oh... Danke!

Salam Pramuka!

Ini bukan menceritakan hal tentang Pramuka sih sebenernya, cuman mau bikin salam Pramuka aja, karna aku nulis blog bertepatan dengan hari Pramuka, jadi aku tulis aja begitu hehe padahal juga ceritanya seriusan sama sekali nggak nyambung dan nggak ada sangkut pautnya dengan Pramuka kekekek...

Hari ini, iya tepat hari ini aku sudah bisa mengucapkan kata "Auf Wiedersehen", "Good Bye" ke beberapa Bewohner dan 1 Kollega. Mereka sudah membuatku begitu sedih pagi ini, tidak hanya membuat sedih, tapi juga dibikin mewek karna harus mengucapkan salam perpisahan. Bikin dada ini rasanya nyesek, sungguh nyesek 😭

Well, aku sungguh sungguh belajar banyak di kerja sosial ini. Meskipun hanya satu tahun, tapi seriusan efeknya begitu luar biasa buatku, benar-benar merubah hidup. Iya bukan hidup yang dalam artian banyak duit, punya mobil, rumah bagus, dan macam-macam atau istilah lainnya dalam hal materi. Bukan itu, sama sekali bukan itu. Ini menjadikan bahkan merubah hidup dalam pandangan, terhadap orang lain. Aku yang dulu tidak tau sama sekali dengan orang-orang berkebutuhan khusus, dalam setahun ini pun cukup banyak belajar tentang mereka. Rasa-rasanya tidak pernah sama sekali percaya bahwa kerja sosial ini berhubungan dengan mereka. 

Mengamati sedikit demi sedikit tingkah mereka, bercanda, tertawa, suka, sedih, marah rasanya memang bercampur aduk di sini. Ada kalanya marah dengan mereka, adakalanya juga tertawa dengan mereka, adakalanya sedih, ah rupanya mereka pun tak ada bedanya dengan diri kita ini. Mereka pun sama-sama makhluk ciptaan Tuhan, namun mereka memang setidaknya tidak bisa mengurus diri mereka sendiri. Mereka masih dapat memahami apa yang kita sampaikan, mereka masih bisa merasakan apa seperti kita rasakan. Mereka masih punya perasaan, itu yang paling penting. Jadi, jangan salah dan menganggap bahwa mereka benar-benar tidak bisa melakukan apa-apa.

Banyak hal lain juga yang didapat, belajar bahasa isyarat contohnya, sekalipun selalu salah dan sering tidak paham, tapi seriusan belajar tentang kesabaran di sini. Meladeni mereka, memberi makan, menyiapkan makanan, mengganti popok, bahkan memandikan mereka. Seringkali pun kami pergi berenang bersama, meskipun hanya di waterpoof yang disediakan di kebun belakang tempat kerja. Bagi mereka adalah, kesenangan itu melakukan hal-hal yang sama seperti yang kita lakukan, bukan dibeda-bedakan.

Mereka masiih makan menu yang sama seperti kita, sekalipun beberapa memang ada yang harus dihaluskan terlebih dahulu makanannya, mereka pun melakukan kegiatan sama seperti kita, membaca, menulis, menggambar, menari, menyanyi, meskipun memang harus selalu didampingi. Tapi mereka seriusan sama seperti kita. Bahkan Bewohnerku sangat suka menggambar, membangun lego, mendengarkan musik, dongeng, banyak hal yang kami sering lakukan di sini. Ah, tak jarang pun kami ke bioskop bersama untuk menonton film, dan mereka sangat menyukainya.

Oh... Danke.. 

Karna kalian, aku jadi belajar banyak hal yang belum pernah sama sekali aku pelajari seumur hidup.
Karna kalian, aku jadi belajar bagaimana arti hidup.
Karna kalian, aku jadi belajar bagaimana memuliakan hati
Karna kalian, aku... Sungguh belajar banyak hal.

Terima kasih atas senyuman kalian yang slalu diberikan, tak jarang aku bersedih bahkan marah ketika melihat kalian. Hal-hal yang slalu ada dipikiran pun tetiba hilang sejenak, karna slalu bercanda tawa, bersendau gurau bersama kalian. Terima kasih... 😘😘😘



Mannheim, 14.08.2015
--vidahasan--
Share:

6 August 2015

Hey Seperempat Abad!

Leute, Leute...

Sudah memang tradisi saya untuk menorehkan secuil cerita di tiap umur baru. 25 tahun sudah saya hidup, rasa-rasanya baru kemarin saya masih bersepeda ria dengan menggunakan sepeda roda tiga, rasanya baru kemarin rambut saya dikucir oleh ibu saya, sepertinya baru kemarin saya... Ah begitulah tak ada kata-kata yang bisa disampaikan. Sungguh terlalu banyak hal yang membuat diri saya sendiri berfikir, apa yang sudah saya lakukan selama seperempat abad ini?

Tapi bersyukurlah, karna dengan nafas yang sampai di umur ini adalah hal luar biasa. Tepat 25 tahun diberikan pengalaman yang sangat sangat luar biasa. Pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya. Ah berterima kasihlah pada Hidup, Sang Maha Menghidupkan. 

Kollega saya kemarin tanya, "Na, Vida! Gimana rasanya merayakan ulang tahun tanpa keluarga di rumah?" Lalu saya jawab, "Tahun lalu pun ulang tahun tanpa keluarga di rumah, bahkan sangat-sangatlah sederhana. Tak ada kue, tak ada tumpeng, hanya sekedar ucapan doa dari kawan-kawan dekat. Tapi tahun ini buat saya adalah luar biasa, sekalipun saya tidak minta untuk dirayakan atau dirame-rame, tapi rupa-rupanya kemarin segerombolan orang tiba-tiba datang ke rumah dan membawa kue. Itu membuat saua sungguh terharu, sangatlah terharu.. Bagi saya, kebersamaan layaknya keluarga baru ada sangatlah penting." Kollega saya hanya tersenyum ikut merasakan kebahagiaan saya juga.

Begitulah, setidaknya ucapan doa-doa dari kawan-kawan adalah hal yang slalu membuat saya merasa merinding mendengarnya. Sekalipun sehari tapi dikenangnya akan bertahun-tahun bahkan tak akan pernah terlupakan. Terima kasih yang sudah memberikan ucapan dan memberikan kejutan yang luar biasa..

Ayah, Ibu semoga saya pulang dengan selamat, membawa sebuah cerita besar. Banyak hal sekali yang ingin saya sampaikan, banyak hal sekali yang ingin saga bagikan ke kalian. Terima kasih untuk tetap mendukung apa impian saya sampai saat ini.

Semoga di umur 25 tahun ini, saya selalu sehat, sehat dan sehat. Jikalau sehat, ketika ingin melakukan apapun juga akan membawa keberkahan. Aamiin in sha Allah.. ☺️ setidaknya harus bisa lebih membawa diri ke arah yang lebih baik lagi, mengurangi untuk mengeluh, dan selalu berbanyak syukur. Membawa pengalaman ini ke ladang para pejuang yang sebenar-benarnya pejuang. Saya sampaikan terima kasih :)


(The birthday 4.08.2015)

--vidahasan--

Share:

3 March 2015

Cuma mengenang

Aku sedang bukan ingin cerita tentang perjalananku selama di Eropa. Aku hanya saja sedang mengenang betapa "badungnya", betapa "apa adanya", betapa dan betapa banyaknya yang aku lakukan bersama kawan-kawan seperjuangan di uny dulu. Serius, malam ini aku hanya sedang merasa melowholic, melowaddicted, damn! I miss that all moments, that we did it together!

Tadi berkutat dengan foto album yang ada facebook. Banyak rupanya, foto-foto yang tersimpan di sana. Dari (mungkin) jaman pertama kali kuliah bahkan sampai jaman masa putih abu-abu pun ada. Aku cuma sedang membayangkan "dulu aku siapa? Dimana? Sedang apa? Bersama siapa?" Lalu tiba-tiba sekarang sedang bertanya "aku sekarang siapa? Dimana? Sedang apa? Dengan siapa?" Pertanyaan seperti itu aku yakin bakalan terus-menerus ada sampai kita menggapain masa depan (mudahan slalu diberi umur panjang). 

Pertanyaan ini tidak akan pernah selesai terjawab, iya terjawab tapi tidak akan pernah terjawab pasti. Oh Allah, waktu begitu sangat cepat berlalu. Aku berasa hanya mimpi kemarin-kemarin, aku merasa hanya seperti mudahnya melompat dari sang waktu. Dulu aku masih ingat, masih sering dijepret karet sama bapak, karna nggak sholat 5 waktu, dulu aku masih sering main di lapangan (gobak sodor, lompat tali, petak umpet, dan lain-lain), dulu aku masih inget sering beli gulali, beli opal bakar yang dijual sama simbah-simbah yang sudah agak berumur, tapi masih kuat menggendong barang dagangannya (entah beliau sekarang masih ada atau tidak. Aku tak pernah mendengar kabarnya lagi), lalu, aku masih inget ketika berangkat TPQ (ngaji), naik becak pak Di pas hujan gede, tapi satu becak yang naik sekitar 8 orang. Akhirnya becaknya ndelongsor ambruk, maaf ya pak Di, anak-anak badung ini haha :D :D

Dulu juga masih inget banget sering berantem sama temen, terus aku ngadu ke (Alm) simbah, terus simbah ngomel-ngomel sama anak yang berantem sama aku, terus aku malah semakin dijauhin, haha sooo crazy, soooo childish, damn!!! Haha masih sering mancing, naik pohon bareng-bareng sama temen-temen cowok se desa, terus bakar hasil mancingnya. 

Pas SD, sempet pernah punya cinta monyet, yang ujungnya malah sekarang nggak pernah ada kontak sama sekali. Entah nggak ngerti kenapa haha malu? Karna gw suka sama lo? Ah itu dulu kalik! Haha yang sudah biarlah sudah! Terus sempet juga, pernah ngompol di sekolah, itu hal yang bikin malu! Malu! Malu! Seribu kali malunya! Siaaaalll *eh kok cerita aib sih? Ah nggak papa kali yaa.. Mumpung masih inget in* hahaha

Terus dulu pas SD juga kalo beli jajanan harus di tempat pak Kirno (kalo nggak salah sih namanya ini) hehehe pokoknya beliau penjaga sekolah, yang kece! Kadang baik, kadang juga bisa galak kaya singa karna kami nggak dibolehin jajan di tempat lain, selain tempatnya beliau (ah damai ya pak! Pokoknya tetep I love you kok pak! Hihi) 

Terus pas sebelum UAS sama EBTANAS (dulu mah namanya EBTANAS) haha sempet les privat ber 10 orang di rumah pak Untung. Aku sama Ayu yang paling cantik, yang lainnya mah kelewat cantiknya hahaha cowok semua soalnya hehehe terus habis itu menggila bareng-bareng. Sumpah gokil banget! Asli kangen! Sebelum les dimulai pun slalu jajan di depan/ sebelah rumahnya pak Untung (tepatnya sih rumah mertua/ orang tuanya si bapak kece ini) hihihi

Dulu pas perpisahan kalo macemana ya acaranya? Aku sampai lupa acara perpisahan waktu SD gimana. Duh lah... Padahal pengen banget ditulis sekalian kalo masih inget sampe sekarang. Parah lah inj! Tapi intinya tetep aja sedih, kan pisah. Gilak mah, uda 6 tahun barengan tau-tau harus udahan aja sekolah SDnya :'(

Nah waktu SMP apalagi, masih kucel banget dulu. Masih suka iri kalo ada temen yang uda punya gebetan hahaha maklum yah masih puber. (Kalo sekarang masih iri juga? Malah uda pada nikah tuh) ah sabodo mah, haha yang penting aku keliling dunia dulu baru bikin kece! Malah sering bikin yang uda pada nikah iri haha *licik* *alesan* *ngeles* lah banyak lah ya pokoknya haha --oke lanjut lagi--

Masih inget pas masuk tes SMP, aku sih kayaknya cuman bernasib baik doang kayaknya ini masuk ke SMP kece. Habis yang lainnya otaknya pada encer banget, lah aku? Ah ayam jago mungkin iya, malah ngecer nggak tau kemana-kemana hahahaha :p yang penting seneng, masuk sekolah favorit hihi

Dulu pas SMP juga suka banget minder, habisnya tubuh aku seksi gitu. Jadi, orang suka banget ngeliatin keseksian tubuh aku yang seksi ini haha parah ih! Kalo ngefans mah bilang aja kalik! Nggak usah malu-malu sampai suka ngejekin gitu. Minder apa nggak punya tubuh seksi kaya gue? Hahaha*jahat banget yak?* mereka aja jahat! Mainnya mah fisik, dulu masih suka sedih, sedih banget, bahkan tiap pulang sekolah sering nangis karna saking seringnya diejekin jelek, gendut, bengkak, pretty asmara, dan lain-lain. Aku masih inget banget, banget, banget! Seriusa sampe sekarang aja masih kepikiran, kalo di jaman sekarang masih ada orang yang punya mulut kaya mereka, asli! Itu mah orang-orang (maaf) primitiv! Nggak suka! Einfach nggak suka! Zzz

Lulus SMP, bikin terharu. Semuanya kudu pisah, semuanya punya tujuan sekolah masing-masing. Sama kaya waktu pas SD, dimana ada pertemuan di situ pasti ada perpisahan, namun jika ada sumur di ladang boleh kita menumpang mandi, kalo berumur panjang kita berjumpa lagi. Ah einfach sedih banget! :(

Oke lanjut lagi, habis itu udah dong, aku beruntung masuk ke sekolah favorit lagi. Padahal nilainya uda ngepaaaaas banget. Masih inget ranking ke-13 dari bawah *bego* haha padahal nilai uda sesuai target awal. Taunya malah bocah-bocah nilainya tinggi-tinggi gilak! Awalnya bahkan sempet pesimis banget nggak bisa masuk. Tapi syukur alhamdulillah ya Allah, justru dikasih jalan banget, dimudahkan, Allhamdulillah...

So, putih abu-abu juga tetep aja masih suka minder karna bentuk tubuh! Yelah! Kapan gue bisa diet? Hahaha jawabannya adalah kapan-kapan gue dietnya :p yang penting mah mau belajar eksis aja di masa putih abu-abu. But sorry, nggak mau eksis yang seringnya orang-orang eksis karna di tempat itu. Eksisnya mah di tempat lain aja haha... Masih inget, dulu gabung sama Sheila Gank (fans berat sheilaon7) karna si ifa juga ngefans berat. Eh taunya dong, kenal anak Sheila Gank dimana-mana. Hahaha ini malah kece! Eksis banget pula. Kece kan? Iya dong kece! Haha *apeulu*

Nah waktu itu juga pernah ikutan teater loro (namanya). Pas masuk program bahasa dulunya, jadi ada ekskul baru, diprovokatorkan oleh anak bahasa haha terus pas akhir tahun, kami bikinlah drama buat perpisahan anak-anak kelas 3. Dulu drama kami namanya "Malino Kondang" hahaha diadaptasi dari "Malin Kundang" tapi ceritanya diplesetin, dialognya pun begitu. Nggak perlu tanya aku berperan jadi apa. Aku nggak ikut andil peran, cuma ikut joget-jogetnyan doang di akhir cerita, gini lagunya "Lets dance together, get on the table. The party.... (Bla bla bla)" aku lupa lagunya kaya mana hahaha tapiiii sayang seribu sayang, fotonya entah ada dimana, trus teater vakum, seterusnya nggak tau, kayaknya sih tapi masih ada hehehe

Yauda, pas kelulusanku juga jadi berasa sediiiiiihhh banget :( kalo aku ngerasa moment perpisahan SMA itu yang paling berkesan. Iya, mungkin karna SMA sudah dianggap dewasa, sudah tau mana yang baik dan buruk, sudah mengenal apa artinya persahabatan, bahkan pacar yang bisa bener-bener jadi pendamping hidup. Oh damn! I miss this moment T.T 

Ah ya, masih inget juga nih, banyak yang cinlok di kelas haha karna terlalu lama dan sering bareng akhirnya jadi cinlok deh hihihi nah pas berantem gitu, terus putus juga yang repot. Habis kelas jadi kaya nggak harmonis lagi gitu. Seriusan! Bikin gaje lah pokoknya! Hahaha ckckck pokoknya ada-ada aja. Malah jadi kurang kompak gitu. 2 tahun juga dibimbing sama wali kelas yang sama,  si bunda kami tercinta, Bu Ani. Ah beliau mah favorit banget. Tiap kali kumpul pun slalu diusahain berencana berkunjung ke rumah beliau, meskipun kadang ujungnya nggak jadi. 

Terakhir kumpul sama anak-anak SMA pas 2013, dan itu sekita sebulanan sebelum aku terbang ke Jerman. Sengaja nggak ngasih tau mereka tentang rencanaku ke Jerman. Biar mereka tau sendiri atau cukup dengan postingan foto aja, biar pada terkejut haha ah nggak cuman teman SMA, nggak banyak juga yang tau. Hanya yang kenal dekat denganku aja yang tau huehhehe dan kebukti kok! Mereka kaget coy! Haha

Daaaaann terakhir masa dimana masa yang paling belibet haha mahasiswa! Namanya aja maha (besar) jadi berasa keren, kece, cool. Padahal... Seriusan pusing, ya karna harus jauh dari rumah, orang tua, makan juga beli kalo nggak masak sendiri, dan lain-lain. Pertamanya sih aku kaget, masih cengeng, suka nangis hahaha... Pas akhir-akhir semester aja suka sok sibuk jarang pulang hahaha tapi asiiiikk... Seriusan! Bisa kenal berbagai macam kawan dari berbagai macam daerah, pengalaman organisasi yang luar biasa, yang pasti bikin aku nggak jadi minder lagi. Buktinya, pernah di suruh jadi MC dadakan pas di acara reuni SD tahun 2010 hahahaha Nggak cuman itu juga, jadi kader pemimpin BDS (sorry yeh sombong, cuma mau cerita aja kok) hahaha dulu jadi kepala departemen gitu ceritanya, nah setahun kemudian malah jadi wakil ketua yang sukanya dibagian belakang panggung, atau sering dijadiin seksi acara (meskipun konsep nggak banyak dari seksi acara) haha tapi tetep keren aja kalo jadi seksi acara. Habis itu, masuk BEM yang notabene malah jarangnya kebangetan tiap kali diajakin kumpul. Duh maaf ya Icak hehehe Karna rasanya jumur pengen udahan aja gitu organisasi. Capek!

Teruuuus malah kelewatan bablas sampai nasional. Jadi bendahara IMBSJI! Yaelah macam mana pula haha malah fase ini juga sering main-main nggak karu-karuan. Ke Bandung lah, Malanglah, Jakartalah, Surabayalah, sampe bapak ibu di rumah sering banget bilang "sok sibuk!" Hehehe nggak papa lah ya Pak, Mak! Kan nambah temen. Dan yang paling sedih adalah, pas saat di Surabaya dan hari terakhir dikabarin kalo Bapak Ibu kecelakaan. Itu sediiiiihhh banget dan bikin khawatir. Akhirnya tiket pulang ke Jogja yang uda dibookinb, dibatalkan secara cuma-cuma ganti langsung dengan Bus langsung ke Pemalang. Terus harga bus mahal dan penumpangnya kebanyakan laki-laki, bapak-bapak gitu, perjalanannya 12 jam. Sampai-sampai waktu istirahat nggak turun karna takutnya, terus nahan pipis 12 jam lamanya. Aaaaaa itu seriusan parah gilak karna sendirian. Nggak papa yang penting selamat sampe rumah terus bisa langsung liat keadaan bapak ibu :')

Oke, lanjut lagi...

Nah pas kuliah juga perjuangan buat lulusnya berat haha masuknya berat, lulusnya lebih-lebih hehehe :D jadi, skripsi antara dosen-mahasiswa udah gitu aja. Setauku buku hanyalah sumber/ subjeknya tapi objek adalah guru dan mahasiswa. Bisa kaya akkusativ sama dativ ada objek utama sama objek tambahan (yelah) haha yang jelas asli bikin puyeng. Aku selesai dalam jangka waktu 9 bulan dengan 3 bulan vakum nggak ngerjain skripsi hahaha jadi sebenernya total ngerjain skripsiku cuma 7 bulan, dan dalam waktu 2-3 bulan langsung di tanda tanganin untuk ikut ujian hahaha kampret! Cepet! Hahaha gampang gitu aja butuh waktu berbulan-bulan. Asli parah mah! Hahaha

Nah ya itu, balik lagi antara mahasiswa sama pembimbing. Yang mahasiswanya rajin bolak balik, terus pembimbingnya suka ngundur-ngundur ya ada, terus ada yang pembimbingnya terlalu rajin sampai bolak balik ditanya "udah sampe mana?" terus mahasiswanya yang lemah lembut juga ada. Ah skripsi membuat berbagai macam karakter asli muncul secara tiba-tiba dan tanpa disengaja hahahaha

Ah perjuangan tapi akhirnya lulus juga! Hihihi dan sedih lagi! Ini apalagi juga sedih banget! Lulus, bali, kampung halaman masing-masing, terus jarang nongol, dan main bareng lagi! Ini! Yaini! Teman kos, teman kuliah udah berasa kaya sahabat dan keluarga sendiri di tanah orang. Mereka terkadang dengan senang hati membantu, eh bukan terkadang bahkan sering sekali dengan senang hati membantu. Belanja bareng, jalan-jalan bareng, garap tugas bareng, dandan bareng, aaaaahhh dan seriusan masih banyak lagi. Di kos juga banyak banget nyampur jadi satu, suka, duka, kecewa, semua rasa itu ada. Kembali akhirnya aku mengingat! Bahwa betapapun kenangan baik atau buruk, berkesan atau tidak itu tidak akan pernah terlupakan (kecuali yang Gehirnnya agak lain) :)

Sekarang aku siapa? Dimana? Dengan siapa? Sedang apa? The answer, onlh you and God know! You know as well we know!!!

-Vida Hasan-
Mannheim, 02.03.2015


Share:

11 February 2015

Untukmu yang masih di hati, tapi tak bisa kuraih

Hai kamu, kamu apa kabar? Masih ingat kah kamu dengan hal-hal yang pernah kita lakukan bersama dulu? Aku tahu, mungkin saja kamu sudah lupa atau justru kamu ingin melupakan hal-hal dimana diri kita dulu selalu bersama-sama. Mewujudkan cita dan cinta bersama, namun pada akhirnya harus kandas di tengah jalan.

Hal luar biasa yang membuatku sangatlah sedih, sangatlah menyesal akan kehilangan sosokmu yang begitu aku harapkan untuk menjadi pendampingku kelak sehidup semati, membesarkan anak-anak kita bersama-sama. Namun apalah daya, Tuhan menakdirkan berbeda, mungkin kamu bukan takdirku, dan aku bukan takdirmu.

Keputusan berpisah ini, amatlah sangat berat, terlebih lagi kamu adalah sosok yang slalu membuatku terus tersenyum, terlebih memberiku amunisi agar aku bertahan hidup demi mewujudkan mimpiku. Terima kasih karna kamu pernah ada untuk setiap detik, menit untukku. Terima kasih karna kamu pernah menjadi bagian dari hidupku, meskipun hanya sekejap, seperti halnya jepretan kamera.

Hey kamu yang sekarang telah menjadi bagian dari diri orang lain, sesungguhnya aku masih slalu mengharap akan kehadiranmu. Sesungguhnya aku masih slalu berharap bahwa kamu selamanya menjadi bagian dari diriku. Mungkin cinta ini takkan pernah layu, sebelum aku menemukan sosok pengganti dirimu. Entah ramuan apa yang kamu beri untukku, hingga sampai saat ini aku masih mencintaimu, menyayangimu, meskipun kamu sudah berada di pelukan orang lain.

Aku hanya berharap, Tuhan merubah takdir agar kamu menjadi milikku selamanya. Tapi, mungkin ini hanyalah ego yang aku pegang, mungkin karna aku masih hanya belum menemukan sosok pengganti dirimu. Hingga akhirnya aku masih slalu mengingatmu. Jika saja, kejadian pahit itu tak terjadi, mungkin saat ini kita sudah bersama-sama demi meraih masa depan kita.

Ah sudahlah, aku hanya mendoakanmu dalam bisu. Mendoakanmu dalam kejauhan, karna aku takkan pernah lagi meraih tanganmu yang lembut. Mendoakanmu adalah hal yang mungkin paling bisa saat ini aku lakukan. Semoga kamu bahagia menjadi bagian dari dirinya. 😊


Mannheim, 11. Februari 2015
-Vida Hasan-
Share:

19 January 2015

Ein Spiegel

Hallo,
Mungkin ada yang penasaran dengan apa yang saya lakukan di negeri barat ini. Banyak yang bertanya-tanya dengan apa yang saya lakukan di sini. Banyak yang bilang, kuliah? Beasiswa? Jalan-jalan? (didoakan saja kalo jodonya kuliah dan dapet beasiswa di sini) absolutely not at all. Saya sih kerja di negeri barat ini hehe kerja apa? Kerja sosial. Gimana kerjanya? Ngurusin orang-orang yang berkebutuhan khusus, bantuin mereka makan, mandiin mereka, dan gantiin popok mereka. Apa nggak jijik? Awalnya iya jijik, tapi sekarang justru nyaman dengan keadaan begini. Nyaman sekali. Nggak perlu kantoran yang ber AC, nggak perlu pake seragam yang mewah, yang rapih, yang penting di sini bisa jadi diri sendiri. That's enough 😊

Sebelumnya, saya numpang di sebuah keluarga Jerman-Turki di Frankfurt. Nama programnnya aupair. Jadi aupair itu bantuin keluarga ini ngejagain anak-anak mereka, terus bantuin juga beres-beres rumah, bantuin masak juga, semacam asisten rumah tangga sih iya. Tapi segi positifnya, aupair juga masih bisa jalan-jalan keliling Eropa, bahkan masih bisa dikasih jatah waktu buat kursus bahasa di sekolah pula. Kadang juga diajakin liburan sama keluarganya, atau dijadikan keluarganya itu juga salah satu keluarganya juga. Itu tergantung dari gimana keluarga asuhnya ya, soalnya ada yang baik dan ada juga yang kurang baik (bukannya jahat, tapi hanya kurang baik saja). Semua kembali ke diri bagaimana cara membaur dengan keluarga itu sendiri hehe :)

Semuanya itu berproses, nggak semudah yang kita bayangkan. Butuh perjuangan keras hingga sampai sini. Jujur saya merasa jadi diri sendiri setelah berada di sini. Mengenal banyak orang dengan berbagai macam karakter, dan budaya. Meskipun belum mencakup semuanya, setidaknya sedikit banyak tahu. Saya juga travelling, meskipun masih di situ-situ aja perjalanan travellingnya. Bukan naik gunung, bukan jalan-jalan tiap hari dari satu tempat ke tempat lain, hanya untuk menghamburkan uang. Bukan! Das ist was anderes (it's different). Saya travelling menjumpai kehidupan sebenernya. Saya hanya penasaran dengan hal yang lain, agaknya jiwa saya kosong kalau saya hanya nge stuck di satu titik saja. Itu seperti bukan diri saya.

Jujur, bukan bermaksud riya, dengan mengupload foto-foto perjalanan saya di Jerman ini. Hanya sebatas rasa syukur karna saya bisa melihat secara langsung negeri yang sejak dari kelas 1 SMA saya impikan, sejak guru bahasa Jerman saya bercerita tentang Jerman, dan itu menjadi motivasi diri saya sejak saat itu, hingga saya pun sampai pada titik ini. Perjuangannya tak semudah yang dibayangkan, hingga ketika titik akhir saya merasa ingin menyerah dengan keadaan. Seperti sudah tidak ada jalan lain. Tapi rupanya Allah memudahkan segalanya. But Thank You Allah.. 😊

And then now, saya rasa, saya benar-benar merasa mandiri semenjak di sini. Merasa, nggak ada yang perlu ditakutkan ketika kamu sendirian. Seringnya, dimana kita berada di tempat baru, kita pun akan menemukan keluarga baru. Meskipun berbeda budaya, berbeda bahasa, tapi sudah semacam keluarga yang sudah sangat lama tidak pernah berjumpa. Sebuah kelurga baru yang hanya baru beberapa bulan mengenal, tapi sudah seperti dekat sangat lama.

Mungkin ini juga nggak terjadi hanya pada saya. Mungkin semua yang berada di tempat baru pun merasa demikian, sekalipun di Indonesia. 😊 but, but, but it's really different! When you living in other cultures, there is something different, what you feeling! Saya tidak tahu itu apa, tapi yang jelas sungguh jelas berbeda.

Jadi cobalah untuk ber travelling ria! Kalau mau lebih asyik, bersolo travelling pun tak ada salahnya. Justru menantang ketika bersolo travelling! Kamu benar-benar akan bisa menemukan jati diri kamu sesungguhnya. Mengenal berbagai macam orang yang benar-benar belum pernah kamu temui. Nggak perlu takut dengan resiko yang akan menghadangnya. Dari resiko itulah, kita bisa belajar untuk bisa lebih bertanggung jawab. That's what I feel ☺️

Satu hal juga yang perlu diingat adalah, jangan pernah beranggapan semua perjalanan itu menyenangkan. Di jalan sana akan ada jungkir balik perjalanan yang belum pernah kita alami, sekalipun itu di negeri asing, jangan pernah beranggapan bahwa di sana lebih nyaman dibandingkan di negeri sendiri, yang saya rasakan sampai sekarang adalah "Indonesia adalah negeri yang paling keren akan kekayaan alamnya daripada yang lain". 😊😊

Lets enjoy your day!

Mannheim, 19.01.2015
Vida Hasan.


Share:

15 January 2015

Hi! Selamat pagi kamu!

Pagi ini entah kenapa rasanya ingin sekali menuliskan sesuatu tentang kamu. Iya kamu! Aku terbangun dari tidurku, karna aku memimpikanmu. Entahlah, sudah sering rasanya aku memimpikanmu. Tiba-tiba saja, kamu datang tanpa permisi dan masuk ke dalam mimpiku. Ada apakah gerangan? Merindumu? Iya tentu saja. Langit di negeri barat ini selalu membayangiku akan kehadiranmu. Rasa-rasanya, ingin aku bersamamu menapaki jejak langit barat ini. 

Mungkin belum saatnya, semoga nanti ada saatnya kamu ada aku bersama-sama menjajaki bumi eropa ini. Supaya kamu tahu, bagaimana kehidupan di sini, semenyenangkankah seperti yang selalu kamu kira? Atau justru sebaliknya? Atau mungkin belahan bumi asia lebih mengasyikkan daripada di sini. Bagiku yang hampir 2 tahun ini menjamah negeri eropa, bumi asia lah yang menyenangkan. Entah karna budaya, atau karakter dari masyarakatnya sendiri. 

Aku menjajaki bumi eropa karna rasa ingin tahuku sangatlah besar tentang bumi ini. Rupa-rupanya, aku pikir perjalanan selama hampir 2 tahun ini sudah cukup buatku. Oh belum! Tentu saja belum! Aku masih harus memungut ilmu yang belum pernah aku jaman, aku masih harus belajar agar aku tahu bagaimana kehidupan ini. Aku saat ini masih mencari jati diri. Semoga kamu juga iya, agar kita bisa bersama-sama mengemban tanggung jawab besar ini. Agar kita berdua tidak salah langkah untuk mengembang tanggung jawab ini.

Kelak suatu hari, ketika aku dan kamu bersama-sama menitih masa depan, kelak suatu hari ketika aku dan kamu bersama-sama membesarkan buah hati, akan ada rasa yang terpuas di hati meskipun akan ada kekurangannya. Setidaknya, perjalanan yang telah kita lalui bersama beberapa waktu lalu menceritakan perjuangan kita berdua. Agar kelak, anak kita tahu bagaimana ayah dan ibunya berjuang mengumpulkan ilmu.

Hi kamu! Selamat pagi dari bumi eropa! 
Entah dimanapun kamu berada, aku slalu merinduimu.
Mengharapkanmu? Iya tentu saja aku mengharapkanmu di sini bersamaku, namun biarlah waktu yang akan menyisakan semua kepedihan ini. Tunggu! Tunggulah! Sebentar lagi aku akan pulang untuk menemuimu, sebentar lagi aku akan datang menemuimu! 

Ah ya, aku lupa memberitahumu, meskipun demikian, aku masih mempunyai mimpi yang setidaknya masih ingin aku kejar. Semoga kamu bisa memahamiku dengan ini! Semoga kamu bisa mengerti bahwa aku selalu haus akan ilmu, bahwa aku masih harus terus belajar demi masa depan, bukan hanya untukku, tapi untuk kita, untuk keluarga kecil kita kelak!

Hi kamu! Aku mencintaimu, aku merindukanmu, aku menginginkanmu! Perjalanan ini, masih terus berlabuh hingga nanti suatu hari aku dan kamu slalu bersama-sama selamanya.


Mannheim, 15.01.15.
Share:

6 January 2015

Cerita dari oleh-oleh

Sebenernya dari dulu pengen banget nulis beginian, cerita dari oleh-oleh. Tapi, karna ada halnya blog yang berkisah tentang kata oleh-oleh pun saya jadi ikutan nimbrung. Hmmm...

Entah ini adat atau kebiasaan di Indonesia. Entah ini positif atau negatif, itu pandangan masing-masing. Bagi saya cerita tentang oleh-oleh itu adalah kebiasaan yang hanya dilakukan oleh orang-orang di Indonesia. Baik atau buruk? So, jadi begini ceritanya.

Ini bukan masalah hal ikhlas atau nggak ikhlas, ini bukan masalah mau ngasih atau nggak mau ngasih, yang jadi persoalan adalah memintanya itu loh, terkadang agak memaksa dan saya jujur tidak suka. Semakin orang meminta, kemungkinan besar orang yang dimintai oleh-oleh pun nggak akan ngasih sama sekali. Bagi saya yang terpenting adalah orang yang bepergian itu sampai dengan selamat sampai tujuan sampai balik lagi ke tempat asal. Bukan masalah oleh-olehnya yang selamat atau nggaknya.

Jujur saya nggak masalah dengan ngasih oleh-oleh sama kerabat, teman, tetangga, atau siapapun yang saya kenal. Saya ingin sekali ngasih, tapi satu hal yang kembali dipikirkan adalah badget (uang) buat membeli oleh-oleh, over bagasinya atau tidak, dan waktu untuk membeli oleh-oleh itu sendiri. Iya kali, kalau saya bawa mobil sampai ke sini, kalau saya punya duit banyak, iya saya kasih aja sekalian rumah saya :| 

Ini kebiasaan yang mungkin terdengar aneh. Coba deh, kalau kita hidup di luar negeri semacam eropa, nggak ada sama sekali orang meminta oleh-oleh sama orang yang lagi mau liburan. Mereka selalu mengucapkan "hati-hati ya" "selamat sampai tujuan" "selamat bersenang-senang" "salam buat keluarga di rumah" bukan "oleh-olehnya yaa jangan lupa." :)

Mungkin kita bisa budayakan hal semacam itu, mengambil segi positif dari negeri barat pun nggak masalah kan, dengan sikap seperti. Itu justru bagi saya terdengar sangatlah menyenangkan. Iya mungkin saya juga dulu berpikiran seperti itu, saya juga termasuk salah seorang yang juga suka minta oleh-oleh sama orang yang hendak bepergian. Tapi, saya sendiri pun sadar, ternyata itu justru merepotkan diri sendiri. Diri ini hendak ingin berlibur, bertamasya, bersenang-senang, justru malah diri ini sibuk mencari oleh-oleh untuk orang-orang yang pengen banget dapet oleh. 

Belum chek in aja uda di sms, wa, bbm "oleh-oleh ya, jangan lupa", belum sampai tujuan masih di jalan lagi-lagi dapet sms, wa, bbm "oleh-olehku jangan lupa." Bayangkan setiap beberapa jam sekali dapet tagihan seperti itu? Kebayang keselnya bukan main kan? Kebayang repotnya bukan main kan? Balik lagi deh ke diri sendiri, jangan pernah memasakkan beli oleh-oleh kalo memang nggak sanggup buat belinya. Hidup, hidup kita sendiri! Cukup pedulikan saja orang-orang yang peduli sama hidup kamu, bukan peduli sama oleh-olehmu karna kita bepergian ke luar negeri, karna kita seorang backpacker, karna kita pecinta travelling.

Maaf, ini pendapat dari saya pribadi. Silahkan kalau tidak suka tidak usah baca, yang setuju sama pendapat saya ya syukur alhamdulillah.

Ingat ya, ini bukan masalah ikhlas, atau apapun, tapi sekali lagi ini masalah kenyamanan dari perjalanan orang yang bepergian tersebut! Bikin orang yang bepergian tersebut merasa nyaman dengan ucapan-ucapan yang menyenangkan! Yuk dirubah sama-sama kebiasaan ini, karna ini bukan adat orang Indonesia, tapi hanyalah kebiasaan. Kebiasaan bisa saja dirubah kok, nggak ada yang nggak mungkin :')

Semoga bermanfaat! :)

Vida Hasan

Mannheim, 6. Januari 2015
Share:

3 January 2015

Catatan Akhir Tahun

Membuka awal tahun 2015,

Bismillahirrohmanirrohim,

Ini tahun kedua saya hidup di negeri rantau, negeri yang sedari sekolah dulu ingin sekali saya kunjungi, negeri yang bahasanya, telah saya pelajari sekitar hampir 5 tahun, tapi tak pernah saya gunakan untuk berbicara, negeri yang kebanyakan orang juga ingin sekali berada di sini. Ah sudahlah :) waktu memang cepat sekali berlalu, tapi perjalanan masih belum usai, rasanya waktu yang telah lalu pun terbung sia-sia, tak dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Sedih rasanya.

Keputusan yang mungkin berani, karna harus berani jauh dari keluarga yang benar-benar mencintai keberadaan saya. Saya pun demikian, harus bisa bertahan dengan kerasnya hidup di sini, tanpa ayah ibu, tanpa sanak saudara, tak ada siapapun yang berada di sini. Kecuali teman-teman yang baru dikenal, yang bukan lebih dulu saya kenal. Merekalah yang menguatkan saya hingga saya bisa bertahan sampai saat ini.

2014? Ah Gusti, ini tahun sungguh istimewa. Bulan Agustus 2013 saya terbang hingga ke negeri panser, awal tahun lalu selalu kepikiran, setelah selesai aupair pokoknya saya harus pulang. Saya pun slalu berusaha agar saya bisa mengumpulkan uang agar bisa membeli tiket pesawat pulang. Namun, alhasil, jujur saja, saya mendapat pengalaman (pahit) yang luar biasa selama setahun lalu. Pengalaman yang benar-benar membuat saya belajar sangat banyak tentang kehidupan, kehidupan dan kehidupan.

Pengalaman aupair, yang banyak orang bilang sangat mengasyikan dan itu benar, sangatlah mengasyikan sekali untuk kehidupan saya ini. Hingga waktunya slalu berkata, belajar, belajar dan terus belajar, karna ilmu hidup itu tidak akan pernah ada habisnya, pun dengan ilmu pengetahuan. Tak akan pernah ada habisnya sama sekali.

Pengalaman pahit? Memang pengalaman pahit apa yang dirasakan selama aupair? Pasti hal ini yang akan ditanyakan oleh semua orang. Biarlah waktu yang menjawab, bukan saya yang menjawab, biarlah kenangan pahit itu segera hilang, dan pengalaman baik selalu tersimpan dengan rapi di dalam benak ini. Tapi saya selalu mengambil kebaikan dari pengalaman pahit itu, karna tidak smua pengalaman pahit benar-benar pahit buat diri saya. Adakalanya pengalaman pahit justru menjadi pengalaman luar biasa, supaya diri ini tetap kuat, tegar, lebih sabar. MasyaAllah...

Nah sekarang, sudah saatnya membuka lembaran baru. Mungkin dengan pengalaman yang baru ini juga akan menjadi pengalaman luar biasa buat saya. Sudah 1,5 tahun hampir berlalu, saatnya kah untuk saya pulang? Saatnyakah untuk saya berhenti di negeri rantau? Saya pun tidak tahu, harus bagaimana. Tapi yang jelas, apa pun rezeki yang Allah berikan untuk saya, tidak akan pernah saya tolak. Kalau saya memang harus pulang, saya pulang, kalo Allah menyuruh saya untuk tetap belajar di negeri ini, dan pulang dengan membawa ilmu, insyaAllah pun saya jalani. Yang terpenting dari saya, ikhtiar dan doa.

Sejujurnya, yang membuat diri tidak nyaman di negeri ini adalah tentang ibadah. Rasanya banyak dosa, karna pada akhirnya ibadah saya sangatlah kurang di sini. Saya selalu kepikiran, kalo di negeri saya sendiri di sana, orang-orang slalu bisa menyempatkan waktunya untuk beribadah. Tapi di sini? Tidak! Orang pun seakan lupa dengan ibadah, mereka hanya berfikir bekerja, bekerja, dan bekerja. Bukan saya sok agamis, tapi memang begitulah adanya. Saya merasa tiap hari jadi orang yang berdosa, karna saya selalu menjamakkan, atau mengqodhokan ibadah saya (jujur seperti itu).

Rasanya, benar2 tidak nyaman. Meskipun kollega saya mengijinkan saya untuk sholat di tempat kerja, namun sama saja. Saya tak nyaman, karna harus keburu waktu, karna tempat yang belum tahu bersih atau tidak, iya dikarenakan alas kaki mereka bisa saja menginjak kotoran anjing, mungkin alas kaki saya juga, itu semua membuat saya merasa kurang nyaman. :(

Na ja, semoga keberkahan tahun ini menjumpai saya. Aamiin :)


Mannheim, 3 Januari 2015.
Share:

11 October 2014

Tentang Dia

Aku bingung kenapa tetiba memasang judul seperti itu. Sudah lama padahal, tak ada cerita seseorang di dalam blog saya ini. Tapi entahlah, mungkin karna aku hanya ingin menceritakan tentangnya, karna beberapa hari ini bertingkah aneh.

Iya, dia dulu teman satu kelas di sekolah menengah atas. Kami pun berpisah, dia melanjutkan pendidikan di perantauan lain, dan aku pun begitu. Lambat laun, yang awalnya aku pun cepet sekali menyukai seseorang, akhirnya ya udah, hilang. Eh tapi entah kenapa, perasaan itu selalu muncul, perasaan itu selalu menjadi pertanyaan dan pertentangan batik sendiri. Aku, ketika menyukai seseorang, akan benar-benar menyukainya, dan akan lama ketika aku harus melupakannya lagi.

Iya, kami pun berada di tempat antah berantah yang berbeda. Dia di sana, dan aku di sini. Seiring berjalannya waktu, aku mulai terbiasa dengan kehidupan perkuliahan, dia pun begitu ku rasa. Memiliki banyak teman, sibuk dengan kegiatan, organisasi, belajar dan lain-lain. Komunikasi? Iya tetap saja, kami menjalani komunikasi selayaknya teman biasa, tak ada yang spesial. Aku hanya bertanya kabar, melalu pesan singkat, telfon pun sudah sangat jarang sekali. 

Na ja, rupa-rupanya dia sudah mempunyai pacar. Iya, beberapa kali, saat masih duduk di bangku menengah atas, dia sempat memiliki hubungan dengan beberapa teman satu kelas. Padaku? Ah aku hanya pelengkap saja, sebagai teman cerita, pendengar, dan lain-lain. Entah kenapa beberapa teman satu kelas, yang laki-laki slalu saja datang padaku, dan ujungnya ingin menceritakan kisah cinta mereka. Buatku tak masalah, hanya saja, dengannya agak sedikit sakit rasanya.

Mendengar gerutunya, ocehannya, keluhannya, itu sedikit membuatku berbisik pada hati nurani kecil "let's make our relationship, then I promise, I'll make you happy everytime" ah kaya sinetron aja gitu ya hehe... Tapi seriusan, entah kenapa hubungan yang hanya sebatas persahabatan ini malah justru berbeda. Bercandaannya kami, percakapannya kami, pertemuan kami, itu semua berbeda. Bagiku, bukan baginya.

Keluhannya itu, yang slalu membuatku berbisik kembali "ah apaan sih, kenapa kau harus menceritakan kisahmu padaku? Tahukah? Aku sakit. Aku bingung harus menasihati apa." Ketika datang wanita baru, dan kau bilang "itu targetku, itu gebetanku! Gimana pendapatmu?" Begitulah pertanyaan yang slalu mau ajukan padaku. Ingin membuatku cemburu? Atau kenapa? Kenapa harus slalu bertanya denganku, tentang wanita pilihanmu? Yang menjalani hubungan itu kamu, bukan aku. Lalu, kenapa aku dibolehkan untuk ikut campur dalam hubunganmu?

Aku tahu, saat ini kamu masih single, jomblo, setelah putus dari pacar lamamu. Terus kamu, cerita kalau kamu belum bisa lupa sama mantan pacarmu. Fine, I'll make you something different! Tapi rupanya, justru berbeda. Kamu justru mengiri beberapa foto gebetanmu yang baru, lalu meminta saran padaku, meminta pendapatku bagaimana mereka. Itu apa? Apa itu? Aku hanya bisa menjawab, "then, take it easy. You can get it, what will you do! That's up to you, that's your choice, not me. Why should I?" Hanya pertanyaan itu yang muncul. Tahu rasanya? Entah kenapa, aku berusaha menghilangkan perasaan ini, tapi seperti, dia berharga buatku. Kenapa beda? Kenapa sedih? "I'm here for you, waiting for you..." Tapi sekali pun dia, tak pernah memandangku. "That's right!" 

Aku berfikir, ah hanya pendekatan saja, belum resmi, karna aku pun masih ada kesempatan itu. Tapi, dengan keadaanku sekarang berada sangat jauh darinya, lalu bagaimana proses itu akan berlangsung? Setelah lulus kuliah, setelah wisuda, kami pun selalu masih sama saja. Hubungan persahabatan, dan pada akhirnya aku memutusan untuk hidup lepas dari keluargaku, untuk hidup berpetualang di negeri yang aku impikan. Iya, aku sekarang berada di belahan bumi yang lain, terpisah oleh beberapa waktu dan benua. Oh God, I don't know, I miss him! Lama sekali aku tak berjumpa dengannya. Keberangkatanku ke Jerman seperti mendadak, tanpa berpamitan dengannya, tanpa bertemu dengannya. Iya karna, dia sudah sibuk dengan dunianya sendiri. Mana mungkin, aku berani mengganggu hidupnya? Sedangkan aku hanya sebatas sahabat dengannya.

Iya, pergi begitu saja tanpa pemberitahuan yang benar-benar jelas. Tahu-tahu, aku pun tiba di Jerman, update foto di facebook, dan tahulah semua mereka, yang tidak tahu keberadaanku. Termasuk dirinya mungkin. Seakan shock, karna tak mengucapkan sepatah dua patah kata, "good bye, take care, etc!"
Aku nggak mau berucap seperti itu, karna aku tahu, aku akan sedih. Oh bukan sedih, tapi karna aku tahu kamu juga akan sendirian, dan tak ada lagi kawan yang dapat diajak mencurahkan isi hatimu, karna itu yang kamu butuhkan sampai saat ini.

Setelah jauh, tak ada kabar, tak ada komunikasi. Lalu tiba-tiba beberapa bulan ini, kamu mengganggu hidupku kembali. Via what's up, via bbm, lebih sering via bbm. Entah kenapa, komunikasi itu berjalan dan mengalir apa adanya. Rasanya nyaman, meskipun kita nggak pernah menggunakan kata-kata mesra, terutama kamu. Sudah seperti, ah sudah biasa. Tak ada kata romantis, karna yang terpenting adalah hati. Mungkin hatiku, bukan hatimu. Hehe

Apa? Kamu ingin ke Jerman? Travelling? Apa itu hanya sebuah modus? Atau memang impianmu? Ada rasa "GR" di diriku ini. Kenapa tetiba kamu pengen ke sini? Beberapa kali, kamu memasang status bbm dengan menggunakan bahasa jerman. Kenapa? Supaya aku respon? Apa bener kamu emang benar-benar tertarik? Bukan karna aku di sini? Itu pertanyaan yang slalu muncul, dan entah kenapa aku mulai merasa "GR" kembali. Ah mungkin memang maunya dia seperti itu, mana tahu aku hatinya, mana tahu aku pikirannya. 

Entahlah, perasaan ini, perasaan yang slalu ingin aku buang, tetiba muncul kembali. Tapi, kalau benar memang karna aku ada di sini, aku senang, meskipun sepertinya itu nggak mungkin terjadi.

Aku? Nyatain perasaan? Ah tidak, karna aku perlu meyakinkan diriku, untuk benar-benar tahu apakah aku benar menyukainya atau nggak. Untuk mengutarakannya pun, perlu keberanian, dan itu jujur membuatku trauma akan kejadian masa lampau. We'll see it later. I don't know, what's will happenning in the future. But. I hope, that you'll be mine, and you know, how much, I like you more than ;)


Mannheim, 11.10.2014
Share:

8 October 2014

Welcome the real life...

Sudah satu setengah bulan, hidup menggelandang sendiri. Tanpa hidup menumpang-numpang dengan keluarga asing di negeri orang. Setahun yang lalu, saya masih hidup menumpang di rumah orang, yang ya baru saya kenal dari tahun lalu. Tiba-tiba masuk dengan berlatar belakang yang sangat berbeda jauh dari kehidupan saya, ketika saya di Indonesia. Banyak hal, yang awalnya saya tidak tahu dan akhirnya pun menjadi tahu di sini. 

Rasanya hidup jadi aupair (begitulah sebutan buat mereka para muda-mudi yang di sini seperti baby sister buat keluarga asing)? Kehidupan aupair? 

Kalau saya boleh menjawab, haruskah saya menjawab jujur atau tidak jujur? Ya karena memang begitu adanya. Ada kurang dan juga ada lebihnya. Apa kurang lebihnya? Bagi saya adalah MENTAL.

Hidup bersama dengan mereka, satu atap, makan bersama adalah hal yang baru sekali bagi saya. Dengan kondisi apalagi baru saja dikenalnya. Masih belum tahu bagaimana karkater mereka, budaya mereka, dan lain sebagainya. Maka dari itulah saya harus belajar memahami mereka. Namun, pada akhirnya di kehidupan nyata, sayalah yang harus belajar memahami mereka, bukan mereka belajar memahami saya. Sedih. Tentu saja, seperti diskriminasi, bahwa budaya saya itu sangatlah tidak wajar. Memang benar, dimana bumi dipijak, disitulah langit bakal dijunjung tinggi. Bagaimanapun, saya masih punya adat sopan santun yang harus tetap saya pegang, bukan justru saya harus ikut dengan budaya mereka yang bagi saya tidak wajar.

Ah, kembali lagi mengenai aupair. Aupair itu...
Mengasyikan,
Seru,
Luar biasa,
Capek,
Menantang,
Suka,
Duka,
Cita,
Stress,
Bahkan mungkin semua rasa itu akan ada di dalam dunia aupair. Iya itu bagi saya, secara pribadi memang seperti itu. Semua rasa itu ada.

Tetapi, yang paling membahagiakan diri saya saat ini adalah, karna saya sudah lulus dengan ilmu yang bernama aupair :) kenapa bahagia?

Iya, karna saya hidup sendiri, tanpa ada keluarga yang (juga) ikut campur urusan saya. Saya belajar untuk hidup, berjuang untuk hidup, dan berani untuk hidup. Itu adalah pilihan. Saya pun belajar bertanggung jawab untuk hidup saya sekarang ini.

Hidup sendiri, saat ini, begitu menyenangkan, bukan berarti tidak peduli dengan orang lain. Namun, di situlah belajar bagaimana untuk bisa peduli dengan diri sendiri dan bahkan orang lain. 

Hidup menumpang itu nggak enak, nggak nyaman, meskipun hidup menumpang tetap menjadi sebuah zona yang nyaman, karna apa-apa sudah ada, contohnya seperti bahan makanan, peralatan memasak, peralatan mandi, dan lain-lain. Semua sudah tersedia, dan tinggal mempergunakannya. Namun, kembali lagi, jujur saya katakan, hidup menumpang itu tidak nyaman :) percaya deh :)

Terus saya sekarang ngapain setelah aupair?

Saya kerja sosial sebagai perawat di rumah orang-orang berkebutuhan khusus di Jerman. Saya harus bangga, saya pun senang, karna dengan begitu hidup saya juga akan menjadi senang. Ini kerja mulia, karena bisa membantu orang-orang seperti mereka. Saya pun jadi paham dengan kehidupan mereka, meskipun belum 100 persen paham. Maka dari itulah saya belajar, dan dari merekalah saya jadi belajar dan memahami arti hidup.

Mereka, meskipun demikian, selalu berusaha untuk melakukan sesuatu sendiri. Bahkan mereka pun tidak pernah mengeluh dengan kekurangan mereka seperti itu. Saya malu pada diri saya. Tuhan menciptakan saya tubuh sempurna, kaki, tangan, mulut, telinga, mata, tak ada yang kurang satu pun, dan saya masih slalu mengeluh? Iya saya malu, sedangkan mereka yang 'bukan' seperti saya bisa hidup dengan nyaman dan senang. Itulah luar biasanya mereka.

Manusia itu, mengeluh ya wajar dong? Pasti akan ada pertanyaan macam itu.
Iya, wajar, wajar sekali. Tapi cobalah untuk tidak mengeluh dengan hidup, saya pun juga masih suka mengeluh, jadi masih harus juga memperbaiki diri.

Bekerja dengan mereka saat ini adalah hal yang menyenangkan bagi diri saya. Entah kenapa, ada rasa banyak sekali bersyukur. Alhamdulillah, mereka pun benar-benar memahami dengan kondisi saya yang menggunakan jilbab, jadi tidak ada halangan di pekerjaan saya. Saya senang.

Jika ditanya, setelah ini mau apa?
Itulah yang sedang saya cari saat ini. Masih belum bisa menentukan. Ingin kembali ke negeri lahir, tetapi masih belum jelas pun ingin melakukan apa di sana. Semoga ada hal yang baik yang bisa saya kembangkan di sana.

Banyak hal, selama satu tahun lebih di Jerman yang benar-benar dapat saya petik. MasyaAllah, inilah kuasaNya, Alhamdulillah, Tuhan memberi kesempatan kepada saya, untuk benar-benar membuka mata tentang dunia. Dia mengajariku secara tidak langsung bagaimana dunia, bagaimana agar bisa lebih dekat lagi denganNya. 

Negeri minoritas muslim, negeri yang banyak berfikir tentang rasional, yang selalu perlu bukti nyata. Paham kenapa saya sebut negeri yang selalu perlu bukti nyata? Karna mereka nggak akan percaya begitu saja dengan teori yang mereka baca di dalan buku, tapi mereka ingin bukti dari teori itu, sebagai bukti bahwa teori itu ada.


Mannheim, 7.10
Share:

30 August 2014

Iseng-iseng

Grüsse!

Ini tulisan saya tulis di kereta. Saya sedang melakukan perjalanan ceritanya, karna sudah sekian lama tidak mendapatkan hari libur. 11 bulan bok, menahan diri dari kegundah gulanaan biar bisa dapet libur. Tapi susahnya udah kaya pintu gua yang kejepit sama batu gedeeeeee banget hehe *ih lebay mah* cuma emang seriusan. Sebenernya aupair itu gampang sih, gampang banget, cuma karna mungkin hidupnya numpang sama keluarga asing, berasanya jadi beda aja. Jadi mesti kurang ngerasa nggak enakan gitu. Na ja, so so. Begitulah... Namanya juga hidup numpang hehehe

Jadi, begini. Saya cuma ingin cerita gitu yah, karna mumpung sayanya sedang berada di kereta. Daripada menganggur nggak jelas, melihat kanan kiri pun diem banget, hening, tak ada suasana apapun. Sebelah kiri saya sih jendela, sebelah kanan saya dong, penumpang yang lain, depan belakang juga dong pastinya. Nah, yang bikin saya keki, yang bikin saya bosan karna tetiba saya milih nulis aja karna aktivitas para penumpang di kereta dong. Saya bukan ingin membanding-bandingkan. Tapi emang gitu sih faktanya, realitanya dong yaa hehe

Jadi nih, sekitar 1 jaman gitu saya lirak lirik ke kanan, depan belakang, penumpang semuanya diam, nggak ada yang ngobrol keras-keras gitu. Nggak ada yang ngobrol balap-balapan, dan mereka melakukan aktivitas mereka sendiri, membaca, menyelesaikan urusan kantor, ngisi teka-teki dong :D kalo saya bandingin sama negeri saya di Indonesia mah emang jujur beda jauhnya sekali. Kalo beberapa kali saya liat mah ya, di kereta mereka justru lebih asik cuap-cuap bla bla, daripada baca-baca buku dan main teka-teki silang gitu. Dan yang paling sering adalah mereka melakukan aktivitas diam (read: tidur) :D

Memang, hobi rata-rata mereka adalah membaca buku. So, jangan heran kalo misal ketemu oma-oma atau opa-opa justru banyak yang melakukan travelling atau bahkan ikut travelling meskipun mereka sudah berumur. Meskipun demikian, otak mereka masih jalan, masih inget semuanya, makanya mereka sehat terus dan fit. Mereka justru lebih banyak tau tentang ilmu, daripada yang muda-muda. Malu sih sebenernya kalo tau oma-oma dan opa-opa di Eropa justru lebih rajin membaca. Eits jangan salah dong ya,  mereka masih mampu loh belanja kebutuhan mereka sendiri di supermarket gitu. Pokoknya cukup keren mah kalo bagi saya mereka ini. Mereka kaya nggak mau gitu yah, ngerepotin orang lain, pengecualian mungkin yah di panti jompo gitu. Tapi di panti jompo pun nggak semuanya bergantung sama orang lain kok. Jadi santai aja gitu..

Nah kalo saya liat di Indonesia emang udah beda lagi. Oma opa di Indonesia juga nggak kalah keren sih. Tapi mungkin dalam tenaga fisik bukan tenaga dalam, makanya terkadang mereka cepet loyo juga karna beberapa pun mereka harus berjualan di pasar-pasar untuk mengais rezeki mereka. Jujur nggak kalah keren. Tapi buat lingkup pengetahuan emang kalah saing sama oma opa yang ada di Eropa. Iyalah, diliat secara hobi pun kan uda beda banget. Makanya kan jelas beda, budaya aja juga beda, jadi memang gitu. Meskipun demikian, oma opa di Indo nggak kalah keren kok. Mereka pun luar biasa, karna beberapa pun juga masih mau berusaha menghidupi kehidupannya sendiri dengan berjualan di pasar-pasar tradisional gitu.

Intinya mah ya, ilmu itu bener-bener memang nggak diliat dari umur. Kapanpun bisa belajar, meskipun sudah berumur pun, oma opa di Eropa tetap loh belajar, bekerja, pun yang sudah pensiunan gitu, memanfaatkan waktu luang dengan bercocok tanam atau bahkan berkebun. Makanya deh, mereka sehat-sehat terus gitu. Jadi, tak perlu heran kalo ketemu di jalan sama oma opa dari negeri barat masih fit meskipun sudah berumur, karna begitulah rahasia mereka. Yuk (mungkin) budayakan membaca itu memang sangat penting, bahkan wajib. Sayang yah, anak-anak sekarang nggak nerapin budayakan membaca, tapi budayakan mendengar, menyimak :D terus akhirnya kudu nurut deh "iya, nggih, iya, nggih"

Jangan sampai gitu, karna ketrampilan harus seimbang tapi tetep perbanyaklah dengan membaca. Sudah jelas kan, buku itu jendela dunia, melalui buku kita bisa tahu tentang semuanya, ilmu pengetahuan, politik, sosial, budaya, dan lain-lain. Eits, jangan tanya saya, saya suka baca apa nggak. Saya sih sebenernya suka baca, sebenernya loh. Cuma saya bacanya via internet gitu bukan buku -____- buku mah mahal, tapi saya tetep diusahain pengen beli buku. Jadi saya sedang menyicil biar bisa suka baca buku. Yuk mariiii belajar buat budayakan membaca. Asiik kok hehe :D

Viele Grüße,
Vida Hasan
Share:

21 August 2014

Setahun yang lalu...

Hallo Liebe Leute,

Ah yaaa... Ini saya sengaja nulis di tanggal keramat hahah.. Tanggal 20 agustus 2014. Bagi saya sih memang tanggal keramat. Ada kenangan sendiri di tanggal ini hehe.

Iya, tepat satu tahun yang lalu 20 Agustus 2013. Sudah satu tahun rupanya saya meninggalkan tanah air. Sudah satu tahun rupanya saya melakukan penelitian di negeri asing, sudah setahun pula rupanya saya menjadi aupair. Sekarang saya (mungkin) sudah lulus aupair kalau aupair itu ada ijasah/ sertifikatnya haha.. Tapi sayangnya, aupair itu (mungkin) nggak ada sertifikatnya. Eh doch, ada sertifikatnya, cuma sertifikat kursus bahasa, bagi aupair yang ikutan kursus bahasa/ sekolah bahasa/ ujian tingkat bahasa. Bagi yang nggak, ya mungkin sudah nasib atau bisa jadi sudah jadi pilihan hidupnya untuk tidak ke sekolah bahasan, atau tidak ikutan ujian level bahasa. Mudah saja begitu... Huehehhehe

Pertanyaan, bagaimana dengan saya? Setahun ini? Gimana rasanya jadi aupair? Dapet sertifikat nggak? Wah... Jangankan sertifikat, saya justru dapet piagam juga kok :v yah saya di sini sekedar cerita apa adanya dan bukan ada apanya. Memang begitu, apa adanya loh ya. Hehe saya dapet sertifikat. Seriusan!!! Saya dapet sertifikat hidup loh. Sertifikat hidup yang bener-bener buat dijadikan pengalaman pribadi bagi saya. Suka dukanya mah banyak, namanya juga hidup sendiri di negeri orang. Ada banyak orang Indonesia kok di negeri ini. Justru udah kaya sodara emang. Tapi saya apa-apanya mah sukanya ngrepotinnya sama satu orang. Maklum aja gitu, mbaknya tinggal satu kota sama saya. Nggak jauh-jauh amat pula. Padahal si amatnya jauh gitu. Kasian ya. Ini apadeh ceritanya -,-

Iya jadi ada satu orang wanita (karir) meskipun beliau itu masih mahasiswi, di Univ ternama di Frankfurt. Ceileee... Beliau itu gadis primadona loh :)) gadis primadona se Frankfurt. Hampir semua orang Frankfurt kenal sama beliau. Artis loh beliau itu :)) iya beliau itu motivator saya, bahkan udah jadi guru, kakak, sahabat, pokoknya semuanya mah selama saya ada di Frankfurt ini. Mau disebutin namanya? Ah jangan deh, nanti beliau ge er gitu hihihi mbak ramby kan emang gitu. Ups, yah keceplosan sebut namanya hehe... Danke ya mbak Ramby, udah sering ngomel-ngomelin sayanya, selama 11 bulan saya di Frankfurt ini. Ich liebe dich deh pokoknyaaaaa :*

Oh ya, sebulan pertama sampe sebenernya saya tinggal di Jerman bagian utara. Terus saya pindah gitu ke Frankfurt. Eits, tapi jangan salah. Sebulan pertama juga ada beberapa orang yang bantuin saya dan ada yang slalu jadi motivator saya. Wah dankeee bangeeet kakak ini, emang baik hati sekali. Bahkan hari ini pun tepat tanggal 20 agustus, tepat satu tahunnya saya meninggalkan tanah air, beliau ulang tahun. Zum Geburstag ya kakak... Alles guteee... :*

Saya tidak bisa banyak bercakap tentang suka duka di negeri orang ini. Tapi ada 2 sohib saya, yang juga bantuin saya dari sebelum berangkat bahkan sampai saya tinggal di sini. Milkha, Rangga... Dankeee buat slalu dengerin curhatan saya hahaha... Coba kita bertiga bisa jumpa bareng gitu di sini smuanya :( impian itu malah nggak kecapai. Malah si Milkhii pulang lagi! Alhasil nih kayaknya bakal jumpanya cuma sama Rangga deh ntar. :(

Nah yang jelas, cerita suka duka aupair kan emang banyak nih. Namanya juga numpang di keluarga asing. Sudah beda budaya, bahasa, agama, bahkan aturan pun beda. Mau nggak mau memang harus dilakonim terlebih dahulu. Orang sukses bukannya akan diawali dari sebuah perjalanan yang (mungkin) terasa berat. Iya kan? Mau tau cerita aupair sesungguhnya. Haruskah ditulis di buku? Eeaaa... Yah sapa tau ada yang sudah mencoba menulis tentang aupair itu. Suka duka aupair dari setiap masing-masing aupair. Beda keluarga beda didikan dan beda peraturan. ;)

Huaaa harusnya nih, kalau saya (mungkin) juga nggak diperpanjang, hari ini saya pulang ke tanah air loh. Tapi alhasil, sayanya perpanjang lagi sampai tahun depan insyaAllah. Tempat baru, teman baru, dan suasana baru. Semoga berkah. Aamiin. Yang penting yang di rumah sehat-sehat terus. Pak, Ma, Gink, Za. Sehat sehat sehat! Aamiin ;) jauh dari kalian, satu tahun nggak pulang itu rasanya masih belum percaya. Nggak nyangka aja. Ternyata bisa melewati setahun juga. Hehe

Grüße aus Frankfurt, 20.08.2014

Vida Hasan


Share:

14 August 2014

Lalu?

Saya beri judul ini lalu. Karna jujur saya pun bingung ingin menceritakan hal semacam apa. Lalu, pada akhirnya saya hanya ingin bercerita mengalir apa adanya sesuai yang ada di pikiran saya saat ini. Lalu bagaimana ini terjadi? Iya, mengalir dengan lincahnya. Jari jemari ini berusaha mengisahkan beribu deretan huruf. Iya, begitulah mungkin selayaknya hidup. Mengalir, mengalir dan terus mengalir hingga pada akhirnya pun kita diharuskan kembali kepada rumah singgah terakhir.

Hidup. Diawali dari kita lahir, seorang ibu yang berusaha dan rela mengorbankan jiwa raga hanya untuk seorang anak bahkan 2 orang anak (kembar), supaya kelak anak-anak ini bisa menjadi penerusnya untuk bisa membangun karakter diri dan sukses. Iya itulah ibu. Saya amat sayang sama ibu, ayah juga.
Tulisan ini, lagi-lagi hanya mengalir apa adanya, karna memang saya tidak tahu apa yang saya bahas. Saya tidak tahu apa yang saya kisahkah. Hanya saja, mengalir lalu.

Sekarang ini saya hidup berada jauh dari kedua orang tua saya, saudara saya, dan kerabat saya. Jika saya bbm, whats up, fban, atau bermedsos yang lain, slalu akan ada pertanyaa, kapan pulang? Kok nggak pulang? Nggak kangen rumah? Bapak ibu? Itu pertanyaan yang sering saya dapatkan sejak saya di sini. Dan yang paling sering saya dengar adalah, kalo pulang jangan lupa oleh-olehnya ya? Iya itu sering saya denger. Hehe

Mungkin lebih baik di skip dulu aja yang masalah oleh-oleh. Nanti ada sesinya sendiri saya bahasa tentang masalah oleh-oleh hehe.. Also, saya sih kalo ditanya berbagai maca begitu sebenernya sedih juga. Kangen rumah, iya lah pasti. Siapa sih yang nggak bakal kangen rumah. Udah setahun nggak pulang-pulang, anak cewek sendiri pula. Di negeri orang pulan. Nah itu, justru saya sih cuma minta doanya aja. Biar dikasih sehat terus, biar misi saya di sini bisa terlaksana dengan baik. Pun di rumah, juga dikasih sehat terus, biar saya pulang tetep dengan keadaan utuh, tak kurang sedikit pun. Saya juga. Jadinya, sama-sama seneng. Bukan masalah betapa berharga oleh-oleh yang dibawa, tapi betapa berharga yang membawa oleh-oleh itu ada saya sendiri. Bukankah itu lebih baik? :)

Kata teman-teman saya, mbok kenapa nggak cari jodoh di Jerman sekalian. Bule gitu kan ganteng-ganteng. Memperbaiki keturunan. Nah looo... Orang sih punya misi masing-masing ketika mereka mau belajar di negeri asing. Yang mau cari bener-bener ilmu ya ada, cari jodoh juga ada, semuanya kembali lagi ke niat semula. Itu saja. Kalau saya mah, jujur suka yang lokalan saja, bukan berarti tak suka yang nggak lokal. Entah tiba-tiba pernyataan ini muncul di pikiran saya beberapa hari ini. Yang nggak lokal aja suka dan cinta sama yang lokal, masa yang lokal nggak? Nah lho.. Beda juga sih. Mungkin karna pola berpikir bisa jadi. Ngobrolnya asik, santun, nggak ribet, fleksibel lah istilahnya. Hehe *kok saya jadi ngomongin jodoh sih?*

Also, pengalaman yang membuat saya pilu dan kagum di sini adalah perjuangan mahasiswa-mahasiswa Indonesia di sini. Seriusan keren sih. Meskipun juga nggak semuanya. Kan masing-masing, gimana cara mereka harus bisa bertahan hidup di negeri orang ini. Heheh..

Nah ngawur lagi. Saya sih sebenernya mau cerita tentang jodoh gitu. Tapi kenapa larinya nggak karuan begini? Oh mungkin di topik yang selanjutnya iya bakal ditulis judul Jodoh. Nah kan... Tetiba nemu apa yang harus ditulis hehe.. Danke..


Grüße aus Frankfurt, 13.08.14
Vida Hasan.

Share:

11 August 2014

LANGKAHMU LANGKAHKU LANGKAHNYA

Ini memang sekedar menceritakan beberapa anak manusia yang sedang hidup di luar daerahnya. Sendiri, menepi, dan mandiri. Oh, bukan bukan. Tapi melainkan kemandiriannya itu adalah keharusan karna tak ada keluarga kandung atau bahkan keluarga dari orang tua yang satu wilayah dengannya. Ini bukan hanya mengisahkan tentang pengalaman saya. Tapi juga beberapa teman saya yang lain, yang hidup di negeri eropa, negeri yang dulu pusatnya perang dunia kedua, negeri yang terkenal akan sejarah perangnya. Mungkin. Karna banyak di sini yang tak mau mengingat-ingat kejadian pahit di masa lampau. Mereka lebih memilih berfikir maju daripada harus berfikir mundur yang tak akan pernah selesai untuk diselesaikan.

Teman saya sudah ada yang hidup di Jerman ini, itulah tepat nama negara di Eropa yang sedang kami singgahi ini. Iya, teman saya ada yang sudah beberapa tahun hidup di Jerman, bahkan ada yang bertahun-tahun hidup di Jerman. Jika ditanya, kenapa kok nggak pulang Indonesia saja mas, mbak? Lalu, rata-rata pasti akan menjawab, buat apa pulang? Kalo di Jerman lebih baik kenapa harus pulang. Indo? Nah loh, ini jawaban yang menurut saya agak melecehkan juga sih :D

Duh gimana ya saya memulai ceritanya. Saya juga bingung sendiri, karna ini hanya goresan semata wayang saya tentang hidup. Sekali lagi, tiap langkah manusia itu sudah berbeda-beda tentunya tergantung memang tujuan mereka arahnya ingin kemana. Ketika mereka ingin sekali berkuliah di luar negeri, di negeri yang kehidupannya lebih makmur dari negerinya sendiri, entah tujuannya hanya karna gengsi, atau memang benar-benar memiliki tujuan yang lain.

Beberapa ada yang ingin pulang ke kampung halaman, karna berfikir bahwa, mereka belajar di negeri barat untuk memperdalam ilmu, memahai ilmu dan membagikan ilmu itu setelah mereka selesai belajar. Ada juga beberapa yang tidak ingin pulang dikarenakan kehidupan di negeri barat lebih nyaman, tentram dan sentaosa :D iya memang tidak bisa dipungkiri juga. Memang begitulah adanya. Saya juga merasakan demikian. Tetapi kembali lagi ke tujuan awal masing-masing umat manusia. Bahkan pula ada yang tujuannya biar bisa dapet jodoh bule-bule rambut pirang :D iya gitu juga ada kok hihi

Tidak ada yang salah di sini. Tidak ada pula yang melarang, karna setiap anak manusia punya pilihan dan tanggung jawab masing-masing dengan pilihan hidupnya itu. Kalau saya ini, mesti slalu dibilang "sekalian cari jodoh di sana", "mbok nanti pulang-pulang bawa bule", "mbok nitip bule satu dibawa pulang" nah lo kate ini bule-bule kenang-kenangan atau gimana sih. Haha duh jadi mlenceng ngobrolnya ngalur ngidul. Topiknya apa, nulisnya apa -,-

Iya, kembali lagi jadinya dengan segala hal yang sudah dimiliki, dipelajari, dan dibagikan ilmu itu kepada orang lain justru lebih bermanfaat. Kalau bagi saya. Menurut saya, itu hal menyenangkan dengan berbagai pengalaman yang sudah didapat ini. Dan itu luar biasa. Setiap langkah kita ada doa buat kita sendiri. Insyaallah.

Also, buat diri kita ini bisa bermanfaat buat orang lain. Karna itu akan menjadi diri kita lebih berharga dari apapun, ketika diri kita ini bisa bermanfaat buat orang lain. ;)

Liebe Grüße aus Frankfurt, 11.08.2014
Vida Hasan
Share: