Bismillahirrohmanirrohim,
Assalamua'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,
Assalamua'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,
Akhirnyaaa tulisan pertama di tahun 2018 launching juga. Setelah beberapa bulan mencoba untuk bisa menetralisirkan hati dan perasaan, saya mencoba untuk menuliskan kembali tulisan yang mugkin akan sedikit berbeda dari tulisan saya yang sebelum-sebelumnya. Coba deh dibaca tulisan saya yang sebelumnya banyaaaaaak banget hal-hal yang disampaikan mengeluh bahkan sampai suka mengeluhnya, saya sampai sering tidak bersyukur atas Rahmat yang diberikan oleh Sang Pemilik Hati ini. Astaghfirullohaladzim...
Padahal Allah itu sayang banget sama saya (bukan cuman saya ya, tapi sama setiap hamba-Nya), tapi setiap kali Allah kasih ujian, cobaan, seringkali saya selalu mengeluh dengan yang diberikan oleh-Nya. Tulisan-tulisan yang sebelumnya sengaja saya tidak hapus supaya saya bisa merefleksikan diri betapa saya menjadi si tukang pengeluh dan tidak pernah bersyukur. :(
Nah, 2018 ini membuat saya banyak sekali untuk instropeksi diri. Salah satunya untuk bisa kembali menata hati dan lebih banyak berserah diri pada-Nya, doakan semoga selalu istiqomah ya. Sebenarnya, perjalanan hijrah ini diawali ketika saya berada di penempatan. Bersyukur sekali dapat teman-teman satu penempatan yang kerjaannya slalu mengingatkan satu sama lain dalam hal apapun. Salah satunya saya dipertemukan dengan dua manusia yang berasal dari organisasi lain yang memang Allah takdirkan bertemu di sana.
Suatu hari salah seorang dari mereka memang slalu banyak berbicara. Slalu nyinyir mah kalau bisa dibilang. Anak ini memang unik kalau nggak sesuai dengan apa yang ada difikirannya, slalu disampaikan langsung jika ada yang salah dari diri saya. Salah satunya adalah "aurat". Katanya, sebagai wanita, semua tubuh itu adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan. Hanya dengan sindiran halusnya yang suka bilang "Mbakpid, mana itu kaos kaki. Astaghfirulloh, sudah keluar tidak pakai kaos kaki pula" teguran ini memang sebenarnya bagi orang yang baru mendengar bisa menyakiti hati. Tapi entah ya, di saat anak ini slalu bilang demikian hampir setiap hari saya jadi merasa malu sama diri saya sendiri "Iya ya. Kaki itu adalah aurat perempuan, jadi harus menggunakan kaos kaki setiap kali mau keluar" saya mah cuman ngebatin aja demikian. But finally, hati ini selalu dilanda rasa penyesalan luar biasa. Bahkan melihat dua manusia ini ngaji dan sholat dhuhanya mashaAllah rajinnya saya jadi banyak belajar dari mereka.
Akhirnya saya memutuskan mengikuti grup ODOJ (One Day One Juz), rupanya untuk membaca tilawah saja beratnya ya Allah apalagi satu juz. Saya meyakinkan diri saya untuk bisa belajar bahwa ingin konsisten dan memegang komitmen tersebut untuk mengikuti ODOJ. Satu bulan pertama alhamdulillah saya bisa melewatinya, namun di bulan-bulan berikutnya saya selalu bolong-bolong dan jarang laporan. Alhasil di waktu yang tepat saat itu saya dikeluarkan dalam grup karena dinilai tidak konsisten dalam bertilawah. Sedih karena memang demikian peraturannya. Jika 3 kali tidak laporan berturut-turut maka anggota akan dikeluarkan dari grup. :((
Hati saya kembali berbalik tidak konsisten. Tapi saya belajar untuk konsisten sholat dhuha mengikuti dua manusia yang menginspirasi saya ini. Saya mulai berfikir "Mungkin Allah sengaja mempertemukan saya dengan dua manusia ini untuk bisa menegur saya lebih dekat dengan-Nya". Hingga terus-terusan saya belajar untuk tetap tilawah setiap harinya meskipun saya tidak kembali mengikuti ODOJ. "Begitu beratnya ya untuk hijrah di jalan Allah? Banyak cobaan kanan kirinya" :((
Baik, saya akan pelan-pelan saja belajar untuk bisa mengkonsistenkan ini semua. Pelan-pelan ya Allah, tuntun saya untuk slalu berada di jalan-Mu.
Di saat selesai penempatan saya masih sama, pun dalam hal berpakaian masih suka mengenakan celana dan jeans. Duh, iya pelan-pelan saja untuk bisa tetap berdiri tegak di jalan Allah. Setelah OPP selesai, saya memang belajar untuk bisa lebih membiasakan diri mengenakan rok daripada celana. Mengurangi menggunakan celana lebih tepatnya, lagi-lagi "Vid, pelan-pelan... Pelan-pelan inshaAllah yaa... jangan terlalu ngoyo dalam hal berpakaian". Setidaknya inshaAllah konsisten dalam hal lain, meskipun dalam berpakaian masih suka berubah-ubah.
"Pak, Vida boleh nggak pakai jilbab atau kerudung besar?" Saat itu saya menyampaikan keinginan saya ke bapak. Bapak mengizinkan namun kembali lagi "pelan-pelan Vid, pelan-pelan. Allah tahu kok, kamu sedang belajar untuk memperbaiki diri. Belajar dulu belajar dulu". Memang berat ya, kalau kita tidak bisa konsisten dengan diri kita sendiri. Tapi yang membuat saya sangat tersentuh adalah di saat umat muslim Indonesia bersatu di kegiatan 212. Rasanya MashaAllah.... merinding melihat mereka berlomba-lomba untuk kebaikan dan membela agama Allah. Saya? Apalah diri saya ini yang masih selalu memikirkan keegoisan diri.
Di saat saya kerja di Jogja dibilang old modis, saya berusaha untuk selalu tetap menjadi diri saya apa adanya. Pakaian seperti biasanya, make up juga jarang-jarang but someone said, hey Vida, you work in the publich place, you must and you have to change your style. Duh, kalau memang kerjaan menyuruh saya untuk merubah penampilan saat itu saya memang ingin resign langsung. Dan Allah kembali menunjukkan kuasa-Nya. Allah membawa saya ke tempat di mana saya kembali bisa mengajar tanpa ada tekanan penampilan yang harus modis. Saya dipertemukan kembali dengan kawan di kala penempatan di Nunukan, BJ. Mungkin dengan cara ini Allah mau membimbing saya dan meridhoi untuk selalu berada di jalan-Nya. Ikut ngaji rutin meskipun 2 kali dalam sebulan di masjid istiqlal atau kadang suka tiba-tiba ikut kajian di mana gitu yang ustadznya berbeda.. hehe
Alhamdulillah, di tahun 2018 ini saya mulai belajar banyak tentang how to be a good muslim. Mengikuti kajian rutin tiap minggunya dan saat ini saya ikut komunitas YukNgaji chapter Depok. Kalau Dilan bilang, rindu itu berat, biar aku saja. Kami yang masih belajar islam (lagi), hijrah itu berat, kamu nggak akan kuat maka dibutuhkan hijrah jamaah supaya saling mengingatkan satu sama lain. Setidaknya, sekarang dalam hal berpakaian saya sangat meminimalisir menggunakan celana kecuali memang dalam keadaan akan berolahraga lari (masih sedih karena masih belum punya rok celana yang nyaman buat olahraga) :(
Memang benar "Allah tidak akan mengubah suatu kaum, kecuali kaum itulah yang merubahnya sendiri" (Q.S Ar Rad:11), tentu saja diri kita sendiri yang dapat mengubahnya. Dear, hidayah dari Allah kita jemput bukan kita hindari. Jika saja ingin berubah, maka berubahlah karena Allah. Allah benar-benar akan beri kita kemudahan jika kita mau berusaha untu slalu berada di jalan-Nya. Saya merasakan sekali kenyamanan yang luar biasa di saat curhat sama Allah. Kamu mau apapun Allah kasih, yang penting adalah kamu bersabar dalam setiap prosesnya.. Lama sih proses itu, karena setiap proses itu nggak ada yang instant. Pun makanan instant saja masih butuh proses panjang untuk bisa langsung instant. Betul kan?
Sungguh, cerita saya ini bukan bermaksud untuk takabbur, namun saya mencoba untuk merefleksikan diri saya di tahun-tahun sebelumnya. Saya muslim dari saya lahir, tapi apa yang sudah dipelajari? Apa yang sudah diamalkan? Hanya paham-paham saja tapi tidak turut serta mengamalkannya, suka liat orang berdebat tentang agama, tapi apakah kita sudah tahu ilmu yang sebenar-benarnya? Belajar dulu, belajar lagi dan belajar terus karena Allah. Saya hanya masih menjadi seorang pembelajar yang masih harus slalu butuh bimbingan. Makanya Allah menunjukkan betapa banyak teman-teman yang siap membantu untuk bisa saling mengingatkan satu sama lain, supaya hati tidak bisa dibolak-balikkan lagi. Yang Maha membolak-balikkan hati kan Allah, kita mah bisa apa ya? Betul sekali, memang Allah itu Maha membolak-balikkan hati, tapi jika tidak dari diri kita sendiri lalu dari siapa lagi? :')
Kau tahu lalu kau mau. Maka Allah senantiasa menunjukkan kekuasaan-Nya padamu
Maka berjalanlah di jalan-Nya.
"Jika kamu lelah dalam berhijrah maka: Ketika engkau menuju jalan yang benar di jalan Allah maka berlarilah, jika sulit bagimu maka berlari kecillah. Jika kamu kembali lelah maka berjalanlah, jika itu saja tidak mampu maka merangkaklah. Namun, jangan pernah sesekali berhenti dan berbalik arah" (Imam Syafi'i)
Semoga bermanfaat ya Dear...
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
-VidaHasan-