22 June 2018

Kerja Sosial di Jerman (1)

Hali Halo Liebe Leute...


Tulisan ini sebenarnya adalah tulisan lanjutan di label tentang Kerja Sosial di Jerman. Nah, kalau ada yang belum baca, sok manggaaa dipersilahkan untuk membacanya. Tulisan ini lebih ke menjawab pertanyaan beberapa teman yang penasaran dengan saya, "Vida, dulu emang kamu ngapain sih di Jerman?" Biar nggak penasara, saya tulis dulu yaa tentang kerja sosial di rumah untuk tuna grahita dan bagaimana menjalani kehidupan bersama mereka. :) 

Enjoy the story...

Jadi, setelah ikutan jejak para senior jurusan dengan program Aupair (kapan-kapan akan saya jelaskan tentang Aupair yaa) di Jerman, saya melanjutkan kembali dengan program yang lebih seru dan menantang. Nama programnya adalah Freiwilliges Soziales Jahr, dalam bahasa Indonesianya disebut Kerja Sosial Tahunan. Kenapa tahunan? Karena kami diberi kesempatan maksimal 1,5 tahun untuk merasakan sebagai volunteer di Jerman. Kalau sebelumnya sudah dijelaskan yaa tempat-tempat yang bisa untuk dijadikan sebagai FSJ (singkatnya). FSJ bisa dilakukan dalam berbagai bidang, bisa sosial (panti jompo, panti rehabilitasi, sekolah khusus, atau tempat lain), bidang kesehatan (rumah sakit, praktek dokter), atau bisa di bidang hiburan seperti museum, pelayanan dan masih banyak lagi. Tapi eh tapi, saya akan lebih menceritakan tentang pengalaman saya sebagai FSJ di rumah untuk disability human in Mannheim.

Saya mulai kerja pada tanggal 1 September 2014. Sehari sebelumnya, saya akhirnya move dari kota Frankfurt menuju kota Mannheim. Alhamdulillah, tempat saya mengabdi selama setahun ke depan ini menfasilitasi saya sebuah ruang di rumah susun (saya menyebutnya Wohnung). Ruangannya cukup besar, memiliki kamar mandi+toilet dan dapur. Tidak perlu khawatir untuk peralatan memasak sudah mereka siapkan untuk kehidupan kita mendatang. Di 3 bulan pertama saya tinggal berdua bersama dengan seorang teman, setelah itu saya pindah kamar di lantai 5 yang pemandangannya MashaAllah, bisa dinikmati jika saya lelah setelah pulang kerja.



Hari Pertama.

Kami berkenalan dengan beberapa orang yang juga mengikuti program yang sama. Jadi, kita tidak akan menjadi anak bawang sendirian, karena ada beberapa teman-teman yang lain yang juga baru sama seperti kita. Tempat kerja sosial saya, bernama Werner Huelstrunk Haus (http://www.reha-suedwest.de/whh-ma/) boleh dikepoin situsnya, tapi menggunakan bahasa Jerman yaa heheh.. Di WHH (singkatnya) ada 3 lantai yang setiap lantai memiliki penghuni yang unik-unik dan menarik untuk didampingi. Kami, diperkenalkan dengan seluruh pegawai di WHH beserta penghuninya. Oh iya, saya tidak akan menceritakan panjang lebar di hari pertama sampai hari terakhir saya bekerja yaa :D takut nanti bisa jadi web drama stroy huehehehe

Setiap lantai dari lantai 1 sampai 3 ada 10 penghuni. Jadi total dalam satu rumah ada 30 penghuni. Untuk pekerjanya, setiap lantai memiliki 4 orang profesional, 1 Azubi (pelajar), dan 1-2 FSJ. Jadi, total setiap lantai memiliki 7 pegawai. Untuk FSJ dan Azubi punya mentor masing-masing. Jadi, kalau ada apa-apa mentor tersebut yang akan bertanggung jawab untuk FSJ atau Azubinya. Tugas mentor biasanya mengarahkan kita sebagai pegawai baru untuk melakukan hal-hal yang baik sebelum menangani si penghuni. Tapi buat saya, seluruh 4 pegawai profi merupakan mentor saya, karena saya mengambil hal-hal baik yang mereka lakukan. :)

Tugasnya ngapain aja sih kalau di sana? 

Di 3-7 hari pertama saya hanya bisa menyaksikan para senior saya melakukan banyak hal untuk para penghuni (kami sebut penghuni panti aja yaa) :) Nah, untuk tugas karena masih jadi FSJ dan bukan profesional semacam senior lainnya, saya hanya melakukan hal-hal yang bisa dilakukan dan mudah. Contohnya seperti memandikan mereka, membersihkan kotoran mereka, membangungkan mereka, menyiapkan makan, mendampingi mereka bermain, jalan-jalan keliling tempat kerja atau ke kota, menyiapkan segala sesuatu kalau mereka akan liburan, yang penting spending time sama mereka. 

Tugas yang buat saya berat adalah memandikan mereka, karena untuk memandikan orang-orang ini butuh kekuatan dan kefokusan. Kekuatan biasanya digunakan untuk menggendong, jadi memindahkan dari kursi ke kasur, lalu kasur ke kursi mandi, dan begitu seterusnya atau biasanya kami menggunakan alat bantu yang disebut lifter untuk mengangkat penghuni yang badannya cukup besar dari saya. Tapi, dari 10 penghuni di lantai tempat saya kerja, saya tidak boleh menangani 3 orang penghuni khusus. Mereka memiliki kelainan pada syaraf mereka yang biasa disebut dengan epilepsi. Kata para mentor, "Vida, du darfst nicht mit denen, weil die Epilepsi haben. Ich hab Angst wenn, sie Unfall bekommen" (Vida, kamu tidak boleh menangani mereka ya, karena mereka punya epilepsi, takut terjadi apa-apa). 

Di awal saya tidak boleh menangani 3 pasien khusus, tapi di 4 bulan terakhir saya menangani salah satu penghuni yang memiliki epilepsi. Hanya saja, saya harus hati-hati karena saya harus benar-benar memperhatikannya jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Hanya sekali-dua kali saja menanganinya, tidak terlalu sering menangani salah satu ini. (Maaf yaa... nama akan saya samarkan, karena memang orang Jerman sangat menjaga privasi sekali termasuk nama mereka).

Untuk obat, FSJ tidak diizinkan untuk memberi obat langsung ke penghuni. Jadi, yang memberi obat secara khusus adalah para mentor atau Azubi. Katanya, "das ist nicht dein Job. Wenn du Azubi bist, dann kannst du machen" (ini bukan tugasmu, nanti kalau kamu kamu seorang pelajar baru deh kamu coba kasih mereka obat). 

Masing-masing penghuni memiliki kebutuhan masing-masing yaa.. Kalau di lantai 3 ada 6 penghuni yang menggunakan total kursi roda. But they can doing for theirself. Kita nggak perlu mendorong terus-terusan, karena ada beberapa penghuni yang bisa mengendarai kursi rodanya sendiri. Sisanya 4 orang, mereka bisa berjalan dengan kaki mereka hanya kita perlu memapahnya saja pelan-pelan kalau mereka terlalu cepat berjalan :)

This job can make me feel understand about humanity, the person that we think 'they can't doing anything', is special human with their personality. Mereka bisa kok melakukan hal-hal yang biasa kita lakukan, asalkan kita bisa menempatkan diri kita di sisi mereka dan menjadi percontohan yang baik buat mereka. Bukan mereka yang belajar dari saya, justru saya belajar banyak hal dari mereka, seperti rasa syukur. Betapapun kekurangannya mereka, mereka tetap menikmati kehidupan mereka sendiri. Jika ada yang bilang "yaiyalah, kan mau nggak mau" hmmm... Just think on yourself, dear. Allah benar-benar Maha Adil, di saat hamba-Nya dirasa tak memiliki apapun tapi Dia tahu kok kita memiliki kemampuan. Bahkan, kita mampu loh atas izin dan kekuatan dari-Nya :)

Emang dulu udah pernah punya pengalaman menangani orang-orang tersebut? Nggak takut gitu?

Terkadang, kita melakukan sesuai dengan kemampuan kita saja. Kalau bisa yauda ngelakuinnya itu aja terus sampai kita bosan melakukannya. Nah, kalau FSJ di Jerman ini buat saya adalah sebuah ajang untuk mencari jati diri. Kita mau kemana sih sebenernya? Makanya FSJ ada di Jerman, sebagai batu loncatan supaya anak-anak muda bisa lebih peka dengan kondisi sosialnya, ikut merasakan bekerja setelah lulus SMA, makanya di sana kalau sudah berumur 18 tahun diharuskan untuk bisa mandiri bahkan kudu nyobain aboard ke tempat lain. Bahasa kerennya, lu kalau nggak keluar rumah, kuper banget! hehe

Saya tidak memiliki basic sama sekali untuk menangani orang-orang demikian, istilah learning by doing itu berlaku banget di Jerman. Kita belajar sambil melakukannya, bukan hanya belajar terus-terusan secara teori, tapi ketika masuk ke prakteknya hasilnya nol besar. Makanya nih, di awal saya pun sempat ragu, "kira-kira bisa nggak yaaa" dan alhamdulillaaaaah... dapet mentor-mentor yang super kece di tempat kerja. Ada apa-apa langsung tanggap bahkan bisa dibilang saya merasakan kekompakan di lantai tempat saya kerja. Mereka memaklumi, apalagi saya baru dan bukan warga Jerman asli. Mereka respect sekalipun saya mengenakan kerudung. Penghuni ini berusia sekitar 23-60 tahun (saat itu), mungkin sekarang sudah lebih dari itu.

Kalau takut, pastilah takut.. namanya juga for the first time banget menangani orang-orang demikian. Setelah nyoba dan bisa dalam waktu kurang lebih seminggu akhirnya nagiiih dan berasa berharga bangeeet bantuin mereka hehe.. Takutnya karena nggak bisa menanganinya, grogi dan salah memahami, menanggapi mereka setiap penghuni. Apalagi, ada penghuni yang kalau kita berbicara harus dengan suara agak keras supaya dengar, ada yang harus menggunakan bahasa isyarat, ada yang harus pelan-pelan supaya mereka paham bahasa bibir kita, ada yang ngoceh terus mau didengerin, ada yang moody abiiiss.. Ada banyak setiap karakter di dalam diri mereka. MashaAllah.... Saya belajar banyak hal tentang karakter orang-orang demikian :)

Oh iya, sebagai anak FSJ nih kita juga dapet fasilitas seminar selama 25 hari selama setahun. Di cerita selanjutnya yaa saya ceritakan tentang seminar dan ngapain aja selama di seminar :) Jadi, kita juga nggak akan butaaa banget deh masalah psikologis atau teknis karena berkat seminar tersebut :)

Vid, itu kan menangani dewasa ya? Kalau laki-laki dewasa kamu masih menanganinya?

Hehe... Namanya tugas dan sudah signing kontrak berarti kudu siap melakukan apapun. Ya Allah, sebenarnya nggak boleh, tapi sungguhlah saya berniaaaat banget untuk membantu orang-orang ini. Berniat dalam kebaikan, semoga Allah mengampuni saya karena saya balik lagi berfikir, kalau tidak ada orang-orang ini apa yang akan mereka lakukan? Kalau tidak ada profesi demikian, bagaimana kehidupan mereka di masa mendatang? Bagaimana mereka mandi, buang air, makan, dan segala macamnya? Tapi kan bisa ambil yang perempuan ajaaa... Justru di lantai saya kebanyakan laki-lakinya. Dan diharapkan nggak pilih-pilih penghuni yang mau ditangani. Kalau siap bekerja di sana, berarti harus siap dengan segala kondisi apapun. Itu pendapat saya saat itu. Karena untuk mencari yang spesialis anak-anak agak susah dan memang jarang di daerah wilayah Baden Wuerttemberg, mungkin harus ke wilayah Jerman bagian utara dulu yang banyak menerima khususnya untuk yang berkerudung. Kalau saya meyakini, lakukanlah hal baik meski sulit. Semoga Allah meridhoi apa yang saya lakukan.. wallahua'lam bis showab :)

Di Jerman sendiri, adanya organisasi demikian untuk membantu jaminan mereka ke depannya. Mereka sudah mendapat uang saku dan fasilitas dari pemerintah, tujuannya adalah jika orang tua mereka sudah tidak mampu merawat mereka dengan kondisi demikian, lalu siapa lagi yang akan merawat kalau bukan orang-orang yang sudah ahli tersebut? Kereeen yaaa... Karena orang-orang ini pun harus menempuh sekolah dulu untuk bisa merawat para penghuni tersebut. Coba kita? Kelabakan karena tidak terbiasa menangani mereka, takut mereka brutalah, takut mereka memukul kitalah, no, dont judge a book by a cover! Cuman praduga kita aja, karena sebenarnya mereka tidak demikian.

Mereka hanya butuh perhatian kita aja, tapi jangan terlalu terlena diperhatikan supaya mereka dapat belajar mandiri melakukan beberapa kegiatan yang memang harusnya bisa mereka lakukan sendiri. Contohnya, di lantai tempat saya penghuninya masih bisa diajak kerja sama. Misal, si A bertugas meletakkan peralatan makan setelahnya di tempat cuci, si B membantu menyiapkan lap atau meletakkan makanan yang sudah disiapkan ke meja makan, si C memasukkan peralatan makan ke Spullmachine (alat cuci piring), atau bisa jadi si D membantu menyapu lantai, dan lain sebagainya. Jadi, ditekankan supaya saling bekerja sama satu sama lain. Keceee kan meskipun dengan kekurangan mereka masing-masing...

satu sudut asik di tempat kerja (maafin yaa kalau nggak sopan) heheh :)


---

Di cerita selanjutnya akan saya jelaskan tentang jadwal kerja, libur, dan cuti yaa dear. Supaya nggak penasaran bagaimana dunia kerja di Jerman sendiri masalah waktu kerja, dan liburnya. but by the way anyway busway, ini disebabkan pada suka bilang "Vida kayaknya jalan-jalan teruuuus deeh tiap Minggu" ah, belum tau aja di balik layarnya kaya gimana :D

-vidahasan-


Share:

20 June 2018

Mencintaimu Karena Allah

Dear Friends,

jadi, mohoooon maaaf sekali jika kau membaca tulisan ini dengan baper. Yang nulis aja bisa baper, (semoga) yang baca jangan sampai baper bacanya karena masalah jodoh yaaaa... hehehh

Kenapa tiba-tiba saya menuliskan permasalah jodoh di blog? Mungkin, karena bagi kebanyakan orang terutama para single-Lillah topik yang paling dan sangat paling populer adalah tentang jodoh. "Hey Jodoh, where are you? I just waiting for you, here for you" Masih menunggu aja nih? Titiknya belum muncul-muncul juga? Keep Calm and stay be with single-Lillah, jangan sampai kendor dikarenakan jodohnya belum nampak juga. :)

Dear you, someday if you are falling in love, you have to be brave on yourself dear. Karena kau tahu, sejatinya rasa cinta itu didatangkan dari Allah dan untuk Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Siapa yang memberi kita rasa kalau bukan Dia? Siapa yang membolak-balikan hati, kalau bukan Dia juga? Maka, jangan hanya bisa bilang 'I Love You' but you have to say 'Anna Uhubikka Fillah' (aku mencintaimu karena Allah). Allah sedang mempersiapkan seseorang untuk bisa menjagamu, untuk bisa membimbingmu, untuk bisa menguatkanmu hingga ke Jannah-Nya. 

Kalau kau berjodoh dengan seseorang yang namanya selalu kau sebut tiap hari di dalam doa-doamu, maka memang Allah sudah menuliskan dia untukmu. Kalau bukan, jangan bersedih hati, sejatinya Allah sedang mempersiapkan seseorang yang paling dan sangat spesial untukmu di kemudian hari. Percaya kan? Harus percaya, karena Allah itu baaaaaiiiikk banget sama hamba-Nya, sekalipun kita suka menjauh dari-Nya.

Saya pernah mendengar dari salah seorang teman saya, sebut saja ia bernama Inayah. Jika kau tahu, perjuangan untuk meraih cinta untuk mendapatkan dia cukup lika liku. Allah benar-benar masih menyayanginya, why? Because He choose someone, who's better to herself. Ada hikmah di setiap permasalahan, bahkan kau tahu, siapa yang memberi kita sebuah masalah jika bukan Dia Yang Maha Hidup? Allah masih sayaaaaang banget sama diri kita, makanya kita dikasih masalah supaya kita bisa dekat dengan-Nya.

So, let me to telling you about that story...

Teman saya ini sudah putus dengan pacarnya, Dia mah maunya pasrah aja. Menurutnya, 'kalau gue jodoh sama dia, gue bakalan balik lagi kok sama dia' someday, she said so... Dalam perjalanan menuju cinta-Nya, bisa jadi dia memiliki banyak pilihan, bahkan dia pernah sempat dilamar seseorang yang 'ngebet nikah'. Padahal sejatinya menikah adalah bukan tentang tepat waktu, tapi ada waktu yang tepat di mana Allah yang mengatur semuanya itu, so keep calm because Allah is prepared your time to married. Singkat cerita, dia dihantui rasa keraguan apakah laki-laki yang melamarnya ini adalah laki-laki yang memang dipilihkan oleh Allah untuknya?

Kau tahu, ada doa-doa yang namanya ia sebut setiap kali ia melaksanakan sholat. Bahkan, di saat ia merasa bimbang kekuatan Allah luar biasa karena Ia datangkan seseorang di masa lalunya untuk menjadi pilihan hidupnya. Inayah bercerita, bahwa ia bermimpi bertemu mantannya dan menikah dengannya. Satu hal, ketika kita istikharoh jika seseorang itu muncul di dalam mimpi berarti itu adalah sebuah jawaban, bukankah demikian? Tapi buat saya, kembali ke hati kita masing-masing. Allah yang menguatkan hati kita apakah pilihan kita benar-benar dia atau bukan. Atau bisa jadi, Allah menunjukkan sifat-sifat dia yang memang tidak selayaknya menjadi pendamping kita sebelum kita menikah dengannya. Bukankah, ibadang paling lama itu adalah berumah tangga?

Nah, ini juga terjadi pada teman saya yang dilamar oleh seseorang. Allah Maha Baik karena, Allah menunjukkan dia sikap yang tidak sepantasnya. "Lo bayangin, kalau itu terjadi sama gue? Dia mau nikah karena dia mau bayar hutang-hutangnya", katanya. Rupanya, persepsi 'Allah akan memberikan kekayaan setelah menikah' disalah artikan oleh beberapa orang. Astaghfirullohaladzim... Dear, memang benar Allah akan memberikan rezeki-Nya bagi orang yang telah menikah, dan itu fakta bukan ekspektasi. Tapi please, rezeki itu datang dari Allah, kita yang berikhtiar. Kalau kita tidak ikhtiar mencari rezeki, bagaimana Allah akan mendatangkan rezekinya ke kita coba? Balik lagi yaa ke niat, menikah dan mencintai itu karena Allah bukan karena urusan duniawi saja. Sama mungkin yaa seperti jodoh (eh)... Kata orang, kalau mau bertemu jodoh, harus bisa membuka hati dengan orang lain dan paling penting adalah pasti ada jalan, pasti banget ada jalan untuk bertemu dengan jodohnya... Eeaaa...

If you know, that the ending of her love's story is... Dia menikah dengan mantannya yang dia selalu sebut namanya dalam doa-doanya. Memasrahkan segala kehendak pada-Nya adalah sebuah jalan untuk mencapai Ridho-Nya. Asalkan kita terus yakin pada-Nya, jangan pernah lelah untuk terus berdoa yaa, dear...

Dear, carilah pasangan yang bisa membuatmu mencintai Allah lebih lagi, yang mampu merindukan-Nya terus lagi, yang mampu membimbingmu menuju Jannah-Nya, yang selalu menjadi penyemangatmu ketika dirimu merasa futur, yang paling penting bisa menjadi pemimpin keluargamu mencapai Ahlul Jannah. Masalah yang lain itu nomor kesekian, karena kalau mencintainya karena Allah pasti dah apapun dalam kehidupan kita akan manjadi keberkahan tersendiri. ((Ini menurut cerita dari orang-orang yaaa.. saya sendiri kan belum pernah merasakan. Mohon didoakan yaaa dear)) :)

Sejatinya pernikahan itu adalah sebuah keberkahan, karena jika kita melaksanakannya maka tuntas sudah tugas seorang ayah terhadap anak perempuannya, namun sebuah kehidupan baru bagi si pasangan karena harus berjuang dan berfikir bagaimana membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah wa rohmah? Maka, pernikahan itu akan diridhoi di waktu yang tepat yang akan Allah tunjukkan padamu suatu saat nanti. Doa-doamu akan dikabulkan seiring perjalanannya waktu, karena jodoh akan bertemu di pelaminan (inshaAllah) atau jodoh akan dipertemukan kelak di surganya Allah (Aamiin Allohumman Aamiin)... :)


Berdoalah jika dia yang terbaik untukmu, minta sama Allah didekatkan ke dalam ikatan penuh rahmah, jika bukan maka, "Allah sudah menyimpan seseorang yang teramat khusus untuk kamu atau Allah sedang menyuruhmu untuk memantaskan diri supaya dia yang istimewa tidak kecewa padamu, dia yang istimewa merasa sangat berarti memilikimu. Karena pasanganmu adalah cerminan dirimu, jadilah yang terbaik untuk dirinya menuju jannah-Nya bersama-sama. Pencarianmu telah berakhir dengan indah, karena mencintai karena Allah itu adalah hal teromantis yang dirasakan"



-vidahasan-

Share:

14 June 2018

Sepotong Roti

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh


Dear friends, I just wanna write about something that make my heart hurt. I just remember about the people in other world, just realized how did they this Ramadhan?

Pagi itu, ketika sahur saya memakan selembar roti tawar yang memang menjadi menu andalan saya selama saya puasa. Bahkan, biasanya saya lebih memilih untuk meminum air putih saja ketika akan berpuasa Senin-Kamis (misalnya). Ini bukan bermaksud ingin riya' saya hanya ingin bercerita bahwasanya rasa syukur itu perlu sekali kita rasakan. Why? because Allah gave us everything, what we need! Do you believe it, don't you?

Sekilas, diri saya yang dulu selalu acuh sama lingkungan bahkan pernah memandang sebelah mata dengan teman-teman yang melakukan aksi di jalan raya mendukung kemerdekaan negara muslim yang sedang berjuang saat ini, menjadi tersadar. Ada rasa haru, iri, bahkan kecewa dengan diri sendiri kenapa saya tidak bisa melakukan hal demikian saat dulu. Memang ya, penyesalan itu datang selalu pada akhirnya. Allah itu Maha Baik banget, super duper baik banget. saking Allah baik banget sama kita, kalau kita nggak nyamperin, Dia cari-cari, nanya sama malaikat "Ya Malaikat, tumben nih si Fulan nggak dateng? Lagi ngapain dia? Oh, dia sedang bersenang-senang dengan teman-temannya". Ya Allah.... Di saat hamba-Nya lupa aja, Dia slalu ingat hamba-Nya.

Di penghujung Ramadan ini, membuat saya lebih banyaaaaak sekali menginstropeksi diri saya. Dari hal apapun termasuk makanan. "Vid, lagi diet? Kok makannya cuman roti?" Bukan, saya hanya sedang belajar untuk slalu bersyukur dengan yang ada di depan saya. Adanya roti, maka makanlah dengan enak roti tersebut, adanya air putih, maka minumlah saya seteguk dua teguk air putih. Belajar dari Rasululloh Sallahu'alaihi Wassalam, jika adanya kurma maka makanlah ia dengan kurma, jika hanya ada air maka minumlah ia seteguk air.

Kebiasaan diri kita, jika berbuka banyaaaak sekali menu terhidang di atas meja. Entah pada akhirnya makanan tersebut habis atau tidak itu urusan belakangan, penting adalah masalah perut dan nafsu yang menjadikannya bertubi-tubi dalam diri kita. Jika diliat saudara-saudara muslim kita di Palestina, Suriah, Myanmar, Afganistan, Afrika, apa kabar mereka? Dengan kondisi perang, nyamankan mereka berbuka dan makan sahur dengan diiringi alunan musik yang setiap waktu akan mempertaruhkan keselamatan mereka? Nyamankah mereka dengan kondisi tidak ada air ketika tanah mereka kekeringan? Nyamankah mereka dengan kondisi tidak memiliki tempat tinggal karena telah diusir dari negaranya sendiri?

Dear, belajar untuk bisa membuat porsi diri lebih baik lagi. Kalau sekiranya tidak akan memakannya, maka tak perlu dibeli atau jika memang berniat memakan, maka makanlah dengan nikmat. Allah itu menganugerahi kita rezeki yang begitu melimpah. Tinggal bagaimana diri kita memanfaatkan rezeki yang sudah diberi oleh Allah dibandingkan saudara-saudara muslim kita yang sedang berjuang memerdekakan kebebasannya yang diri kita hanya bisa membantu dari kejauhan atau hanya mengirimkan sebuah doa yang terlantun dari ucapan kita.

Ya Allah, jika saja saya bisa membantu menuju ke tempat kejadian perkara langsung maka ridhoi perjalanan saya ya Allah untuk bertemu dengan saudara-saudara muslim saya di sana, untuk memberi manfaat meskipun itu hanya sebesar biji kurma. Setidaknya, melihat mereka tersenyum adalah sebuah kebahagiaan yang hakiki.

"Ya Allah muliakanlah Islam dan orang Islam! Ya Allah, hinakan syirik dan musyrikin. Ya Allah tolonglah saudara-saudara yang muslim dan mujahidin dan golongan-golongan lemah di Palestina, Irak, Lubnan dan di semua tempat dan di semua masa" 

pic by mbak @benefiko


Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh


Share: