19 August 2013

The Journey #1

Semesta tau apa yang sedang aku pikirkan. Menuju hari H rasa khawatir dan takut pun terkadang justru terbayang-bayang. Entah apa yang akan terjadi di masa depan aku pun belum mengetahuinya dengan pasti. Namun, ini sudah jalan dan pilihanku sendiri. Melangkahkan kaki di negeri yang tak pernah tahu seperti apa, menginjakkan kaki di negeri yang selama ini aku belajar bahasa, budaya dan mendengar dari cerita dosen/ guru. Mereka selalu saja menggebu-gebu bercerita tentang negeri yang dulunya menjadi  negeri sang diktator dunia "Adolf Hitler."

Gak kebayang aku yang masih merasa bahasa Jermannya pas-pasan, yang masih merasa bahasa Jermanku sangatlah kurang dibandingkan teman-teman yang lain, bisa terbang menuju negeri Panser itu. Awalnya aku slalu berfikir that's impossible for me, aku pasti gak bakal bisa menuju ke sana. Tapi untungnya salah seorang teman mengatakan, ketika tekad kita mampu dan yakin dengan pilihan kita, insyaAllah pasti selalu ada jalan untuk mencapai impian itu. Then, see it? Dengan hanya berbekal kemampuan bahasa Jerman yang pas-pasan, lulus dengan hanya IPK kurang dari 3 (2.91) akhirnya pun besok aku merasakan terbang ke negeri yang letaknya di benua Eropa itu.

Yep! Deutschland! Senang, sedih, duh suka cita itu semua ada. Itu negeri impian, negeri yang sejak aku duduk di bangku sekolah menengah ingin sekali aku datangi. Mungkin jika aku mengatakan ini sama orang-orang, kenapa gak ke Mekkah aja? Iya juga pengen banget ke sana, tapi kan planning orang beda-beda, mereka punya tujuan masing-masing. Bisa jadi kan, besok pas aku pulang dari Deutschland malah justru mampirnya ke rumah Allah yang indah itu? Aamiin Allahumma Aamiin ya Allah. Jika Allah mengijinkan aku, aku malah justru kepingin banget memboyong sekalian ayah, ibu, dan kedua adikku untuk terbang ke sana. InsyaAllah aamiin.

Sedihnya pastinya ada, tinggal satu tahun bareng sama keluarga yang sama sekali belum kita kenal, yang baru kita kenal cuma via email, via skype dan benar-benar belum pernah sama sekali bertatap muka itu kadang rasanya awkward banget kan? Tapi, mudah-mudahan mereka baik sama aku, sama baiknya seperti ayah ibu dan adikku, sama berasannya biar aku merasa mereka juga keluarga (baru) ku. Biar aku merasa ada yang melindungiku selalu di negeri orang. Kalo aku di Indonesia, setidaknya ayah ibu masih bisa memantauku, masih bisa menelfonku sesuka mereka, tapi ini sudah beda negara, sudah beda kode telefon dan macem-macem, justru mereka malah melepas aku pergi untuk mencari sebuah pengalaman yang bagiku sangatlah luar biasa ini.

Aku tau, ayah ibu pasti slalu mendoakanku tanpa aku suruh, karena ketulusan dari doa merekalah yang pada akhirnya membawaku menjadi seperti sekarang ini. Keikhlasan dari doa-doa merekalah yang (semoga) membawaku menjadi pribadi yang kuat dan tangguh untuk melaksanakan perjalanan ini. Ini bukan main-main karena ini menuntut ilmu yang akan sangat luar biasa berharganya untuk ke depannya insyaAllah. Begitulah mereka mengatakannya padaku. Manfaatkanlah waktu baikmu sebaik-baik mungkin, jangan pernah meninggalkan kesempatan yang sudah kamu capai. Begitu beliau-beliau berpesan padaku.

Nak, semoga kamu barokah sukses ke depannya bisa bawa mama sama bapak terbang juga ke sana (umroh), jadi biar tidak vida saja yang merasakan terbang menggunakan pesawat. Biaya ini sudah sangat besar, jadi tolong jangan mengecewakan bapak sama mama. Jaga diri baik-baik di sana, vida itu seorang wanita, jadi jaga harta yang paling berharga dari seorang wanita. Di sana bukan seperti di Indonesia yang bisa bapak sama mama pantau setiap hari, jadi vida harus bisa benar-benar jaga diri. Dan satu lagi, jangan melakukan kebiasaan-kebiasaan seperti di rumah. Berubahlah sikap dan kebiasaannya. *pesan bapak ibu kepadaku*

Banyak hal yang perlu kamu ketahui, beginilah kehidupan yang benar-benar kehidupan. Dan yang berhak atas impianmu adalah kamu sendiri, bukan ayah atau ibumu. Meskipun mereka adalah orang tua kita, yang merawat kita, tapi justru karna dukungan dari merekalah impian ini bisa menjadi nyata. Impian itu semua ada di tangan kita masing-masing, tinggal bagaimana kita tetap memegang apa yang ingin kita raih. Dan yang paling paling paling penting adalah, jika kamu sudah memperoleh impianmua bertanggung jawablah dengan impian yang sudah kamu pilih. Itu kan sudah pilihanmu, jadi apa yang kamu pilih, itu jadi tanggung jawabmu sendiri dan jangan sampai mengecewakan ayah ibu kita. Semoga aku bisa demikian. Aamiin

Perjalananku belum berujung, karena ini baru akan dimulai. Rasanya nano-nano karna harus meninggalkan rumah yang begitu seperti "istana" ini dan jauh juga dari ayah ibu yang selama ini slalu merawat dan menasehati kita. Begitulah...

Mama, Bapak, Mirza, Aghiel, Simbah baik-baik ya di rumah. Sehat-sehat teruuuusss, jadi biar vida bisa didoain tiap hari. Semoga doanya dijabanin sama Allah SWT, dan pokoknya kalian semua yang di rumah selalu dalam lindunganNya.. I'm gonna miss youuuu mom, dad, broh, grandmaaaaa :*

Semoga perjalanan hidup kita semua menyenangkan :')

Vida Hasan~~
Share:

0 comments: