22 June 2018

Kerja Sosial di Jerman (1)

Hali Halo Liebe Leute...


Tulisan ini sebenarnya adalah tulisan lanjutan di label tentang Kerja Sosial di Jerman. Nah, kalau ada yang belum baca, sok manggaaa dipersilahkan untuk membacanya. Tulisan ini lebih ke menjawab pertanyaan beberapa teman yang penasaran dengan saya, "Vida, dulu emang kamu ngapain sih di Jerman?" Biar nggak penasara, saya tulis dulu yaa tentang kerja sosial di rumah untuk tuna grahita dan bagaimana menjalani kehidupan bersama mereka. :) 

Enjoy the story...

Jadi, setelah ikutan jejak para senior jurusan dengan program Aupair (kapan-kapan akan saya jelaskan tentang Aupair yaa) di Jerman, saya melanjutkan kembali dengan program yang lebih seru dan menantang. Nama programnya adalah Freiwilliges Soziales Jahr, dalam bahasa Indonesianya disebut Kerja Sosial Tahunan. Kenapa tahunan? Karena kami diberi kesempatan maksimal 1,5 tahun untuk merasakan sebagai volunteer di Jerman. Kalau sebelumnya sudah dijelaskan yaa tempat-tempat yang bisa untuk dijadikan sebagai FSJ (singkatnya). FSJ bisa dilakukan dalam berbagai bidang, bisa sosial (panti jompo, panti rehabilitasi, sekolah khusus, atau tempat lain), bidang kesehatan (rumah sakit, praktek dokter), atau bisa di bidang hiburan seperti museum, pelayanan dan masih banyak lagi. Tapi eh tapi, saya akan lebih menceritakan tentang pengalaman saya sebagai FSJ di rumah untuk disability human in Mannheim.

Saya mulai kerja pada tanggal 1 September 2014. Sehari sebelumnya, saya akhirnya move dari kota Frankfurt menuju kota Mannheim. Alhamdulillah, tempat saya mengabdi selama setahun ke depan ini menfasilitasi saya sebuah ruang di rumah susun (saya menyebutnya Wohnung). Ruangannya cukup besar, memiliki kamar mandi+toilet dan dapur. Tidak perlu khawatir untuk peralatan memasak sudah mereka siapkan untuk kehidupan kita mendatang. Di 3 bulan pertama saya tinggal berdua bersama dengan seorang teman, setelah itu saya pindah kamar di lantai 5 yang pemandangannya MashaAllah, bisa dinikmati jika saya lelah setelah pulang kerja.



Hari Pertama.

Kami berkenalan dengan beberapa orang yang juga mengikuti program yang sama. Jadi, kita tidak akan menjadi anak bawang sendirian, karena ada beberapa teman-teman yang lain yang juga baru sama seperti kita. Tempat kerja sosial saya, bernama Werner Huelstrunk Haus (http://www.reha-suedwest.de/whh-ma/) boleh dikepoin situsnya, tapi menggunakan bahasa Jerman yaa heheh.. Di WHH (singkatnya) ada 3 lantai yang setiap lantai memiliki penghuni yang unik-unik dan menarik untuk didampingi. Kami, diperkenalkan dengan seluruh pegawai di WHH beserta penghuninya. Oh iya, saya tidak akan menceritakan panjang lebar di hari pertama sampai hari terakhir saya bekerja yaa :D takut nanti bisa jadi web drama stroy huehehehe

Setiap lantai dari lantai 1 sampai 3 ada 10 penghuni. Jadi total dalam satu rumah ada 30 penghuni. Untuk pekerjanya, setiap lantai memiliki 4 orang profesional, 1 Azubi (pelajar), dan 1-2 FSJ. Jadi, total setiap lantai memiliki 7 pegawai. Untuk FSJ dan Azubi punya mentor masing-masing. Jadi, kalau ada apa-apa mentor tersebut yang akan bertanggung jawab untuk FSJ atau Azubinya. Tugas mentor biasanya mengarahkan kita sebagai pegawai baru untuk melakukan hal-hal yang baik sebelum menangani si penghuni. Tapi buat saya, seluruh 4 pegawai profi merupakan mentor saya, karena saya mengambil hal-hal baik yang mereka lakukan. :)

Tugasnya ngapain aja sih kalau di sana? 

Di 3-7 hari pertama saya hanya bisa menyaksikan para senior saya melakukan banyak hal untuk para penghuni (kami sebut penghuni panti aja yaa) :) Nah, untuk tugas karena masih jadi FSJ dan bukan profesional semacam senior lainnya, saya hanya melakukan hal-hal yang bisa dilakukan dan mudah. Contohnya seperti memandikan mereka, membersihkan kotoran mereka, membangungkan mereka, menyiapkan makan, mendampingi mereka bermain, jalan-jalan keliling tempat kerja atau ke kota, menyiapkan segala sesuatu kalau mereka akan liburan, yang penting spending time sama mereka. 

Tugas yang buat saya berat adalah memandikan mereka, karena untuk memandikan orang-orang ini butuh kekuatan dan kefokusan. Kekuatan biasanya digunakan untuk menggendong, jadi memindahkan dari kursi ke kasur, lalu kasur ke kursi mandi, dan begitu seterusnya atau biasanya kami menggunakan alat bantu yang disebut lifter untuk mengangkat penghuni yang badannya cukup besar dari saya. Tapi, dari 10 penghuni di lantai tempat saya kerja, saya tidak boleh menangani 3 orang penghuni khusus. Mereka memiliki kelainan pada syaraf mereka yang biasa disebut dengan epilepsi. Kata para mentor, "Vida, du darfst nicht mit denen, weil die Epilepsi haben. Ich hab Angst wenn, sie Unfall bekommen" (Vida, kamu tidak boleh menangani mereka ya, karena mereka punya epilepsi, takut terjadi apa-apa). 

Di awal saya tidak boleh menangani 3 pasien khusus, tapi di 4 bulan terakhir saya menangani salah satu penghuni yang memiliki epilepsi. Hanya saja, saya harus hati-hati karena saya harus benar-benar memperhatikannya jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Hanya sekali-dua kali saja menanganinya, tidak terlalu sering menangani salah satu ini. (Maaf yaa... nama akan saya samarkan, karena memang orang Jerman sangat menjaga privasi sekali termasuk nama mereka).

Untuk obat, FSJ tidak diizinkan untuk memberi obat langsung ke penghuni. Jadi, yang memberi obat secara khusus adalah para mentor atau Azubi. Katanya, "das ist nicht dein Job. Wenn du Azubi bist, dann kannst du machen" (ini bukan tugasmu, nanti kalau kamu kamu seorang pelajar baru deh kamu coba kasih mereka obat). 

Masing-masing penghuni memiliki kebutuhan masing-masing yaa.. Kalau di lantai 3 ada 6 penghuni yang menggunakan total kursi roda. But they can doing for theirself. Kita nggak perlu mendorong terus-terusan, karena ada beberapa penghuni yang bisa mengendarai kursi rodanya sendiri. Sisanya 4 orang, mereka bisa berjalan dengan kaki mereka hanya kita perlu memapahnya saja pelan-pelan kalau mereka terlalu cepat berjalan :)

This job can make me feel understand about humanity, the person that we think 'they can't doing anything', is special human with their personality. Mereka bisa kok melakukan hal-hal yang biasa kita lakukan, asalkan kita bisa menempatkan diri kita di sisi mereka dan menjadi percontohan yang baik buat mereka. Bukan mereka yang belajar dari saya, justru saya belajar banyak hal dari mereka, seperti rasa syukur. Betapapun kekurangannya mereka, mereka tetap menikmati kehidupan mereka sendiri. Jika ada yang bilang "yaiyalah, kan mau nggak mau" hmmm... Just think on yourself, dear. Allah benar-benar Maha Adil, di saat hamba-Nya dirasa tak memiliki apapun tapi Dia tahu kok kita memiliki kemampuan. Bahkan, kita mampu loh atas izin dan kekuatan dari-Nya :)

Emang dulu udah pernah punya pengalaman menangani orang-orang tersebut? Nggak takut gitu?

Terkadang, kita melakukan sesuai dengan kemampuan kita saja. Kalau bisa yauda ngelakuinnya itu aja terus sampai kita bosan melakukannya. Nah, kalau FSJ di Jerman ini buat saya adalah sebuah ajang untuk mencari jati diri. Kita mau kemana sih sebenernya? Makanya FSJ ada di Jerman, sebagai batu loncatan supaya anak-anak muda bisa lebih peka dengan kondisi sosialnya, ikut merasakan bekerja setelah lulus SMA, makanya di sana kalau sudah berumur 18 tahun diharuskan untuk bisa mandiri bahkan kudu nyobain aboard ke tempat lain. Bahasa kerennya, lu kalau nggak keluar rumah, kuper banget! hehe

Saya tidak memiliki basic sama sekali untuk menangani orang-orang demikian, istilah learning by doing itu berlaku banget di Jerman. Kita belajar sambil melakukannya, bukan hanya belajar terus-terusan secara teori, tapi ketika masuk ke prakteknya hasilnya nol besar. Makanya nih, di awal saya pun sempat ragu, "kira-kira bisa nggak yaaa" dan alhamdulillaaaaah... dapet mentor-mentor yang super kece di tempat kerja. Ada apa-apa langsung tanggap bahkan bisa dibilang saya merasakan kekompakan di lantai tempat saya kerja. Mereka memaklumi, apalagi saya baru dan bukan warga Jerman asli. Mereka respect sekalipun saya mengenakan kerudung. Penghuni ini berusia sekitar 23-60 tahun (saat itu), mungkin sekarang sudah lebih dari itu.

Kalau takut, pastilah takut.. namanya juga for the first time banget menangani orang-orang demikian. Setelah nyoba dan bisa dalam waktu kurang lebih seminggu akhirnya nagiiih dan berasa berharga bangeeet bantuin mereka hehe.. Takutnya karena nggak bisa menanganinya, grogi dan salah memahami, menanggapi mereka setiap penghuni. Apalagi, ada penghuni yang kalau kita berbicara harus dengan suara agak keras supaya dengar, ada yang harus menggunakan bahasa isyarat, ada yang harus pelan-pelan supaya mereka paham bahasa bibir kita, ada yang ngoceh terus mau didengerin, ada yang moody abiiiss.. Ada banyak setiap karakter di dalam diri mereka. MashaAllah.... Saya belajar banyak hal tentang karakter orang-orang demikian :)

Oh iya, sebagai anak FSJ nih kita juga dapet fasilitas seminar selama 25 hari selama setahun. Di cerita selanjutnya yaa saya ceritakan tentang seminar dan ngapain aja selama di seminar :) Jadi, kita juga nggak akan butaaa banget deh masalah psikologis atau teknis karena berkat seminar tersebut :)

Vid, itu kan menangani dewasa ya? Kalau laki-laki dewasa kamu masih menanganinya?

Hehe... Namanya tugas dan sudah signing kontrak berarti kudu siap melakukan apapun. Ya Allah, sebenarnya nggak boleh, tapi sungguhlah saya berniaaaat banget untuk membantu orang-orang ini. Berniat dalam kebaikan, semoga Allah mengampuni saya karena saya balik lagi berfikir, kalau tidak ada orang-orang ini apa yang akan mereka lakukan? Kalau tidak ada profesi demikian, bagaimana kehidupan mereka di masa mendatang? Bagaimana mereka mandi, buang air, makan, dan segala macamnya? Tapi kan bisa ambil yang perempuan ajaaa... Justru di lantai saya kebanyakan laki-lakinya. Dan diharapkan nggak pilih-pilih penghuni yang mau ditangani. Kalau siap bekerja di sana, berarti harus siap dengan segala kondisi apapun. Itu pendapat saya saat itu. Karena untuk mencari yang spesialis anak-anak agak susah dan memang jarang di daerah wilayah Baden Wuerttemberg, mungkin harus ke wilayah Jerman bagian utara dulu yang banyak menerima khususnya untuk yang berkerudung. Kalau saya meyakini, lakukanlah hal baik meski sulit. Semoga Allah meridhoi apa yang saya lakukan.. wallahua'lam bis showab :)

Di Jerman sendiri, adanya organisasi demikian untuk membantu jaminan mereka ke depannya. Mereka sudah mendapat uang saku dan fasilitas dari pemerintah, tujuannya adalah jika orang tua mereka sudah tidak mampu merawat mereka dengan kondisi demikian, lalu siapa lagi yang akan merawat kalau bukan orang-orang yang sudah ahli tersebut? Kereeen yaaa... Karena orang-orang ini pun harus menempuh sekolah dulu untuk bisa merawat para penghuni tersebut. Coba kita? Kelabakan karena tidak terbiasa menangani mereka, takut mereka brutalah, takut mereka memukul kitalah, no, dont judge a book by a cover! Cuman praduga kita aja, karena sebenarnya mereka tidak demikian.

Mereka hanya butuh perhatian kita aja, tapi jangan terlalu terlena diperhatikan supaya mereka dapat belajar mandiri melakukan beberapa kegiatan yang memang harusnya bisa mereka lakukan sendiri. Contohnya, di lantai tempat saya penghuninya masih bisa diajak kerja sama. Misal, si A bertugas meletakkan peralatan makan setelahnya di tempat cuci, si B membantu menyiapkan lap atau meletakkan makanan yang sudah disiapkan ke meja makan, si C memasukkan peralatan makan ke Spullmachine (alat cuci piring), atau bisa jadi si D membantu menyapu lantai, dan lain sebagainya. Jadi, ditekankan supaya saling bekerja sama satu sama lain. Keceee kan meskipun dengan kekurangan mereka masing-masing...

satu sudut asik di tempat kerja (maafin yaa kalau nggak sopan) heheh :)


---

Di cerita selanjutnya akan saya jelaskan tentang jadwal kerja, libur, dan cuti yaa dear. Supaya nggak penasaran bagaimana dunia kerja di Jerman sendiri masalah waktu kerja, dan liburnya. but by the way anyway busway, ini disebabkan pada suka bilang "Vida kayaknya jalan-jalan teruuuus deeh tiap Minggu" ah, belum tau aja di balik layarnya kaya gimana :D

-vidahasan-


Share:

20 June 2018

Mencintaimu Karena Allah

Dear Friends,

jadi, mohoooon maaaf sekali jika kau membaca tulisan ini dengan baper. Yang nulis aja bisa baper, (semoga) yang baca jangan sampai baper bacanya karena masalah jodoh yaaaa... hehehh

Kenapa tiba-tiba saya menuliskan permasalah jodoh di blog? Mungkin, karena bagi kebanyakan orang terutama para single-Lillah topik yang paling dan sangat paling populer adalah tentang jodoh. "Hey Jodoh, where are you? I just waiting for you, here for you" Masih menunggu aja nih? Titiknya belum muncul-muncul juga? Keep Calm and stay be with single-Lillah, jangan sampai kendor dikarenakan jodohnya belum nampak juga. :)

Dear you, someday if you are falling in love, you have to be brave on yourself dear. Karena kau tahu, sejatinya rasa cinta itu didatangkan dari Allah dan untuk Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Siapa yang memberi kita rasa kalau bukan Dia? Siapa yang membolak-balikan hati, kalau bukan Dia juga? Maka, jangan hanya bisa bilang 'I Love You' but you have to say 'Anna Uhubikka Fillah' (aku mencintaimu karena Allah). Allah sedang mempersiapkan seseorang untuk bisa menjagamu, untuk bisa membimbingmu, untuk bisa menguatkanmu hingga ke Jannah-Nya. 

Kalau kau berjodoh dengan seseorang yang namanya selalu kau sebut tiap hari di dalam doa-doamu, maka memang Allah sudah menuliskan dia untukmu. Kalau bukan, jangan bersedih hati, sejatinya Allah sedang mempersiapkan seseorang yang paling dan sangat spesial untukmu di kemudian hari. Percaya kan? Harus percaya, karena Allah itu baaaaaiiiikk banget sama hamba-Nya, sekalipun kita suka menjauh dari-Nya.

Saya pernah mendengar dari salah seorang teman saya, sebut saja ia bernama Inayah. Jika kau tahu, perjuangan untuk meraih cinta untuk mendapatkan dia cukup lika liku. Allah benar-benar masih menyayanginya, why? Because He choose someone, who's better to herself. Ada hikmah di setiap permasalahan, bahkan kau tahu, siapa yang memberi kita sebuah masalah jika bukan Dia Yang Maha Hidup? Allah masih sayaaaaang banget sama diri kita, makanya kita dikasih masalah supaya kita bisa dekat dengan-Nya.

So, let me to telling you about that story...

Teman saya ini sudah putus dengan pacarnya, Dia mah maunya pasrah aja. Menurutnya, 'kalau gue jodoh sama dia, gue bakalan balik lagi kok sama dia' someday, she said so... Dalam perjalanan menuju cinta-Nya, bisa jadi dia memiliki banyak pilihan, bahkan dia pernah sempat dilamar seseorang yang 'ngebet nikah'. Padahal sejatinya menikah adalah bukan tentang tepat waktu, tapi ada waktu yang tepat di mana Allah yang mengatur semuanya itu, so keep calm because Allah is prepared your time to married. Singkat cerita, dia dihantui rasa keraguan apakah laki-laki yang melamarnya ini adalah laki-laki yang memang dipilihkan oleh Allah untuknya?

Kau tahu, ada doa-doa yang namanya ia sebut setiap kali ia melaksanakan sholat. Bahkan, di saat ia merasa bimbang kekuatan Allah luar biasa karena Ia datangkan seseorang di masa lalunya untuk menjadi pilihan hidupnya. Inayah bercerita, bahwa ia bermimpi bertemu mantannya dan menikah dengannya. Satu hal, ketika kita istikharoh jika seseorang itu muncul di dalam mimpi berarti itu adalah sebuah jawaban, bukankah demikian? Tapi buat saya, kembali ke hati kita masing-masing. Allah yang menguatkan hati kita apakah pilihan kita benar-benar dia atau bukan. Atau bisa jadi, Allah menunjukkan sifat-sifat dia yang memang tidak selayaknya menjadi pendamping kita sebelum kita menikah dengannya. Bukankah, ibadang paling lama itu adalah berumah tangga?

Nah, ini juga terjadi pada teman saya yang dilamar oleh seseorang. Allah Maha Baik karena, Allah menunjukkan dia sikap yang tidak sepantasnya. "Lo bayangin, kalau itu terjadi sama gue? Dia mau nikah karena dia mau bayar hutang-hutangnya", katanya. Rupanya, persepsi 'Allah akan memberikan kekayaan setelah menikah' disalah artikan oleh beberapa orang. Astaghfirullohaladzim... Dear, memang benar Allah akan memberikan rezeki-Nya bagi orang yang telah menikah, dan itu fakta bukan ekspektasi. Tapi please, rezeki itu datang dari Allah, kita yang berikhtiar. Kalau kita tidak ikhtiar mencari rezeki, bagaimana Allah akan mendatangkan rezekinya ke kita coba? Balik lagi yaa ke niat, menikah dan mencintai itu karena Allah bukan karena urusan duniawi saja. Sama mungkin yaa seperti jodoh (eh)... Kata orang, kalau mau bertemu jodoh, harus bisa membuka hati dengan orang lain dan paling penting adalah pasti ada jalan, pasti banget ada jalan untuk bertemu dengan jodohnya... Eeaaa...

If you know, that the ending of her love's story is... Dia menikah dengan mantannya yang dia selalu sebut namanya dalam doa-doanya. Memasrahkan segala kehendak pada-Nya adalah sebuah jalan untuk mencapai Ridho-Nya. Asalkan kita terus yakin pada-Nya, jangan pernah lelah untuk terus berdoa yaa, dear...

Dear, carilah pasangan yang bisa membuatmu mencintai Allah lebih lagi, yang mampu merindukan-Nya terus lagi, yang mampu membimbingmu menuju Jannah-Nya, yang selalu menjadi penyemangatmu ketika dirimu merasa futur, yang paling penting bisa menjadi pemimpin keluargamu mencapai Ahlul Jannah. Masalah yang lain itu nomor kesekian, karena kalau mencintainya karena Allah pasti dah apapun dalam kehidupan kita akan manjadi keberkahan tersendiri. ((Ini menurut cerita dari orang-orang yaaa.. saya sendiri kan belum pernah merasakan. Mohon didoakan yaaa dear)) :)

Sejatinya pernikahan itu adalah sebuah keberkahan, karena jika kita melaksanakannya maka tuntas sudah tugas seorang ayah terhadap anak perempuannya, namun sebuah kehidupan baru bagi si pasangan karena harus berjuang dan berfikir bagaimana membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah wa rohmah? Maka, pernikahan itu akan diridhoi di waktu yang tepat yang akan Allah tunjukkan padamu suatu saat nanti. Doa-doamu akan dikabulkan seiring perjalanannya waktu, karena jodoh akan bertemu di pelaminan (inshaAllah) atau jodoh akan dipertemukan kelak di surganya Allah (Aamiin Allohumman Aamiin)... :)


Berdoalah jika dia yang terbaik untukmu, minta sama Allah didekatkan ke dalam ikatan penuh rahmah, jika bukan maka, "Allah sudah menyimpan seseorang yang teramat khusus untuk kamu atau Allah sedang menyuruhmu untuk memantaskan diri supaya dia yang istimewa tidak kecewa padamu, dia yang istimewa merasa sangat berarti memilikimu. Karena pasanganmu adalah cerminan dirimu, jadilah yang terbaik untuk dirinya menuju jannah-Nya bersama-sama. Pencarianmu telah berakhir dengan indah, karena mencintai karena Allah itu adalah hal teromantis yang dirasakan"



-vidahasan-

Share:

14 June 2018

Sepotong Roti

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh


Dear friends, I just wanna write about something that make my heart hurt. I just remember about the people in other world, just realized how did they this Ramadhan?

Pagi itu, ketika sahur saya memakan selembar roti tawar yang memang menjadi menu andalan saya selama saya puasa. Bahkan, biasanya saya lebih memilih untuk meminum air putih saja ketika akan berpuasa Senin-Kamis (misalnya). Ini bukan bermaksud ingin riya' saya hanya ingin bercerita bahwasanya rasa syukur itu perlu sekali kita rasakan. Why? because Allah gave us everything, what we need! Do you believe it, don't you?

Sekilas, diri saya yang dulu selalu acuh sama lingkungan bahkan pernah memandang sebelah mata dengan teman-teman yang melakukan aksi di jalan raya mendukung kemerdekaan negara muslim yang sedang berjuang saat ini, menjadi tersadar. Ada rasa haru, iri, bahkan kecewa dengan diri sendiri kenapa saya tidak bisa melakukan hal demikian saat dulu. Memang ya, penyesalan itu datang selalu pada akhirnya. Allah itu Maha Baik banget, super duper baik banget. saking Allah baik banget sama kita, kalau kita nggak nyamperin, Dia cari-cari, nanya sama malaikat "Ya Malaikat, tumben nih si Fulan nggak dateng? Lagi ngapain dia? Oh, dia sedang bersenang-senang dengan teman-temannya". Ya Allah.... Di saat hamba-Nya lupa aja, Dia slalu ingat hamba-Nya.

Di penghujung Ramadan ini, membuat saya lebih banyaaaaak sekali menginstropeksi diri saya. Dari hal apapun termasuk makanan. "Vid, lagi diet? Kok makannya cuman roti?" Bukan, saya hanya sedang belajar untuk slalu bersyukur dengan yang ada di depan saya. Adanya roti, maka makanlah dengan enak roti tersebut, adanya air putih, maka minumlah saya seteguk dua teguk air putih. Belajar dari Rasululloh Sallahu'alaihi Wassalam, jika adanya kurma maka makanlah ia dengan kurma, jika hanya ada air maka minumlah ia seteguk air.

Kebiasaan diri kita, jika berbuka banyaaaak sekali menu terhidang di atas meja. Entah pada akhirnya makanan tersebut habis atau tidak itu urusan belakangan, penting adalah masalah perut dan nafsu yang menjadikannya bertubi-tubi dalam diri kita. Jika diliat saudara-saudara muslim kita di Palestina, Suriah, Myanmar, Afganistan, Afrika, apa kabar mereka? Dengan kondisi perang, nyamankan mereka berbuka dan makan sahur dengan diiringi alunan musik yang setiap waktu akan mempertaruhkan keselamatan mereka? Nyamankah mereka dengan kondisi tidak ada air ketika tanah mereka kekeringan? Nyamankah mereka dengan kondisi tidak memiliki tempat tinggal karena telah diusir dari negaranya sendiri?

Dear, belajar untuk bisa membuat porsi diri lebih baik lagi. Kalau sekiranya tidak akan memakannya, maka tak perlu dibeli atau jika memang berniat memakan, maka makanlah dengan nikmat. Allah itu menganugerahi kita rezeki yang begitu melimpah. Tinggal bagaimana diri kita memanfaatkan rezeki yang sudah diberi oleh Allah dibandingkan saudara-saudara muslim kita yang sedang berjuang memerdekakan kebebasannya yang diri kita hanya bisa membantu dari kejauhan atau hanya mengirimkan sebuah doa yang terlantun dari ucapan kita.

Ya Allah, jika saja saya bisa membantu menuju ke tempat kejadian perkara langsung maka ridhoi perjalanan saya ya Allah untuk bertemu dengan saudara-saudara muslim saya di sana, untuk memberi manfaat meskipun itu hanya sebesar biji kurma. Setidaknya, melihat mereka tersenyum adalah sebuah kebahagiaan yang hakiki.

"Ya Allah muliakanlah Islam dan orang Islam! Ya Allah, hinakan syirik dan musyrikin. Ya Allah tolonglah saudara-saudara yang muslim dan mujahidin dan golongan-golongan lemah di Palestina, Irak, Lubnan dan di semua tempat dan di semua masa" 

pic by mbak @benefiko


Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh


Share:

9 May 2018

Muslim Society in Germany

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,


Ini cerita lanjutan tentang Muslim di Jerman. Jika sebelumnya saya menceritakan tentang makanan halal di Jerman, kali ini saya akan menceritakan tentang bagaimana kehidupan jika muslim hidup di Jerman. Biasanya ada yang sering menanyakan ke saya tentang sikap orang Jerman sendiri terhadap warga muslim yang tinggal di Jerman itu seperti apa. "Vida, kamu kan muslim ya di sana? Terus orang-orang Jerman sendiri ketika melihatmu mengenakan kerudung dan tau bahwa kamu muslim, bagaimana sikap mereka?"

Well, sebenarnya mah sikap mereka biasa-biasa aja terlepas dari saya yang beragama Islam. Mereka menghormati warga yang menganut Islam di daerahnya. Dulu, ketika saya pertama kali menginjakkan kaki di Jerman saya kira saya yang akan sendirian yang muslim dan mengenakan kerudung. Rupanya, anggapan saya salah besar, bahwa di mana-mana masih ada muslim di sekitar kita meskipun memang tidak se mayoritas di Indonesia. Mereka justru saling respect to others kalau saya lihat ya.. Banyak beberapa muslim yang berasal dari Maroko, Turki, Algeria, Irak, Iran dan lain-lain. Mereka juga masih tetap mengenakan kerudung meskipun bukan tinggal di negara mereka sendiri, bahkan mereka juga masih tetap berpuasa meskipun waktu puasa di Jerman hampir 20 jam lamanya.

Suatu hari, ibu asuh saya di sana menyampaikan kalau dia bertemu dengan seorang muslimah berasal dari Uzbekistan. Namanya Saodat, dia meminta nomor muslimah ini supaya saya bisa ada teman mengobrol dan teman saling berbagi. Saking excitednya saya, saya pun menghubungi dia. Memperkenalkan diri. Pertemuan pertama kali diawali dengan berbagai macam cerita yang tidak terduga. Dia menceritakan bagaimana dia bisa berhijrah di negara yang minoritas muslim ini.

Menurutnya, "Vida, kamu harus banyak bersyukur karena lingkunganmu mendukungmu untuk melakukan banyak hal sesuai dengan ajaran agama kita. Jujur aku iri dengan orang-orang yang dapat mempraktekan kewajiban sebagai seorang muslim. Aku baru mengenakan kerudung setelah aku di Jerman. Tapi Allah memang Maha Luar Biasa Baik yaaa.. Dia memberi hidayah kepadaku di saat aku berada dalam situasi yang menurutku terburuk. Ada kala di satu titik aku merasa mulai jenuh, hingga datanglah Allah yang menolongku melalui beberapa orang".

Waaaa that story were touch meeee! I don't know what I could say, just Alhamdulillah... Kerennya si Saodat ini adalah dia sudah berjilbab dan berkerudung syar'i, berbedalah dengan saya yang masih mengenakan jeans ala-ala dengan gaya yang ala-ala modern. Salut banget, karena baru berhijrah dia bisa berusaha untuk melakukan sebisa mungkin yang menurutnya baik. Saking terlalu asiknya bercerita, pertemuan pertama kami akhirnya harus berakhir karena sudah larut malam. Ada rasa bahagia tersendiri buatk bisa berjumpa dengan Saodat yang mashaAllah memberi pandangan rasa syukur kita sebagai umat muslim yang tinggal di mayoritas. "Ich muss aber jetzt los, Saodat. Wir treffen uns wieder irgendwann, wenn du Zeit hast" -- "Ja, klar. Kannst einfach mir schreiben".

Setelah pertemuan pertama dengan Saodat, saya kembali berjumpa dengannya. Luar biasanya adalah saya diajak berkeliling ke muslim society di wilayah Frankfurt. Pertama kali yang saya dan Saodat kunjungi adalah Islamic Center yang namanya Zentrum der islamischen Kultur Frankfurt, tempatnya boleh dibilang masih di wilayah dalam kota bahkan tidak terlalu jauh dari pusat perkotaan Frankfurt sendiri. Kalau Saodat bercerita sih, Islamic center yang ini didirikan oleh komunitas muslim Arab yang tinggal di Jerman. Tempatnya bukan berbentuk masjid, namun ada tempat sholatnya yang cukup luas karena saya sempat menumpang sholat Ashar di sana (maaf yaaa.. saya nggak sempat memfoto tempatnya) huhu :((

Setelah itu, saya menuju masjid yang dekat dengan daerah Hauptwache. Hauptwache adalah salah satu stasiun pemberhentian trem di Frankfurt yang letaknya di Zeil atau pusat kotanya Frankfurt. Tidak perlu berjalan jauh dari stasiun, kami menemukan tempat untuk sholat dan sangat kecil. Bentuknya seperti kamar kos saya, tapi mungkin agak sedikit besar berukuran sekitar 4x4. Daaaann if you know what? Di sana aku bertemu dengan seorang muallaf Jerman dan beliau sangaaat anggun dan cantik dengan kerudungnya yang menjulur. "Ich hab Islam einfach gefunden, und denke, dass Islam wirklich schoene Religion. Ich hab niemals so was fuehlen, deswegen lerne ich ueber Islam". MashaAllah... Allahu Akbar!!! Merinding mendengarnya... Alhamdulillah... Saya benar-benar bersyukur dipertemukan dengan orang-orang luar biasa ini. (daaaan sekali lagiii maaf... karena kami sungguh tidak berfoto. Dikarenakan adab dan sopan santun, padahal untuk kenang-kenangan sangatlah mengenang).

And afteer loooong journey, I didn't meet with Saodat again. I don't know why, may be, she is on focus by her study, that's why she was very busy. But in another chance and time, Qadarulloh we met again... and she invited me to her boarding house. Di sana saya bertemu dengan teman-teman Saodat yang berasal dari Rusia, Nigeria, dan Jerman sendiri, mashaAllah ini mah ketemunya bidadari-bidadari surga semua (aamiin...). Saya merasa tidak sendiri karena masih ada teman yang seaqidah dengan saya, yaaa meskipun saya masih sangat-sangat belajar dari mereka yang benar-benar menutup dirinya dan menjaga dirinya...

Naaah... di muslim society in Germany ini mungkin saya lebih fokus bertemu dengan orang-orang yang membuat saya justru lebih banyak belajar dari mereka yaa.. InshaAllah, di tulisan selanjutnya akan saya sampaikan tentang masjid yang ada di wilayah Jerman dan sekitarnya :')

Wassalamu'alaykum Warohamtullohi Wabarokatuh


Jika kau ingin benar-benar menemukan-Nya, maka salah satu cara adalah mendekap-Nya erat, bertemu dengan orang-orang shalih/ shalihah dan jangan malu untuk menceritakan apapun pada-Nya. Karena sejatinya manusia adalah akan kembali kepada-Nya. Diri kita hanya tinggal menunggu waktu. 
Semoga tetap menjadi muslim/ muslimah yang Sami'na Wa ato'na yaa deaar... :')


-vidahasan-
Share:

2 May 2018

Pendidikan Di Tapal Batas

Assalamu'alaykum Warohmatullohi Wabarokatuh,

Dear Friends,

semoga kamu tidak bosan dengan apa yang ingin saya tuliskan di blog saya ya. Yep! Karena lagi-lagi saya akan menceritakan tentang daerah pedalaman di mana 2 tahun lalu saya ditugaskan di sana. Berada di tempat yang daerahnya berbatasan dengan wilayah Malaysia membuat diri saya ini tersadar bahwa, Indonesia butuh orang-orang yang mempunyai pikiran "gila" untuk bisa merubahnya. Meskipun yang dilakukan adalah hal-hal kecil, yang penting adalah membuat dirinya bahagia sehingga orang di sekitarnya juga ikut merasakan kebahagiaan.

Berawal dari penasarannya saya dengan gerakan pendidikan seperti Indonesia Mengajar atau SM3T, sebelum lulus kuliah saya memasukkan dan menuliskan 2 nama tersebut di catatan wish list saya. Loh... Padahal nih, seorang Vida yang dulu kuliah di jurusan pendidikan bahasa Jerman, bahkan skripsi saja bukan mengambil ke ranah pendidikan, yang maunya sok sokan sastra justru memasukkan agenda mengikuti gerakan pendidikan di wish listnya. Kebayaaaang nggak siihh?? But, really I couldn't imagination for that! 

Saya mempertimbangkan salah satu dari dua pilihan tersebut yang akan ambil. SM3T jurusan saya tidak ada di dalam daftar pilihan, sedangkan Indonesia Mengajar siapapun boleh ikut serta untuk turun tangan, bahkan tidak hanya yang mempunyai background pendidikan, mau dia dari sarjana lulusan teknik, psikologi, akuntansi, dan lain-lain boleh ikut menjajal untuk mendaftar. So, I registered my name in this website. 

(pokoknyaa udah jadiii aja yaaa jadi pengajar muda terus uda ada di penempatan. Takut kelamaan ceritanya. Panjang soalnya mah....)

Intinya, dari kegelisahan yang berawal "Lah, aku sarjana mah pendidikan. Tapi gengsi banget buat ngajar di sekolah? Lah mereka? yang bukan sarjana pendidikan aja mau kerja di bidang pendidikan?" Astgahfirulloh... Betapa yaaa sombongnyaaa diri saya ini. Gaya, gengsi, sok-sokan, rasanya ada semua hal-hal demikian yang memang harus saya buang jauh-jauh...

Daaaaannn... Allah Maha Baik, Super Duper Baik. Bisa jadi, saya benar-benar diberi kesempatan untuk melihat langsung bagaimana pendidikan di daerah yang jauh dari fasilitas nyaman dan lengkap. Saya dipertemukan dengan sahabat-sahabat yang menjadi saudara saya yang luar biasa, yang seringkali memberi asupan positif di kala saya merasa jenuh.

Allah mungkin ingin memperlihatkan saya supaya saya lebih sering bersyukur, "Vid, kalau kamu nggak berpendidikan, kamu nggak akan bisa sampai ke Jerman, atau seperti sekarang ini"- "Vid, coba apa yang sudah kamu lakukan, apa kamu nggak mau dibagikan ke orang lain yang mungkin dari cerita-cerita kamu mereka lebih bisa bersemangat lagi untuk menggapai mimpinya?" Pertanyaan-pertanyaan ini selalu memacu di pikiran dan benak saya.

Di sana saya justru menjadi seorang pembelajar. Pembelajar yang benar-benar harus mensyukuri rasanya hidup di daerah yang fasilitasnya boleh dikatakan lengkap. Melihat anak-anak didik di daerah perbatasan membuat saya lebih banyaaak bersyukur, lebih banyak termotivasi, karena mereka tidak pernah mengenal kata menyerah bahkan mengeluh sekalipun. Apa yang mereka perbuat, ya cukup mereka syukuri. "Daripada nggak sekolah? Mau jadi apa anak-anak kami?" Kebanyakan dari orang tua murid selalu menyampaikan demikian.

Saluuut aslii saluuutt.. Belum lagi dengan perjalanan beberapa murid yang harus mereka tempuh berkilo-kilo meter dengan berjalan kaki melewati hutan sawit, coklat atau naik turun bukit yang cukup curam, bahkan tanah saja sempat longsor atau bahkan mereka rela tidak mengenakan alas kaki hanya demi menjaga sepatu mereka supaya tidak rusak. Selain itu, baiknya lagi Allah sama sayaaa... dipertemukan terus dengan orang-orang baik yang ada di sana. Meskipun memang baru pertama kalinya bertemu. Ada ajaaa untuk menawarkan bantuan-bantuan yang tak pernah diduga. MashaAllah... :")

perjalanan menyenangkan bersama anak-anak bukit Sion. Mendaki gunung lewati lembah :)
Allah kurang baik apa coba sama kita? Buku tinggal beli di toko buku terdekat, mau apa ajaaa juga dipermudah, tapi yaa kurang bersyukurnya diri kita pada-Nya.. Maka dari itu, memberi manfaat adalah salah satu cara untuk kita bisa menikmati keanugerahan-Nya. Semoga kita selalu menjadi hamba yang tak pernah kenal lelah untuk mencari ilmu dan membagikan ilmu kita kepada siapapun. Karena setiap orang adalah guru, setiap rumah adalah sekolah (Ki Hajar Dewantara).

Wassalamu'alaykum Warohmatullohi Wabarokatuh


Menjadi pendidik adalah sebuah anugerah dari Allah. Karena dengan demikian pendidik bisa belajar dari anak didik, begitu pun sebaliknya. Bisa jadi ada simbiosis mutualisme di dalamnya. :)

"Orang-orang yang berilmu kemudian dia memanfaatkan ilmu tersebut (bagi orang lain) akan lebih baik dari seribu orang yang beribadah atau ahli ibadah". (H.R. Ad-Dailami)


Share:

26 March 2018

How To Be Great a Muslim(ah)

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,


Udah kembali lagi di hari Sabtu. Beberapa bulan belakangan memang saya selalu excited kalau sudah masuk di hari Sabtu. Ada rasa tidak bersabar berjumpa dengan kerumunan manusia-manusia yang super positif di mana saya mendapatkan energi di sana. Mungkin terdengar lebay, namun beginilah adanya. Memang benar ya, jika hijrah itu berat, maka kau perlu untuk berjuang. Bagaiman? Menemukan teman hijrah yang dapat membuatmu lebih kuat dan memotivasimu. Itu yang saya dapatkan di setiap minggunya. :)

Kau tahu betapa Allah memang Sang Maha Luar Biasa. Why? of course. Coba dong, kalau nggak ada Allah, kita juga tidak akan pernah hidup di dunia ini atau bisa jadi dunia ini tidak akan pernah ada. Balik lagi ke dalam tiga pertanyaan yang sangat dasar (Uqdatul Qubra) Darimana Asal Kita?; Untuk Apa Kita Diciptakan?; Akan Kemanakah Kita Nanti? pernah nggak sih terbesit pertanyaan-pertanyaan tersebut? Jika pernah, apakah kau sudah menemukan jawaban atas pertanyaanmu? Kalau saya jujur untuk menjawabnya justru lebih terlena dengan kehadiran dari duniawi sendiri. Astaghfirullohaladzim...

Pernah terbesitkah kita bahwa dunia kita ini benar-benar hanya semenntara? Akan ada peristiwa di mana kita sama sekali tidak akan bisa memperdulikan orang lain sekalipun keluarga terdekat kita. Ada saatnya kita berjuang benar-benar sendiria, bahkan sahabat yang kita agung-agungkan di dunia pun sampai tidak peduli dengan kita. Ya, tempat yang suatu saat nanti kita datangi untuk mempertanggung jawabkan segala tingkah kita selama hidup di dunia yaitu Padang Mahsyar. Di sana kita akan dikumpulkan tanpa berpakaian, tanpa melihat siapa di samping kanan kiri atau depan belakang kita, kita hanya bisa fokus pada kesalahan-kesalahan kita yang pernah dilakukan semasa hidup di dunia.

((Vidaaaa... ini kenapa sih cerita di blognya begitu melulu))

Dear, saya hanya sekedar merangkum pembahasan kajian saya setiap minggunya. Bahasan setiap minggu di kelas intensiv studi islam ini begitu berat buat saya yang baru belajar tentang aqidah dan fikih. Makanya, saya harus merangkum ke dalam tulisan supaya saya bisa selalu mengingat apa yang disampaikan oleh Ust. Sulaiman. Ini sudah empat pertemuan dan di pembahasan ke empat ini membahas tentang Qada dan Qadhar. 

Ketika ditanya, apa sih itu Qada dan Qadhar? Kebanyakan akan menjawab ketetapan dari Allah. But, ketetapan yang seperti apa? Takdir yang sepeti apa? Qada adalah ketetapan Allah yang tidak dapat dirubah; dan Qadhar adalah ketetapan Allah yang bisa dirubah oleh manusia sendiri. Apa benar pengertiannya demikian? Kalau begitu ada takdir yang bisa dirubah oleh manusia itu sendiri? Apa yang saya pelajari kemarin agak sedikit mempermasalahkan perdebatan dalam fikiran manusia saat ini. Takdir itu bisa dirubah loh, iya dirubah karena itu memang kehendak juga dari Allah. Sudah jelas di dalam surat Ar Rad (11) "Allah tidak akan mengubah suatu kaum, kecuali kaum itu yang mengubahnya sendiri". Tapi dear, Allah itu sungguh lebih berkuasa atas apa diri kita. Jika Tangan Allah ingin merubah kaum tersebut, maka terjadilah Kun Fayakun. 

So like Hidayah loh... beberapa orang berpendapat bahwa yang namanya hidayah itu datang sendiri. "Nanti ah pake kerudungnya, menunggu hidayah menjemput. Kalau tiba-tiba kematian yang menjemputmu duluan bagaimana?" Dalam artian Allah itu sudah menyiapkan sebuah hidayah untuk umat-Nya, tinggal diri kita memilih sendiri mau memilih menjemput atau tetap terus berdiam diri hanya menunggu. Terus ada lagi, jika kita menulis, apakah itu kehendak Allah atau kehendak diri kita? For the first time my answer is of course by ourself. Astgahfirulloh... Sombong banget ya sayaaa.. huhu :(

Itu karena kehendak Allah loh kita menulis. Coba kalau Allah tidak menganugerahkan kita tangan, apakah kita akan pandai menulis seperti sekarang? Coba kalau Allah tidak menganugerahkan akal, apakah kita akan berfikir sedemikian rupa untuk menuliskan setiap kata? Mungkin bisa jadi, kita hanyalah diri yang tidak memahami apapun jika Allah tidak menganugerahkan itu semua. Allah keren banget yaa bisa menciptakan manusia sampai benar-benar diistimewakan banget sama Dia. Manusia itu makhlu yang paling Allah istimewakan dibanding makhluk-makhluk yang lain. Makanya, apa tujuan kita hidup di dunia ini kalau bukan untuk menjadi seorang khalifah di bumi dan menjadi hamba Allah yang bertaqwa?

Setiap yang Allah ciptakan itu tidak ada sia-sia belaka. Pasti semuanya kembali lagi bertujuan. Tinggal diri kita memilih tujuan hidup kita di dunia itu apa? Untuk membangkang sama Allah atau mau taat sama Allah. Jika mau taat, Allah sudah menyiapkan hadiah yang super duper istimewa banget buat kita, kalau kita mau membangkang Allah juga sudah menyiapkan yang "istimewa". Karena terpenting adalah Allah memberi kebebasan untuk manusia mempunyai pilihan, tinggal bagaimana kita mempertanggung jawabkan setiap amalan-amalan kita yang sudah dikerjakan semasa hidup.

Eh ini sedikit rangkuman tentang materi KISI di Sabtu kemarin ya tentang Al Qoda Wal Qadhar. Semoga kita semua selalu menjadi hamba Allah yang selalu Sami'na Wa Ato'na.

Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Jika kau tau bahwa kita sangat diistimewakan sama Allah, lalu apa yang harus kita lakukan? Semoga kita selalu menjadi manusia yang Sami'na Wa Ato'na ya dear...
Remember, that you are really special. Whatever your face, your body, or what you have. Allah will always by your side so long you're always remember Him. 
Manusia diciptakan di bumi adalah untuk menjadi seorang khalifah dan beribadah kepada Allah


-- vidahasan --





Share:

18 March 2018

The Way To Believe

Assalamu'alaikum Warohamtullohi Wabarokatuh...

Dear Friends,

semoga Allah selalu memberimu kesehatan dan kenikmatan yaa... Ini adalah sebuah perjalanan hijrah saya yang meskipun memang buat saya masih cukup sulit namun tetap pelan-pelan. Alhamdulillah Allah mentakdirkan saya bertemu dengan teman-teman yang sholeh dan sholehah di komunitas Yuk Ngaji ini. MashaAllah... Melihat mereka antara malu dan mau maju, antara kagum dan takut, antara banyak sekali rasa yang mungkin dimiliki oleh orang yang ingin berhijrah di jalan Allah. Kemarin Sabtu adalah pertemuan KISI bagian ketiga yang menurut saya semakin minggu semakin berat materinya. Materinya sudah masuk ke dalam ideologi Islam. Subhanalloh...

Ada banyak nilai-nilai aqidah dalam islam yang memang saya sendiri pun belum tahu apa saja. Namun setidaknya dengan mengikuti KISI itu rasanya lebih dekat lebih dekat lebih dekat lagi untuk mencintai Islam. Saya ingat sebuah pertanyaan yang diajukan oleh kollega saya ketika saya di Jerman dulu, "Vida, coba deh, apa kamu pernah berfikir kenapa kamu bisa menjadi seorang muslim? Kamu muslim dari orang tuamu, atau kamu muslim benar-benar dari diri kamu sendiri?" Pertanyaan ini hanya bisa saya jawab dengan "Saya mencintai Islam karena orang tua juga  muslim"  jawaban yang buat saya menjadi malu pada diri sendiri.. Astaghfirullohaladzim...

Ustadz Sulaiman, pemateri KISI sempat melontarkan pertanyaan tersebut. Maka, di setiap pertemuan inilah saya menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya. Saya sholat 5 waktu, mengaji, berpuasa tapi apakah sudah ada esensinya menjadi muslim hanya dengan demikian? Menurut saya, ada yang sangat kurang dalam diri saya dengan sekedar sholat 5 waktu, mengaji dan berpuasa. Saya hanya melaksanakan sebagai tanggung jawab seorang muslim saja, tapi tidak tahu apa esensinya. Yang penting bagi saya adalah, saya menjalankan kegiatan tersebut supaya masuk surga. Sudah itu saja... :(( 

Maka Allah itu Maha Baik karena saya dipertemukan dengan komunitas ini. Banyak pengalaman baru yang bisa saya ambil kebaikan-kebaikan yang sudah teman-teman di komunitas ini alami. Dalam Surat Al Imron ayat 110 disampaikan bahwa "kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik", maknanya adalah bahwa Allah sudah menjadikan diri kita (umat islam) adalah umat terbaik-Nya, kenapa karena ini berkat dari suri Tauladan kita Rasulullah SAW. Beliau yang begitu mempesona menjalankan tugasnya dengan 4 sifat bukan? Siddiq, Amana, Fathanah, dan Tabligh. 

Maka, dikatakan sebagai umat terbaiknya Allah kita harus bisa mencegah perbuatan-perbuatan yang mungkar yang jauh dari hal-hal kebajikan. Ada 3 hal yang harus kita lakukan untuk mengingatkan saudara sesama muslim kita sekuat-kuanya iman maka lakukanlah dengan tangan, jika tangan tidak dapat maka lakukanlah dengan lisan, jika pun lisan tidak bisa maka selemah-lemahnya iman adalah hanya menggunakan hati. Cukup dirasakan saja dan mendoakannya supaya mereka mendapatkan hidayah dari Allah.

Lah Vid Vid.. baru juga kan ikutan KISI udah sok sok ceramahin segalaa... :')

Dear, saya menulis ini sebagai review diri saya dan mengupgrade diri saya kembali sebagai seorang muslimah. Saya belum menjadi sesholehah seperti yang disampaikan di atas bahwasanya kembali lagi saya juga masih belajar dengan apa yang saya dapatkan di beberapa minggu ini. Sungguhlah saya tidak bermaksud menggurui siapapun, kita masih belajar bersama-sama dalam hal yang memang belum kita ketahui sebelumnya. Manusia punya akal kan? Nah akal itu adalah sebuah potensi yang kita miliki, maka janganlah kita melakukan praduga yang belum tentu benar adanya. 

Bersyukurlah dengan apa yang sudah kita miliki dengan potensi kita, Allah itu Maha Tahu (saya yakin bahwa kau pun tahu), jadi sampai apa yang kita rasa atau kita fikirkan Dia sangat-sangat tahu. Maka, jika pun ada yang baper dengan masalah cinta kembalilah untuk mengingat-Nya. Jangan sesekali kamu terjerumus dengan si virus merah jambu yang sama sekali belum jelas mengarah kemana. Jalinlah virus merah jambu itu dengan Yang Maha Pemberi Rasa, pasti akan lebih barokah.

Jika saja islam membuatmu berat maka ingatlah kau siapa yang menciptakanmu, siapa yang menciptakan alam semesta, ingatlah mengapa kau bisa ada di dunia ini, untuk apa kau ada di sini, dan dari mana datangnya dirimu. Tidak mungkin kan jika kau menjawab "aku datang dari rahim ibuku" lalu ayah ibumu berasal dari mana? kakek nenekmu? Dipikirkan sama-sama yaaa :)

Wassalamu'alaikum Wr. Wb


"Jika Allah memberimu sebuah cobaan bukan berarti Allah membencimu, Allah tidak pernah membenci hamba-Nya loh. Itu tanda bahwa Allah sedang merindukanmu untuk mendekap-Nya. Maka dekatilah Dia, jangan biarkan diri kita semakin jauh. Kau tahu, sekalipun diri kita jauh ada yang selalu setia menanti kehadiran kita. Semoga kita selalu menjadi orang yang selalu berhusnudzon sama Allah" :)


-- vidahasan --
Share: