16 October 2016

Road to be Pengajar Muda XI (2)

DIRECT ASSESMENT INDONESIA MENGAJAR
[VIA ONLINE]

So, ada cerita unik sendiri di balik seleksi tahap II menjadi Pengajar Muda angkatan XI ini. Setelah dinobatkan dan dinyatakan lulus oleh tim galuhers melalui via email (bahkan sampai sekarang masih nggak nyangka lolos) menjadi pengajar muda, saya pun merasa “kok saya bisa lolos ya?”—“Oh, jadi baiklah. Ini masih tahap kedua, jadi bergembiralah setelah semua usai”. Menjalaninya pun tidak perlu mengoyo, yang penting ikuti saja alur yang ada.

Tepat pada tanggal 9 Juni 2015 (email pengumuman masih tersimpan) saya dinyatakan lolos di tahap ke-2 Indonesia Mengajar, yaitu Direct Assessment. Hampir sama dengan wawancara, perkenalan diri atau menceritakan tentang diri sendiri. Saat itu, saya diberi jadwal oleh pihak officer untuk memilih tempat ber DA. Jika seharusnya saya bisa berjumpa bahkan bertatap langsung dengan pihak officer, berbeda kala itu. Pilihan saya jatuh pada via online direct assessment.

Berbeda di negeri yang berbeda membuat saya harus teliti dalam mempersiapkan segala sesuatunya. Mungkin dari pihak yayasan pun demikian, terutama dalam masalah waktu. Direct Assessment sendiri terdiri dari psikotest, self presentation, FGD, wawancara dan simulasi mengajar. Sebelumnya saya hanya harus mempersiapkan teman-teman sendiri untuk bagian FGD (Forum Group Discussion) dan simulasi mengajar minimal 5 orang teman.

Selain itu, akun skype, gmail untuk gdrive dan berkas-berkas yang harus discan dan dikirimkan via email di awal sebelum direct assessment dimulai. Saya mengambil hari senin, tepat pada tanggal 10 agustus 2015. Hitungan hari saja sebelum kepulangan saya ke tanah air. Padahal saat itu, saya harus kerja untuk jaga malam dan meminta izin ke chef saya kalau saya akan mengikuti wawancara. Bahkan saya sampai mengambil papan flipchart kantor untuk dibawa pulang ke rumah untuk simulasi mengajar. Intinya dalam perjalanan pulang ke rumah berisiknya gludak gluduk gara-gara jalan sambil bawa papan flipchart :D

Dari 5 hal untuk direct assessment ini, saya dianjurkan untuk membuat jadwal sendiri sesuai dengan waktu yang dimiliki oleh saya dan teman-teman saya. Direct assessment ini intinya akan dimulai dari pukul 10.00-13.00. Jadi, setidaknya saya sudah harus siap di depan layar skype jam 5 pagi waktu negara bagian saya tinggal :D Iya, jam 5 pagi sudah harus siap tapi untuk persiapannya saya harus sudah siap jam 4 pagi. Masa-masa jam segini di Jerman mah beberapa orang masih terjaga dan beberapa orang yang lain sudah harus bergegas menuju kantor masing-masing.

Dari pulang malam jam 10 malam, hingga akhirnya saya tidak bisa tertidur dengan nyenyak sampai pukul 4 pagi waktu setempat saya pun masih sibuk dengan persiapan saya :D let me see introduce sahabat-sahabat saya yang saat itu bela-belain datang ke rumah dan menginap untuk membantu di bagian FGD dan simulasi mengajar. Ada Hanirla (yang tinggal di wilayah daerah hampir Karlsruhe sekitar 45 menita), Pipit (yang bela-belain dari negara bagian lain dan pulang kerja juga yang perjalanannya hampir 2 jam), kak Novi, Ragil, dan satu lagi teman dari kak Novi yang juga sama-sama tinggal di Mannheim (kota tinggal kami). Orang-orang inilah yang membantu saya di bagian simulasi mengajar dan Forum Group Discussion. *terharu*

So, di bagian selanjutnya nanti, saya tuliskan bagaiman direct assessment online saya ini berlangsung. Ada keseruan, cerita dan pengalaman yang unik sendiri yang saya alami :D Dari persiapan yang sudah matang tapi ternyata gagal di pelaksanaannya. Ouch :D


Wait yaaa… :)

Arvida Rizzqie Hanita
Pengajar Muda XI Kab. Nunukan 
Share:

Road to be Pengajar Muda XI (1)


...kala itu...
Dari sekian banyak cerita yang ditulis di blog saya. Mungkin cerita perjalanan tentang seleksi di Indonesia Mengajar belum saya utarakan. Ceilee kek gimana juga diutarakan. Iya, siapa tahu saya bisa jadi artis ngedadak lagi gegara ngeposting tentang seleksi IM ini haha :p ah bukan bermaksud demikian. Jikalau pun blog saya ini mengandung unsur kebermanfaatan intinya mah saya sangat senang sekali :)

Sebenernya ini kali kedua saya mendaftar program IM. Pada tahun 2013 setelah dinyatakan WIS UDAH, saya mencoba mencari peruntungan dengan mendaftar program IM yang nantinya setelah lolos akan dinobatkan menjadi Pengajar Muda (PM). Mungkin, karena belum sangat niat dan lebih konsen ke hal yang lain, belum rezeki saya untuk lolos diseleksi awal PM. Saat itu kalau tidak salah mungkin PM VIII kali ya :D ngisi essai saja ngawurnya masyaAllah. Masih ada dan aplikan formulirnya dan saya baca ulang kembali, kok yo ngawur ngene iki -____-

Saat itu yang saya fikirkan adalah, ketika melihat profil Pengajar Muda sebelumnya sangat keren-keren dan kece-kece, sedangkan saya hanya fresh graduate yang masih minim pengalaman, jadi saya merasa aja gitu pesimis. Saya mah apa atuh dibanding kakak-kakak PM sebelumnya yang MasyaAllah kerennya seperti tiada kiranya. Maka akhirnya, saya memilih untuk fokus mencari pengalaman terlebih dahulu baru setelah itu ikut IM. Jadi kan bisa berbagi dan banyak cerita dengan anak-anak :D

Well, setelah 2 tahun diantara 2013-2015 menggelandang mencari ilmu dan bertapa di sebuah tempat yang memang cukup histeris, maka akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan mimpi saya yang sempat tertunda tersebut. Iya, mimpi menjadi pengajar muda di program Indonesia Mengajar. Dengan membaca bismillahirrohmanirrohim, maka ternobatkanlah formulir saya secara online di website Indonesia Mengajar.

Jika seleksi awal tahun 2013 itu saya mengisinya sangat ngawur dan tidak jelas mbuh sing penting keisi wae, maka di tahun 2015 ini saya lebih serius lagi untuk mengisinya. Jadi, untuk biodata yang cukup panjang itu diisi dengan lancar, aman dan sentausa. Giliran masuk di bagian mengisi pertanyaan-pertanyaan essai itulah yang buat diri ini geli-geli tidak jelas :D Yang penting saya isi sesuai dengan pengalaman atau kejadian yang saya alami selama ini. Makanya, saya isi saja secara apa adanya. Tapi, jadi lebih membutuhkan waktu selama sekitar 2-3 hari -__- Entahlah, butuh me time banget buat ngisi essai. Dan ini beneran sangat serius ngisinya.

Nah, buat kalian yang emang pengen banget jadi PM nih, usahakan untuk pengisian essai itu beneran apa adanya dan tidak dibuat-buat. Jadi diri kalian sendiri aja tanpa ada paksaan apapun. Kalau memang punya pengalaman yang sesuai dengan pertanyaan essainya mah yauda diisi aja. Jangan lupa, yang jelas minta doa restu sama orang tua. Karna merekalah mimpi-mimpi dapat tercapai :D

Seleksi di tahap awal ini tidak terlalu meribetkan. Saya merasa dipermudah sekali dengan seleksi dengan menggunakan formulir online ini. Jadi, kita buat akun di website Indonesia Mengajar, nah akun tersebut digunakan untuk kita mendaftar menjadi Pengajar Muda atau sekedar emang pengen punya akunnya saja :D Akun ini akan selalu aktif sampai batas yang entah tidak ditentukan sampai kapan. Soalnya, dalam kurun waktu 2 tahun meninggalkan dunia keIMan akun saya masih saja terpampang dengan unyu di websitenya. Bahkan formulir pendaftaran jadi PM saya yang pertama pun masih bisa saya baca sampai saat ini :D

Dulu mah saya juga tidak ingin sebenernya menjadi pengajar apalagi guru, namun panggilan tetaplah panggilan. Dari sekian banyak ribuan orang, yang bukan dari jurusan non pendidikan saja mau jadi guru dan mengajar, masa saya hanya diam sembari melipat lutut dan menutup mata dalam pendidikan. Well, panggilan jiwa itu ada ketika kita merasa bermanfaat untuk orang lain. Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain?

Intinya, just be yourself and believe what will you do!!!

--Sebatik, 14 Oktober 2016—
Arvida Rizzqie Hanita
PM XI Kabupaten Nunukan
Share:

13 October 2016

... Sebuah Ruang ...

… Sebuah Ruang…

--Episode Penjajakan—
Tatkala, selama ini saya memang selalu menceritakan tentang hal-hal yang saya alami. Dari saya berkelana dari ujung hingga sekarang menuju paling ujung Indonesia. Meskipun bukan memang daerah timur Indonesia, tapi tempat penugasan ini memang paling ujung yang berbatasan dengan Negara Malaysia.

Berada di sebuah lembaga yang sudah saya damba-dambakan adalah memberikan sebuah ruang baru bagi diri ini. Pengalaman, teman, keluarga bahkan sudah seperti saudara sendiri, padahal kami sama-sama belum mengenal satu sama lain sebelumnya. Dari beragam daerah satu ke daerah yang lain, membuat saya semakin merasa bahwa memang Indonesia itu adalah satu.

…Nunukan…
Cerita tentang Nunukan mengisahkan banyak hal yang tidak pernah saya duga-duga sebelumnya. Mendapatkan penempatan tugas sebagai Pengajar Muda XI di daerah yang berbatasan dengan Malaysia adalah hal yang sampai sekarang masih belum percaya. 14 November 2015, iya sudah hampir 10 purnama yang lalu masih ingat sekali dalam ingatan.

“Persiapkan diri kalian masing-masing. Dimanapun kalian ditempatkan di sanalah kalian akan mengabdikan diri kalian. Jangan merasa bahwa wah kok aku ditempatkan di sini ya, wah kenapa ya?. Intinya jangan terlalu berkepsektasi yang tinggi dengan siapa dan dimana. Siapapun dan dimanapun itu, kalian akan ada di sana.”

Perasaan saya dag dig dug tidak karuan, bahkan bukan saya sendiri yang mempunyai perasaan seperti ini. Semua pengajar muda XI pun merasakan hal yang sama seperti yang saya rasakan. Kami semua saling berpegangan tangan, merangkul satu sama lain yakin dengan apapun yang terjadi. Saya merasakan ada binar kehangatan, ada binar tidak bersabar, ada binar-binar yang banyak memunculkan pertanyaan-pertanyaa yang jawabannya akan sebentar lagi kami ketahui.

Kak Rizky, selaku yang diamanahkan sebagai pemandu untuk memberikan pengumuman penempatan kami pun memutar sebuah video yang isinya pesan-pesan yang disampaikan oleh para Pengajar Muda XI. Muncul pertama kali yang ditayangkan adalah Afriza Firlana Gany, saya kira saat itu akan menjadi sebuah urutan abjad nama. Sesuai dengan yang sering dipasang di video atau di website.

Pertanyaan kembali mengelilingi rautan kening dan entah seperti ada yang menjawab bahwa saya akan ditempatkan di kabupaten baru. Entah itu baik di Natuna, Nunukan atau Pegunungan Binta, namun yang aku rasakan ada di tempat baru.

“Aku dimana ya? Tapi sepertinya di Nunukan. ah apapun itu yang jelas harus bisa dijalani.” Pikir saya. Feeling kuat entahlah selalu jatuh di kabupaten Nunukan, meskipun memang sebenarnya saya lebih mengarah ke Pegunungan Bintang, Papua.

Layar selebar papan tulis yang berada di barak tempat kami gunakan untuk pelatihan mulai riuh. Iya, karna akhirnya kami tahu kabupaten penempatan kami untuk pengabdian selama setahun mendatang. Dengan dihiasi background masing-masing daerah penempatannya, muncullah satu per satu PM XI yang akan ditempatkan di daerah tersebut.

Ketika aku yang ditayangkan, saya kira saya akan berada di Kabupaten kepulauan Natuna. Rupanya, gambar perahu itu hanyalah sebuah gambar (tapi memang yang punya hanya Nunukan dan Natuna), namun akhirnya Kabupaten Nunukanlah yang akan menjadi tempat persinggahan selama setahun ke depan.

Kami semua berpelukan dengan erat, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bagimu Negeri, dan Tanah Air Pusaka. Semuanya bergandengan tangan sembari menangis, iya, yang saya rasakan adalah bersyukur karena berada di tempat ini. Karena saya berada di lingkungan yang penuh dengan energi-energi positif yang juga akan selalu merambatnya ke dalam tubuh ini.

Kami keluar dalam ruang yang menjadi saksi pengumuman penempatan kami. Bersalaman berkeliling sembari berpelukan satu sama lain. Ada rasa terharu karena pada akhirnya takdir dimana akan ditempatkan telah dikukuhkan. Kami 50 Pengajar Muda XI, selalu bersyukur, terus bekerja dan tetap berdaya demi kemajuan pendidikan di Indonesia. Kami ber 50 saling bergandengan tangan dan berpelukan seraya menyampaikan janji, bahwasanya dimanapun berada mekarlah demi kebermanfaatan pendidikan di negeri ini.

Sebuah ruang, yang banyak berucap harapan-harapan, banyak sorotan mata yang optimis akan keberadaan masyarakat di luar sana yang masih peduli dengan pendidikan. Maka, berlayarlah 10 pemuda-pemudi yang siap mengemudikan perahunya untuk menuju daerah masing-masing untuk memberikan harapan itu.


Sudah hampir 10 purnama dilalui. Apa kabar daerah kalian? Semoga ada langkah-langkah kecil yang terus berkembang dan mengayunkan tangannya untuk membantu pendidikan di ujung negeri ini. Jika bukan kita, lalu siapa lagi?

--Arvida Rizzqie Hanita--
Pengajar Muda XI SDN 005 Sebatik Tengah
Kabupaten Nunukan 
Share:

22 August 2016

Transformasi Umur

4 Agustus 2016

Setahun yang lalu. Lagi-lagi saya mengingat kembali yang menjadi kenangan beberapa waktu lalu. Sudah lama, namun ada kenangan manis tersendiri yang dikenang. Bukan masalah perayaan ulang tahun saya, namun bagaimana orang-orang di sekitar saya menyambutnya. Mereka bersuka cita, dan saya? Sebenarnya saya hanya kebingungan, karna jatah umur saya ini berkurang, kenapa harus dirayakan bahkan diberi kejutan seperti itu? Ulang tahun, hanyalah sebuah formalitas karena sejatinya kita hidup di dunia ini berkurang jatahnya. Padahal, saya pun masih belum menjadi baik seperti yang diharapkan.

Ada gelak tawa sendiri namun di tahun ini. Kebetulan saya lagi-lagi mengabdi di sebuah tempat yang jauh dari rumah, bahkan berpindah tempat dari satu tahun yang lalu. :) Iya, menjadi guru di daerah pedalaman adalah sebuah hal yang membuat saya menjadi pribadi yang (semoga) lebih baik lagi. Mengasah kemampuan dan berbagi dengan lingkungan dimana saya ditempatkan. Ada tantangan sendiri, ada kenyamanan, bahkan ada hal yang menyenangkan yang tidak dapat diungkap dengan kata.

Adalah SDN -005 Sebatik Tengah, dimana tempat saya mengajar saat ini. Ini bukan menjadi pencapaian saya di tahun ini, tapi mungkin lebih ke sedikit pencapaian sesuai dengan target saya. Mengajar anak-anak menjadi sebuah tanggung jawab saya saat ini. Iya, dan saya merasakan bahwasanya anak-anak di pedalaman hanya butuh motivasi dan asupan-asupan yang baru, yang mungkin belum mereka ketahui sebelumnya. Dunia ini luas dan banyak hal yang harus mereka ketahui satu-satu. Mungkin tidak semuanya, namun mewakili setidaknya.

Kejutan pun yang diberikan oleh anak-anak ini benar-benar sangat membuat saya tersentuh. Entahlah, darimana mereka mendapatkan ide seperti itu di hari jadi gurunya. Bahkan sudah repot-repot dari hari-hari sebelumnya untuk mempersiapkan itu semua. Saya tersentuh. Padahal, saat hari jadi saya ada kegiatan dan harus meninggalkan sekolah, begitu yang saya sampaikan. Namun, raut-raut mereka menandakan kesedihan tiada terkira karena apa yang mereka lakukan benar-benar ingin merayakan hari jadi gurunya ini. Alhasil saya pun datang ke sekolah terlebih dahulu, setelah itu menyusul melaksaakan kegiatan.

Perlu diapresiasi. Mereka mempersiapkan ini dari hari sebelumnya, dan saya benar-benar hanya melongo. Meskipun saya tahu mereka membuat kejutan untuk saya, namun apalah daya seorang guru yang tak mampu menahan keterharuannya dengan murid-muridnya. 

Terima kasih Nak, Kalian melengkapinya, meskipun saya justru sedih dengan semua ini. Jatah umur saya berkurang satu. Hanya saya berharap kalian juga selalu sehat dan tetap semangat mengejar apa yang dicitakan. Bermimpilah sepuas hati kalian, karena mimpi kalian yang akan menjadi pedoman untuk hidup kalian kelak. :)

Terima kasih untuk kejutan hari jadi yang tak pernah terpikirkan. Terima kasih untuk hal-hal yang menyenangkan bersama kalian. Saya hidup di sini karena saya hanya ingin bisa melihat senyum kalian. :)

--Arvida Rizzqie Hanita--
Pengajar Muda XI Kab. Nunukan.

Share:

23 July 2016

Agen yang bikin BaPer [Bawa Perubahan]




[22/07] mengantar keberangkatan beberapa remaja menuju mimpinya adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Diberangkatkan dari daerah terluar Indonesia dan salah satu kabupaten yang masuk jangkauan wilayah negeri Jiran, remaja-remaja ini setidaknya patut diacungin jempol. Mereka lulusan SMP di kabupaten Nunukan dan pulau Sebatik, Patrics Kluyvert Wawo, Eviliana Dona dan Rizal yang akhirnya berani mengambil keputusan besar untuk melanjutkan sekolah di SMK Bhakti Karya Parigi, Pangandaran, Jawa Barat.



SMK Bhakti Karya Parigi, tahun 2016 membuka kelas yang bernama kelas multikultural. Kelas multikultural ini terdiri dari beberapa siswa-siswi yang berasa dari hampir seluruh penjuru di Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke. Kebetulan dari kabupaten Nunukan dikirim 3 orang, 2 orang diantaranya berasal dari SMP N 1 Sebatik Tengah, Patrics Kluyvert Wawo dan Eliana Dona, sedangkan yang satunya Rizal Riantoby dari SMP N 1 Nunukan.

Seorang Vida dan 3 remaja keren

Remaja-remaja ini dikirim supaya mereka dapat merasakan sebuah pembelajaran baru dan inovasi-inovasi yang nantinya dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki. Saya berharap bahwa setelah 3 tahun nanti mereka lulus dari SMK tersebuh, mereka dapat mengembangkan sesuatu yang baru di daerah mereka masing-masing. Ada banyak potensi di daerah mereka, namun mereka butuh sedikit ‘sentilan’ untuk dapat mengembangkan potensi tersebut.

Sekilas profil tentang Patrics, kalau kata mamaknya Patrics adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Dulu ketika mamaknya di Tawau [Malaysia], mamaknya sempat ditangkap oleh polisi Malaysia dan Patrics sempat dipisahkan dari orang tuanya. Patrics adalah salah satu anak TKI dari Malaysia, dan saya salut dengan orang tuanya karena meskipun demikian mereka masih peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Sempat mundur dan putus asa kalau Patrics tidak bisa diberangkatkan ke Jawa. Alasan mamaknya karena biaya uang saku yang masih belum ada. Mamaknya sempat akan menjual kebun, namun sudah beberapa kali keliling dari kampung satu ke kampung lain tak ada satupun yang akan membeli kebunnya. Alhasil dengan usaha rayu-rayuan dan penjelasan dari salah seorang pihak relawan SMK Bhakti Karya Parigi, akhirnya Mamaknya pun optimis bahwa anaknya akan tetap terbang menuju tanah Jawa.

patrics bersama dengan ibu dan adiknya (Berto)
Kemauan Patrics menunjukkan, bahwa dia ingin sekali belajar untuk bisa berdikari dan berkembang demi masa depannya.

Sekilas tentang Evi yang [kata orang-orang] sering mengikuti kejuaraan atlet lari di O2SN. Katanya kalau jadi nekaters itu jangan tanggung-tanggung. Toh nekat itu belum tentu buruk, kalau nekatnya berdampak positif tinggal langsung tancap gas saja. Begitulah inti penjelasan dari kata “Nekat”. Seperti saya, yang bisa dibilang tukang nekat tapi ujungnya kalau sebelum nekat terlaksana dan ketahuan sama Ayah Ibu tidak jadi nekat -__-

Evi dengan ayahnya

Kalau Rizal, belum banyak saya tahu tentang Rizal. Baru saja mengenalnya ketika keberangkatan kemarin menuju ke Tarakan. Pada dasarnya kalau abang dan kakaknya Rizal adalah orang-orang terdidik dan punya visi ingin memajukan pendidikan di daerahnya, berarti Rizal salah seorang remaja dan adik yang benar-benar beruntung mempunya abang/ kakak seperti mereka. Faktanya, mereka pun melepas Rizal untuk bersekolah di tanah Jawa. Sebut saja abangnya Rizal, yang alumni UPN Veteran Surabaya jurusan Ilmu Politik pun punya pemikiran yang patut diacungin jempol. Jadi, tidak salah lagi kan dengan calon penggerak-penggerak muda yang berbakat ini.

sumber foto: Fb Saddam Revolusi [anak-anak kelas multikultural]

Langkah remaja ini memang jauh dari rumah. Namun, ada harapan yang tersembunyi yang memang belum diketahui oleh khalayak. Semoga harapan yang mereka miliki selalu menampilkan harapan yang positif yang dapat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Semangat untuk berbakti pada negeri ya teman-teman, setiap langkah kalian adalah doa yang menjalar hingga harapan itu ada suatu hari nanti. J



Salam selalu dari kabupaten Nunukan
--Arvida Rizzqie Hanita, SDN 005 Sebatik Tengah—

Pengajar Muda XI Indonesia Mengajar
Share:

20 July 2016

Ramadhan Boot Camp 3 #1

Jumat [24 Juni 2016] merupakan agenda tahunan yang diadakan oleh remaja masjid Al-Aqsa  Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan. Kegiatan ini yang dikenal dengan Ramadhan Boot Camp sudah memasuki tahun ke-3. Remaja masjid yang terdiri dari siswa-siswi SMA N 1 Sebatik Tengah sangat antusias untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut.


 Hampir sebulan lamanya, saya dan beberapa sahabat relawan lainnya dari Sekolah Guru Indonesia dan Nusantara Sehat mendampingi adik-adik remaja ini. Pada akhirnya kegiatan ini pun jatuh tempo pada hari H. Ramadhan Boot Camp diselenggarakan selama 3 hari dimulai dari tanggal 24-26 Juni 2016, namun hari terakhir yaitu pada tanggal 26 Juni, peserta dari Ramadhan Boot Camp dianjurkan untuk menginap di masjid selama semalam. Mungkin ceritanya I’tikaf di 10 malam terakhir bulan Ramadhan ini.



Agendanya pun bermacam-macam, dimulai dari materi-materi yang cukup seru, games yang membuat peserta tidak mengantuk, outbond yang diselenggarakan untuk mengisi sore hari dan bahkan ada doorprize supaya peserta semakin semangat untuk mengikuti kegiatan ini.

Diserangkaian kegiatan hari pertama, yaitu pembukaan Ramadhan Boot Camp ke-3 sekaligus dilanjutkan materi-materi yang dapat menambah ilmu peserta ramadhan boot camp ini. Di hari pertama pemateri didatangkan dari sahabat relawan bang Achmad Salido yang membawakan tentang aqidah akhlak melalui buku Who Am I buku psikologi yang diadopsi dari kultweet @PsikologiID. Bang Aldo menjelaskan tentang bagaimana menjadi pribadi yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Bang Aldo pun menyampaikan bahwa sebaik-baiknya diri kita adalah yang memberikan manfaat untuk orang lain.


Setelah bang Aldo menyampaikan materi, giliran sahabat relawan dari Indonesia Mengajar, Muhammad Mubin yang memberikan materi tentang dream mapping. Mas Mubin, memberikan motivasi untuk teman-teman di Ramadhan Bootcamp agar jangan pernah berhenti bermimpi. Karna dari mimpi itulah kita dapat mengembangkan diri kita. Bukan obsesi namun hanya saja sebagai acuan untuk dapat mengembangkan diri kita.



Berangkat dari desa di Tuban, Jawa Timur ke kota, mas Mubin sendiri sempat tidak percaya bahwa mimpinya untuk melihat langsung monas dan seluk beluk Jakarta tercapai. Ingin bersekolah gratis pun demikian, salah satu mahasiswa berprestasi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mempunyai motto "Man Jadda Wa Jadda". Mas Mubin pun sungguh berharap, bahwa anak-anak di Sebatik itu punya potensi, jadi jangan hanya ditanam bibitnya namun cobalah untuk menyuburkan tanamannya hingga berbuah dengan baik. 



Sebagai penutup Ramadhan Boot Camp di hari pertama, pak Ust. Amin pun mengisi materi dengan tema Tauhid. Beliau memaparkan tentang bagaimana tata cara sholat yang baik, setidaknya supaya diri ini bisa khusyuk beribadah dengan Allah SWT. 



Arvida Rizzqie Hanita --vidahasan--
SDN 005 Sebatik Tengah


Share:

Di Hari Pertama Sekolah

Sebatik, 18 Juli 2016

Ada yang berbeda di hari ini. Elin, adik angkat saya, keluar rumah dan berangkat lebih awal tidak seperti biasanya. Iya, back to school, akhirnya setelah sekitar 3 minggu liburan berlalu kami pun kembali lagi bersekolah.

Lama tidak berjumpa dengan kawan-kawan, bahkan guru-guru (sesekali hanya bertegur sapa ketika keliling kampung). Maklum, liburan lalu diisi dengan berbagai banyak kegiatan, pas kebetulan saya site visit di minggu terakhir sekolah, lalu diselingi dengan kegiatan Ramadhan dan malam takbiran. Ah, rupanya sudah sebulan saya tidak berjumpa dengan anak-anak. Bahkan anak-anak mengira, kalau saya sudah pulang kembali ke Jawa dan tidak muncul lagi di sekolah. Bukan, tidak seperti itu, sekalipun pulang, saya akan pamit dengan kalian anak-anakku sayang :)

Hari Pertama Sekolah...


Semuanya baru, mungkin hanya beberapa anak. Dari seragam, peralatan sekolah, sepatu, bahkan tas pun baru. Yang paling mengesankan adalah, ketika melihat adik-adik mungil baru yang duduk di kelas 1 SD. Ah, lucunya raut wajah mereka. Seperti ada hal-hal baru yang belum mereka ketahui sebelumnya. Iya, peralihan dari masa TK ke SD adalah proses. Namun, sorot mata mereka polos dan bersinar. Siap menyapa masa depan yang baru.

apel pagi

Di hari pertama sekolah pun harus ada semangat baru, jiwa optimisme yang baru untuk menggapai asa. Bagi saya, ilmu itu kita pelajari untuk menggapai asa diri bukan untuk menunjukkan bahwa kitalah yang terbaik dan terhebat. Belajar adalah hal untuk meningkatkan kualitas diri, namun tujuannya bukan untuk bersaing dengan orang lain namun lebih untuk pengembangan diri. Setiap orang layak mendapatkan pendidikan tertentu, baik formal maupun informal. Anak-anak adalah agen masa depan, bukan aset yang kita gunakan untuk memunculkan ambisi-ambisi orang dewasa. Sebagai seorang dewasa, tugas kita adalah mendidik dan mendampingi para agen masa depan ini.

perkenalan di dalam kelas 1
Beberapa orang tua pun terlihat tak sabar dan tersenyum ketika anak-anak mereka memasuki hari pertama sekolah. Meskipun perilaku mereka masih sama ketika duduk di bangku TK, tapi tetap saja ada harapan yang terkumpul dari orang tua mereka. Kelak, semoga menjadi anak yang dapat membanggakan mereka.

Pak An, salah satu guru yang ikut merintis pendirian SDN 005 Sebatik Tengah pun tak mau kalah dengan anak-anak ini. Ada semangat membara di hari pertama masuk sekolah, ada yang berbeda dengannya. Tiba di sekolah lebih awal dan memberi sambutan untuk anak-anak. Gelak candanya masih belum berubah, masih sama seperti sebelumnya.

"Hayo... ini anak kelas 1. Siapa yang berani maju ke depan untuk memperkenalkan diri?" Tanya pak An. "Tidak ada yang mau maju? nanti pak guru masukkan kalian ke dalam karung satu per satu" imbuhnya. Semua anak-anak tertawa dengan candaan pak An. 

Tetiba gadis mungil mengacungkan jarinya dan berkata tegas "Aku pak! Aku mau maju" Ujarnya.

Sorot mata tertuju padanya, ada rasa berbinar di mata gadis kecil ini.

"Kamu. Coba perkenalkan diri lalu tinggal dimana" Kata pak An.
"Nama saya Antrisia Virginia Tiwe. Panggilan Antris. Saya tinggal di Bergosong" sontak semua bertepuk tangan dengan keberanian si Antris.
"Oke, terima kasih. Coba siapa lagi yang berani?" tanya pak An.
"Boli pak!" sontak Antris berteriak nama Boli

Antris


Boli
Boli yang awalnya tidak mau maju pun akhirnya dipaksa maju oleh Antris. :))
Ah... Anak-anak selalu punya cerita sendiri dengan kepolosan mereka. :))

Kalo ini action saya bersama dengan anak-anak kelas 5 dan kelas 6. 3 hari ini adalah masa transisi, jadi belum mulai pelajaran efektif. Sehingga, mereka masih bekerja bakti di lingkungan sekolah mereka :)

Mendapat surat balasan dari sahabat pena di Aceh Utara


Arvida Rizzqie Hanita
SDN 005 Sebatik Tengah PM XI Kab. Nunukan
Share: