21 March 2012

Ini Ada

Mungkin sekarang ini, jika dilihat seharusnya ada banyak hal yang kita ketahui. Namun rupanya itu semua salah. Tidak semua hal diketahui oleh orang lain. Karena saat ini, beberapa dari mereka hanya peduli dengan diri mereka sendiri. Sungguh, betapa kasihan sebenarnya orang-orang yang seperti itu. Hanya butuh ketika membutuhkan, dan dibung saja ketika sudah tidak diperlukan lagi.

Wajar saja memang, jika ada orang yang seperti itu. Mungkin belum bisa merasakan terbuang sia-sia, namun ada layaknya harus waspada. Peduli sama orang lain bukankah tidak salah? Bukankah itu hal yang sangat mulia? Namun, kenapa selalu hanya memikirkan sendiri saja?

Ada banyak hal yang kita jumpai, namun kenapa tidak ada yang mau melirik setengah senti saja dari apa yang kita lihat? Bukan, bukan hanya melihat, namun bertindaklah setidaknya. Sedih rasanya jika seperti itu. :(
Share:

27 January 2012

Inilah Hidup 'Sahabatku'

Hei sahabatku,
Hidupmu tak berarti berhenti kok. Kegelisahanmu selama ini adalah kegelisahan kemenangan. Biarkan kehidupanmu layaknya seperti layang-layang yang berusaha menahan kencangnya angin.

Hei Sahabatku,
Kamu itu hebat. Kamu itu kuat. Aku yakin bahwa kamu mampu menghadapi hidup. Biarkan kenangan masa lalumu hidup dalam hatimu. Biarkan ! Nikmati saja sebagai sebuah pembelajaran berikutnya.

Hei Sahabatku,
Kamu tau? Aku bersedih melihat penderitaan yang kamu alami. Aku ingin membantumu. Tapi aku hanya dapat mendengar keluhanmu dan tak dapat berbuat apapun.

Hey Sahabatku,
Kehidupan itu sungguh mengagumkan kok. Senyum kamu lah yang membuat kehidupan itu mengagumkan. Tertawamulah yang membuat kehidupan benar-benar hidup.

Hey Sahabatku,
Tetaplah tersenyum. Tetaplah kuat selalu dengan hidupmu. Sahabatmu akan slalu menghiburmu. :)

*dedicate for all my bestfriend* Love you all :*



~vidahasan~
Share:

Cerita Sore 'Aku dan Kamu'

"Le, kenapa kamu melamun terus kerjaannya? Gak ada apa yg km kerjakan. Selain hanya duduk melamun disini setiap menjelang sore?" Tanya laki-laki yg telah menepuk pundakku itu.

Aku menoleh ke arahnya sambil tersenyum. Aku mengajaknya untuk duduk bersebelahan disebelahku.

"Kamu tahu apa yg sedang aku pikirkan. Ris?" tanyaku menghadap ke Daris.

Yah, laki-laki itu adalah Daris. Sahabatku dari aku kecil. Daris hanya tersenyum melihat wajahku dan dia mengangguk.
"aku tau, tau sekali apa yg sedang km pikirkan Le" Jawabnya menepuk-nepuk punggungku.

"Lihat, langit itu indah. Langit yang awalnya hanya berwarna biru/putih, dia elok sekali sore ini" Aku bercerita menunjuk ke arah langit. "Bayangkan saja, langit itu kehidupan kita. Langit bisa berubah warna. Dan hidup kita juga bisa bukan?" Tanyaku.

Daris pun ikut serta memandang ke arah langit. "Langit itu tatkala seorang manusia. Dia hidup lalu terkadang juga sedih yg berarti mendung, menangis yg berarti hujan, tersenyum yg berarti cerah dan seterusnya. Tuhan menciptakan semua isi alam raya ini hampir slalu diibaratkan dg kehidupan. Tdk cuma langit kok. Bunga, pohon, dan lain2 pun bisa kita ibaratkan layaknya kehidupan." ceritanya panjang lebar.

Aku tersenyum sambil memandang langit sore ini. Dan "Indah ya Ris, kehidupan itu." Ujarku.

Daris mengangguk setuju dg apa yang aku katakan.

*just story* :D

~vidahasan~
Share:

31 December 2011

Diary Desa Bahasa #2


Selasa, 27 Desember 2011
Second day, waoww so excited. Mereka belajar teater, memerankan seorang tokoh yang bukan diri mereka. Awalnya saya pikir, mereka bermalas-malasan untuk memerankan tokoh atau bermain teater. Namun mereka tetap lanjut dan sangat semangat sekali untuk melakukan tugas mereka. Ini benar-benar anak-anak yang patut diacungi jempol. Gelak tawa mereka, ceria mereka, suka duka mereka merupakan kekhasan mereka sebagai anak-anak.
Anak-anak masih bisa diajak bermain tradisional. Mereka aktif dan selalu ingin bergerak daripada diam dirumah dan tidak melakukan apa-apa. Pembelajaran saya pada anak-anak hari ini, menambah pengetahuan saya juga terhadap mereka. Dimana mereka memang selalu dijaga, selalu diperhatikan. Untungnya anak-anak yang sedang saya ampu sekarang ini adalah anak-anak yang luar biasa hebatnya. Mereka cerdas, mereka pintar, mereka kreatif, dan mereka penuh dengan kegembiraan. Asalkan saja, mereka perlu dibimbing ke arah yang lebih benar lagi.
Saya mengajarkan mereka berbahasa Jerman hari ini. Entah kenapa, agak sedikit ribet ternyata mengajarkan anak-anak. Mungkin karena bahasanya terlalu asing, sehingga mereka perlu untuk berkenalan lebih dekat terlebih dahulu. Tapi antusias mereka jauh 180 derajar daripada saya mengajar di Sekolah Menengah Atas. Mereka lebih menyenangkan, karena candaan mereka masih bisa dinasehati. Tapi kalo anak SMA, dinasehatin pun masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Ckckckck...
Anak-anak, memang perlu diajarkan hal yang benar sejak dini. Ah, sayangnya kemarin saya melakukan kesalahan fatal. Niat saya hanya ingin bercanda, tapi malah melakukan kesalahan fatal. Semoga saja, Faris, nama salah satu anak dari mereka, tidak melakukan sesuatu kebodohan yang saya ajarkan. Ternyata memang, anak-anak sekarang tidak bisa dibohongi. Tapi terkadang malah mereka justru membohongi saya atau kami para manusia dewasa. Hahaa Dan dibohongi oleh anak kecil adalah salah satu hal yang paling-paling menyebalkan sejujurnya...
Tau gak, keluguan anak kecil saat ini? Ternyata tidak berbeda jauh dari saya yang dulu juga merasakan seperti mereka. Jadi, jika ada perempuan dan laki-laki sedang bersamaan, meskipun itu dipilih oleh saya, atau yang lebih dewasa selalu jadi bahan bercandaan para anak-anak ini. Entah kenapa, pemikiran mereka pasti selalu ‘pacaran’ dan mereka selalu bilang ‘cieeeeee’ hahaaa darimana mereka sudah mengenal kata-kata seperti ini. Hadeuuuuhhh.... -_-“ Namun, saya pikir itu wajar juga. Karena saya juga dulu sering seperti itu. Tapi tidak separah anak-anak sekarang ini. Dan saya masih bisa untuk membalas bercandaan mereka. Mungkin jaman saya ketika kelas 3-6 SD mungkin. :D
Akhir dari Desa Bahasa hari ini adalah, tau tidak apa yang mereka lakukan? Mereka meminta nomor HaPe para tentornya. Wiiiiiwwww (mata belo) saya pikir jaman sekarang mungkin yang namanya HP sudah benar-benar bukan barang yang “waaahh” lagi kali yaa... Faktanya pun, mereka sudah sangat terbiasa dengan keberadaan HP. Yang saya pertanyakan, apakah guru-guru disekolah mereka tidak melarang dan mengambil HP mereka saat jam pelajaran? Adik saya, yang masih kelas 6 SD pun saya larang untuk membawa HP. Adik saya lebih sering berhubungan via telefon rumah dengan teman-temannya dan itu pun hanya sebatas bertanya tentang tugas sekolah. Lah ini, untuk apa HP mereka? Kenapa anak seumuran mereka justru dikasih HP? Bahkan saat mereka ulang tahun atau lulus atau nilai rapotnya baik pun, mereka justru lebih memilih HP daripada buku bacaan. Waaaaahhhh patutt diacungi “jempol”. Zaman saya masih SD, berbeda jauh dengan mereka. HP itu adalah barang yang ‘wah’ menurut saya saat itu, jadi yang bisa membeli HP hanya orang-orang tertentu saja. Dan orang seperti saya, belum tentu bisa membelinya. Untuk berhubungan dengan teman-teman saya lebih memilih via surat (romantis bangeeet ini mah) sama via telefon rumah. Mungkin karena intensitas saya dan teman-teman saya yang juga sering bertemu disekolah. Jadi saya tidak memerlukan HP saat itu. Saya pun, memiliki HP saat saya kelas 3 SMP. Jadi, saya masih bisa terima. Teman-teman satu kelas saya malah sudah punya HP dari mereka kelas 1 SMP. Ih waaaaooooww...
Yah, namun saya kira mereka seperti ini karena memang perkembangan zaman yang lebih membaik daripada ketika zaman saya dulu. Sehingga saya bisa memaklumi hal seperti itu. Tapi mereka sudah benar-benar luar biasa. Asalkan mereka pintar dan cerdas dan tentu saja tidak lupa dengan pendidikan mereka, saya juga tidak masalah kalau mereka membawa HP. Dipikir positif aja, mungkin kalau tidak ada HP mereka tidak ada yang menjemput. Jadi kalau yang suka antar-jemput terus pulangnya lebih awal, tapi yang menjemput tidak tahu, mereka bisa langsung menghubungi orang tua mereka dengan HP tersebut. Mudah-mudahan mereka mengambil sisi positif dari penggunaan HP itu untuk mereka sendiri. Tschuesss..... :)
Share:

Diary Desa Bahasa #1


Senin, 26 Desember 2011
Yap, today itu adalah hari dimana saya dapat berkumpul dengan anak-anak yang notebene adalah siswa-siswi kelas 4-6 Sekolah Dasar. Bahkan siswa yang kelas 1 SD pun ada, untuk belajar bersama di Desa Bahasa ini. Dalam beberapa waktu ke depan, saya akan slalu bercengkerama dengan mereka. Para anak-anak, yang seharusnya menikmati masa kanak-kanaknya dengan senang.
Lalu, taukah, ketika teman saya bertanya “Hobby adik-adik apa?” rata-rata dari kesekian anak jawabnya adalah bermain Game (PS). Pikirku, waoooowwww keren, jaman sekarang anak-anak berpegangan pada Game Online dan PS (PlayStationi). Kemana dong sekarang, permainan zaman saya ketika masih kecil dulu? PS mah masih belum terkenal seperti sekarang ini. Zaman saya dulu, masih bermain dengan alam. Dimana itu bisa meningkatkan kreatifitas otak pada anak. Mungkin saya tidak kreatif-kreatif amat si... tapi setidaknya saya tau dan menikmati sekali permainan alam pada saat saya masih kecil. Tidak ‘nguplek’ hanya main PS saja dirumah, menghabis-habiskan uang, lalu bakal jadi kuper (kurang pergaulan) dan bahkan sikap sosialisasinya pun mungkin sangat kurang.
Well, mungkin jaman sudah maju dan modern. Tapi meskipun begitu, bukankah lebih baik juga jika orang menuntun anak-anaknya ke jalan yang lebih benar (ups), maksudnya jangan melepaskan anak untuk bermain PS all day. Itu sangat jelek sebenarnya buat perkembangan anak-anak. Coba deh dikasih permainan tradisional. Mungkin mereka sekarang tidak tertarik, namun kalau dicoba pasti menarik perhatian mereka juga.
Namun, hari ini sungguh luar biasa. Ternyata anak-anak yang saya dan teman-teman saya ampu, mereka memeliki antusias yang luar biasa untuk belajar berbagai bahasa asing, Inggris, Jerman dan Perancis terutama. Sesusah-susahnya bahasa tersebut tetap mereka melakukan dengan sangat baik. Saluuuuutttt.....
Belajar bersama mereka sama dengan menggali pengalaman. Dimana saya dapat membandingkan lebih senang mengajar siswa-siswi Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Dasar yang sepertinya memang berbanding sangat terbalik sekali.
How Cool Is That, Huh?? J
Share:

Thanks Friday


Dear Friday,

Maaf, pagi tadi aku terlalu meragu untuk aku melangkah denganmu hari ini. Maaf, karena aku pagi tadi terlalu naif denganmu. Maaf karena aku telah mendustaimu pagi tadi. Semoga kamu tidak marah dengan apa yang aku lakukan pagi tadi.

Kali ini, apa yang ingin aku sampaikan adalah beribu-ribu kata terimakasih untukmu Friday. Harimu menyenangkan, menyenangkan sekali. Membuang segala hal buruk dalam diriku yang terjadi pagi tadi. Entah apa yang aku pikirkan pagi tadi. Apa yang aku rasakan pagi tadi. Itulah penyebab yang membuat semua orang heran dengan sikap yang aku miliki dari kemarin sore hingga pagi tadi.

Terima kasih Friday untuk harimu diujung tahun 2011 ini. Terima kasih kamu, yang telah membuatku membuang hal buruk dalam diriku. Terima kasih atas apa yang kamu lakukan padaku hari ini. Kamu membawa sejuta warna padaku sore ini, hingga akhirnya kamu mengisi kekosongan hariku ini.

Apa aku harus menyebutmu sebagai Tuxedo Bertopengku? Bukan maksud aku merasa percaya diri untuk mengatakan ini. Tapi, kalau kamu tidak membawaku kabur dari lingkaran keburukanku hari ini, aku pasti telah menjadi gila hari ini. Terima kasih...

Friday, 30 Desember 2011
Share:

Bad Morning Friday


Dear Friday,
Seharusnya hari ini aku mampu tersenyum, aku mampu untuk berbahagia karena ini adalah Jumat terakhir di tahun ini. Tapi kenapa jumat ini justru selalu mengabu-abukan perasaanku. Jumat mungkin belum berakhir. Namun aku merasa akan ada hal yang berat hari ini, yang tak sanggup untuk aku melakukannya.

Friday, kamu tahu, aku selalu menginginkan dikala hujan saat itu. Hujan yang penuh dengan keberkahan, hujan yang penuh dengan kegembiraan. Hujan yang tidak seperti hujan, seperti kegembiraan yang jatuh dari langit dan memberikannya kepadaku.

Friday, mungkin setetes embun darimu hari ini bisa mendingin kan suasana hatiku hari ini. Mencairkan dan menghangatkan perasaanku hari ini. Tidak bisa kah? Agar aku kembali tersenyum untuk teman-temanku, agar aku kembali semangat untuk teman-temanku, agar aku bisa menjadi aku yang biasa dikenal oleh teman-temanku. Ada apa dengan kamu Friday? Kenapa kamu membawa suasana burukku hari ini?

Friday, seharusnya kamu muncul dihadapanku dengan baik. Seharusnya kamu bisa membuatku berproduktif seperti layaknya aku yang biasanya. Aku rindu akan kala langit cerah itu. Meski aku pun juga merindukan hujan dikala itu.

Friday, tolong buat aku tersenyum kembali. Berikan setetes saja kehangatanmu untukku. Agar aku bisa mencerahkan suasana hatiku, agar aku mampu hidup untuk Friday mu hari ini. Agar aku mampu untuk tersenyum di Friday mu tahun depan.

Terima Kasih.

Friday, 30 Desember 2011
Share: