10 May 2022

Serba Serbi Yang Lagi Viral

Eh halooo...

Lagi rame nih masalah LGBT yang sudah beredar di televisi. Trus dengan begitu sedang heboh dan rame-ramenya, aku malah ngeposted foto beliau yang sedang ramai dibicarakan :) but well yeaaahh... I just wanna share to you, that yap! he's still my friend even different, he helped me everytime, humble when i need his help. So, what's wrong on that?

Jadi, kalau boleh sharing tentang Ragil (ya sebut nama saja karena sudah terlanjur viral). Pertemuanku dengan Ragil itu tanpa sengaja dan karena kita memang ditempatkan di satu tempat kerja yang dulu aku bekerja sosial di panti berkebutuhan khusus. Boleh yaa dibaca ceritanya tentang Freiwilliges Soziales Jahr di Jerman kalau ada yang penasaran.

Di WHH (tempatku bekerja) aku satu atap dengan Ragil, awal pertemuan kami pun aku sudah merasakan bahwa he's different. Terus aku harus gimana? Menolaknya? Yaa karena kita satu atap iya kali aku menolaknya. But if you know, I have still many friend who's different like Ragil kok. Temannya Ragil juga temanku juga, dan bahkan dia yang bantuin aku mencari hostfamily saat aku pengen banget pergi ke Jerman. Di awal bertemu, mereka memang sudah sangat jujur padaku bahwa mereka penyuka sesama jenis. Aku menolak dan nggak bisa menerimu itu, itu dosa besar dalam agama Islam (aku masih belum mencari tahu di agama lain seperti apa), but at least di luar penolakan besarku tentang mereka yang penyuka sesama jenis, mereka really helpful. 

Mungkin balik lagi ke circle di mana kita bekerja kali yaa... Tapi sejujurnya pertama menginjakkan kaki di Jerman, obrolan-obrolan tentang LGBT memang sudah sering masuk di otakku. Terus-terusan nggak pernah henti bertanya "terus gimana kalo aku punya teman yang demikian? Aku harus apa? Aku harus menjauhinya kah? Atau justru aku rangkul dan aku ingatkan?" And then.. Yap! Lagi-lagi Allah nguji keimananku bertemu dengan mereka yang berbeda tersebut. Bahkan suatu ketika seorang junior mengirim pesan dan berkata jujur bahwa dia adalah penyuka sesama jenis, dia bahkan mengaku ingin sekali berubah dan sedang diusahakan untuk berubah. Meskipun pada akhirnya, sekarang ia pun juga di Jerman and I don't know what happen to him now! It could be... he's still the same as it was :)

Well, guys, saat aku di Jerman, aku sejujurnya nggak bisa lepas dari lingkaran ini. Ada beberapa alasan yang membuatku tetap berada di lingkaran tersebut. Pertama, aku masih satu tempat kerja dengan Ragil, kalau ada apa-apa aku hanya punya 2 orang Indonesia yang memang kita bekerja di satu tempat yang sama. Kollega yang lain, mereka baik tapi tetap saja berbeda bukan? Makanya, aku nggak bisa lepas dari lingkaran ini. Even kita di luar pun akan tetap dengan circle yang sama; Kedua, teman mereka adalah temanku juga, dan saat aku butuh bantuan pasti ada aja yang slalu helpful... Nggak punya kenalan lainnya. Contoh: saat aku sedang bepergian ke kota lain, dengan circle mereka aku dapat tempat untuk menginap tanpa harus memesan kamar hotel atau aku bisa dapat makan gratis dan bahkan bonus tourguide setempat karena kita nggak tau tentang kota itu. Jadi, circle mereka ya circle ku juga...; Ketiga, yaa sebagai teman doa adalah sebaik-baiknya tindakan kok. Rasululloh juga bilang kan, kalau kita mau ngasih tau seseorang hal baik lakukan dengan 3 cara dengan menyampaikan secara lisan, dengan perbuatan, dan terakhir ketika keduanya tidak bisa maka sebaik-baiknya perbuatan adalah dengan mendoakan. Mendoakan supaya mereka mendapatkan hidayah.

So, aku kenal Ragil dan Fred sebelum mereka viral seperti sekarang ini. Aku pun pernah tanya ke Ragil, apa yang menyebabkan ia demikian. Jawabnya bikin sediiiih... :( terutama di lingkungan dan penolakan-penolakan yang terjadi pada dirinya. Pernah sempat ingin berubah, tapi ketika dia bergerombol di kumpulan para pria ia justru tidak diterima dan sering dikata-katain. Akhirnya dari penolakan demikian ia menerima dirinya yang seperti itu. I know his feeling... Tapi sejujurnya emang suka nggak nyangka aja kalau dia bakalan sevulgar itu untuk "mendakwahkan" prinsipnya. and of course I'm against it... Aku nggak sepakat dengan dia memamerkan kemesraannya, kecuali dia mau menyampaikan hal-hal baik yang dia lakukan di Jerman, tentang kerja sosialnya, tentang Ausbildungnya, tentang sekolahnya, atau bahkan tentang pekerjaan dia. Do and don't when we're travelling in Germany, just it... no more! Tanpa memamerkan dan menjelaskan bahwa dirinya adalah LGBT... Make sense juga dengan demikian ia punya alasan bahwa bisa saja ada statement "gue bisa lebih sukses dari orang-orang yang suka ngehina gue" dari penolakan-penolakan masa lalu yang pernah dia dapatkan di lingkungannya :)

Aku sama sekali nggak benci Ragil, tapi aku kecewa akan sikapnya. Eventhough, he's still my friend... and finally semacam okay, Vid! It's his choice and you don't have to be angry... Doakan saja semoga ia dapat hidayah :)

Segitu dulu yaa.. pandanganku tentangnya yang sekarang lagi viral. Semoga semoga semoga ada keajaiban datang menyambutnya...

-vidahasan-

mungkin hanya ingin bilang bahwa
bullying itu bisa mengakibatkan mental health
mengakibatkan orang berambisi
lalu menjadi benci dengan apa yang disampaikan oleh orang lain
jadi kudu gimana? Harusnya merangkulnya dengan baik
Tanpa ada celaan atau hinaan padanya :)



Share:

9 May 2022

Hidup Seseru Itu...

Ternyata...

Hidup seseru itu... Segala tanya aku sampaikan sama Allah tentang hidupku. Dan Allah perlahan slalu kasih jawaban yang bikin terkejut, sedih, bahagia tapi begitulah caranya Ia untuk memberitahu hamba-Nya melalui apapun supaya hamba-Nya tak berlarut dalam pertanyaan-pertanyaan yang itu masih belum pasti pula jawabannya.

Kadang seringkali aku berasumsi, kapan ya Allah akan mengabulkan permintaan-permintaanku yang sudah lamaaa aku mau? Tapi, ternyata dengan mengandaikan demikian, berarti aku tak percaya dengan kuasa-Nya. Akhirnya buat kita jadi lebih banyaaaaak berpikir negatif? Tapi aku tetap bersyukur, di waktu yang tepat memang Allah slalu kasih jawaban yang menepiskan segala kegundah gulanaku slama ini. 

Pertanyaan itu pun juga seringkali sama seperti yang dipertanyakan orang lain di sekitarku. Sebuah kata kunci dengan pertanyaan "kapan" seringkali membuatku takut, takut tak percaya kuasa-Nya. Tapi lagi-lagi, aku kembali diingatkan "Liat... Allah aja ngabulin permintaanku kok sekalipun permintaanku cuman pengen makan kacang almond. Sesederhana itu aja permintaanku dikabulin sama Allah, apalagi permintaan yang menyangkut dengan menyempurnakan ibadah-Nya. Aku jamin Allah pasti kabulin di waktu yang tepat". 

Lagi dan lagi, perasaan itu nggak akan pernah bisa bohong kok. Meski sakit, tapi tenaaang Allah dulu, Allah lagi, Allah terus... "Nggak papa Vid, hidup itu emang seseru itu... Tiba-tiba jatuh cinta, tiba-tiba kecewa, tiba-tiba sedih, marah, lalu bahagia. Rasa itu ada sebuah proses hidup, kalau nggak punya rasa bagaimana bisa melewati proses hidup?" :)

Allah juga kok yang ngasih perasaan-perasaan demikian, tinggaaal bagaimana diri kitanya ini bisa mengontrol. Itulah namanya mindfulness... Jangan terlalu dalam perasaannya, bahaya.. bisa lupa akan segalanya. Makanya, saat kamu mempunyai perasaan penuh dengan  negatif jangan lupa terus dzikir, berdoa sama Allah supaya bisa lebih legowo... Nggak papa kamu marah, nggak papa kamu kecewa, nggak papa kamu sedih, tapi please cukup saat itu aja, karena esoknya kamu akan dapet perasaan yang lebih menenangkan dan membahagiakan.

Nah, pas kamu punya perasaan yang positif juga jangan lupa bersyukur, karena jika kamu bersyukur itu justru pertana kamu bahagia. Karna tak ada syukur yang membahagiakan :)

Jadi, tenang guys... Aku menulis demikian bukan berarti aku sudah selihai dan seahli itu untuk mengontrol emosi dari perasaan-perasaan yang ada. Balik lagi kan, hidup itu seseru itu... Aku yang munafik ini pun masih sangat seriiing nggak bisa kontrol perasaan. Makanya, terus belajar dan inget sama Maha Pencipta kita guys...

Kita saling mendoakan
Kita saling mengingatkan
Karena sebagai insannya di dunia
Slalu ada salah dari diri kita yang penuh dosa 

-vidahasan-

Jadi, sudah sejauh mana kamu mengenal-Nya?
Mengenal akan karuania-Nya
Keberkahan itu milik kita semua
Asal kamu bisa menjaga taqwa



Share:

7 March 2022

Empati dan Doa

Kamu tahu? Yang paling berat dari manusia-manusia single yang belum memiliki pasangan adalah komentar orang-orang. "Eh, si ini udah umur sekian tapi belom nikah-nikah. Kasian ya..", lalu di sisi lain, setelah si single itu menikah namun belum dikaruniai anak "Udah isi? Buruan jangan ditunda-tunda, mumpung masih muda. Nanti kalo sudah berumur susah.." Ucapannya mungkin menaruh rasa empati yang mendalam karena di umurnya yang sudah seharusnya berkeluarga dan mempunyai pasangan, ia tetap saja sendiri. Di sisi lain mungkin, ucapan yang ia sampaikan itu ada sebuah doa, namun ternyata itu bukan doa, hanya menjadi sebuah nyinyiran yang bikin si pendengar males dan berkomunikasi lagi dengannya.

Salah satu penyebab putusnya silaturahmi itu juga demikian, boleh menaruh rasa empati terhadap orang namun, jangan sampai terucap kata-kata yang menyakitkan. Ucapan terindah yang bisa kita lakukan adalah mendoakan secara diam. Ketika berjumpa, bertanyalah kabar dan kesibukan yang sedang dilakukannya, atau mungkin bercerita tentang kehidupan mendatang. Biarlah yang menjadi milik pribadi bukan selayaknya diumumkan. :)

Menikah...

Yap! Menikah itu juga bukan lomba yang harus dicepet-cepetin, yang diburu-buru siapa yang akan menikah duluan akan mendapatkan hadiah. No no no... konsepnya nggak demikian ferguso. Sejatinya menikah itu berproses, prosesnya di mulai dari menyelesaikan diri sendiri lalu ia mengajak partner untuk sehidup seiyanya sampai akhir hayat. Kalo menikah itu adalah lomba atau kompetisi, maka akan ada proses yang salah dalam menjalaninya. 

Menikah itu...

Butuh visi yang sama supaya bisa sama-sama belajar sampai jannah-Nya. Bukan sekedar ucap ijab qabul belaka lalu selesai, karena panjaaang sekali perjalanan pernikahan ini. Bagaimana menjadi support system satu sama lain, bayangin, ketika kita tinggal di rumah kontrakan atau kos saja yang berbeda-beda kepalanya belum tentu cocok semua kan? Bahkan, kita hanya tinggal beberapa tahun saja sama mereka atau sama keluarga yang since we were baby yang bareng-bareng terus sama mereka. Menikah itu long liiiifeeee yang kita hidup sama orang asing selain keluarga kita, terus tiba-tiba setiap waktu bareng sama kita. Perlu belajar banyak hal, terutama kontrol diri, karena kita itu akan meng-create new ecosystem not egosystem. 

Menikah itu...

"Buruan nikah... udah ada calonnya belom? Kasian ya, nggak laku-laku. Nanti jadi perawan tua loh..." Allah... Ada sih yang mungkin masih bilang demikian. Jodoh itu bukan perasa tua atau muda, bukan perkara ada atau tidak ada. Jodoh itu belum pasti di dunia, tapi sudah pasti di akhirat, makanya kejarnya yang udah pasti aja...

Kasus lain...

"Dia udah nikah sampai 10 tahun tapi belum dikaruniai anak. Mandul kali ya..." :)

Yaah senyumin aja deh ya. Kita coba ngelus dada sambil mendoakan ia baik-baik saja. Di zaman sekarang, coba berpikir positif, negatifnya diilangin dulu aja.. Daripada kenapa-kenapa mikirin hal-hal negatif terus-terusan kan? Nggak akan selesai-selesai. Jadinya energi kita ikutan negatif, bawaannya emosi terus, iri sama orang lain, dan lain-lain... 

Well, kita coba praktikin apa yang bisa kita lakuin dan bermanfaat buat yang lain dulu yuuk... Nanti, kalo udah saatnya ada meski kita belum baik sesuai dengan mau-Nya, kita tetap terus lakuin hal yang membuat pribadi kita jadi terus baik :)

-vidahasan-

Yang kita bentuk itu ecosystem keluarga supaya 'Bani'nya tetap terus hidup
Bukan Egosystemn yang nantinya akan pecah belah
Maka, menikahlah di waktu yang tepat bukan tepat waktu :)





Share:

1 March 2022

MARWAH

Ngebahas tentang perempuan pasti nggak akan ada habisnya. Karena ada beberapa pandangan-pandangan yang memunculkan banyak pihak dari sana dan sini. Tapi sejatinya perempuan itu adalah marwah, marwah bagi kemajuan bangsa. 

Keinget waktu baca bukunya Ibunda Khadijah, istri Rasululloh SAW. Ibunda khadijah adalah seorang perempuan saudagar yang kaya raya, cerdas dan berpendidikan. Tapi ia tetap saja menjadi seorang perempuan yang tetap taat pada suaminya, mengasuh serta merawat anak-anaknya dan mengajarkan segala hal yang baik untuk masa depan putri-putrinya. Sekalipun ia pada akhirnya hanya berada di rumah, namun sejatinya seorang perempuan memang harus punya pendidikan yang tinggi. 

Dasarnya apa? Dasarnya adalah, ketika seorang perempuan berpendidikan tinggi, ia pun akan turut serta membangun keluarganya di rumah supaya kelak ketika putra/putrinya keluar rumah, bisa menjadi "orang". Perempuan yang berpendidikan tinggi bukan dalam artian ia harus lulus sekolah sarjana, tapi bagaimana ia terus belajar (di manapun) untuk mempunyai kemampuan mengurus keluarganya saat di rumah terutama anak-anaknya. Karena apa? Al ummu madrasah al ulaa -Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya- 

Namanya anak, akan slalu mencontoh tingkah, dan sikap orang tuanya di rumah. Jadi, meskipun seorang Ibu merupakan madrasah utama bagi anak-anaknya, tapi tak ada salahnya juga seorang Ayah mengajarkan bagaimana menjadi kuat, menjadi berani saat menghadapi segala apapun di luar sana.

Karena kita kelak sama-sama menjaga marwah, di mana marwah tersebut sebagai perbaikan bagi peradaban ini. 

Di satu sisi, dengan embel-embel bahwa perempuan harus berpendidikan (re: sekolah) kembali lagi ke tujuan awal. Kenapa perempuan harus sekolah? karena sebagai perempuan harus terus belajar, belajar untuk bisa lebih menghargai diri sendiri, setelah ia menghargai diri sendiri maka ia akan lebih bisa menghargai orang lain. But in fact, nggak semua perempuan demikian loh... Jap! I know! Makanya balik lagi ke enviroment kita seperti apa. Ada bibit bebet bobotnya, ketika setiap orang berperilaku berbeda-beda. Even from their family, their friends or their historical story that the girls could be brave ,strong, clever, well educate, etc.

Berat yaa Viidd.. but anyway, aku, kamu, bahkan kita pun sama-sama masih belajar bagaimana kelak menjadi orang tua yang baik bagi si penerus peradaban ini. Makanya, kalo suka dibilang "Vida ngoyo banget belajarnya" selagi masih belum punya justru manfaatin waktu sebaik mungkin untuk terus belajar :)

-vidahasan-


Girls, you're good enough You are beautiful just the way you are. 



Share:

25 July 2021

Mindfulness

Hai good people, 

Finally, I released this summary after many weeks. By the way, saat ini aku sedang isolasi mandiri karena hasil swab dan PCR-ku positif. Sudah hari ke-7 setelah dinobatkan menjadi pasien covid :") Singkat cerita sebelum nanti aku tulis sebagai jurnal covid-ku, aku sempat disclaimer kalau aku terkena covid. But, I know, karena aku sempat kontak erat dengan yang positif alhasil aku percaya bahwa aku memang pasti juga terpapar setelah lima hari kontak erat. I got so many learn since I did quarantine, even still a week. :')

Aku sempat disclaimer, karena aku hanya sakit biasa dan inshaAllah dengan segala cara seperti olahraga, minum vitamin pasti akan jadi penangkal virusnya. Tapi di suatu hari tubuhku tak bisa membendung rasa sakit itu. Badan lemas, kepala pusing, tenggorokan mulai meradang, and just want laying on the bed. Aku putuskan untuk mengurangi banyak interaksi dengan orang lain, supaya kalau aku benar-benar positif, aku mengurangi jatah penularanku ke mereka. Dua malam aku merasakan panas berkeringat, kupikir aku hanya terkena gejala tipes yang hampir mirip-mirip. Maka sehari setelah gejala, aku melakukan swab mandiri dan hasilnya hanya satu garis di T. 

Well, I'm just curious about it. Meskipun demikian, aku tetap melakukan isoman dan berpindah ruang di mana mbak Cims juga berada di sana. Malam harinya, aku bertanya terkait hasil swabku yang hanya satu garis dan di huruf T saja. Maka, beberapa orang menyampaikan hasil swabku invalid. Untuk memastikan segala sesuatunya kembali, keesokan paginya aku melakukan swab test ulang supaya lebih akurat. Benar saja, sudah mulai muncul dua garis yanga artinya aku betul-betul positif terkena covid-19. 

First attempt, I was schocked. Well, kenapa bisa sih? Tentu saja bisa, karena aku memang kontak erat. Aku yakin virus itu berdampak luar biasa di tubuhku bahkan bisa jadi di tubuh orang lain. :) 
Aku sempat menangis, sedih karena itu yang bisa aku lakukan saat itu. "Well, Vid! It's ok. Nggak papa.. saatnya kamu membuat sebuah refleksi ketika kamu tau bahwa kamu positif". Aku mencoba untuk healing diri sendiri dengan berpikir secara positif, lebih mindfulness. Bersyukur sekaliiii pernah ikut kelas mindfulness-nya Pak Jamil Azzaini. Dampaknya luar biasa buat diriku pribadi, karena belajar untuk lebih bisa memaafkan dan mencintai diri sendiri, banyak bersyukur dengan apa yang terjadi saat ini, terutama pada diriku sendiri.

Jadi, aku nggak menceritakan bagaimana proses covid itu menjalar di tubuhku. Karena aku ingin bercerita tentang proses mindfulness ini, meskipun memang aku masih belum dinyatakan negatif, tapi satu minggu ini benar-benar buat lebih banyak berserah.. Seberserahnya kita pada Yang Maha Kuasa. MashaAllah...

Setiap orang itu pasti mempunyai luka batin yang di antaranya adalah ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan; merasa dikhianati; kesepian; menyesali masa lalu; dan khawatir akan adanya masa depan. Pemikiran-pemikiran demikian yang akan menjadi luka batin dan butuh waktu yang lama untuk menyembuhkannya. Mungkin bisa jadi, covid salah satunya, akan menjadi luka batin jika kita tidak bisa menyeimbangkan otak dan hati kita bersama. Kepikiran, kapan sembuhnya? Kepikiran, kenapa sih Allah ngasih sakit kaya gini? kepikiran lagi, emang aku salah apa sih sampai sebegini dikasih sakitnya? Banyak pemikiran-pemikiran yang muncul di otak kita kalau kita nggak bisa berpikir mindfulness.

Padahal nih guys, obat paling ampuh adalah bagaimana kita bisa mengolah pikir kita menjadi lebih baik lagi. Merefleksikan diri, dan menerima segala kondisi yang ada saat ini. Buang jauh-jauh overthinking, apalagi orang seperti aku yang masih suka overthinking, jadi mengolah akal pikiran dan hati itu perlu banget. Supaya apa? Supaya kita tau kelemahan diri, lalu dijadikanlah kelemahan itu sebagai sumber kekuatan kita. 

Apa sih itu mindfulness, rame amat bahas tentang mindfulness..

Mari kita sejenak beri hati untuk berjeda, supaya kita tau bagaimana kita perlu untuk mengistirahatkan segala kegundahan selama hidup ini. Hidupmu, hidupku sudah terlalu lama terforsir tanpa memikirkan diri sendiri dan memberi ruang untuk hati serta pikiran kita. 

1. Forgiveness. Belajarlah untuk memaafkan diri sendiri. Kalau salah yaa enjoy aja. Ibarat kita, we as a human, juga bisa kok melakukan kesalahan. Jadi, jangan berdiam diri menyalahkan diri sendiri terus menerus, karena itu adalah sumber untuk menderita. 
2. Loving kindness... menanamkan rasa cinta, karena dengan menanamkan rasa cinta akan menghasilkan hal-hal yang baik dan bahkan kebaikan itu akan terus bertumbuh ke diri kita. Salah satu caranya adalah dengan mendoakan secara diam-diam, siapapun, bahkan orang yang paling kamu benci, kamu cintai, kamu idolakan. Doakan mereka... dengan begitu, inshaAllah hidupmu akan lebih bahagia.
3. Acceptance. Guys, belajar menerima itu susah yaa.. Tapi itu perlu banget banget banget.. Tapi coba belajar untuk tawakkal.. ridho se ridhonya kita pada Sang Maha Pemberi Hidup. Coba duduk, bersimpuh, lalu bercengkerama dan refleksilah diri. Sudah melakukan apa saja selama kita hidup di dunia ini? Mencoba untuk beri ruang hanya kamu dengan diri-Nya.. :)
4. Gratitude. Ketika kita bisa melakukan itu semua, bersyukurlah dengan segala hal yang terjadi pada hidup... Karena bersyukur akan membuat berbagai keajaiban datang :)

Kita bertumbuh untuk diri kita sendiri, jika kita sudah bertumbuh maka aku yakin orang lain di sekitar kita pun akan turut serta untuk terus bertumbuh... 


-vidahasan-

Mempraktikan doa dengan sepenuh cinta 
Sekesal apapun kamu pada dirinya
inshaAllah luka batin akan menghilang
Bahkan kau akan merasakan banyak cinta dan mencintai 



Share:

14 July 2021

Chance and Challenge

Hai good people,

As I wrote before, me, right now did not doing anything. Just laying, listening, reading, and writing are the activities which possible to me. I'm feeling soo free (re: gabut) cause, I don't know what I want to do. I have to do something! Not only those activities... fiuh. I think, that I need a motivation to my self of course. May be, can hear someone who have positive vibes, share to another what I have. That's it! Cause my day is not too productive. I'm feeling sooo abstract. Well, what I want to write in this story, just to remindering me how lucky I am to work at a good place.

I should write the title chance and challenge. Why? Of course, cause this two words are really important to me. I have chance to develop my self in another skills, and also I have challenge to improve my skills.

Kesempatan belajar di tempat kerjaku sekarang sangatlah berpeluang besar. Karena aku bertemu dengan sosok-sosok luar biasa yang nggak pernah aku terfikirkan sebelumnya, bahkan aku pun sungguh tak menyangka kalau Allah mempertemukanku dengan Bapak-Bapak yang punya track record sangat tinggi. Banyak hal yang dipelajari seperti leadership, public speaking, community development, education, risk management, social impact even though I also learn about infrastructure. Not only those, I also learn about how to set cameras, online CCTV, trade, and lobby and negotiation. Semua itu aku dapatkan tanpa berbayar dan tanpa cuma-cuma. Bapak-Bapak yang asik diajak diskusi, bahkan paham tentang semua hal yang seharusnya bukan menjadi ranah mereka.

Someone told me that, if you want to learn all the things then do it! But you have to know and remember that "Jadilah generalist yang specialist, jangan jadi specialist yang generalist. Artinya, ketika kamu mau belajar tentang segala hal maka minimal kamu tahu, kamu paham dasar dari setiap topik yang kamu pelajari. Supaya apa? Supaya kamu bisa sinkron dengan orang yang berbicara denganmu anything about the topics. Kamu boleh mempelajari satu hal, tapi jangan sok-sokan belajar keseluruhan kalau cuman nanggung aja. Akhirnya dasar dari pemahaman setiap topik nggak kamu kuasai".

Tantangan. Setiap tugas buatku adalah tantangan dan justru membuatku banyak belajar. Justru nih, ketika nggak ada tantangan yang diberikan aku berasa kosong, padahal di satu sisi aku butuh belajar untuk meningkatkan kemampuanku yang lain. "enak vid, nggak ngelakuin apa-apa" -- "wait, the sound is not like that" Justru aku butuh tugas dan tantangan guys... Aku kerja, dibayar, dan nggak ngelakuin apa-apa? Gabut dooong... 

Well, still, I'm feeling grateful! Really grateful. Dengan banyak hal yang sudah aku dapatkan dan kerjakan meskipun memang masih sangaaaaaatt jauuuuh sekaliii pembelajaran yang aku dapatkan. At least, aku pernah melakukannya dan pernah merasakannya daripada tidak sama sekali.

Well done, yaa! Ok, back to laying down!

-vidahasan-

Belajar itu perlu waktu
Bahkan tak ada waktu yang berkesudahan
Terkecuali ada malaikat yang mencabutmu



Share:

13 July 2021

Self Control

Dear you yang sedang belajar tentang self control :')

Pernah nggak kebayang pertanyaan untuk refleksi diri setiap harinya ke diri sendiri itu apa? Sesederhana mungkin kamu bisa tanya pada dirimu sendiri di depan cermin seperti; kamu bahagia nggak? apa yang udah kamu lakuin hari ini? dan apa yang mau kamu lakukan esok hari? Meski seringkali kita berdampingan dengan yang namanya ketidakpastian and it must be ready, mau atau nggaknya kita. Maka dari itu, untuk bisa menerima ketidakpastian itu diperlukan yang namanya self control.

Kali ini aku menulis tentang self control, tapi bukan berarti aku paham terkait psikis atau semacamnya, ini murni dari yang aku amatim, aku pahami, atau bahkan aku alami sendiri.

As you know, since I work at Padepokan Kalisoga, banyaaaak sekali hal yang didapat dan dipelajari. Salah satunya tentang self control tentu saja. Belajar bareng sama Bapak-Bapak yang menurutku tingkat kekeceannya udah ada di level entahlah di mana itu.. Buat diri ini selalu belajar siap, sigap dan cepat tangkap. Meskipun, memang masih banyak hal-hal lain juga yang perlu dipelajari dan butuh kesabaran ekstra. Kesabaran ekstra di sini kesabaran dalam proses tahapan belajar ya bukan kesabaran ekstra karena melakukan sesuatu terus nggak ikhlas hihi.. lah gimana coba kalau kita belajar sabar tapi nggak tulus ikhlas? Lebih baik, sekalian aja nggak perlu belajar ikhlas.

Sulit memang untuk mempelajari ilmu ikhlas. Bahkan, ketika kita berucap "Sungguh aku ikhlas ngejalaninnya. Aku ikhlas ngelakuin itu" dan segala macamnya, orang yang ada di depan kita saja bisa mempunyai anggapan yang berbeda. Diam adalah hal yang terbaik yang bisa dilakukan ketika kita melakukan sesuatu. Mengontrol diri sendiri supaya tidak berlebihan dengans segala sesuatu yang kita dapatkan. Apa contohnya? Ketika kita mendapatkan sebuah pujian, sebenarnya itu adalah sebuah boomerang untuk diri kita, maka ketika mendapat pujian jangan merasa cepat puasnya. Karena bisa saja, kita melakukan kesalahan yang sama di waktu yang berbeda. Maka, kunci mengontrolnya adalah dengan "well, I'll keep this things and thank you"

Perasaan itu banyaaak macamnya. Nano-nano. Setiap hari mood itu slalu berbeda, kadang bahagia, kadang sedih, kadang marah, kecewa, kadang bahkan bisa sepersekian detik langsung berubah sesaat. Mungkin, bisa dicari tahu reason of it "Why we are feeling that feel". You know, soo grateful if we have people around us, keep doing positive vibes. It makes us more more enjoyable. Suasananya selalu menular ke diri kita, bahkan apalagi jika ia paham betul tentang suasana hati kita saat itu.

Guys, aku tahu, mengontrol diri sendiri itu butuh waktu. Nggak gampang, but as you know, that you can do it, carefully. Nggak perlu ngoyo buat terus mengontrol diri, karena salah satu kemampuan mengontrol diri adalah with an acceptance. Menerima dengan segala hal yang ada di dalam diri kita sendiri, menerima bahwa perasaan-perasaan itu sedang kita rasakan. Jadi, jangan berusaha untuk menolaknya, karena justru akan menjadikan diri kita kacau, stress, bahkan masuk ke alam bawah sadar kita. Ingin menangis? Maka, menangislah sejadi-jadinya ketika itu memang membuatmu merasa nyaman, ketika itu memang membuatmu merasa lega. Cry is not an embarrasing thing, just do it, if you want to do it. I think, some people doing that, because it makes them comfort and losing their bad feeling.

I'm also not the one who can't control my (feeling) self, but I just want share about this things. Sometimes I think that "Ok, today nobody text me to confirm or give an information" well, it's ok. It's your time, the time is yours. No one can't interrupt you to doing what you like or love. Just relax and takes the time comfortly. I can finish my story, I can read a book, I can cook, I can do sport, and all activities that you want to do that day. :')


Just love yourself guys! :)

-vidahasan-


Sometime, we pretend what we feel. 
But, please don't pretend.
 Just accept that feel in your circumstances.













Share: