19 January 2015

Ein Spiegel

Hallo,
Mungkin ada yang penasaran dengan apa yang saya lakukan di negeri barat ini. Banyak yang bertanya-tanya dengan apa yang saya lakukan di sini. Banyak yang bilang, kuliah? Beasiswa? Jalan-jalan? (didoakan saja kalo jodonya kuliah dan dapet beasiswa di sini) absolutely not at all. Saya sih kerja di negeri barat ini hehe kerja apa? Kerja sosial. Gimana kerjanya? Ngurusin orang-orang yang berkebutuhan khusus, bantuin mereka makan, mandiin mereka, dan gantiin popok mereka. Apa nggak jijik? Awalnya iya jijik, tapi sekarang justru nyaman dengan keadaan begini. Nyaman sekali. Nggak perlu kantoran yang ber AC, nggak perlu pake seragam yang mewah, yang rapih, yang penting di sini bisa jadi diri sendiri. That's enough 😊

Sebelumnya, saya numpang di sebuah keluarga Jerman-Turki di Frankfurt. Nama programnnya aupair. Jadi aupair itu bantuin keluarga ini ngejagain anak-anak mereka, terus bantuin juga beres-beres rumah, bantuin masak juga, semacam asisten rumah tangga sih iya. Tapi segi positifnya, aupair juga masih bisa jalan-jalan keliling Eropa, bahkan masih bisa dikasih jatah waktu buat kursus bahasa di sekolah pula. Kadang juga diajakin liburan sama keluarganya, atau dijadikan keluarganya itu juga salah satu keluarganya juga. Itu tergantung dari gimana keluarga asuhnya ya, soalnya ada yang baik dan ada juga yang kurang baik (bukannya jahat, tapi hanya kurang baik saja). Semua kembali ke diri bagaimana cara membaur dengan keluarga itu sendiri hehe :)

Semuanya itu berproses, nggak semudah yang kita bayangkan. Butuh perjuangan keras hingga sampai sini. Jujur saya merasa jadi diri sendiri setelah berada di sini. Mengenal banyak orang dengan berbagai macam karakter, dan budaya. Meskipun belum mencakup semuanya, setidaknya sedikit banyak tahu. Saya juga travelling, meskipun masih di situ-situ aja perjalanan travellingnya. Bukan naik gunung, bukan jalan-jalan tiap hari dari satu tempat ke tempat lain, hanya untuk menghamburkan uang. Bukan! Das ist was anderes (it's different). Saya travelling menjumpai kehidupan sebenernya. Saya hanya penasaran dengan hal yang lain, agaknya jiwa saya kosong kalau saya hanya nge stuck di satu titik saja. Itu seperti bukan diri saya.

Jujur, bukan bermaksud riya, dengan mengupload foto-foto perjalanan saya di Jerman ini. Hanya sebatas rasa syukur karna saya bisa melihat secara langsung negeri yang sejak dari kelas 1 SMA saya impikan, sejak guru bahasa Jerman saya bercerita tentang Jerman, dan itu menjadi motivasi diri saya sejak saat itu, hingga saya pun sampai pada titik ini. Perjuangannya tak semudah yang dibayangkan, hingga ketika titik akhir saya merasa ingin menyerah dengan keadaan. Seperti sudah tidak ada jalan lain. Tapi rupanya Allah memudahkan segalanya. But Thank You Allah.. 😊

And then now, saya rasa, saya benar-benar merasa mandiri semenjak di sini. Merasa, nggak ada yang perlu ditakutkan ketika kamu sendirian. Seringnya, dimana kita berada di tempat baru, kita pun akan menemukan keluarga baru. Meskipun berbeda budaya, berbeda bahasa, tapi sudah semacam keluarga yang sudah sangat lama tidak pernah berjumpa. Sebuah kelurga baru yang hanya baru beberapa bulan mengenal, tapi sudah seperti dekat sangat lama.

Mungkin ini juga nggak terjadi hanya pada saya. Mungkin semua yang berada di tempat baru pun merasa demikian, sekalipun di Indonesia. 😊 but, but, but it's really different! When you living in other cultures, there is something different, what you feeling! Saya tidak tahu itu apa, tapi yang jelas sungguh jelas berbeda.

Jadi cobalah untuk ber travelling ria! Kalau mau lebih asyik, bersolo travelling pun tak ada salahnya. Justru menantang ketika bersolo travelling! Kamu benar-benar akan bisa menemukan jati diri kamu sesungguhnya. Mengenal berbagai macam orang yang benar-benar belum pernah kamu temui. Nggak perlu takut dengan resiko yang akan menghadangnya. Dari resiko itulah, kita bisa belajar untuk bisa lebih bertanggung jawab. That's what I feel ☺️

Satu hal juga yang perlu diingat adalah, jangan pernah beranggapan semua perjalanan itu menyenangkan. Di jalan sana akan ada jungkir balik perjalanan yang belum pernah kita alami, sekalipun itu di negeri asing, jangan pernah beranggapan bahwa di sana lebih nyaman dibandingkan di negeri sendiri, yang saya rasakan sampai sekarang adalah "Indonesia adalah negeri yang paling keren akan kekayaan alamnya daripada yang lain". 😊😊

Lets enjoy your day!

Mannheim, 19.01.2015
Vida Hasan.


Share:

15 January 2015

Hi! Selamat pagi kamu!

Pagi ini entah kenapa rasanya ingin sekali menuliskan sesuatu tentang kamu. Iya kamu! Aku terbangun dari tidurku, karna aku memimpikanmu. Entahlah, sudah sering rasanya aku memimpikanmu. Tiba-tiba saja, kamu datang tanpa permisi dan masuk ke dalam mimpiku. Ada apakah gerangan? Merindumu? Iya tentu saja. Langit di negeri barat ini selalu membayangiku akan kehadiranmu. Rasa-rasanya, ingin aku bersamamu menapaki jejak langit barat ini. 

Mungkin belum saatnya, semoga nanti ada saatnya kamu ada aku bersama-sama menjajaki bumi eropa ini. Supaya kamu tahu, bagaimana kehidupan di sini, semenyenangkankah seperti yang selalu kamu kira? Atau justru sebaliknya? Atau mungkin belahan bumi asia lebih mengasyikkan daripada di sini. Bagiku yang hampir 2 tahun ini menjamah negeri eropa, bumi asia lah yang menyenangkan. Entah karna budaya, atau karakter dari masyarakatnya sendiri. 

Aku menjajaki bumi eropa karna rasa ingin tahuku sangatlah besar tentang bumi ini. Rupa-rupanya, aku pikir perjalanan selama hampir 2 tahun ini sudah cukup buatku. Oh belum! Tentu saja belum! Aku masih harus memungut ilmu yang belum pernah aku jaman, aku masih harus belajar agar aku tahu bagaimana kehidupan ini. Aku saat ini masih mencari jati diri. Semoga kamu juga iya, agar kita bisa bersama-sama mengemban tanggung jawab besar ini. Agar kita berdua tidak salah langkah untuk mengembang tanggung jawab ini.

Kelak suatu hari, ketika aku dan kamu bersama-sama menitih masa depan, kelak suatu hari ketika aku dan kamu bersama-sama membesarkan buah hati, akan ada rasa yang terpuas di hati meskipun akan ada kekurangannya. Setidaknya, perjalanan yang telah kita lalui bersama beberapa waktu lalu menceritakan perjuangan kita berdua. Agar kelak, anak kita tahu bagaimana ayah dan ibunya berjuang mengumpulkan ilmu.

Hi kamu! Selamat pagi dari bumi eropa! 
Entah dimanapun kamu berada, aku slalu merinduimu.
Mengharapkanmu? Iya tentu saja aku mengharapkanmu di sini bersamaku, namun biarlah waktu yang akan menyisakan semua kepedihan ini. Tunggu! Tunggulah! Sebentar lagi aku akan pulang untuk menemuimu, sebentar lagi aku akan datang menemuimu! 

Ah ya, aku lupa memberitahumu, meskipun demikian, aku masih mempunyai mimpi yang setidaknya masih ingin aku kejar. Semoga kamu bisa memahamiku dengan ini! Semoga kamu bisa mengerti bahwa aku selalu haus akan ilmu, bahwa aku masih harus terus belajar demi masa depan, bukan hanya untukku, tapi untuk kita, untuk keluarga kecil kita kelak!

Hi kamu! Aku mencintaimu, aku merindukanmu, aku menginginkanmu! Perjalanan ini, masih terus berlabuh hingga nanti suatu hari aku dan kamu slalu bersama-sama selamanya.


Mannheim, 15.01.15.
Share:

6 January 2015

Cerita dari oleh-oleh

Sebenernya dari dulu pengen banget nulis beginian, cerita dari oleh-oleh. Tapi, karna ada halnya blog yang berkisah tentang kata oleh-oleh pun saya jadi ikutan nimbrung. Hmmm...

Entah ini adat atau kebiasaan di Indonesia. Entah ini positif atau negatif, itu pandangan masing-masing. Bagi saya cerita tentang oleh-oleh itu adalah kebiasaan yang hanya dilakukan oleh orang-orang di Indonesia. Baik atau buruk? So, jadi begini ceritanya.

Ini bukan masalah hal ikhlas atau nggak ikhlas, ini bukan masalah mau ngasih atau nggak mau ngasih, yang jadi persoalan adalah memintanya itu loh, terkadang agak memaksa dan saya jujur tidak suka. Semakin orang meminta, kemungkinan besar orang yang dimintai oleh-oleh pun nggak akan ngasih sama sekali. Bagi saya yang terpenting adalah orang yang bepergian itu sampai dengan selamat sampai tujuan sampai balik lagi ke tempat asal. Bukan masalah oleh-olehnya yang selamat atau nggaknya.

Jujur saya nggak masalah dengan ngasih oleh-oleh sama kerabat, teman, tetangga, atau siapapun yang saya kenal. Saya ingin sekali ngasih, tapi satu hal yang kembali dipikirkan adalah badget (uang) buat membeli oleh-oleh, over bagasinya atau tidak, dan waktu untuk membeli oleh-oleh itu sendiri. Iya kali, kalau saya bawa mobil sampai ke sini, kalau saya punya duit banyak, iya saya kasih aja sekalian rumah saya :| 

Ini kebiasaan yang mungkin terdengar aneh. Coba deh, kalau kita hidup di luar negeri semacam eropa, nggak ada sama sekali orang meminta oleh-oleh sama orang yang lagi mau liburan. Mereka selalu mengucapkan "hati-hati ya" "selamat sampai tujuan" "selamat bersenang-senang" "salam buat keluarga di rumah" bukan "oleh-olehnya yaa jangan lupa." :)

Mungkin kita bisa budayakan hal semacam itu, mengambil segi positif dari negeri barat pun nggak masalah kan, dengan sikap seperti. Itu justru bagi saya terdengar sangatlah menyenangkan. Iya mungkin saya juga dulu berpikiran seperti itu, saya juga termasuk salah seorang yang juga suka minta oleh-oleh sama orang yang hendak bepergian. Tapi, saya sendiri pun sadar, ternyata itu justru merepotkan diri sendiri. Diri ini hendak ingin berlibur, bertamasya, bersenang-senang, justru malah diri ini sibuk mencari oleh-oleh untuk orang-orang yang pengen banget dapet oleh. 

Belum chek in aja uda di sms, wa, bbm "oleh-oleh ya, jangan lupa", belum sampai tujuan masih di jalan lagi-lagi dapet sms, wa, bbm "oleh-olehku jangan lupa." Bayangkan setiap beberapa jam sekali dapet tagihan seperti itu? Kebayang keselnya bukan main kan? Kebayang repotnya bukan main kan? Balik lagi deh ke diri sendiri, jangan pernah memasakkan beli oleh-oleh kalo memang nggak sanggup buat belinya. Hidup, hidup kita sendiri! Cukup pedulikan saja orang-orang yang peduli sama hidup kamu, bukan peduli sama oleh-olehmu karna kita bepergian ke luar negeri, karna kita seorang backpacker, karna kita pecinta travelling.

Maaf, ini pendapat dari saya pribadi. Silahkan kalau tidak suka tidak usah baca, yang setuju sama pendapat saya ya syukur alhamdulillah.

Ingat ya, ini bukan masalah ikhlas, atau apapun, tapi sekali lagi ini masalah kenyamanan dari perjalanan orang yang bepergian tersebut! Bikin orang yang bepergian tersebut merasa nyaman dengan ucapan-ucapan yang menyenangkan! Yuk dirubah sama-sama kebiasaan ini, karna ini bukan adat orang Indonesia, tapi hanyalah kebiasaan. Kebiasaan bisa saja dirubah kok, nggak ada yang nggak mungkin :')

Semoga bermanfaat! :)

Vida Hasan

Mannheim, 6. Januari 2015
Share:

3 January 2015

Catatan Akhir Tahun

Membuka awal tahun 2015,

Bismillahirrohmanirrohim,

Ini tahun kedua saya hidup di negeri rantau, negeri yang sedari sekolah dulu ingin sekali saya kunjungi, negeri yang bahasanya, telah saya pelajari sekitar hampir 5 tahun, tapi tak pernah saya gunakan untuk berbicara, negeri yang kebanyakan orang juga ingin sekali berada di sini. Ah sudahlah :) waktu memang cepat sekali berlalu, tapi perjalanan masih belum usai, rasanya waktu yang telah lalu pun terbung sia-sia, tak dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Sedih rasanya.

Keputusan yang mungkin berani, karna harus berani jauh dari keluarga yang benar-benar mencintai keberadaan saya. Saya pun demikian, harus bisa bertahan dengan kerasnya hidup di sini, tanpa ayah ibu, tanpa sanak saudara, tak ada siapapun yang berada di sini. Kecuali teman-teman yang baru dikenal, yang bukan lebih dulu saya kenal. Merekalah yang menguatkan saya hingga saya bisa bertahan sampai saat ini.

2014? Ah Gusti, ini tahun sungguh istimewa. Bulan Agustus 2013 saya terbang hingga ke negeri panser, awal tahun lalu selalu kepikiran, setelah selesai aupair pokoknya saya harus pulang. Saya pun slalu berusaha agar saya bisa mengumpulkan uang agar bisa membeli tiket pesawat pulang. Namun, alhasil, jujur saja, saya mendapat pengalaman (pahit) yang luar biasa selama setahun lalu. Pengalaman yang benar-benar membuat saya belajar sangat banyak tentang kehidupan, kehidupan dan kehidupan.

Pengalaman aupair, yang banyak orang bilang sangat mengasyikan dan itu benar, sangatlah mengasyikan sekali untuk kehidupan saya ini. Hingga waktunya slalu berkata, belajar, belajar dan terus belajar, karna ilmu hidup itu tidak akan pernah ada habisnya, pun dengan ilmu pengetahuan. Tak akan pernah ada habisnya sama sekali.

Pengalaman pahit? Memang pengalaman pahit apa yang dirasakan selama aupair? Pasti hal ini yang akan ditanyakan oleh semua orang. Biarlah waktu yang menjawab, bukan saya yang menjawab, biarlah kenangan pahit itu segera hilang, dan pengalaman baik selalu tersimpan dengan rapi di dalam benak ini. Tapi saya selalu mengambil kebaikan dari pengalaman pahit itu, karna tidak smua pengalaman pahit benar-benar pahit buat diri saya. Adakalanya pengalaman pahit justru menjadi pengalaman luar biasa, supaya diri ini tetap kuat, tegar, lebih sabar. MasyaAllah...

Nah sekarang, sudah saatnya membuka lembaran baru. Mungkin dengan pengalaman yang baru ini juga akan menjadi pengalaman luar biasa buat saya. Sudah 1,5 tahun hampir berlalu, saatnya kah untuk saya pulang? Saatnyakah untuk saya berhenti di negeri rantau? Saya pun tidak tahu, harus bagaimana. Tapi yang jelas, apa pun rezeki yang Allah berikan untuk saya, tidak akan pernah saya tolak. Kalau saya memang harus pulang, saya pulang, kalo Allah menyuruh saya untuk tetap belajar di negeri ini, dan pulang dengan membawa ilmu, insyaAllah pun saya jalani. Yang terpenting dari saya, ikhtiar dan doa.

Sejujurnya, yang membuat diri tidak nyaman di negeri ini adalah tentang ibadah. Rasanya banyak dosa, karna pada akhirnya ibadah saya sangatlah kurang di sini. Saya selalu kepikiran, kalo di negeri saya sendiri di sana, orang-orang slalu bisa menyempatkan waktunya untuk beribadah. Tapi di sini? Tidak! Orang pun seakan lupa dengan ibadah, mereka hanya berfikir bekerja, bekerja, dan bekerja. Bukan saya sok agamis, tapi memang begitulah adanya. Saya merasa tiap hari jadi orang yang berdosa, karna saya selalu menjamakkan, atau mengqodhokan ibadah saya (jujur seperti itu).

Rasanya, benar2 tidak nyaman. Meskipun kollega saya mengijinkan saya untuk sholat di tempat kerja, namun sama saja. Saya tak nyaman, karna harus keburu waktu, karna tempat yang belum tahu bersih atau tidak, iya dikarenakan alas kaki mereka bisa saja menginjak kotoran anjing, mungkin alas kaki saya juga, itu semua membuat saya merasa kurang nyaman. :(

Na ja, semoga keberkahan tahun ini menjumpai saya. Aamiin :)


Mannheim, 3 Januari 2015.
Share:

11 October 2014

Tentang Dia

Aku bingung kenapa tetiba memasang judul seperti itu. Sudah lama padahal, tak ada cerita seseorang di dalam blog saya ini. Tapi entahlah, mungkin karna aku hanya ingin menceritakan tentangnya, karna beberapa hari ini bertingkah aneh.

Iya, dia dulu teman satu kelas di sekolah menengah atas. Kami pun berpisah, dia melanjutkan pendidikan di perantauan lain, dan aku pun begitu. Lambat laun, yang awalnya aku pun cepet sekali menyukai seseorang, akhirnya ya udah, hilang. Eh tapi entah kenapa, perasaan itu selalu muncul, perasaan itu selalu menjadi pertanyaan dan pertentangan batik sendiri. Aku, ketika menyukai seseorang, akan benar-benar menyukainya, dan akan lama ketika aku harus melupakannya lagi.

Iya, kami pun berada di tempat antah berantah yang berbeda. Dia di sana, dan aku di sini. Seiring berjalannya waktu, aku mulai terbiasa dengan kehidupan perkuliahan, dia pun begitu ku rasa. Memiliki banyak teman, sibuk dengan kegiatan, organisasi, belajar dan lain-lain. Komunikasi? Iya tetap saja, kami menjalani komunikasi selayaknya teman biasa, tak ada yang spesial. Aku hanya bertanya kabar, melalu pesan singkat, telfon pun sudah sangat jarang sekali. 

Na ja, rupa-rupanya dia sudah mempunyai pacar. Iya, beberapa kali, saat masih duduk di bangku menengah atas, dia sempat memiliki hubungan dengan beberapa teman satu kelas. Padaku? Ah aku hanya pelengkap saja, sebagai teman cerita, pendengar, dan lain-lain. Entah kenapa beberapa teman satu kelas, yang laki-laki slalu saja datang padaku, dan ujungnya ingin menceritakan kisah cinta mereka. Buatku tak masalah, hanya saja, dengannya agak sedikit sakit rasanya.

Mendengar gerutunya, ocehannya, keluhannya, itu sedikit membuatku berbisik pada hati nurani kecil "let's make our relationship, then I promise, I'll make you happy everytime" ah kaya sinetron aja gitu ya hehe... Tapi seriusan, entah kenapa hubungan yang hanya sebatas persahabatan ini malah justru berbeda. Bercandaannya kami, percakapannya kami, pertemuan kami, itu semua berbeda. Bagiku, bukan baginya.

Keluhannya itu, yang slalu membuatku berbisik kembali "ah apaan sih, kenapa kau harus menceritakan kisahmu padaku? Tahukah? Aku sakit. Aku bingung harus menasihati apa." Ketika datang wanita baru, dan kau bilang "itu targetku, itu gebetanku! Gimana pendapatmu?" Begitulah pertanyaan yang slalu mau ajukan padaku. Ingin membuatku cemburu? Atau kenapa? Kenapa harus slalu bertanya denganku, tentang wanita pilihanmu? Yang menjalani hubungan itu kamu, bukan aku. Lalu, kenapa aku dibolehkan untuk ikut campur dalam hubunganmu?

Aku tahu, saat ini kamu masih single, jomblo, setelah putus dari pacar lamamu. Terus kamu, cerita kalau kamu belum bisa lupa sama mantan pacarmu. Fine, I'll make you something different! Tapi rupanya, justru berbeda. Kamu justru mengiri beberapa foto gebetanmu yang baru, lalu meminta saran padaku, meminta pendapatku bagaimana mereka. Itu apa? Apa itu? Aku hanya bisa menjawab, "then, take it easy. You can get it, what will you do! That's up to you, that's your choice, not me. Why should I?" Hanya pertanyaan itu yang muncul. Tahu rasanya? Entah kenapa, aku berusaha menghilangkan perasaan ini, tapi seperti, dia berharga buatku. Kenapa beda? Kenapa sedih? "I'm here for you, waiting for you..." Tapi sekali pun dia, tak pernah memandangku. "That's right!" 

Aku berfikir, ah hanya pendekatan saja, belum resmi, karna aku pun masih ada kesempatan itu. Tapi, dengan keadaanku sekarang berada sangat jauh darinya, lalu bagaimana proses itu akan berlangsung? Setelah lulus kuliah, setelah wisuda, kami pun selalu masih sama saja. Hubungan persahabatan, dan pada akhirnya aku memutusan untuk hidup lepas dari keluargaku, untuk hidup berpetualang di negeri yang aku impikan. Iya, aku sekarang berada di belahan bumi yang lain, terpisah oleh beberapa waktu dan benua. Oh God, I don't know, I miss him! Lama sekali aku tak berjumpa dengannya. Keberangkatanku ke Jerman seperti mendadak, tanpa berpamitan dengannya, tanpa bertemu dengannya. Iya karna, dia sudah sibuk dengan dunianya sendiri. Mana mungkin, aku berani mengganggu hidupnya? Sedangkan aku hanya sebatas sahabat dengannya.

Iya, pergi begitu saja tanpa pemberitahuan yang benar-benar jelas. Tahu-tahu, aku pun tiba di Jerman, update foto di facebook, dan tahulah semua mereka, yang tidak tahu keberadaanku. Termasuk dirinya mungkin. Seakan shock, karna tak mengucapkan sepatah dua patah kata, "good bye, take care, etc!"
Aku nggak mau berucap seperti itu, karna aku tahu, aku akan sedih. Oh bukan sedih, tapi karna aku tahu kamu juga akan sendirian, dan tak ada lagi kawan yang dapat diajak mencurahkan isi hatimu, karna itu yang kamu butuhkan sampai saat ini.

Setelah jauh, tak ada kabar, tak ada komunikasi. Lalu tiba-tiba beberapa bulan ini, kamu mengganggu hidupku kembali. Via what's up, via bbm, lebih sering via bbm. Entah kenapa, komunikasi itu berjalan dan mengalir apa adanya. Rasanya nyaman, meskipun kita nggak pernah menggunakan kata-kata mesra, terutama kamu. Sudah seperti, ah sudah biasa. Tak ada kata romantis, karna yang terpenting adalah hati. Mungkin hatiku, bukan hatimu. Hehe

Apa? Kamu ingin ke Jerman? Travelling? Apa itu hanya sebuah modus? Atau memang impianmu? Ada rasa "GR" di diriku ini. Kenapa tetiba kamu pengen ke sini? Beberapa kali, kamu memasang status bbm dengan menggunakan bahasa jerman. Kenapa? Supaya aku respon? Apa bener kamu emang benar-benar tertarik? Bukan karna aku di sini? Itu pertanyaan yang slalu muncul, dan entah kenapa aku mulai merasa "GR" kembali. Ah mungkin memang maunya dia seperti itu, mana tahu aku hatinya, mana tahu aku pikirannya. 

Entahlah, perasaan ini, perasaan yang slalu ingin aku buang, tetiba muncul kembali. Tapi, kalau benar memang karna aku ada di sini, aku senang, meskipun sepertinya itu nggak mungkin terjadi.

Aku? Nyatain perasaan? Ah tidak, karna aku perlu meyakinkan diriku, untuk benar-benar tahu apakah aku benar menyukainya atau nggak. Untuk mengutarakannya pun, perlu keberanian, dan itu jujur membuatku trauma akan kejadian masa lampau. We'll see it later. I don't know, what's will happenning in the future. But. I hope, that you'll be mine, and you know, how much, I like you more than ;)


Mannheim, 11.10.2014
Share:

8 October 2014

Welcome the real life...

Sudah satu setengah bulan, hidup menggelandang sendiri. Tanpa hidup menumpang-numpang dengan keluarga asing di negeri orang. Setahun yang lalu, saya masih hidup menumpang di rumah orang, yang ya baru saya kenal dari tahun lalu. Tiba-tiba masuk dengan berlatar belakang yang sangat berbeda jauh dari kehidupan saya, ketika saya di Indonesia. Banyak hal, yang awalnya saya tidak tahu dan akhirnya pun menjadi tahu di sini. 

Rasanya hidup jadi aupair (begitulah sebutan buat mereka para muda-mudi yang di sini seperti baby sister buat keluarga asing)? Kehidupan aupair? 

Kalau saya boleh menjawab, haruskah saya menjawab jujur atau tidak jujur? Ya karena memang begitu adanya. Ada kurang dan juga ada lebihnya. Apa kurang lebihnya? Bagi saya adalah MENTAL.

Hidup bersama dengan mereka, satu atap, makan bersama adalah hal yang baru sekali bagi saya. Dengan kondisi apalagi baru saja dikenalnya. Masih belum tahu bagaimana karkater mereka, budaya mereka, dan lain sebagainya. Maka dari itulah saya harus belajar memahami mereka. Namun, pada akhirnya di kehidupan nyata, sayalah yang harus belajar memahami mereka, bukan mereka belajar memahami saya. Sedih. Tentu saja, seperti diskriminasi, bahwa budaya saya itu sangatlah tidak wajar. Memang benar, dimana bumi dipijak, disitulah langit bakal dijunjung tinggi. Bagaimanapun, saya masih punya adat sopan santun yang harus tetap saya pegang, bukan justru saya harus ikut dengan budaya mereka yang bagi saya tidak wajar.

Ah, kembali lagi mengenai aupair. Aupair itu...
Mengasyikan,
Seru,
Luar biasa,
Capek,
Menantang,
Suka,
Duka,
Cita,
Stress,
Bahkan mungkin semua rasa itu akan ada di dalam dunia aupair. Iya itu bagi saya, secara pribadi memang seperti itu. Semua rasa itu ada.

Tetapi, yang paling membahagiakan diri saya saat ini adalah, karna saya sudah lulus dengan ilmu yang bernama aupair :) kenapa bahagia?

Iya, karna saya hidup sendiri, tanpa ada keluarga yang (juga) ikut campur urusan saya. Saya belajar untuk hidup, berjuang untuk hidup, dan berani untuk hidup. Itu adalah pilihan. Saya pun belajar bertanggung jawab untuk hidup saya sekarang ini.

Hidup sendiri, saat ini, begitu menyenangkan, bukan berarti tidak peduli dengan orang lain. Namun, di situlah belajar bagaimana untuk bisa peduli dengan diri sendiri dan bahkan orang lain. 

Hidup menumpang itu nggak enak, nggak nyaman, meskipun hidup menumpang tetap menjadi sebuah zona yang nyaman, karna apa-apa sudah ada, contohnya seperti bahan makanan, peralatan memasak, peralatan mandi, dan lain-lain. Semua sudah tersedia, dan tinggal mempergunakannya. Namun, kembali lagi, jujur saya katakan, hidup menumpang itu tidak nyaman :) percaya deh :)

Terus saya sekarang ngapain setelah aupair?

Saya kerja sosial sebagai perawat di rumah orang-orang berkebutuhan khusus di Jerman. Saya harus bangga, saya pun senang, karna dengan begitu hidup saya juga akan menjadi senang. Ini kerja mulia, karena bisa membantu orang-orang seperti mereka. Saya pun jadi paham dengan kehidupan mereka, meskipun belum 100 persen paham. Maka dari itulah saya belajar, dan dari merekalah saya jadi belajar dan memahami arti hidup.

Mereka, meskipun demikian, selalu berusaha untuk melakukan sesuatu sendiri. Bahkan mereka pun tidak pernah mengeluh dengan kekurangan mereka seperti itu. Saya malu pada diri saya. Tuhan menciptakan saya tubuh sempurna, kaki, tangan, mulut, telinga, mata, tak ada yang kurang satu pun, dan saya masih slalu mengeluh? Iya saya malu, sedangkan mereka yang 'bukan' seperti saya bisa hidup dengan nyaman dan senang. Itulah luar biasanya mereka.

Manusia itu, mengeluh ya wajar dong? Pasti akan ada pertanyaan macam itu.
Iya, wajar, wajar sekali. Tapi cobalah untuk tidak mengeluh dengan hidup, saya pun juga masih suka mengeluh, jadi masih harus juga memperbaiki diri.

Bekerja dengan mereka saat ini adalah hal yang menyenangkan bagi diri saya. Entah kenapa, ada rasa banyak sekali bersyukur. Alhamdulillah, mereka pun benar-benar memahami dengan kondisi saya yang menggunakan jilbab, jadi tidak ada halangan di pekerjaan saya. Saya senang.

Jika ditanya, setelah ini mau apa?
Itulah yang sedang saya cari saat ini. Masih belum bisa menentukan. Ingin kembali ke negeri lahir, tetapi masih belum jelas pun ingin melakukan apa di sana. Semoga ada hal yang baik yang bisa saya kembangkan di sana.

Banyak hal, selama satu tahun lebih di Jerman yang benar-benar dapat saya petik. MasyaAllah, inilah kuasaNya, Alhamdulillah, Tuhan memberi kesempatan kepada saya, untuk benar-benar membuka mata tentang dunia. Dia mengajariku secara tidak langsung bagaimana dunia, bagaimana agar bisa lebih dekat lagi denganNya. 

Negeri minoritas muslim, negeri yang banyak berfikir tentang rasional, yang selalu perlu bukti nyata. Paham kenapa saya sebut negeri yang selalu perlu bukti nyata? Karna mereka nggak akan percaya begitu saja dengan teori yang mereka baca di dalan buku, tapi mereka ingin bukti dari teori itu, sebagai bukti bahwa teori itu ada.


Mannheim, 7.10
Share:

30 August 2014

Iseng-iseng

Grüsse!

Ini tulisan saya tulis di kereta. Saya sedang melakukan perjalanan ceritanya, karna sudah sekian lama tidak mendapatkan hari libur. 11 bulan bok, menahan diri dari kegundah gulanaan biar bisa dapet libur. Tapi susahnya udah kaya pintu gua yang kejepit sama batu gedeeeeee banget hehe *ih lebay mah* cuma emang seriusan. Sebenernya aupair itu gampang sih, gampang banget, cuma karna mungkin hidupnya numpang sama keluarga asing, berasanya jadi beda aja. Jadi mesti kurang ngerasa nggak enakan gitu. Na ja, so so. Begitulah... Namanya juga hidup numpang hehehe

Jadi, begini. Saya cuma ingin cerita gitu yah, karna mumpung sayanya sedang berada di kereta. Daripada menganggur nggak jelas, melihat kanan kiri pun diem banget, hening, tak ada suasana apapun. Sebelah kiri saya sih jendela, sebelah kanan saya dong, penumpang yang lain, depan belakang juga dong pastinya. Nah, yang bikin saya keki, yang bikin saya bosan karna tetiba saya milih nulis aja karna aktivitas para penumpang di kereta dong. Saya bukan ingin membanding-bandingkan. Tapi emang gitu sih faktanya, realitanya dong yaa hehe

Jadi nih, sekitar 1 jaman gitu saya lirak lirik ke kanan, depan belakang, penumpang semuanya diam, nggak ada yang ngobrol keras-keras gitu. Nggak ada yang ngobrol balap-balapan, dan mereka melakukan aktivitas mereka sendiri, membaca, menyelesaikan urusan kantor, ngisi teka-teki dong :D kalo saya bandingin sama negeri saya di Indonesia mah emang jujur beda jauhnya sekali. Kalo beberapa kali saya liat mah ya, di kereta mereka justru lebih asik cuap-cuap bla bla, daripada baca-baca buku dan main teka-teki silang gitu. Dan yang paling sering adalah mereka melakukan aktivitas diam (read: tidur) :D

Memang, hobi rata-rata mereka adalah membaca buku. So, jangan heran kalo misal ketemu oma-oma atau opa-opa justru banyak yang melakukan travelling atau bahkan ikut travelling meskipun mereka sudah berumur. Meskipun demikian, otak mereka masih jalan, masih inget semuanya, makanya mereka sehat terus dan fit. Mereka justru lebih banyak tau tentang ilmu, daripada yang muda-muda. Malu sih sebenernya kalo tau oma-oma dan opa-opa di Eropa justru lebih rajin membaca. Eits jangan salah dong ya,  mereka masih mampu loh belanja kebutuhan mereka sendiri di supermarket gitu. Pokoknya cukup keren mah kalo bagi saya mereka ini. Mereka kaya nggak mau gitu yah, ngerepotin orang lain, pengecualian mungkin yah di panti jompo gitu. Tapi di panti jompo pun nggak semuanya bergantung sama orang lain kok. Jadi santai aja gitu..

Nah kalo saya liat di Indonesia emang udah beda lagi. Oma opa di Indonesia juga nggak kalah keren sih. Tapi mungkin dalam tenaga fisik bukan tenaga dalam, makanya terkadang mereka cepet loyo juga karna beberapa pun mereka harus berjualan di pasar-pasar untuk mengais rezeki mereka. Jujur nggak kalah keren. Tapi buat lingkup pengetahuan emang kalah saing sama oma opa yang ada di Eropa. Iyalah, diliat secara hobi pun kan uda beda banget. Makanya kan jelas beda, budaya aja juga beda, jadi memang gitu. Meskipun demikian, oma opa di Indo nggak kalah keren kok. Mereka pun luar biasa, karna beberapa pun juga masih mau berusaha menghidupi kehidupannya sendiri dengan berjualan di pasar-pasar tradisional gitu.

Intinya mah ya, ilmu itu bener-bener memang nggak diliat dari umur. Kapanpun bisa belajar, meskipun sudah berumur pun, oma opa di Eropa tetap loh belajar, bekerja, pun yang sudah pensiunan gitu, memanfaatkan waktu luang dengan bercocok tanam atau bahkan berkebun. Makanya deh, mereka sehat-sehat terus gitu. Jadi, tak perlu heran kalo ketemu di jalan sama oma opa dari negeri barat masih fit meskipun sudah berumur, karna begitulah rahasia mereka. Yuk (mungkin) budayakan membaca itu memang sangat penting, bahkan wajib. Sayang yah, anak-anak sekarang nggak nerapin budayakan membaca, tapi budayakan mendengar, menyimak :D terus akhirnya kudu nurut deh "iya, nggih, iya, nggih"

Jangan sampai gitu, karna ketrampilan harus seimbang tapi tetep perbanyaklah dengan membaca. Sudah jelas kan, buku itu jendela dunia, melalui buku kita bisa tahu tentang semuanya, ilmu pengetahuan, politik, sosial, budaya, dan lain-lain. Eits, jangan tanya saya, saya suka baca apa nggak. Saya sih sebenernya suka baca, sebenernya loh. Cuma saya bacanya via internet gitu bukan buku -____- buku mah mahal, tapi saya tetep diusahain pengen beli buku. Jadi saya sedang menyicil biar bisa suka baca buku. Yuk mariiii belajar buat budayakan membaca. Asiik kok hehe :D

Viele Grüße,
Vida Hasan
Share: