25 July 2021

Mindfulness

Hai good people, 

Finally, I released this summary after many weeks. By the way, saat ini aku sedang isolasi mandiri karena hasil swab dan PCR-ku positif. Sudah hari ke-7 setelah dinobatkan menjadi pasien covid :") Singkat cerita sebelum nanti aku tulis sebagai jurnal covid-ku, aku sempat disclaimer kalau aku terkena covid. But, I know, karena aku sempat kontak erat dengan yang positif alhasil aku percaya bahwa aku memang pasti juga terpapar setelah lima hari kontak erat. I got so many learn since I did quarantine, even still a week. :')

Aku sempat disclaimer, karena aku hanya sakit biasa dan inshaAllah dengan segala cara seperti olahraga, minum vitamin pasti akan jadi penangkal virusnya. Tapi di suatu hari tubuhku tak bisa membendung rasa sakit itu. Badan lemas, kepala pusing, tenggorokan mulai meradang, and just want laying on the bed. Aku putuskan untuk mengurangi banyak interaksi dengan orang lain, supaya kalau aku benar-benar positif, aku mengurangi jatah penularanku ke mereka. Dua malam aku merasakan panas berkeringat, kupikir aku hanya terkena gejala tipes yang hampir mirip-mirip. Maka sehari setelah gejala, aku melakukan swab mandiri dan hasilnya hanya satu garis di T. 

Well, I'm just curious about it. Meskipun demikian, aku tetap melakukan isoman dan berpindah ruang di mana mbak Cims juga berada di sana. Malam harinya, aku bertanya terkait hasil swabku yang hanya satu garis dan di huruf T saja. Maka, beberapa orang menyampaikan hasil swabku invalid. Untuk memastikan segala sesuatunya kembali, keesokan paginya aku melakukan swab test ulang supaya lebih akurat. Benar saja, sudah mulai muncul dua garis yanga artinya aku betul-betul positif terkena covid-19. 

First attempt, I was schocked. Well, kenapa bisa sih? Tentu saja bisa, karena aku memang kontak erat. Aku yakin virus itu berdampak luar biasa di tubuhku bahkan bisa jadi di tubuh orang lain. :) 
Aku sempat menangis, sedih karena itu yang bisa aku lakukan saat itu. "Well, Vid! It's ok. Nggak papa.. saatnya kamu membuat sebuah refleksi ketika kamu tau bahwa kamu positif". Aku mencoba untuk healing diri sendiri dengan berpikir secara positif, lebih mindfulness. Bersyukur sekaliiii pernah ikut kelas mindfulness-nya Pak Jamil Azzaini. Dampaknya luar biasa buat diriku pribadi, karena belajar untuk lebih bisa memaafkan dan mencintai diri sendiri, banyak bersyukur dengan apa yang terjadi saat ini, terutama pada diriku sendiri.

Jadi, aku nggak menceritakan bagaimana proses covid itu menjalar di tubuhku. Karena aku ingin bercerita tentang proses mindfulness ini, meskipun memang aku masih belum dinyatakan negatif, tapi satu minggu ini benar-benar buat lebih banyak berserah.. Seberserahnya kita pada Yang Maha Kuasa. MashaAllah...

Setiap orang itu pasti mempunyai luka batin yang di antaranya adalah ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan; merasa dikhianati; kesepian; menyesali masa lalu; dan khawatir akan adanya masa depan. Pemikiran-pemikiran demikian yang akan menjadi luka batin dan butuh waktu yang lama untuk menyembuhkannya. Mungkin bisa jadi, covid salah satunya, akan menjadi luka batin jika kita tidak bisa menyeimbangkan otak dan hati kita bersama. Kepikiran, kapan sembuhnya? Kepikiran, kenapa sih Allah ngasih sakit kaya gini? kepikiran lagi, emang aku salah apa sih sampai sebegini dikasih sakitnya? Banyak pemikiran-pemikiran yang muncul di otak kita kalau kita nggak bisa berpikir mindfulness.

Padahal nih guys, obat paling ampuh adalah bagaimana kita bisa mengolah pikir kita menjadi lebih baik lagi. Merefleksikan diri, dan menerima segala kondisi yang ada saat ini. Buang jauh-jauh overthinking, apalagi orang seperti aku yang masih suka overthinking, jadi mengolah akal pikiran dan hati itu perlu banget. Supaya apa? Supaya kita tau kelemahan diri, lalu dijadikanlah kelemahan itu sebagai sumber kekuatan kita. 

Apa sih itu mindfulness, rame amat bahas tentang mindfulness..

Mari kita sejenak beri hati untuk berjeda, supaya kita tau bagaimana kita perlu untuk mengistirahatkan segala kegundahan selama hidup ini. Hidupmu, hidupku sudah terlalu lama terforsir tanpa memikirkan diri sendiri dan memberi ruang untuk hati serta pikiran kita. 

1. Forgiveness. Belajarlah untuk memaafkan diri sendiri. Kalau salah yaa enjoy aja. Ibarat kita, we as a human, juga bisa kok melakukan kesalahan. Jadi, jangan berdiam diri menyalahkan diri sendiri terus menerus, karena itu adalah sumber untuk menderita. 
2. Loving kindness... menanamkan rasa cinta, karena dengan menanamkan rasa cinta akan menghasilkan hal-hal yang baik dan bahkan kebaikan itu akan terus bertumbuh ke diri kita. Salah satu caranya adalah dengan mendoakan secara diam-diam, siapapun, bahkan orang yang paling kamu benci, kamu cintai, kamu idolakan. Doakan mereka... dengan begitu, inshaAllah hidupmu akan lebih bahagia.
3. Acceptance. Guys, belajar menerima itu susah yaa.. Tapi itu perlu banget banget banget.. Tapi coba belajar untuk tawakkal.. ridho se ridhonya kita pada Sang Maha Pemberi Hidup. Coba duduk, bersimpuh, lalu bercengkerama dan refleksilah diri. Sudah melakukan apa saja selama kita hidup di dunia ini? Mencoba untuk beri ruang hanya kamu dengan diri-Nya.. :)
4. Gratitude. Ketika kita bisa melakukan itu semua, bersyukurlah dengan segala hal yang terjadi pada hidup... Karena bersyukur akan membuat berbagai keajaiban datang :)

Kita bertumbuh untuk diri kita sendiri, jika kita sudah bertumbuh maka aku yakin orang lain di sekitar kita pun akan turut serta untuk terus bertumbuh... 


-vidahasan-

Mempraktikan doa dengan sepenuh cinta 
Sekesal apapun kamu pada dirinya
inshaAllah luka batin akan menghilang
Bahkan kau akan merasakan banyak cinta dan mencintai 



Share:

14 July 2021

Chance and Challenge

Hai good people,

As I wrote before, me, right now did not doing anything. Just laying, listening, reading, and writing are the activities which possible to me. I'm feeling soo free (re: gabut) cause, I don't know what I want to do. I have to do something! Not only those activities... fiuh. I think, that I need a motivation to my self of course. May be, can hear someone who have positive vibes, share to another what I have. That's it! Cause my day is not too productive. I'm feeling sooo abstract. Well, what I want to write in this story, just to remindering me how lucky I am to work at a good place.

I should write the title chance and challenge. Why? Of course, cause this two words are really important to me. I have chance to develop my self in another skills, and also I have challenge to improve my skills.

Kesempatan belajar di tempat kerjaku sekarang sangatlah berpeluang besar. Karena aku bertemu dengan sosok-sosok luar biasa yang nggak pernah aku terfikirkan sebelumnya, bahkan aku pun sungguh tak menyangka kalau Allah mempertemukanku dengan Bapak-Bapak yang punya track record sangat tinggi. Banyak hal yang dipelajari seperti leadership, public speaking, community development, education, risk management, social impact even though I also learn about infrastructure. Not only those, I also learn about how to set cameras, online CCTV, trade, and lobby and negotiation. Semua itu aku dapatkan tanpa berbayar dan tanpa cuma-cuma. Bapak-Bapak yang asik diajak diskusi, bahkan paham tentang semua hal yang seharusnya bukan menjadi ranah mereka.

Someone told me that, if you want to learn all the things then do it! But you have to know and remember that "Jadilah generalist yang specialist, jangan jadi specialist yang generalist. Artinya, ketika kamu mau belajar tentang segala hal maka minimal kamu tahu, kamu paham dasar dari setiap topik yang kamu pelajari. Supaya apa? Supaya kamu bisa sinkron dengan orang yang berbicara denganmu anything about the topics. Kamu boleh mempelajari satu hal, tapi jangan sok-sokan belajar keseluruhan kalau cuman nanggung aja. Akhirnya dasar dari pemahaman setiap topik nggak kamu kuasai".

Tantangan. Setiap tugas buatku adalah tantangan dan justru membuatku banyak belajar. Justru nih, ketika nggak ada tantangan yang diberikan aku berasa kosong, padahal di satu sisi aku butuh belajar untuk meningkatkan kemampuanku yang lain. "enak vid, nggak ngelakuin apa-apa" -- "wait, the sound is not like that" Justru aku butuh tugas dan tantangan guys... Aku kerja, dibayar, dan nggak ngelakuin apa-apa? Gabut dooong... 

Well, still, I'm feeling grateful! Really grateful. Dengan banyak hal yang sudah aku dapatkan dan kerjakan meskipun memang masih sangaaaaaatt jauuuuh sekaliii pembelajaran yang aku dapatkan. At least, aku pernah melakukannya dan pernah merasakannya daripada tidak sama sekali.

Well done, yaa! Ok, back to laying down!

-vidahasan-

Belajar itu perlu waktu
Bahkan tak ada waktu yang berkesudahan
Terkecuali ada malaikat yang mencabutmu



Share:

13 July 2021

Self Control

Dear you yang sedang belajar tentang self control :')

Pernah nggak kebayang pertanyaan untuk refleksi diri setiap harinya ke diri sendiri itu apa? Sesederhana mungkin kamu bisa tanya pada dirimu sendiri di depan cermin seperti; kamu bahagia nggak? apa yang udah kamu lakuin hari ini? dan apa yang mau kamu lakukan esok hari? Meski seringkali kita berdampingan dengan yang namanya ketidakpastian and it must be ready, mau atau nggaknya kita. Maka dari itu, untuk bisa menerima ketidakpastian itu diperlukan yang namanya self control.

Kali ini aku menulis tentang self control, tapi bukan berarti aku paham terkait psikis atau semacamnya, ini murni dari yang aku amatim, aku pahami, atau bahkan aku alami sendiri.

As you know, since I work at Padepokan Kalisoga, banyaaaak sekali hal yang didapat dan dipelajari. Salah satunya tentang self control tentu saja. Belajar bareng sama Bapak-Bapak yang menurutku tingkat kekeceannya udah ada di level entahlah di mana itu.. Buat diri ini selalu belajar siap, sigap dan cepat tangkap. Meskipun, memang masih banyak hal-hal lain juga yang perlu dipelajari dan butuh kesabaran ekstra. Kesabaran ekstra di sini kesabaran dalam proses tahapan belajar ya bukan kesabaran ekstra karena melakukan sesuatu terus nggak ikhlas hihi.. lah gimana coba kalau kita belajar sabar tapi nggak tulus ikhlas? Lebih baik, sekalian aja nggak perlu belajar ikhlas.

Sulit memang untuk mempelajari ilmu ikhlas. Bahkan, ketika kita berucap "Sungguh aku ikhlas ngejalaninnya. Aku ikhlas ngelakuin itu" dan segala macamnya, orang yang ada di depan kita saja bisa mempunyai anggapan yang berbeda. Diam adalah hal yang terbaik yang bisa dilakukan ketika kita melakukan sesuatu. Mengontrol diri sendiri supaya tidak berlebihan dengans segala sesuatu yang kita dapatkan. Apa contohnya? Ketika kita mendapatkan sebuah pujian, sebenarnya itu adalah sebuah boomerang untuk diri kita, maka ketika mendapat pujian jangan merasa cepat puasnya. Karena bisa saja, kita melakukan kesalahan yang sama di waktu yang berbeda. Maka, kunci mengontrolnya adalah dengan "well, I'll keep this things and thank you"

Perasaan itu banyaaak macamnya. Nano-nano. Setiap hari mood itu slalu berbeda, kadang bahagia, kadang sedih, kadang marah, kecewa, kadang bahkan bisa sepersekian detik langsung berubah sesaat. Mungkin, bisa dicari tahu reason of it "Why we are feeling that feel". You know, soo grateful if we have people around us, keep doing positive vibes. It makes us more more enjoyable. Suasananya selalu menular ke diri kita, bahkan apalagi jika ia paham betul tentang suasana hati kita saat itu.

Guys, aku tahu, mengontrol diri sendiri itu butuh waktu. Nggak gampang, but as you know, that you can do it, carefully. Nggak perlu ngoyo buat terus mengontrol diri, karena salah satu kemampuan mengontrol diri adalah with an acceptance. Menerima dengan segala hal yang ada di dalam diri kita sendiri, menerima bahwa perasaan-perasaan itu sedang kita rasakan. Jadi, jangan berusaha untuk menolaknya, karena justru akan menjadikan diri kita kacau, stress, bahkan masuk ke alam bawah sadar kita. Ingin menangis? Maka, menangislah sejadi-jadinya ketika itu memang membuatmu merasa nyaman, ketika itu memang membuatmu merasa lega. Cry is not an embarrasing thing, just do it, if you want to do it. I think, some people doing that, because it makes them comfort and losing their bad feeling.

I'm also not the one who can't control my (feeling) self, but I just want share about this things. Sometimes I think that "Ok, today nobody text me to confirm or give an information" well, it's ok. It's your time, the time is yours. No one can't interrupt you to doing what you like or love. Just relax and takes the time comfortly. I can finish my story, I can read a book, I can cook, I can do sport, and all activities that you want to do that day. :')


Just love yourself guys! :)

-vidahasan-


Sometime, we pretend what we feel. 
But, please don't pretend.
 Just accept that feel in your circumstances.













Share:

10 February 2021

2020 Wrap Up

Dear you,

(it is like a diary note but is not). So, may be people thought, it is late to write my wrap up year. But, I think, that there is no word 'late' to do something in this world, since we could doing that. 

So, here it is my wrap year in 2020.

Be calm, I write of course in Bahasa but also include some words in English. I just want to practice my english skill in writting.

Yap! Buat sebagian orang di tahun 2020 itu berat, buat ogut juga. Because of Pandemic, our plans destroyed, right? But one thing, that you have to learn, God is really good to us, ketika kita masih saja diberi keberkahan dan kenikmatan yang tidak pernah terkira oleh diri kita sendiri. Setiap tahun aku menuliskan catatan syukurku yang begitu banyaaaak sekali bisa jadi terlewatkan. Bahkan aku suka lupa bahwa kesyukuran itu tercipta karena diri kita sendiri.

Why? Kalau kita ngejalanin sesuatu hal dengan bahagia, rasa syukur itu pasti tercipta karena apa-apa yang kita lakukan tanpa adanya paksaan dan penuh dengan tekanan. Aku ingat bahwa, keikhlasan itu tak bisa dilihat, cuman kita dan Tuhan yang tau, tapi ketulusan itu bisa terlihat dari cara kita memperlakukan hal-hal yang selama ini kita kerjakan bukan hanya diri kita saja yang lihat, bahkan orang lain yang melihat ketulusan itu. Bahagia bukan?

Di tahun 2020 adalah tahun aku berdikari menjadi seorang fasilitator setelah sekian lama aku tidak menjamah ranah demikian. Memang belum sepenuhnya, karena terkendala pandemi, tapi satu yang pasti ada banyak pembelajaran yang aku peroleh bahkan yang belum pernah aku dapat sebelum-sebelumnya. Allah itu saking baiknya sama aku, bisa saja aku diminta untuk terus belajar dan belajar supaya ke depannya bisa menjadi person with well management.

So, in 2020 I moved to Brebes and work at a social institution, name Institut Harkat Negeri. Di bawah IHN sendiri ada Padepokan Kalisoga, jika IHN lingkupnya lebih mengarah ke penelitian dan analisis, berbeda dengan Padepokan yang lebih banyak masuk ke ranah implementasi kehidupan.. #haseekk bahasanya implementasi hihihi... Nah, banyak hal yang aku pelajari sejak aku hampir setahun kurang beberapa hari lagi bergabung di Padepokan Kalisoga ini. Dari mulai menjadi MC, bernyanyi, berpikir analis dan mengetahui seluk beluknya sesuatu secara teknis maupun non teknis.

I'm more confident than before.

6 bulan bergabung di Padepokan eehh dapat amanah luar biasa untuk menjadi tim transisi di salah satu kampus yang cukup punya nama di Kota Tegal. Dari menjadi tim grayak yang suka bagian grayakan sampai akhirnya dapat challenge buat jadi tim analis di kampus. Oh Mensch.... kaya udah jatuh ketiban tangga pula, berasa challenge banget dan sampai akhirnya lagi dapat amanah disuruh belajar bareng sama Bapak yang buatku beliau sangat keren pengalamannya.

Eh by the way, not only one Bapak yaa.. But I have so many Bapaks yang bisa ngajarin banyak hal dari mulai ngebentuk organisasi, nge-engage relawan, public speaking, risk management, human development, technician and others skills that I don't have any before.

I'm so grateful, that I meet with the right people and could give me many impacts and insights. Even I work for 24 hours and make me happy, it would be more enjoyable.

Thank you 2020 for the wonderful experience that you gave. And I think that I should more learn about for next steps. Welcome to the real jungle in 2021...


Dear past, thank you for the moments
Dear future, I'm ready for the next chapter
-anonym-



-vidahasan-
Share:

8 December 2020

Pendidikan Di Era Pandemi

Halo Teman-teman,

Tulisan ini seharusnya aku buat tepat di hari pendidikan nasional pada tanggal 2 Mei, sesuai dengan tema yang tentang hari Pendidikan Nasional. Hmm... Tapi, karena tulisa ini memang sudah sangat lamaaa sekali mengendap di draft blogku, jadi harus segera dieksekusi supaya nggak numpuk hutang menulisnya. Tulisan ini aku buat karena aku memiliki keresahan. Tentu saja keresahan yang aku rasakan rasanya menjadi pengajar online, meskipun sekarang aku sudah tidak lagi mengajar di lembaga formal. Aku salut pada mereka yang masih bertahan dengan kondisi yang saat ini bisa dibilang bukan kondisi yang seperti biasanya. Teman-teman guru merasakan sekali efek yang terjadi selama mengajar daring ini. Aku bisa merasakan hal tersebut, meski aku sudah tidak mengajar lagi sekarang ini.

Well, backgroundku memang pendidikan. Tapi, bukan berarti aku lepas dari pendidikan kok. Aku masih cukup fokus pada dunia pendidikan meskipun sekarang ini bukan masuk ke lembaga formal seperti sekolah. Saat ini, aku hanya menjadi seorang pelajar yang masih harus melihat sekeliling dan masih haus akan ilmu. Di bidang yang sekarang aku geluti ini, masih ada banyak hal terutama dalam bidang pendidikan yang harus aku pelajari. So guys, pendidikan itu tidak cukup hanya di sekolah, tapi bagaimana pendidikan itu harus juga bisa dilakukan di luar lingkungan sekolah, bagaimana semua orang ikut turut serta untuk memajukannya tanpa ada paksaan apapun atau tekanan dari berbagai pihak.

Ada kalanya, pendidikan itu adalah hal yang sepatutnya dibuat nyaman senyaman mungkin. Tidak perlu dibuat seperti ketekanan batin. Kalau ngikutin kata hati mah maunya begitu yaa.. hihi tapi kalau ngikutin mata banyak orang atau bahkan pandangan banyak orang pasti akan berbeda bentuknya. Nah, kalau ngobrolin tentang pandemie dan pendidikan nggak akan ada selesai-selesainya. Kenapa? karena oh karena adanya pandemie ini jadi mengurangi aktivitas bermain pelajar di luar atau bahkan dapat mengurangi eksplorasi anak-anak. Nah terus gimana dong?

Yuk mari kita refleksikan ke diri sendiri terlebih dahulu. 

Menurut teman-teman ketika teman-teman WFH apa yang teman-teman sendiri rasakan? Mungkin kalau di awal akan merasa cukup susah terutama untuk berinteraksi dengan orang lain. Nah, terus gimana? Yaa berarti tandanya pintar-pintarnya kita untuk bisa terus mengeksplorasi diri supaya ada skill yang berkembang dalam diri kita. Di masa pandemi seperti sekarang ini, sudah banyak kelas dibuka untuk pengembangan diri terutama secara online. Bahkan nggak cuma-cuma pelatihan ini diberikan secara gratis untuk pesertanya masing-masing. Seru bukaan? Atau bisa saja bayar tapi dengan harga sesuai dengan kantong kita, dan kita pun bahkan tidak perlu mengeluarkan ongkos transportasi menuju lokasi pelatihan tersebut. Hanya bermodal internet/ kuota lalu laptop dan aplikasi via zoom atau google meeting, atau bisa juga menggunakan adobe video. Semudah itu...

Well, semudah itu memang kalau dilakukan di regional yang memang besar yaa.. Lalu apa kabar dengan yang ada di daerah? Bisa nggak kira-kira belajar untuk mengembangkan diri tersebut? Apalagi dengan bermodal kuota/ internet yang memang nggak kecil tapi besar. Kalau dari pemerintah sudah mendapatkan kuota secara gratis, sekarang pertanyaannya adalah apa kabar sinyal internetnya? Apakah sudah memadai daerah tersebut? Kalau belum, lalu apa yang harus dilakukan?

Yuk mareee kita fikirkan bersama-sama terkait hal ini. 

Untuk hal ini, aku yakin guru-guru di daerah punya caranya masing-masing. Kalau dengar cerita mereka di daerah pun sangat aku salutin sekali dan mengapresiasi apa yang mereka lakukan. Seringkali mereka bercerita bahwa mereka kesulitan untuk mencari sinyal internet, namun kreativitas mereka tidak terbatas. Bahkan, ada beberapa guru yang dengan senang hati mendatangi rumah anak didiknya untuk mengajarinya di rumah masing-masing. Mereka membentuk kelompok kecil, lalu membahas materi yang memang perlu disampaikan. Kereen yaa...

Terlepas dari segala fasilitas yang hanya ada seberapa di daerah mereka, aku yakin seyakin-yakinnya bahwa mereka tetap masih terus bertahan untuk mendidik anak-anak mereka. Kebayang sih bagaimana rasanya mengajar dengan berpindah-pindah rumah apalagi dengan medan jalan yang cukup lumayan uwow sekali.. Bisa saja kan, Bapak/ Ibu guru berjalan melewati bukit yang beberapa rumah siswa saja ada di balik bukit, atau mereka harus melewati kebun sawit dan hutan-hutan kayu yang rumah beberapa siswa ada di sana. 

Belum lagi sekarang ini musim hujan yang harus siap-siap untuk melewati tanah becek yang nggak ada ojek atau bahkan mobil pick up yang melewati jalanan tersebut. Cukup bisa dibayangkan bukan? Bahkan pernah suatu kali, ketika aku menjadi relawan di salah satu daerah di Kalimantan Utara aku menyaksikan langsung semangat juang Bapak/Ibu guru di sana. Terutama saat musim hujan yang benar-benar menjadi tantangan buat mereka. Bahkan, anak-anak harus menuju ke sekolah dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 4 kilometer dari rumah menuju sekolahnya. Mereka pun sudah terbiasa berjalan tanpa menggunakan alas kaki atau bahkan hanya menggunakan topi plastik saja untuk dijadikan penutup kepalanya.

Jika kita di kota masih enak bisa menggunakan mobil di kala hujan turun atau bahkan bisa menggunakan jas hujan, kalau di sana cukup susah dan menjadi tantangan tersendiri untuk Bapak/Ibu guru yang berada di sana. Apalagi sekarang ini jatuh masa pandemi yang bahkan kita nggak pernah tau kapan akan segera berakhir. Udah hampir setahun ternyata yaaa pandemi ini berlangsung....

Semoga diberikan slalu kesehatan Bapak/Ibu guru yang ada di daerah dan segera berakhir pandemi ini.. Supaya anak-anak bisa bermain dengan leluasa bertemu dengan teman-temannya, pun demikian dengan Bapak/Ibu guru bisa mengeksplor kemampuan mengajarnya kembali..

Finally... I finished my writing about education and pandemic. This article came out of my mind.. So, if you have another opinion just let me know and  I would really open minded about what you think...

-vidahasan-


Kalau dipikir kita itu penuh dengan kesyukuran
Namun, seringkali kita lupa untuk bersyukur


Danil, Ita dan Nur
berjalan menuju rumahnya
yang berada di balik bukit sejauh 4 kilometer



 
Share:

28 September 2020

Journey of RUBI Bangli (2)

So, here it is...

Aku lanjutkan kembali yaa petualanganku selama beberapa hari di Bali. Sejujurnya ini adalah pertama kalinya ke Bali tanpa ada embel-embel study tour atau dengan banyak rombongan. Dua kali ke Bali selalu karena ada kegiatan study tour bareng sekolah atau kampus dan itu sudah sangat lama sekali sejaaak hmmm hmmm sekitar tahun 2011 atau 2012 kalau tidak salah.

And then I decided to going there doing volunteering. For me it was so fun, although we have to pay the accomodation by ourself guys. There is a satisfying and feeling feeling sooo good :)

Nah, akhirnya kami berkumpul sekitar hampir 40 relawan meskipun masih ada juga yang belum tiba di malam hari itu. Kami mengadakan briefing dan berkenalan satu sama lain, karena baru pertama kalinya bertemu setelah selama kurang lebih 2 bulan kami bertegur sapa via whatsapp group. Mereka orang-orang keren yang kukenal, karena mereka bisa selegowo itu mengikuti kegiatan ini tanpa ada keluh kesah uangnya akan habis dan segala macam. Pokoknya, selama akomodasi masih ditanggung ber 40an ini, inshaAllah masih aman guys. Ibarat kata nih, berbuat baik jangan tanggung-tanggung, lakuin aja dengan totalitas penuh tanpa keraguan. Percaya aja bahwasanya rezeki akan kembali lagi ke kita kok :)

Kabut pagi masih terpampang nyata di daerah Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Cukup dingin saat itu, karena setelah hujan yang melanda wilayah tempat kami tinggal. Kami bersiap menuju "ruang pertunjukkan" bertemu dengan Bapak/ Ibu guru daerah, dan belajar bersama-sama dengan mereka. We were so excited, meski deg degan tapi itu wajar saja sebagai manusia yang memang memiliki rasa demikian.

Aku berjalan menuju tempat pelatihan bersama beberapa kakak volunteer. Setelah semalaman cukup begadang mempersiapkan yang perlu dipersiapka di keesokan paginya, akhirnya hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. By the way, kami terbagi dari beberapa kelompok. Ada tim pemateri yang mengisi motivasi guru, media belajar kreatif dan kurikulum 13. Masing-masing dari kami memilih materi sesuai dengan pengalaman dan passion masing-masing. Selain narasumber pemateri-pemateri tersebut ada tim bagian dokumentasi.

Aku masuk dalam tim media belajar kreatif. Dari tiga materi yang akan disampaikan tim MBK dan K13 akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu tim MBK kelas besar dan kecil dan K13 kelas besar dan kecil. Aku masuk dalam tim MBK kelas kecil bareng kak Sonia, kak Annisa dan kak Jule. Tim MBK kelas besar ada kak Zaka, kak Vira, dan kakak Dokter Erick plus koh Andre sebagai back up untuk MBK kelas besar. Di tim kurikulum 13 ada kak Tami, Kak Nana, koh Adi, Ibu Zifora, dan kak Putu. Di tim motivasi guru ada kak Monica, kak Riang, mbak Wiwit, mbak Tya, dan mbak Andari. Sisanya ada dokumentasi dan tim panitia yang super duper keren. :)

Keseruan pertama sudah dibuka dengan menyambut bapak/ ibu guru menuliskan harapan-harapan adanya pelatihan pada hari ini dan esok hari. Kami relawan berbaris di depan pintu dan menjadi among tamu untuk menyambut Bapak-Ibu guru yang juga excited dengan kegiatan ini. Melihat senyum-senyum merekah dari wajah mereka, membuat aku dan tim menjadi sangat antusias untuk melewati hari ini. Ada sekitar 200 guru yang mengikuti pelatihan RUBI ini. 

Pembukaan di awali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, perkenalan relawan, dan ice breaking oleh kak Zaka. Setelah itu peserta di breakdown dengan materi pertama tentang Motivasi Guru yang disampaikan oleh Ibu Zifora, kak Monic, mbak Tya dan beberapa tim motivasi guru yang lainnya. Cukup menyenangkan dan slalu diselingi dengan ice breaking supaya tidak spanneng. Aku melihat keseruan dan kegembiraan dari Bapak Ibu guru yang mengikuti pelatihan dari RuBI, aku yakin karena memang konsep RuBI ini berbeda dari pelatihan-pelatihan biasanya. Ada energi positif yang ada di relawan-relawannya.

Setelah motgur selesai, time to break! Persiapan menuju materi selanjutnya yaitu Media Belajar Kreatif dan K13. Di Pelatihan ini, K13 dan MBK dijadikan satu dan dibagi menjadi dua bagian yaitu kelas besar dan kelas kecil. Aku kebagian mengelola kelas kecil, maklum siiiss... ngajarnya anak-anak bayik waktu di sekolah hihi jadi sembari sharing dengan bapak/ibu guru yang mengajar di kelas kecil. 

Soooo intens. Sesi pertama dibawakan oleh kak Jule, yang orangnya rame dan asik. brains stoarming tentang bagaimana mengembangkan kelas kecil, kesulitan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kelas kecil. Jadi, untuk bisa lebih hidup di kelas kecil usahakan diri kita masuk ke pikiran mereka. Jadilah seperti anak-anak supaya bisa lebih dicintai oleh anak-anak. Jadilah orang tua di saat mereka membutuhkan pelukan hangat dari kita, bukan semata-mata mereka salah, kita ikut marah. Psikologi mereka akan semakin kena gaaees... Namanya juga anak bayik yang baru keluar dari sarangnya. Proses mereka untuk bertumbuh masih panjang dan ditentukan oleh kita yang mengajar di kelas kecil..

Bapak/ Ibu guru diminta untuk membuat media belajar yang menarik untuk anak-anak di kelas 1-3 SD. Mereka antusias bahkan entah saking antusiasnya, lebih antusias mereka dibanding kami. Jadi, semakin mereka semangatnya bertumbuh, kita juga harus menaikkan lagi semangat tumbuhnya kita supaya tidak kalah dengan semangat tumbuhnya bapak/ ibu guru di Bangli.

Pelatihan selesai sampai kurang lebih pukul 16.00, dan itu pun masih saja ada Bapak/ Ibu guru yang memilih pulang terlebih dahulu karena saat itu sedang dalam masa akan melakukan Penilaian Akhir Semester di Kab. Bangli. Yap! Pas mereka izin ada ocehan mereka yang bikin aku tertegun. Mungkin hal ini juga terjadi di daerah lain yang letak kota kecamatannya jauh dari sekolahnya. Katanya UPTD itu jauh dari sekolah yang beliau ajar, jadi harus sampai di sana sebelum UPTD tutup kalau mau mengambil soal ujiannya. Kadang ada juga yang jaraknya bisa sampai satu jam hanya untuk mengambil soal ulangan.. Kalau disimak-simak nih padahal, di Bangli sendiri sangaaaat jarang ada kendaraan umum. Menurutku, motor adalah satu-satunya kendaraan yang cukup mudah dijangkau. Ojol? Waduuh jangan harap, karena kalau sudah ada ojol mang opangnya bakalan ngomel-ngomel. huhuhu

Tapi tetep salu sama Bapak/ Ibu guru yang masih mau berjuang untuk bisa tetap mengajar peserta didik. Belum lagi, jika ada peserta didik yang sekolah terus harus bawa adiknya ke sekolah karena tidak ada yang menjaganya di rumah. Dan geeengs... itu beneran terjadi, karena aku menemukan fenomena tersebut. :')

Well... hari ini sudah selesai pelatihan.. Jadi, dilanjutkan lagi keesokan harinya dengan materi yang lebih seru dan tempat yang juga lebih asik lagi... Karena ketemu dengan anak-anak.  See yaaaa :)

-vidahasan-


Menjadi relawan pendidikan itu bukan pencitraan tapi memang keharusan
Jika kau ingin menjadi yang membanggakan lakukan saja kebaikan yang bisa dilakukan
Meski kebaikanmu tak seluas buih lautan
You are what you did!






Share:

12 May 2020

Journey of RUBI Bangli (1)

Halo teman-teman,

so here it is, 

Aku mau nge-flashback lagi dan menuliskan pengalamanku bagaimana menjadi volunteer untuk guru-guru di daerah, terkhusus daerah Kabupaten Bangli, Bali. (bukan) pertama kalinya menjadi volunteer di daerah, tapi ini pertama kalinya aku menggunakan biayaku sendiri untuk segala keperluan selama ada di sana. Meskipun mengeluarkan biaya sendiri, tapi aku merasakan ada kepuasan tersendiri mengikutinya.

Kalau ada yang nanyain "Ya Allah Vid, kenapa harus jadi volunteer jauh-jauh ke daerah sih?" Well, aku akan tuliskan dan cerita ke kalian di tulisan perjalananku ikutan RUBI di Bangli yaa.. :)


Tepatnya pada tanggal 29 sampai 30 November 2019, kegiatan RUBI (Ruang Berbagi Ilmu) diselenggarakan di Kabupaten Bangli, Bali. Aku terbang dari Jakarta pada hari Kamis sore, sekitar pukul 15.30 di bandara Soekarno Hatta. I was so excited karena sudah sejak lama tidak travelling lagi menggunakan pesawat hehe. Saat itu aku menggunakan pesawat Air Asia, yang sudah aku pesan jauh-jauh hari dan lumayan mendapat harga yang sesuai dengan kantongku. Aku janjian dengan beberapa kakak relawan yang lain, yaitu kak Sonia, kak Nana dan kak Tami. Kak Sonia dan kak Nana berangkat ke Bali menggunakan pesawat 1 jam lebih awal dibandingkan aku dan kak Tami. Aku satu pesawat dengan kak Tami, after kak Tami got her drama with her schedule plan hehehe

Perjalanan ke Bali menggunakan pesawat dilalui sekitar satu jam perjalanan. Pokoknya rasa senang yang saat itu didapat. While I'm doing volunteer, I do travelling, it's a double bonus guys, what I got. Bonusnya sih super double malahan... why? So many many many experience sih pokoknya hehe... And then here we are! We are in Bali now! Sekitar pukul 18.00 aku dan kak Tami mendarat dengan selamat, Alhamdulillah... And I got this beautiful scenery dong guys :)


So,  I met with another kakak volunteer, who waited for us at Ngurah Rai Airport. Di sana sudah ada kak Sonia, kak Nana, Kak Zaka, dan kak Erika. Dari bandara Ngurah Rai, kami harus menuju tempat persewaan mobil yang sudah direkomendasikan oleh kakak panitia lokal untuk menuju ke Bangli malam itu juga. Setelah menjemput mobil sewaan, kami menuju ke check point yang sudah ditentukan, yaitu di Starbucks yang searah menuju arah Bangli. Di sana sudah ada kak Annisa, Mas Heri, dan Kak Monika. Beberapa memang sudah pernah bertemu lalu menjadi ajang reunian beberapa kakak volunteer. Nah, salah satunya ini sih, ketika ikutan kegiatan kerelawanan dimana-mana pasti ada aja yang dikenali dan ketika berjumpa lagi kangennya jadi berasa gengs :) And here we are after take off in Bali




Kami dibagi menjadi dua mobil, mobil yang dikendarai mas Heri dan satunya mobil yang akan dikendarai oleh kak Sonia. Aku ikut tim para wanita tangguh ya gengs. Di dalam mobil ada kak Sonia, kak Nana, Kak Monika, kak Tami dan kak Erika. Kami berenam dalam satu mobil dengan barang bawaan yang cukup bejibun di bagasi belakang. Kak Zaka tersingkirkan ikut gabung dengan mobil mas Heri. Katanya, mau sekalian ngobrol sama Dr. Erick yang menjadi tim MBK kelas besarnya.

Dalam perjalanan menuju Bangli, mobil para wanita tangguh berhenti di salah satu supermarket untuk membeli keperluan selama kami hidup sekitar berdua puluhan orang dalam satu rumah besar. Maklum guys, letaknya cukup jauh dari kota. Jarang ada toko cepat seperti Alf* atau Ind* mart. Jadi, kami harus punya bahan persediaan untuk kehidupan selama 2 hari ke depan di Bangli. Kami juga mampir beli ayam goreng tepung di perjalanan menuju Bangli. Memang yaaa... mobil para wonder woman ini udah emak-emak banget, sukanya mampir-mampir. Mobil yang satunya aja udah hampir nyampe di villa kita masih aja mampir-mampir hihi :D Kadang penuh dengan tantangan kalau satu mobil perempuan semua, tapi aku mah yakin aja sama kakak-kakak ini karena mereka sering melakukan travelling yang nggak kaleng-kaleng gengs. :D

Yap! Finally, we're coming in Bangli guys. Disambut sama kabut dinginnya Bangli dan gonggongan anjing tetangga yang berada di sekitar villa tempat tinggal kami. Oh iya, aku belum menjelaskan yaa letak kabupaten Bangli itu dimana hehe :D Eh tapi aku tunjukkin dulu ya daerah kawasannya seperti apa. Hihi Di bawah ini adalah kawasan villa kami berada :) tuh kaan.. kabutnya aja masih ada guys...



So, Kabupaten Bangli terletak di provinsi Bali yang berdekatan dengan danau dan gunung Batur. Kalau rata-rata wilayah Bali berdekatan dengan pantai, nah Bangli beda lagi nih gengs. Dia lebih dekat dengan gunung, makanya sering ada kabut ketika malam dan pagi hari. Udaranya juga nggak sepanas seperti wilayah Bali yang berdekatan dengan pantai. Kabupaten Bangli sendiri memiliki empat kecamatan (Kintamani, Bangli, Susut dan Tembuku), empat kelurahan, dan 68 desa. Kabupaten yang dekat dengan Bangli ada Klungkung, Gianyar, Badung dan Buleleng. Here it's a map from Bangli :)

Sekilas Tentang Kabupaten Bangli Bali

Mata pencaharian di Bangli sendiri rata-rata berkebun atau petani, mengingat letaknya itu banyak haparan hijaunya. Oh iya dan ada satu lagi tambak ikan karena dekat dengan danau Baturnya. Kalau objek wisatanya, tentu saja gunung dan danau Batur, ada desa Panglipuran yang merupakan salah satu desa terbersih.

View from above 
Batur lake
Panglipuran Village

Nah guys, mungkin cerita hari pertama tiba di Bangli sekian dulu yaa..  Of course, I'll write another experience in Bangli as a volunteer. See yaa... :)

(information source from google and wikipedia)

- Vidahasan -

Percayalah bahwa kebaikan itu slalu menular
Menularkan segala rasa yang kau punya :)
Jangan berhenti berbuat baik ya 
Meski diri belum baik, tapi sudah terniati 
InshaAllah akan jadi amalan jariah di kemudian



Share: