1 January 2019

Melihat Mundur (2017)

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatu,

sesungguhnya postingan ini hanya mau memberikan sebuah refleksi di dua tahun ke belakang. Kenapa dua tahun belakang? Karena eh karena saya sama sekali tidak mentargetkan apapun di tahun 2018 kemarin. Rasanya sediiiih karena tidak ada refleksi di tahun sebelum tahun 2018. Padahal, seringkali saya selalu membuat wish list setiap tahunnya dan emang apapun yang kita tulis, kalau kita usahakan ujungnya pasti akan terjadi. We'll see it yaaa..

Tahun 2017

Di tahun 2017 merupakan salah tahun penjajakan saya ke ranah pekerjaan yang lebih serius. Karena selama tiga tahun terakhir sebelum tahun 2017, saya melakukan beberapa perjalanan yang menjadikan diri saya selalu belajar bagaimana melewati setiap masalah demi masalah. Dari sejak lulus kuliah di tahun 2013 hingga 2016. Yaaap, and I thought, that I was just let it be with the time in 2017. Setelah kembali dari penempatan di kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, sebenarnya ada beberapa wish list yang ingin saya capai. Salah satunya adalah kembali mengajar bahasa Jerman di salah satu kursus bahasa Jerman hits di Indonesia, yaitu Goethe Institut Indonesien.

Tapi, Allah berkehendak yang lain. Pada akhirnya bulan Februari saya ditawari untuk menjadi seorang travel consultant di Yogyakarta. Prosesnya begitu cepat dan saya tertarik kembali mencoba hal baru lagi. Saat itu masih dalam masa percobaan selama tiga bulan. Saya ingat, dari bulan Februari akhir hingga bulan Juni. Tugas saya saat itu adalah menjadi translater itinarary journeys dari para turis yang ingin berwisata ke Indonesia menggunakan agen kami. Nggak tanggung-tanggung, karena harus menerjemahkan dari bahasa Inggris ke Bahasa Jerman. Beraaaaat sejujurnya... apalagi saya sudah selama setahun terakhir tidak menggunakan bahasa Jerman saya.. Kagoook rasanyaaa... Tapi eh tapi seru menjadi seorang travel consultant, karena akhirnya bisa tau bagaimana membuat sebuah itinerary journey para turis yang akan berlibur... Ilmu baru lagi ini mah namanyaaa :')

But, I did'nt continue this work. I resigned in about June. Setelah dijalani rupanya pekerjaan ini tidak sesuai dengan impianku hehehhe... Enak siih bisa jalan-jalan, tapi mashaAllah orang-orang di dalamnya udah pada punya pengalaman dan saya masih nol pengalaman dengan hal semacam demikian. Jadi rasa minder karena ilmunya belum seberapa seperti teman-teman satu kantor. Qodarulloh, saya resign juga nggak cuma-cuma. Di samping saya kembali belajar bahasa Jerman di kantor, saya juga sempat dipertemukan dengan tim dari Deutsche Zentrum dan Lembaga Indonesia Jerman. Jadi, makin nambah ilmu lagi kan setelah setahun nggak praktek bahasa Jerman.. Karena diharuskan untuk berbincang menggunakan bahasa Jerman di dua tempat ini.

Daaaan kembali Allah tunjukkan jalannya, karena passion saya rupanya lebih ke mengajar anak-anak tingkat SD. Akhirnya, saya melamar sebagai guru di salah satu sekolah di Jogja, sempat ikut interview dan psikotest, but I failed it. It's ok, that was not yours. Saya kembali mencari pencerahan sebelum saya benar-benar keluar dari travel consultant ini. Maksud saya, supaya ketika nanti saya keluar saya bisa langsung dapat pekerjaan. Then again, takdir Allah kembali. Saat saya pulang ke rumah, saya cerita dan ngobrol dengan bapak ibu, "gaweane mboten cocok kalih Vida pak. Pengen ngucali sing liyane mawon" (pekerjaannya belum pas sama Vida pak, mau cari yang lain). Pernah di tahun ini sebelum memutuskan meninggalkan Jogja, saya mendaftar kembali menjadi wartawan di media cetak di Jakarta. Tapi sama saja, saat itu belum berhasil. Itu adalah hari terakhir saya sekalian meninggalkan Jogja saat mengikuti walk interview di Jakarta. Tapi, pas di saat bersamaan teman saya mengabarkan bahwa dibutuhkan guru bahasa Jerman di SMA Al Azhar Jogja... saat itu rasanyaaaaa ya Allah.. udah di kereta dan pengen balik lagi rasanya. Seriusaan.. Tapi lagi-lagi ya, Allah belum memberi izin saya untuk menjadi seorang wartawan hehee...

And Finally, after lebaran teman saya menginformasikan bahwa ada lowongan guru di salah satu sekolah swasta di Jakarta. Saya kembali mencoba dan ingat pesan bapak "Vida, kalau memang mau kerja di Jakarta coba fokuskan aja cari kerja di Jakarta. Jadi, jangan cari di tempat yang lain. Tempat yang lain coba aja dijadikan sebagai alternativ kalau di Jakarta memang belum ketemu" MashaAllah... Doa bapak diijabah, alhamdulillah saya lolos interview dan keesokan harinya langsung taken contract for a year. Percobaan maksimal selama satu tahun, kalau mengajarnya bagus akan diangkat menjadi pegawai tetap.  :)

Prosesnya yang ini juga begitu cepat. Memang, Allah itu sayang banget yaa sama kita. Meskipun, saya juga masih suka lalai tapi, Dia tetap ajaaa kasih apa  yang kita mau. Saya sediiiihhh bahkaaan merasa kurang bersyukur dengan apa yang dikasih sama Allah :(( (Astaghfirullohaladzim))... And I'm a teacher now! 

Di tahun pelajaran 2017/2018 saya mengajar sebagai guru kelas dua. MashaAllah... luar biasaaa sekali tantangannya heheeeh.. alhamdulillaaah ada partner yang udah punya banyak pengalaman dalam hal mengajar. Jadi, bisa sharing bagaimana cara melayani anak-anak terutama juga emak-emaknya hehehhe... Banyak kejadian yang tidak terduga saat pertama kali mengajar dan menjadi guru di sekolah swasta se-kece ini. Mungkin, karena rata-rata mereka adalah orang punya jadi lebih ke pengembangan karakter anaknya yang berbeda dan meladeni anak-anak plus orang tuanya. :')

Tapi, tenaaaang... saya belajar banyak hal dengan begitu. Perbedaan jelas signifikan antara sekolah di daerah 3T dan sekolah di kota besar. Dari perlakuan, pembelajaran, sikapnya dan lain sebagainya. Maka, saya harus lebih belajar banyak lagi dan harus bisa move on karena bukan mengajar di daerah lagi hehhhe... Alhamdulillahnyaaa dapat partner yang super sabaaar dan selalu jadi panutan saya selama di belajar di kelas dua ini. Teman-teman baru pun juga seruuu dan seringkali kami bercengkerama bersama.

Well, targetan di 2017 masih ada lagi... salah satunya ingin memperdalam ilmu agama. Rasa-rasanya masih sangat minim agama saya, maka saya harus mengasahnya. Akhirnya saya seringkali ikuta kajian bulanan ustadz Yusuf Mansyur dan AA Gym di masjid Istiqlal sembari mencari kajian yang lain yang lebih intensif. 

Oh iya, selama satu semester saya satu tempat tinggal bersama dengan Bagja. Bagja adalah teman satu penugasan ketika saya juga berada di Nunukan. Kaaann.. Allah takdirkan kembali bertemu dengannya setelah sempat dikira akan berpisah dan akan jarang berjumpa. Apalagi, setelah penugasan dia mendapat tugas kembali di Aceh dengan mengikuti program yang lain. Alhamdulillaaah... saya bisa juga belajar banyak darinya, dari target-target hidupnya yang ingin dicapainya :)

Setidaknya di 2017 saya masih merasakan menjadi orang yang masih bisa berbagi dengan yang lain meskipun memang tidak dalam waktu yang lama. Ikut bantu-bantu di Deutsches Zentrum, cari rumah belajar para relawan di pinggiran kali code, jadi pendamping untuk anak-anak yatim saat bulan Ramadhan dan jadi panitia kelas inspirasi Pemalang yang pertama kalinya diadakan di Pemalang. Semacam itu saja membuat diri ini bahagia dan bersyukur sekali bisa bantu mereka demikian... Sekalipun sedikit ilmu, tapi tetap berbagilah ilmunya dengan siapapun...

Kalau ini pertanyaan yang sering sekali diajukan...

Apakah ada target menikah di tahun 2017? Sesungguhnya ada, tapi saya masih bisa menjalaninya secara pelan-pelan dan tidak 'ngoyo' harus ngebet banget nikah di tahun ini. Sudah ada keinginan, namun masih belum dipertemukan sama Allah jodohnya.. Jadi, salah satu target di tahun 2018 adalah menikah. Melihat beberapa teman yang sudah memiliki pasangan dan momongan, ku hanya bisa membayangkan saja saat ini. MashaAllah... Tapi, menikah itu juga butuh ilmu dan persiapan diri. Maka, jika memang sudah menjadi target besarnya saya harus banyak-banyak mencari ilmu tentang pernikahan supaya lebih siap menjalani kehidupan rumah tangga.. Bismillaaaah in 2018... :')


Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh


Semoga apa yang disemogakan menjadi terijabah
Semoga harapan bukan hanya harapan
Semoga Allah mengabulkan segala yang telah didoakan
Semoga menjadi peningkatan iman dan taqwa dalam beribadah



-vidahasan-
Share:

25 December 2018

Yuk Belajar Adab Bertanya

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,

dear you,

lama ya tidak bersua menuliskan prakata di blog saya ini. Maafkan diri, karena terlalu mager untuk menuliskan sesuatu :) Kali ini, saya akan membahas tentang belajar adab bertanya. Mungkin yang telah menjadi followersnya Nadhira Arini sudah pernah membaca postingan-postingan beliau tentang bagaimana cara yang baik untuk bertanya atau berbicara dengan seseorang. Apalagi, jika seseorang itu baru kita jumpai karena sudah lama tidak bertemu.

Nah dear, yang disampaikan oleh beliau mengundang motivasi saya untuk menuliskan adab yang baik ketika bertanya atau berbicara dengan orang lain. Jangan sampai yaaa pertanyaan kita itu menyinggung perasaan hati mereka. Kita tidak tahu loh, apakah pertanyaan kita bisa menyakitinya atau tidak, yang jelas jika satu pertanyaan dapat menyakiti perasaannya bisa saja itu memutuskan hubungan silaturahim yang sudah terjalin baik sebelumnya.

Di musim liburan seperti ini, atau bahkan musim lebaran pasti bertemu dengan orang tersayang adalah sebuah dambaan. Berkumpul dengan keluarga besar juga salah satu impian, karena bisa mengeratkan tali silaturahim kita. But, you have to remember ya dear... Ketika berkumpul dengan mereka cobalah mencari obrolan atau pertanyaan-pertanyaan yang tidak menyangkut ke urusan pribadinya, terkecuali jika dia bercerita tanpa kita tanya.

"Eh kamu kok gemukan sekarang?" -- "Eh kamu sekarang jerawatan, nggak kaya dulu" -- "kapan kamu nikah/ sebar undangan?" -- "Udah ada calonnya?" -- "Udah isi belum?" -- "Nggak nambah lagi nih?" dan pertanyaan berderet yang bisa saja pertanyaan-pertanyaan demikian dapat memicu rasa sakit hati. Kita tidak merasa memang, tapi coba deh jika berada di posisi demikian? Bagaimana rasanya?

Coba tanya hal-hal semacam yang mengarah ke pekerjaan, atau kabar atau pengalaman yang sudah ia lakukan selama ini. Pasti, akan menjadi cerita yang seru yang bisa saja menjadikan kita motivasi hidup. Itu yang disebut dengan positive vibes dalam sebuah percakapan. Yang belum menikah, bisa saja konsul tentang bagaimana menjalani kehidupan rumah tangga, atau yang belum memiliki anak bisa saja konsul atau cerita tentang mengasuh anak yang baik seperti apa. Atau jika tak mampu bertanya yang ada di atas itu bisa saja mau memperkenalkan seseorang dengan yang belum menikah tersebut. Siapa tahu jodohnya dan malah jadi pahala karena mempermudah urusan para singlelillah yang ingin segera menikah.

Well, yang ditanya nggak perlu baper kaliiiii. Itu juga kan pertanyaan umum, ngapain juga yang ditanya baper? Hihihi kembali lagi yaaa ke adab bertanya. Jika niatnya baik, ia tidak akan membuat pertanyaan-pertanyaan demikian atau melontarkan hal-hal demikian. Apalagi baru ketemu bangeeeet loooh setelah sekian lama tidak bertemu. Jadi, cukup doain atau cariin yaaa hehehh :D Kecuali kalau tiap hari atau sering bertemu itu sudah terbiasa dengan pertanyaan demikian. 

"Vid, curhat ya?" Big No! Saya hanya menuliskan apa yang memang beberapa teman juga mengalaminya kok. Jadi, bukan dari pengalaman pribadi saja melainkan juga dari beberapa pengalaman teman-teman. Siapa tahu, jodohnya masih belum terlihat karena disuruh belajar untuk memantaskan diri, siapa tahu belum dapat rezeki keturunan karena disuruh untuk terus-terus berdoa pada-Nya, siapa tahu masih belum diberi kelancaran rezeki dalam urusan pekerjaan karena sedang dilatih untuk bersabar dan ikhtiar pada-Nya. Semua ada hikmah masing-masing, jadi tidak perlu ngoyo atau mendesaknya.

"Vid, tapi kan umur dan bla bla bla..." Umur sudah ada yang ngatur, kenapa kita yang repot? Siapa tahu, Allah mengatur jodohku bukan di umur sekarang, atau Allah bahkan sudah menyiapkan jodoh terbaik-Nya jika saya memang benar-benar yakin pada kuasa-Nya. Kita nggak akan pernah tahu kan? Setiap-setiap manusia ingin berkeluarga dan memiliki keturunan, pasti! Saya yakin demikian. Mana ada sih yang nggak mau melanjutkan perjuangan dakwah dan melakukan ibadah demikian? Jika ditanya, pasti mauuuu bangeeet. Tapi, Allah punya cara-Nya untuk mengabulkan doa-doa kita. 

Belajarlah, untuk bisa menahan segala godaan pertanyaan yang bersifat pribadi. Karena, tidak semua orang menyukainya. Banyak juga yang risih ditanya hal-hal yang bersifat pribadi sekali, apalagi setelah sekian lama bertemu...

Yuk belajar instropeksi diri sendiri dulu. Ini catatan juga saya buat untuk diri sendiri supaya tidak melakukan hal demikian. :)

Bismillahirrohmanirrohim :)


Yuk, belajar untuk lebih bisa bertanya dengan santun bukan untuk menyinggung. Jika sekiranya bingung maka diamlah dan dengarkan apa yang ingin diceritakan olehnya itu lebih baik atau sekedar bertanya "apa kabar?" Karena sungguh, pertanyaan yang sifatnya sangat pribadi itu bisa menyebabkan putusnya silaturahim :) *FYI


-vidahasan-

Share:

4 December 2018

Thoriqul Iman

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,

Tulisan ini saya tulis kembali sebagai pengingat kembali diri saya, betapa untuk mencapai iman itu susah. Menjaga keimanan itu sangat susah karena harus dibarengi dengan keistiqomahan. Bagaimana caranya?

Dear,
saya kembali tekankan karena diri ini juga masih butuh belajar sangat banyak, berdiskusi dengan orang-orang yang sholeh supaya kita bisa mengikuti mereka dalam hal-hal yang baik. Thoriqul Iman berarti Jalan Menuju Iman. Bagaimana caranya menuju iman? Dengan mengkaji ilmu-ilmu agama dan sering sekali sharing. Saya belajar banyak hal selama mengikuti kajian di setiap minggunya. Ada yang membuat hati ini ikut tergerak ketika saya dijelaskan berbagai macam hal tentang jalan menuju iman. Nah, bagaimana caranya menjalankan iman itu?

Kembali lagi, kita beriman kepada siapa? Tentu saja kepada Sang Pencipta Makhluk. Lalu siapa Sang Pencipta Makhluk tersebut? Yap, Dialah Allah Azza Wa Ja'la. Pernahkah berfikir, untuk apa kita diciptakan? Tentu saja, untuk beribadah supaya bisa menempuh perjalanan menuju Surga-Nya yang amat sangat indah.

Dear,
sebagai manusia yang hidup di dunia yang sangat fana' ini, terkadang diri kita lalai dengan segala hal, terutama untuk urusan di akhirta kelak. Padahal, sejatinya kita akan kembali ke haribaan-Nya kelak. Entah sekarang, nanti sore, nanti malam, besok, lusa, minggu depan, bulan depan atau tahun depan. Begitu seterusnyaaa... Duh, saya masih salah satu manusia yang memang masih harus terus belajar supaya kelak bisa mengemban dakwah dan amanah ketika mempunyai titipan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Manusia itu adalah tempatnya salah, bahkan dia bisa menjadi munafik ketika memang hatinya masih belum terbuka. Maka dari itu, perbanyak melakukan hal yang baik supaya kelak bisa menjadi tabungan kita di surga.

-vidahasan-


Share:

12 August 2018

Kerja Sosial di Jerman (2)

Moin Moin...

Jebrol juga ini tulisan setelah sekian lama nggak memunculkan tulisan kembali dan menjenguk blog pribadi ini hehehh... Maafiin yaaa karena eh karena kemalasan yang seringkali melanda dalam diri dan butuh motivasi untuk bisa merangkai kembali kata-kata. :')

Baiklah.. kali ini saya masih dengan cerita pengalaman saya selama bekerja sosial di Jerman. Sistem bekerjanya seperti apa dan ada beberapa yang sering sekali bilang "Vida mah di Jerman jalan-jalan mulu yaaa..." Hmmm... Itu hanya sekilas aja yang teman-teman liat di layar sosial, tapi seringkali butuh perjuangan di balik layar untuk bisa kemana-mana mumpung masih di Eropa huehehe :D so, let me to write about it....

Vid, kerja di Jerman sendiri bagaimana dengan kamu yang menggunakan kerudung?

Teman, alhamdulillaaahh sekali tempat kerja di tiga bulan pertama tidak mempermasalahkan saya menggunakan kerudung. Tapi setelah itu sejujurnya saya diharuskan untuk menggunakan penutup kepala. Akhirnya karena kondisi demikian, saya mengusulkan untuk menggunakan penutup kepala seperti daleman ninja dan tertutupi dengan topi rajut khas Winter. Keadaan demikian yang membuat saya lebih berfikir untuk kembai ke Indonesia. Bisa jadi karena saya memang belum menemukan komunitas yang tepat buat diri saya, jadi masih merasa belum ngeklik untuk stay for a long time in Germany. But so far I lived there, the people were so nice and always took responsibility on me. :)

Seringkali beberapa teman bertanya "Vida, ist das nicht warm mit den Mutze, die du traegst?" -- "Nein, ist immer bequem fuer mich wenn meine Haare zudecken. Kein Problem!" -- "Na gut, wenn du so denkst". That means, (Vida, kamu nggak kepanasan pake begituan?-- Nggak, nyaman-nyaman aja kalau rambutku tertutup. Nggak masalah".

Paling membuat saya terharu adalah, di saat chef menyatakan bahwa tidak ada kerudung di tempat kerja, lalu perjuangan kollega untuk tetap memperjuangkan saya mengenakan kerudung yang membuat saya how they are  so respect to the others, even we have in a different religion. Terharu bahagia karena salah satu dari mereka sampai bilang "How dare they are to you. It's impossible! Vor der Anfang, du darfst es tragen, aber jetzt muss du abtragen!" Betapapun mereka mengusahakannya, tetap saja mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Saya? Yah, karena masih terikat kontrak selama bekerja saya mengenakan seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya. :)

"Allah lagi menguji keimanan, jika kau mendapatkan ujian tersebut apakah kau akan semakin jauh atau justru semakin mendekati-Nya. Allah sedang membuat dirimu untuk lebih dekat dengan-Nya, kalau Dia nggak ngasih ujian demikian, mana mungkin kau akan diberi ujian demikian? Kau sudah diberi banyak kenikmatan oleh-Nya. Maka terus memperbaiki diri" :)

That was, that I thought. He never let you go for Him. That's why, He gives you this oppurtunity. :')

Ada kesulitan tersendiri nggak selama di sana dalam beribadah?

Hmmm... Untuk beribadah kesulitannya adalah di waktu. Setiap hari bisa saja berubah-ubah, dan bedanya bisa 2-3 menit. Seperti halnya, jika masuk musim panas shubuh akan dimulai pada pukul 3 dini hari, dan maghrib pukul 21.30,  sehingga puasa pun harus mengikuti waktu di sana. Pun demikian ketika musim dingin tiba, shubuh akan lebih siang lagi waktunya pukul 6 hingga 6.30 pagi, Maka jadilah saya ketika harus bekerja dan berangkat pukul 6, saya harus mengambil waktu kerja untuk beribadah. Atau seringkali saya jamak, karena saya masih menjadi bagian dari musafir dalam waktu lama. Menurut pengertian saya, selama saya tidak menetap di sebuah negara untuk selamanya, saya akan menyebut diri saya sebagai musafir. Jadi, ketika waktu sholat tertinggal atau ada waktu untuk sholat saya akan menjamaknya kecuali sholat shubuh.
Tapi, sebisa mungkin saya mengusahakan tepat waktu dan membawa mukenah kemanapun saya pergi.

Everythings gonna be alright, if you are only trust Him. He would help you everytime you need Him :)

Waktu kerjanya apakah hectic? karena sering dengar mereka sangat workaholic kan?

Waktu kerja di Jerman memang hectic, namun dalam waktu-waktu tertentu. Saat itu ada dua Shifts di tempat saya kerja, yaitu pagi dan siang. Pagi hari kerja akan dimulai dari pukul 6 hingga 2 siang, siang harinya dimulai dari pukul 13.30 hingga 21.30. Mana yang paling disuka? Saya lebih enjoy jika dapat shift pagi. hehe kenapa? Karena sore hari setelah kerja saya bisa jalan sekedar ke kota atau ke kota sebelah yang jaraknya hanya sekitar 20 menit saja dari tempat saya tinggal. Kalau siang, waktunya seakan cepat berlalu, jadi setelah selesai dinas saya nggak bisa pergi kemana-mana karena sudah terlalu malam.

Well, untuk lemburan di tempat saya kerja jika ada lembur atau jam lebih akan digantikan libur di bulan berikutnya. Mungkin ada yang berbentuk uang lemburan, tapi sepemahaman saya reward lemburan atau pulang telat akan digantikan dengan hari libur atau kita bisa mengambil waktu pulang cepat sesuai dengan keinginan kita karena kelebihan jam. Contoh, kalau saya shift pagi hari yang seharusnya pulang jam 2 siang, tapi karena kondisi tertentu saya harus pulang jam 4, berarti jam kerja saya jadi 10 jam. Itu artinya, saya ada waktu 2 jam untuk bisa berangkat lebih siang lagi atau pulang lebih awal karena kelebihan jam. Atau kalau kita mau, kita bisa mengganti dengan mengambil hari libur karena kelebihan jam tersebut. Makanya, jangan heran kalau orang barat sering travelling jauh karena jatah libur mereka dalam setahun bisa mendapatkan 27-30 hari.

Mungkin nih kalau dibilang workaholic bisa jadi. But, if you know what I mean. They did it, because they want have loooooong holidaaayy... heheheh :D Kalau saya selalu ambil jatah satu minggu atau 5 hari untuk minta liburan panjang. Setiap pekerja pun harus bisa respect to others yaaa.. Misal nih, kebanyakan orang akan mengambil jatah libur di tahun baru daripada natal (mereka lebih excited dengan New Years Eve sih ketimbang natal), nanti akan ada yang dapat jatah dinas natal untuk menggantikan yang libur selama 10 hari pun demikian sebaliknya. Saat itu saya kedapatan jatah libur natal selama 10 hari, jadi saya manfaatkan waktu untuk liburan ke Muenchen heheh...

Oh iya, kalau waktu kerja tertulis minus itu tandanya kita harus kerja lebih lama untuk menutupi waktu minus kerja kita. Ada hitungan tersendiri pokoknya kalau dapat waktu kerja minus. Terakhir saya kerja sampai kontrak habis saya -0,30 (itu artinya waktu kerja saya harus lebih lama 30 menit dari waktu yang sebenarnya). Intinya sih di sana, lebih menekankan waktu ya karena memang pekerja di sana harus on time or in time.

Apa yang membuat kamu bisa bertahan untuk membantu orang-orang berkebutuhan khusus?

Hmmm... Bertahan karena mungkin butuh ongkos buat pulang ke Indonesia huehehhe... Lebih tepatnya karena di sana saya lebih banyak belajar sabar, bersyukur dan rasa peduli terhadap sesama. Emang susah di awal-awal, apalagi kalau dinas pagi harus mengejar target waktu semua penghuni jam 7 sudah standby di meja makan untuk sarapan. Jam 8.30-9.30 mereka akan dijemput oleh supir untuk menuju tempat kerja khusus mereka. Nah, di lantai tempat saya dinas hampir seluruh penghuni pergi ke tempat kerja. Jadi, setelah mereka pergi kerja yang dikerjakan oleh kami biasanya merapikan kamar mereka, mengisi pampers, mengganti handuk atau mengisi peralatan mandi mereka yang sudah habis. Bisa saja, pas jadwal belanja kami akan pergi berbelanja untuk kebutuhan satu Minggu.

Di sana saya lebih banyak belajar menghargai wakt, jadi lebih disiplin waktu juga. Hmm tapi setelah balik Indonesia sepertinya kedisiplinan waktu saya jadi berkurang. Olala... malu sama diri sendiri, apalagi kalau pas jadwal menuntut ilmu. Pas lagi futur-futurnya lebih parah lagi :((

Well, beberapa Minggu lalu saya dikabarkan bahwa salah satu penghuni meninggal. If you know, salah satu penghuni ini adalah salah satu penghuni favorit saya. Orang tuanya sangaaaaaat baiiik... Udah kaya Ayah Ibu kalau pas mereka berkunjung ke tempat kami. Seringkali membawakan kami oleh-oleh, dan saat saya akan pulang ke Indonesia mereka bahkan sampai rela malam-malam berkunjung ke tempat kerja (But, I was not there the time). And I thought, that I'd never meet him again. They put gift and a letter on the table. (yang ini ceritanya ntar deh ya)

Nah, intinya mah ya. Saya bersyukur dipertemukan dengan orang-orang baik di saat menjadi pekerja sosial di sana. :)

Kalau ada tawaran berangkat ke Jerman lagi gimana?

Kalau ada tawaran lagi? Waaah semoga ada rezeki bisa kembali terbang ke sana. But now, it's not urgent. Mungkin kehidupan sudah berbeda hehehhe... Bahasa Jerman juga sudah jarang digunakan, bahkan berbicara saja masih berfikir. Kangen bangeeet belajar bahasa Jerman lagi sebenarnya. Sekarang malah lebih concern ke bahasa Inggris. Coba dooong demi apa? :((

Bahasa itu sebenarnya mudah, asalah we have to oft to practice in speaking yaaa... kalau jarang digunakan dan ngendap bakalan ilang kaya saya jadi terluntang lantung. Target sih ini, bahasa Inggris harus dikuasai dan kembali lagi belajar bahasa Jerman. Semogaaa semogaaa nanti kalau ke sana dalam rangka belajar, belajar bersama pasangan dan harapan Eaaaa :D :D :D

Lost in Salzburg

--Vidahasan--
Share:

22 June 2018

Kerja Sosial di Jerman (1)

Hali Halo Liebe Leute...


Tulisan ini sebenarnya adalah tulisan lanjutan di label tentang Kerja Sosial di Jerman. Nah, kalau ada yang belum baca, sok manggaaa dipersilahkan untuk membacanya. Tulisan ini lebih ke menjawab pertanyaan beberapa teman yang penasaran dengan saya, "Vida, dulu emang kamu ngapain sih di Jerman?" Biar nggak penasara, saya tulis dulu yaa tentang kerja sosial di rumah untuk tuna grahita dan bagaimana menjalani kehidupan bersama mereka. :) 

Enjoy the story...

Jadi, setelah ikutan jejak para senior jurusan dengan program Aupair (kapan-kapan akan saya jelaskan tentang Aupair yaa) di Jerman, saya melanjutkan kembali dengan program yang lebih seru dan menantang. Nama programnya adalah Freiwilliges Soziales Jahr, dalam bahasa Indonesianya disebut Kerja Sosial Tahunan. Kenapa tahunan? Karena kami diberi kesempatan maksimal 1,5 tahun untuk merasakan sebagai volunteer di Jerman. Kalau sebelumnya sudah dijelaskan yaa tempat-tempat yang bisa untuk dijadikan sebagai FSJ (singkatnya). FSJ bisa dilakukan dalam berbagai bidang, bisa sosial (panti jompo, panti rehabilitasi, sekolah khusus, atau tempat lain), bidang kesehatan (rumah sakit, praktek dokter), atau bisa di bidang hiburan seperti museum, pelayanan dan masih banyak lagi. Tapi eh tapi, saya akan lebih menceritakan tentang pengalaman saya sebagai FSJ di rumah untuk disability human in Mannheim.

Saya mulai kerja pada tanggal 1 September 2014. Sehari sebelumnya, saya akhirnya move dari kota Frankfurt menuju kota Mannheim. Alhamdulillah, tempat saya mengabdi selama setahun ke depan ini menfasilitasi saya sebuah ruang di rumah susun (saya menyebutnya Wohnung). Ruangannya cukup besar, memiliki kamar mandi+toilet dan dapur. Tidak perlu khawatir untuk peralatan memasak sudah mereka siapkan untuk kehidupan kita mendatang. Di 3 bulan pertama saya tinggal berdua bersama dengan seorang teman, setelah itu saya pindah kamar di lantai 5 yang pemandangannya MashaAllah, bisa dinikmati jika saya lelah setelah pulang kerja.



Hari Pertama.

Kami berkenalan dengan beberapa orang yang juga mengikuti program yang sama. Jadi, kita tidak akan menjadi anak bawang sendirian, karena ada beberapa teman-teman yang lain yang juga baru sama seperti kita. Tempat kerja sosial saya, bernama Werner Huelstrunk Haus (http://www.reha-suedwest.de/whh-ma/) boleh dikepoin situsnya, tapi menggunakan bahasa Jerman yaa heheh.. Di WHH (singkatnya) ada 3 lantai yang setiap lantai memiliki penghuni yang unik-unik dan menarik untuk didampingi. Kami, diperkenalkan dengan seluruh pegawai di WHH beserta penghuninya. Oh iya, saya tidak akan menceritakan panjang lebar di hari pertama sampai hari terakhir saya bekerja yaa :D takut nanti bisa jadi web drama stroy huehehehe

Setiap lantai dari lantai 1 sampai 3 ada 10 penghuni. Jadi total dalam satu rumah ada 30 penghuni. Untuk pekerjanya, setiap lantai memiliki 4 orang profesional, 1 Azubi (pelajar), dan 1-2 FSJ. Jadi, total setiap lantai memiliki 7 pegawai. Untuk FSJ dan Azubi punya mentor masing-masing. Jadi, kalau ada apa-apa mentor tersebut yang akan bertanggung jawab untuk FSJ atau Azubinya. Tugas mentor biasanya mengarahkan kita sebagai pegawai baru untuk melakukan hal-hal yang baik sebelum menangani si penghuni. Tapi buat saya, seluruh 4 pegawai profi merupakan mentor saya, karena saya mengambil hal-hal baik yang mereka lakukan. :)

Tugasnya ngapain aja sih kalau di sana? 

Di 3-7 hari pertama saya hanya bisa menyaksikan para senior saya melakukan banyak hal untuk para penghuni (kami sebut penghuni panti aja yaa) :) Nah, untuk tugas karena masih jadi FSJ dan bukan profesional semacam senior lainnya, saya hanya melakukan hal-hal yang bisa dilakukan dan mudah. Contohnya seperti memandikan mereka, membersihkan kotoran mereka, membangungkan mereka, menyiapkan makan, mendampingi mereka bermain, jalan-jalan keliling tempat kerja atau ke kota, menyiapkan segala sesuatu kalau mereka akan liburan, yang penting spending time sama mereka. 

Tugas yang buat saya berat adalah memandikan mereka, karena untuk memandikan orang-orang ini butuh kekuatan dan kefokusan. Kekuatan biasanya digunakan untuk menggendong, jadi memindahkan dari kursi ke kasur, lalu kasur ke kursi mandi, dan begitu seterusnya atau biasanya kami menggunakan alat bantu yang disebut lifter untuk mengangkat penghuni yang badannya cukup besar dari saya. Tapi, dari 10 penghuni di lantai tempat saya kerja, saya tidak boleh menangani 3 orang penghuni khusus. Mereka memiliki kelainan pada syaraf mereka yang biasa disebut dengan epilepsi. Kata para mentor, "Vida, du darfst nicht mit denen, weil die Epilepsi haben. Ich hab Angst wenn, sie Unfall bekommen" (Vida, kamu tidak boleh menangani mereka ya, karena mereka punya epilepsi, takut terjadi apa-apa). 

Di awal saya tidak boleh menangani 3 pasien khusus, tapi di 4 bulan terakhir saya menangani salah satu penghuni yang memiliki epilepsi. Hanya saja, saya harus hati-hati karena saya harus benar-benar memperhatikannya jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Hanya sekali-dua kali saja menanganinya, tidak terlalu sering menangani salah satu ini. (Maaf yaa... nama akan saya samarkan, karena memang orang Jerman sangat menjaga privasi sekali termasuk nama mereka).

Untuk obat, FSJ tidak diizinkan untuk memberi obat langsung ke penghuni. Jadi, yang memberi obat secara khusus adalah para mentor atau Azubi. Katanya, "das ist nicht dein Job. Wenn du Azubi bist, dann kannst du machen" (ini bukan tugasmu, nanti kalau kamu kamu seorang pelajar baru deh kamu coba kasih mereka obat). 

Masing-masing penghuni memiliki kebutuhan masing-masing yaa.. Kalau di lantai 3 ada 6 penghuni yang menggunakan total kursi roda. But they can doing for theirself. Kita nggak perlu mendorong terus-terusan, karena ada beberapa penghuni yang bisa mengendarai kursi rodanya sendiri. Sisanya 4 orang, mereka bisa berjalan dengan kaki mereka hanya kita perlu memapahnya saja pelan-pelan kalau mereka terlalu cepat berjalan :)

This job can make me feel understand about humanity, the person that we think 'they can't doing anything', is special human with their personality. Mereka bisa kok melakukan hal-hal yang biasa kita lakukan, asalkan kita bisa menempatkan diri kita di sisi mereka dan menjadi percontohan yang baik buat mereka. Bukan mereka yang belajar dari saya, justru saya belajar banyak hal dari mereka, seperti rasa syukur. Betapapun kekurangannya mereka, mereka tetap menikmati kehidupan mereka sendiri. Jika ada yang bilang "yaiyalah, kan mau nggak mau" hmmm... Just think on yourself, dear. Allah benar-benar Maha Adil, di saat hamba-Nya dirasa tak memiliki apapun tapi Dia tahu kok kita memiliki kemampuan. Bahkan, kita mampu loh atas izin dan kekuatan dari-Nya :)

Emang dulu udah pernah punya pengalaman menangani orang-orang tersebut? Nggak takut gitu?

Terkadang, kita melakukan sesuai dengan kemampuan kita saja. Kalau bisa yauda ngelakuinnya itu aja terus sampai kita bosan melakukannya. Nah, kalau FSJ di Jerman ini buat saya adalah sebuah ajang untuk mencari jati diri. Kita mau kemana sih sebenernya? Makanya FSJ ada di Jerman, sebagai batu loncatan supaya anak-anak muda bisa lebih peka dengan kondisi sosialnya, ikut merasakan bekerja setelah lulus SMA, makanya di sana kalau sudah berumur 18 tahun diharuskan untuk bisa mandiri bahkan kudu nyobain aboard ke tempat lain. Bahasa kerennya, lu kalau nggak keluar rumah, kuper banget! hehe

Saya tidak memiliki basic sama sekali untuk menangani orang-orang demikian, istilah learning by doing itu berlaku banget di Jerman. Kita belajar sambil melakukannya, bukan hanya belajar terus-terusan secara teori, tapi ketika masuk ke prakteknya hasilnya nol besar. Makanya nih, di awal saya pun sempat ragu, "kira-kira bisa nggak yaaa" dan alhamdulillaaaaah... dapet mentor-mentor yang super kece di tempat kerja. Ada apa-apa langsung tanggap bahkan bisa dibilang saya merasakan kekompakan di lantai tempat saya kerja. Mereka memaklumi, apalagi saya baru dan bukan warga Jerman asli. Mereka respect sekalipun saya mengenakan kerudung. Penghuni ini berusia sekitar 23-60 tahun (saat itu), mungkin sekarang sudah lebih dari itu.

Kalau takut, pastilah takut.. namanya juga for the first time banget menangani orang-orang demikian. Setelah nyoba dan bisa dalam waktu kurang lebih seminggu akhirnya nagiiih dan berasa berharga bangeeet bantuin mereka hehe.. Takutnya karena nggak bisa menanganinya, grogi dan salah memahami, menanggapi mereka setiap penghuni. Apalagi, ada penghuni yang kalau kita berbicara harus dengan suara agak keras supaya dengar, ada yang harus menggunakan bahasa isyarat, ada yang harus pelan-pelan supaya mereka paham bahasa bibir kita, ada yang ngoceh terus mau didengerin, ada yang moody abiiiss.. Ada banyak setiap karakter di dalam diri mereka. MashaAllah.... Saya belajar banyak hal tentang karakter orang-orang demikian :)

Oh iya, sebagai anak FSJ nih kita juga dapet fasilitas seminar selama 25 hari selama setahun. Di cerita selanjutnya yaa saya ceritakan tentang seminar dan ngapain aja selama di seminar :) Jadi, kita juga nggak akan butaaa banget deh masalah psikologis atau teknis karena berkat seminar tersebut :)

Vid, itu kan menangani dewasa ya? Kalau laki-laki dewasa kamu masih menanganinya?

Hehe... Namanya tugas dan sudah signing kontrak berarti kudu siap melakukan apapun. Ya Allah, sebenarnya nggak boleh, tapi sungguhlah saya berniaaaat banget untuk membantu orang-orang ini. Berniat dalam kebaikan, semoga Allah mengampuni saya karena saya balik lagi berfikir, kalau tidak ada orang-orang ini apa yang akan mereka lakukan? Kalau tidak ada profesi demikian, bagaimana kehidupan mereka di masa mendatang? Bagaimana mereka mandi, buang air, makan, dan segala macamnya? Tapi kan bisa ambil yang perempuan ajaaa... Justru di lantai saya kebanyakan laki-lakinya. Dan diharapkan nggak pilih-pilih penghuni yang mau ditangani. Kalau siap bekerja di sana, berarti harus siap dengan segala kondisi apapun. Itu pendapat saya saat itu. Karena untuk mencari yang spesialis anak-anak agak susah dan memang jarang di daerah wilayah Baden Wuerttemberg, mungkin harus ke wilayah Jerman bagian utara dulu yang banyak menerima khususnya untuk yang berkerudung. Kalau saya meyakini, lakukanlah hal baik meski sulit. Semoga Allah meridhoi apa yang saya lakukan.. wallahua'lam bis showab :)

Di Jerman sendiri, adanya organisasi demikian untuk membantu jaminan mereka ke depannya. Mereka sudah mendapat uang saku dan fasilitas dari pemerintah, tujuannya adalah jika orang tua mereka sudah tidak mampu merawat mereka dengan kondisi demikian, lalu siapa lagi yang akan merawat kalau bukan orang-orang yang sudah ahli tersebut? Kereeen yaaa... Karena orang-orang ini pun harus menempuh sekolah dulu untuk bisa merawat para penghuni tersebut. Coba kita? Kelabakan karena tidak terbiasa menangani mereka, takut mereka brutalah, takut mereka memukul kitalah, no, dont judge a book by a cover! Cuman praduga kita aja, karena sebenarnya mereka tidak demikian.

Mereka hanya butuh perhatian kita aja, tapi jangan terlalu terlena diperhatikan supaya mereka dapat belajar mandiri melakukan beberapa kegiatan yang memang harusnya bisa mereka lakukan sendiri. Contohnya, di lantai tempat saya penghuninya masih bisa diajak kerja sama. Misal, si A bertugas meletakkan peralatan makan setelahnya di tempat cuci, si B membantu menyiapkan lap atau meletakkan makanan yang sudah disiapkan ke meja makan, si C memasukkan peralatan makan ke Spullmachine (alat cuci piring), atau bisa jadi si D membantu menyapu lantai, dan lain sebagainya. Jadi, ditekankan supaya saling bekerja sama satu sama lain. Keceee kan meskipun dengan kekurangan mereka masing-masing...

satu sudut asik di tempat kerja (maafin yaa kalau nggak sopan) heheh :)


---

Di cerita selanjutnya akan saya jelaskan tentang jadwal kerja, libur, dan cuti yaa dear. Supaya nggak penasaran bagaimana dunia kerja di Jerman sendiri masalah waktu kerja, dan liburnya. but by the way anyway busway, ini disebabkan pada suka bilang "Vida kayaknya jalan-jalan teruuuus deeh tiap Minggu" ah, belum tau aja di balik layarnya kaya gimana :D

-vidahasan-


Share:

20 June 2018

Mencintaimu Karena Allah

Dear Friends,

jadi, mohoooon maaaf sekali jika kau membaca tulisan ini dengan baper. Yang nulis aja bisa baper, (semoga) yang baca jangan sampai baper bacanya karena masalah jodoh yaaaa... hehehh

Kenapa tiba-tiba saya menuliskan permasalah jodoh di blog? Mungkin, karena bagi kebanyakan orang terutama para single-Lillah topik yang paling dan sangat paling populer adalah tentang jodoh. "Hey Jodoh, where are you? I just waiting for you, here for you" Masih menunggu aja nih? Titiknya belum muncul-muncul juga? Keep Calm and stay be with single-Lillah, jangan sampai kendor dikarenakan jodohnya belum nampak juga. :)

Dear you, someday if you are falling in love, you have to be brave on yourself dear. Karena kau tahu, sejatinya rasa cinta itu didatangkan dari Allah dan untuk Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Siapa yang memberi kita rasa kalau bukan Dia? Siapa yang membolak-balikan hati, kalau bukan Dia juga? Maka, jangan hanya bisa bilang 'I Love You' but you have to say 'Anna Uhubikka Fillah' (aku mencintaimu karena Allah). Allah sedang mempersiapkan seseorang untuk bisa menjagamu, untuk bisa membimbingmu, untuk bisa menguatkanmu hingga ke Jannah-Nya. 

Kalau kau berjodoh dengan seseorang yang namanya selalu kau sebut tiap hari di dalam doa-doamu, maka memang Allah sudah menuliskan dia untukmu. Kalau bukan, jangan bersedih hati, sejatinya Allah sedang mempersiapkan seseorang yang paling dan sangat spesial untukmu di kemudian hari. Percaya kan? Harus percaya, karena Allah itu baaaaaiiiikk banget sama hamba-Nya, sekalipun kita suka menjauh dari-Nya.

Saya pernah mendengar dari salah seorang teman saya, sebut saja ia bernama Inayah. Jika kau tahu, perjuangan untuk meraih cinta untuk mendapatkan dia cukup lika liku. Allah benar-benar masih menyayanginya, why? Because He choose someone, who's better to herself. Ada hikmah di setiap permasalahan, bahkan kau tahu, siapa yang memberi kita sebuah masalah jika bukan Dia Yang Maha Hidup? Allah masih sayaaaaang banget sama diri kita, makanya kita dikasih masalah supaya kita bisa dekat dengan-Nya.

So, let me to telling you about that story...

Teman saya ini sudah putus dengan pacarnya, Dia mah maunya pasrah aja. Menurutnya, 'kalau gue jodoh sama dia, gue bakalan balik lagi kok sama dia' someday, she said so... Dalam perjalanan menuju cinta-Nya, bisa jadi dia memiliki banyak pilihan, bahkan dia pernah sempat dilamar seseorang yang 'ngebet nikah'. Padahal sejatinya menikah adalah bukan tentang tepat waktu, tapi ada waktu yang tepat di mana Allah yang mengatur semuanya itu, so keep calm because Allah is prepared your time to married. Singkat cerita, dia dihantui rasa keraguan apakah laki-laki yang melamarnya ini adalah laki-laki yang memang dipilihkan oleh Allah untuknya?

Kau tahu, ada doa-doa yang namanya ia sebut setiap kali ia melaksanakan sholat. Bahkan, di saat ia merasa bimbang kekuatan Allah luar biasa karena Ia datangkan seseorang di masa lalunya untuk menjadi pilihan hidupnya. Inayah bercerita, bahwa ia bermimpi bertemu mantannya dan menikah dengannya. Satu hal, ketika kita istikharoh jika seseorang itu muncul di dalam mimpi berarti itu adalah sebuah jawaban, bukankah demikian? Tapi buat saya, kembali ke hati kita masing-masing. Allah yang menguatkan hati kita apakah pilihan kita benar-benar dia atau bukan. Atau bisa jadi, Allah menunjukkan sifat-sifat dia yang memang tidak selayaknya menjadi pendamping kita sebelum kita menikah dengannya. Bukankah, ibadang paling lama itu adalah berumah tangga?

Nah, ini juga terjadi pada teman saya yang dilamar oleh seseorang. Allah Maha Baik karena, Allah menunjukkan dia sikap yang tidak sepantasnya. "Lo bayangin, kalau itu terjadi sama gue? Dia mau nikah karena dia mau bayar hutang-hutangnya", katanya. Rupanya, persepsi 'Allah akan memberikan kekayaan setelah menikah' disalah artikan oleh beberapa orang. Astaghfirullohaladzim... Dear, memang benar Allah akan memberikan rezeki-Nya bagi orang yang telah menikah, dan itu fakta bukan ekspektasi. Tapi please, rezeki itu datang dari Allah, kita yang berikhtiar. Kalau kita tidak ikhtiar mencari rezeki, bagaimana Allah akan mendatangkan rezekinya ke kita coba? Balik lagi yaa ke niat, menikah dan mencintai itu karena Allah bukan karena urusan duniawi saja. Sama mungkin yaa seperti jodoh (eh)... Kata orang, kalau mau bertemu jodoh, harus bisa membuka hati dengan orang lain dan paling penting adalah pasti ada jalan, pasti banget ada jalan untuk bertemu dengan jodohnya... Eeaaa...

If you know, that the ending of her love's story is... Dia menikah dengan mantannya yang dia selalu sebut namanya dalam doa-doanya. Memasrahkan segala kehendak pada-Nya adalah sebuah jalan untuk mencapai Ridho-Nya. Asalkan kita terus yakin pada-Nya, jangan pernah lelah untuk terus berdoa yaa, dear...

Dear, carilah pasangan yang bisa membuatmu mencintai Allah lebih lagi, yang mampu merindukan-Nya terus lagi, yang mampu membimbingmu menuju Jannah-Nya, yang selalu menjadi penyemangatmu ketika dirimu merasa futur, yang paling penting bisa menjadi pemimpin keluargamu mencapai Ahlul Jannah. Masalah yang lain itu nomor kesekian, karena kalau mencintainya karena Allah pasti dah apapun dalam kehidupan kita akan manjadi keberkahan tersendiri. ((Ini menurut cerita dari orang-orang yaaa.. saya sendiri kan belum pernah merasakan. Mohon didoakan yaaa dear)) :)

Sejatinya pernikahan itu adalah sebuah keberkahan, karena jika kita melaksanakannya maka tuntas sudah tugas seorang ayah terhadap anak perempuannya, namun sebuah kehidupan baru bagi si pasangan karena harus berjuang dan berfikir bagaimana membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah wa rohmah? Maka, pernikahan itu akan diridhoi di waktu yang tepat yang akan Allah tunjukkan padamu suatu saat nanti. Doa-doamu akan dikabulkan seiring perjalanannya waktu, karena jodoh akan bertemu di pelaminan (inshaAllah) atau jodoh akan dipertemukan kelak di surganya Allah (Aamiin Allohumman Aamiin)... :)


Berdoalah jika dia yang terbaik untukmu, minta sama Allah didekatkan ke dalam ikatan penuh rahmah, jika bukan maka, "Allah sudah menyimpan seseorang yang teramat khusus untuk kamu atau Allah sedang menyuruhmu untuk memantaskan diri supaya dia yang istimewa tidak kecewa padamu, dia yang istimewa merasa sangat berarti memilikimu. Karena pasanganmu adalah cerminan dirimu, jadilah yang terbaik untuk dirinya menuju jannah-Nya bersama-sama. Pencarianmu telah berakhir dengan indah, karena mencintai karena Allah itu adalah hal teromantis yang dirasakan"



-vidahasan-

Share:

14 June 2018

Sepotong Roti

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh


Dear friends, I just wanna write about something that make my heart hurt. I just remember about the people in other world, just realized how did they this Ramadhan?

Pagi itu, ketika sahur saya memakan selembar roti tawar yang memang menjadi menu andalan saya selama saya puasa. Bahkan, biasanya saya lebih memilih untuk meminum air putih saja ketika akan berpuasa Senin-Kamis (misalnya). Ini bukan bermaksud ingin riya' saya hanya ingin bercerita bahwasanya rasa syukur itu perlu sekali kita rasakan. Why? because Allah gave us everything, what we need! Do you believe it, don't you?

Sekilas, diri saya yang dulu selalu acuh sama lingkungan bahkan pernah memandang sebelah mata dengan teman-teman yang melakukan aksi di jalan raya mendukung kemerdekaan negara muslim yang sedang berjuang saat ini, menjadi tersadar. Ada rasa haru, iri, bahkan kecewa dengan diri sendiri kenapa saya tidak bisa melakukan hal demikian saat dulu. Memang ya, penyesalan itu datang selalu pada akhirnya. Allah itu Maha Baik banget, super duper baik banget. saking Allah baik banget sama kita, kalau kita nggak nyamperin, Dia cari-cari, nanya sama malaikat "Ya Malaikat, tumben nih si Fulan nggak dateng? Lagi ngapain dia? Oh, dia sedang bersenang-senang dengan teman-temannya". Ya Allah.... Di saat hamba-Nya lupa aja, Dia slalu ingat hamba-Nya.

Di penghujung Ramadan ini, membuat saya lebih banyaaaaak sekali menginstropeksi diri saya. Dari hal apapun termasuk makanan. "Vid, lagi diet? Kok makannya cuman roti?" Bukan, saya hanya sedang belajar untuk slalu bersyukur dengan yang ada di depan saya. Adanya roti, maka makanlah dengan enak roti tersebut, adanya air putih, maka minumlah saya seteguk dua teguk air putih. Belajar dari Rasululloh Sallahu'alaihi Wassalam, jika adanya kurma maka makanlah ia dengan kurma, jika hanya ada air maka minumlah ia seteguk air.

Kebiasaan diri kita, jika berbuka banyaaaak sekali menu terhidang di atas meja. Entah pada akhirnya makanan tersebut habis atau tidak itu urusan belakangan, penting adalah masalah perut dan nafsu yang menjadikannya bertubi-tubi dalam diri kita. Jika diliat saudara-saudara muslim kita di Palestina, Suriah, Myanmar, Afganistan, Afrika, apa kabar mereka? Dengan kondisi perang, nyamankan mereka berbuka dan makan sahur dengan diiringi alunan musik yang setiap waktu akan mempertaruhkan keselamatan mereka? Nyamankah mereka dengan kondisi tidak ada air ketika tanah mereka kekeringan? Nyamankah mereka dengan kondisi tidak memiliki tempat tinggal karena telah diusir dari negaranya sendiri?

Dear, belajar untuk bisa membuat porsi diri lebih baik lagi. Kalau sekiranya tidak akan memakannya, maka tak perlu dibeli atau jika memang berniat memakan, maka makanlah dengan nikmat. Allah itu menganugerahi kita rezeki yang begitu melimpah. Tinggal bagaimana diri kita memanfaatkan rezeki yang sudah diberi oleh Allah dibandingkan saudara-saudara muslim kita yang sedang berjuang memerdekakan kebebasannya yang diri kita hanya bisa membantu dari kejauhan atau hanya mengirimkan sebuah doa yang terlantun dari ucapan kita.

Ya Allah, jika saja saya bisa membantu menuju ke tempat kejadian perkara langsung maka ridhoi perjalanan saya ya Allah untuk bertemu dengan saudara-saudara muslim saya di sana, untuk memberi manfaat meskipun itu hanya sebesar biji kurma. Setidaknya, melihat mereka tersenyum adalah sebuah kebahagiaan yang hakiki.

"Ya Allah muliakanlah Islam dan orang Islam! Ya Allah, hinakan syirik dan musyrikin. Ya Allah tolonglah saudara-saudara yang muslim dan mujahidin dan golongan-golongan lemah di Palestina, Irak, Lubnan dan di semua tempat dan di semua masa" 

pic by mbak @benefiko


Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh


Share: