31 January 2013

Deutschabteilung 2008


31 Januari 2013

Dearest friends,

kaliaaaaaaaaannn para angkatan 2008, jurusan pendidikan bahasa Jerman UNY. Sumpah, kangeeeeen banget sama kalian. Pengen banget kumpul lagi. Tapi, sekarang bener-bener udah misah. Iya. Kita telah berpisah. Semoga waktu dapat mempertemukan kita semuanya kembali, semoga ada kesempatan agar kita bisa bercengkerama kembali seperti dulu. Seperti 4 tahun silam. Iya. 4 tahun silam.
Hari ini, tanggal 31 Januari 2013 akhirnya selesai sudah tugas kita menjadi seorang mahasiswa, seorang pelajar yang berjuang untuk belajar bagaimana memahami hidup, bagaimana memahami ilmu. Ah... sungguh, aku tak menyangka secepat ini ternyata perjuangan kita. Cepat? Yah, bisa dikatakan juga agak sedikit terlambat karna seharusnya 6 bulan yang lalu, kita sudah tidak berada di sini. But, it’s oke, itu gak masalah karna (meskipun) akhirnya gak semua angkatan 2008 bareng lulusnya, setidaknya ada beberapa (banyak) yang wisuda di tahun ini.
Sungguh, aku telah belajar banyak dari kalian. Sungguh, aku telah belajar memahami hidup dari kalian. Banyak hal, yang tidak bisa aku rangkum dengan hanya menuliskan sebuah surat yang cukup singkat ini. Kalian sungguh luar biasa, mengenal kalian adalah salah satu kebanggaan tersendiri buat aku. Dari Sabang sampai Merauke. Iya, di sini aku belajar banyak tentang bagaimana karakter kalian. Ah sungguh, kalian memang membuatku menjadi rindu akan kebersamaan, akan kenakalan, akan kecupuan dan akan akan yang lain. Hehehe
Mumpung aku masih sanggup untuk menulis, hingga pada akhirnya surat ini aku tulis untuk kalian. Karena kalian sungguh sangat berhak untuk tau ungkapan isi hatiku. Ungkapan yang (mungkin) tidak dapat terucap dengan berbagai ucapan melainkan terucap melalui berbagai kata-kata.
Mba Jupe, Mitha, Otoy, Mimi Nina, Nani, Hanirla, Piki, Dimas, Lulu, Ijank, Mbok Par, Dini, Elfi, Uyuy, Enyot, Cempaka, Sefi, Fera, Rakyan, temen-temen kelas reguler A yang pada akhirnya entah kemana misah satu-satu, tapi yang jelas aku sayang sama kalian karna kalian yang dari awal, aku mengenal kalian. Gak ketinggalan juga buat temen-temen 2008 yang lain yang memang gak bisa disebut satu-satu (kepanjangan tar kalo disebut satu-satu), yang akhirnya kita menjadi satu kelas besar dari semester 5 sampai 8. Bener-bener dah. Aku bakal kangen dan rinduuuuuu banget sama kalian.
Kalian baik-baik ya kawan... semoga sukses dengan impian kalian. Semoga semoga dan semoga semuanya slalu sukses. Amiiiinnnnn....
Love you always guys...

~Vida Hasan~
Share:

30 January 2013

Kepada Cinta

30 Januari 2013

Kepada Cinta yang selalu memberi warna kehidupan
Kepada Cinta yang juga selalu memberi penderitaan
Kepada Cinta yang memberi arti serta makna cinta yang sesungguhnya
Terima kasih atas cinta yang datang untukku
Tanpa rasa cinta, aku gak akan pernah merasakan senang, susah, duka, cita, dan rasa lainnya.

Semua rasa itu telah bercampur menjadi satu.
Ah terkadang saja banyak orang yang berfikiran bahwa cinta itu sakit.
Meski sakit tapi juga indah.
Karna cinta itu dikenang.
Terima kasih cinta telah memberiku hidup..

~Vida Hasan~
Share:

29 January 2013

Kota Kelahiran "Pemalang"

29 Januari 2013

Pemalang Ikhlas,
itulah jargon yang berdiri kokoh terbentang di alun-alun kotamu..
Meskipun kecil, tapi kamu adalah salah satu kota terunik yang aku kenal. Tak ada yang mengenalmu, seperti aku mengenalmu. Sekarang, aku memang sedang berusaha di kota orang, karena aku berjuang untukmu, untuk menorehkan keringatku di mana aku lahir di tanahmu. Banyak kenangan yang telah tertinggal di sana. Hidupku, ragaku hingga jiwaku smua menjadi satu di tanah tempat aku lahir.

Kamu tahu, kadang tiap kali orang tidak mengenalmu rasa sakit pun sempat muncul. Rasanya kamu benar-benar tidak dikenal oleh banyak orang dan itu membuatku lebih bersemangat agar aku bisa mengenalkanmu ke berbagai penjuru di Indonesia bahkan di dunia. (amiiiinnn)

Sudah 438 tahun rupanya kamu berdiri di belahan bumi jawa Indonesia. Lama.. bahkan melebihi umur negeri kita sendiri. Sejarah yang tertulis adalah hal yang paling mengesankan. Hal yang banyak membuatku lebih belajar bagaimana arti tentang kehidupan. Yah budaya pun demikian, aaaaa kangen sama masakan khasnya jugaaaa. Banyak banget. Ada nasi grombyang, lontong dekem, apem comal, srabi goreng, kamir (dorayaki arab) dan masih banyak lagi.. Itu adalah beberapa makanan yang slalu aku rindukan ketika aku pulang. Emang dah Pemalang top banget.

Selamat ulang tahun kota lahirku yang ke 438 tahun (24 Januari 2013). Semoga semakin jaya, maju, makmur dan tentunya menambah jam terbang bagi yang pengangguran. hihihi :D

~Vida Hasan~
Share:

27 January 2013

Kepada (calon) suamiku

Semoga hadirnya surat ini, akan membuatmu merasa yakin bahwa kita memang ditakdirkan bersama, bahwa memang kita adalah separuh raga dan jiwa yang selayaknya bersama. Hanya bersamamu aku hidup dan menyerahkan segalanya untukmu. 

Kepada (calon) suamiku mendatang,

aku telah dihidupkan oleh Tuhan ke dunia. Dia meniupkan roh untukku, agar aku dapat melihat dunia, agar aku dapat menemukanmu, dan kamu juga dapat menemukanku kelak. Dia telah mempersiapkan segala hal untukku (calon) suamiku. Awalnya, aku takut untuk hidup dan menghadapi hidup. Tapi, Dia yang slalu menguatkan aku, agar aku tetap berjuang  dan berjumpa denganmu nantinya. Kau tau (calon) suamiku, kau adalah laki-laki terpilih dan yang dipilihkan oleh Tuhan untukku. Aku adalah bagian dari tulang rusukmu yang hilang dan kau pun juga demikian. Yang pada akhirnya pun, nanti akan disatukan dalam sebuah ikatan yang disebut dengan pernikahan. Setidaknya, kita telah menunaikkan sunnah Rasul untuk menjalin cinta bersama-sama. Ketika saatnya tiba, aku pun mengandung satu roh dalam diriku untuk menjaga kita kelak di masa depan, untuk merawat kita kelak di masa depan. Dia adalah calon untuk berbakti kepada kita berdua, nusa bangsa serta agama.

Wahai (calon) suamiku, sungguh aku bahagia memilikimu. Aku merasa utuh ketika aku bersamamu, apalagi jika ditambah dengan anak kita kelak. Itu akan melengkapi segalanya yang utuh, karna aku merasa sempurna dengan itu semua. (calon) suamiku yang tercinta, terima kasih telah membuatku slalu merasa bahwa aku adalah wanita yang "terhormat" karna kamu slalu saja mengutarakan kata-kata manis di depanku. Aku ingat, seseorang pernah berkata demikian "pernikahan itu seperti kita berlayar. Untuk mencapai pulau impian, banyak yang terjadi dalam perjalanan. Perjalanan untuk menuju ke pulau impian tersebut tidak akan pernah mulus. Pasti akan banyak gelombang, yang slalu berusaha untuk mematahkan kapal. Tergantung bagaimana kita untuk mengendalikan kapal itu, agar tetap mencapai ke pulau impian tersebut." Itu sungguh kalimat yang menyentuh hati (calon) suamiku. Semoga kita berdua slalu terus berjalan dan berlayar di jalanNya. Karna bagaimana pun keadaan, bagaimana pun kondisi kita, ketika dihadapi dengan berbagai masalah slalu mengingatNya. Aku yakin, kamu adalah pilihanNya, jadi kamu akan slalu menjadi imam yang baik untukku dan untuk anak-anak kita (kelak).

Aku akan slalu mencintaimu (calon) suamiku, hingga hanya ajal yang akan memisahkan aku dan kamu. Hingga nantinya kita hidup di dunia yang berbeda, aku slalu mencintai kamu (calon) suamiku...

Dari (calon) istrimu

~Vida Hasan~
Share:

Hai Red-I

27 Januari 2013

Hai Rediiiii... Uda 2 minggu lamanya ya ternyata kita gak berjumpa :( kangen nih sama kamu Red. Apa kabarmu di sana yang slalu terkungkum di parkiran kosan? Mesti uda bulukan dan gak terawat dengan baik karna pemiliknya sedang mudik dan meninggalkanmu di sana.. :( Maafkan aku ya Redi... T.T

Kamu itu kenapa slalu bikin aku kangen? Apa karna kamu slalu membantuku dalam segala aktifitasku, jadi kamu emang ngangenin banget... Kamu udah slalu ngebantuin aku, mengantarku kemana pun aku mau dan kemana pun aku tuju. Dan itu slalu perginya sama kamu. Dulu, pas aku belum punya kamu, segala aktifitas sempat terhamabat. Susah untuk kemana-mana. Tapi, setelah ada kamu.. Aktifitasku cukup bahkan sangat lancar. Terima kasih Rediii...

Kamu pengen tau, filosofis namamu kenapa aku memberi namamu dengan Redi? Red itu bahasa Inggris yang berarti merah sedangkan vokal I juga dari bahasa Inggris yang artinya aku. Jadi, kamu itu merahku. Ya karna warna kamu merah, meskipun (agak) ada sedikit perak, tapi emang lebih dominan merah. Hehehh

Oh Redi, aku gak pengen ngejual kamu ke siapapun. Cuma kamu yang aku punya selama aku di kota rantau. Temenku kemarin tanya kamu, dan dia pengen beli kamu, tapi aku bener-bener gak rela. Soalnya kamu uda slalu nemenin aku. Intinya, aku akan tetap pertahanin kamu, karna kamu adalah yang terbaik untukku... Tunggu aku di kota rantauanku Red. Segera aku akan kembali.. Dah Redi. sepeda merahkuuuuu... :')

Yang mengagumi kehebatanmu
~Vida Hasan~
Share:

25 January 2013

Mbah Uti

25 Januari 2013

Mbah Uti yang telah tenang di sisiNya,

mbah Uti, mbah Uti di sana baik kan? Gak diapa-apakan kan sama Pemilik Hidup? Aku kangen sama simbah, makanya aku nulis surat ini buat simbah. Meskipun aku tau, simbah juga gak akan mungkin membaca suratku ini. Tapi, aku yakin simbah bisa mendengarkan keluh kesah dan rinduku ke simbah. Aku rindu dan kangen sekali sama masakan yang dibuat sama mbah Uti. Entah kenapa tiba-tiba merasa, kalo aku pengen banget makan masakannya simbah.  Bukan berarti masakan mama gak enak mbah, masakan mama juga enak. Tapi mungkin karna simbah orang dulu, jadi beda aja gitu sama masakannya simbah. Masakannya mbah Uti bikin aku slalu kembang kempis nafasnya karna kepedesan. Dan yang paling aku suka adalah sayur asem, penyet ikan tengiri dan panggang, telur dadar campur cabe uleg, soto tauco, bakso daging, pokoknya semua masakan mbah Uti yang mbah Uti pernah buat.

Mbah Uti tau, pas aku dapat kabar simbah uda gak ada? Saat itu, aku lagi di Jogja mbah, lagi panas-panasnya ngurusin organisasi di kampus. (seharusnya) saat itu di Kampus, aku disuruh mewakili organisasiku untuk menjadi tim futsal. Tapi, pas mau berangkat bapak tiba-tiba menelfonku dan mengabarkan bahwa simbah uda gak ada. Saat aku mendengar bapak bilang seperti itu, aku bener-bener gak percaya dan aku ingin sekali segera pulang saat itu juga. Gak mau tau, pokoknya aku harus pulang saat itu juga. Akhirnya, aku menelfon travel dan Alhamdulillah aku dapet tempat duduk. Itu cuman karna aku ingin melihat simbah, ingin memastikan bahwa kabar ini gak bener. Aku langsung lemas dan menangis mbah, gak tau harus ngapain. Aku belum ikhlas dengan kepergian yang benar-benar mengejutkan itu. Aku merasa bahwa baru satu bulan yang lalu aku berjumpa denganmu. Dan aku ingat simbah pesen apa sama aku saat itu, pas aku berjumpa terakhir kali dengan simbah. Simbah cuma bilang "Vida sekolah sing rajin nggih, ben cepet lulus. Bapak kaleh mama direwangi" (vida sekolah yang rajin ya, biar cepet lulus. Bapak sama mama dibantu). Itu pesen simbah yang sampai sekarang aku slalu mengingatnya. 

Kadang, aku gak percaya mbah Uti bakal ninggalin aku secepet ini. Aku merasa baru kemarin aku lahir dan bertemu dengan sosok yang mirip sekali dengan mama. Tapi mbah, simbah tau? Aku bahagia, iya bahagia, karna banyak orang yang bilang padaku bahwa mbah Uti pergi dengan membawa kebahagiaan. Mbah Uti, masih sempat bercengkerama dengan budhe, terus tertawa dan akhirnya mbah Uti menghembuskan nafas terakhir dengan senyuman dan lafadzh Allah. Subhanallah, itulah yang menguatkan aku saat itu.

Mbah Uti, meskipun banyak orang yang berkata seperti itu, aku masih belum menerima ini semua. Aku masih belum ikhlas dan percaya dengan kepergian mbah Uti yang menurut aku secara tiba-tiba. Aku tahu tentang kun fayakun mbah, jadi memang harus dipersiapkan segalanya, iya segalanya. Karna umur hanya Tuhan lah yang menentukan. Semua kehidupan kita di dunia hanya Dialah yang mengaturnya. Aku tau tentang itu mbah, tapi (ya Allah kuatkan aku)... Aku ingat, ketika terakhir kali mbah Uti akan di bungkus dengan kain kafan. Aku melihat wajah seri dan bersih mbah Uti, namun justru itu yang buat aku gak kuat sampai aku menangis sejadi-jadinya, dan iya sampai mbah Uti masuk ke tempat peristirahatan terakhir pun aku masih menangis sejadi-jadinya. Gak cuma aku mbah, mba Meri (sepupu) juga sama seperti aku, ya karna mbah Uti adalah panutan buatku. Mbah Uti adalah sosok yang luar biasa buatku. Saat itu, aku gak pernah bisa membendung air mataku yang pada akhirnya air tersebut pun jebol karna gak rela ditinggal sama mbah Uti. Semua orang di sana bilang padaku "mpun Da, ikhlas. Simbah ayu kan? Simbah mpun tenang teng mriko" (sudah Da, ikhlas. Simbah cantik kan? Simbah uda tenang di sana). Ya, tentu saja simbah sudah tenang di sisi Sang Pemilik Hidup.

Mbah Uti, ini adalah sebagian kecil yang aku sampaikan melalui kata-kata, mbah. Masih banyak hal yang pengen banget aku ceritain sama simbah. Terimalah kecup rinduku dan sayangku untuk simbah. Meski aku tau, aku gak akan bisa menggapai kecupan dari simbah.

Dari cucu simbah yang bandel
~Vida Hasan~
Share:

24 January 2013

Kepada Pagi

24 Januari 2013,

Halo pagiii,
selamat pagi. Terima kasih telah diberi kesempatan untuk melihatmu kembali. Terima kasih karna aku telah diberi kesempatan juga untuk melihat sang mentari yang masih malu untuk menampakkan dirinya di hadapanku. Padahal, aku butuh pancaran sinar murninya untuk menyelimuti dan menghangatkan pagiku ini.

Pagi, ada kabar apa pagi ini? Semoga kamu selalu memberikan kabar baik untukku, kabar yang slalu membuatku tersenyum hangat. Pagi, kecintaanku padamu membuahkan sebuah makna yang panjang. Makna tentang kehidupan. Makna yang selalu memberiku sadar akan luar biasanya hidup ini. Rangkaian doa pagi diselipkan dalam alunan syahdu dhuha, mengucap syukur pada Sang Illahi Rabbi.

Pagi, tetaplah berkembang. Agar aku dapat menikmati hiruk pikuknya kehidupan. Karna tanpamu aku hanyalah sebuah angan. Karna hanya kamu aku dapat menjadi nyata.

~Vida Hasan~
Share: